tugas toksikologidwinda safitri (1308105038)

10
TOKSIKOLOGI KARAKTERISTIK DAN TOKSISITAS LOGAM Cr 6+ DAN Co Oleh : Dwinda Safitri 1308105038 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: cullenwinda

Post on 13-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas toksikologi

TRANSCRIPT

TOKSIKOLOGIKARAKTERISTIK DAN TOKSISITAS LOGAM Cr6+ DAN Co

Oleh :Dwinda Safitri1308105038

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS UDAYANA2015A. Logam Cr6+1. RingkasanKromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Khrom juga berwarna abu-abu, berkilau, keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi.Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium terdapat pada industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating. Dalam bidang industri, khromium diperlukan dalam dua bentuk, yaitu khromium murni dan aliasi besi-besi khromium yang disebut ferokromium sedangkan logam khromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Khromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif. Inhalasi khromium dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, khromium ini dapat menimbulkan kanker. Sebagai logam berat, khrom termasuk logam yang mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi ionnya. Logam Cr6+ merupakan bentuk yang paling banyak dipelajari sifat racunnya dikarenakan Cr6+ merupakan toxic yang sangat kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis. (Soemirat, 2002).Khromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1, sangat keras, mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih unsur-unsur transisi deret pertama lainnya. Bilangan oksidasi yang terpenting adalah +2, +3 dan +6. jika dalam keadaan murni melarut dengan lambat sekali dalam asam encer membentuk garam kromium (II). (Achmad, Hiskia, 1992).

2. cara analisisSpektrofotometri serapan atom( SSA ) merupakan alat untuk menganalisa unsur unsur logam dan semi logam dalam jumlah renik (trace). Prinsip kerja dari SSA adalah adanya interaksi antara energi ( sinar ) dan materi ( atom ). Jumlah radiasi yang terserap tergantung pada jumlah atom atom bebas yang terlibat dan kemampuannya untuk menyerap radiasi.

3. Reaksi Pada TubuhEfek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom, pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-paru. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian.a. Efek KlinisEfek dari chromium terhadap kesehatan yakni bisa mengalami gangguan pernapasan dan juga mengganggu alat pencernaan. Chromium(Vi) dikenal untuk menyebabkan berbagai kesehatan mempengaruhi. Ketika chromium merupakan suatu campuran di dalam produk kulit, itu dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Setelah bernafas chromium(VI) dapat menyebabkan gangguan hidung dan mimisan. Lain permasalahan kesehatan yang adalah disebabkan oleh chromium (VI) adalah: Ruam Kulit, Gangguan perut, Sistem kebal yang diperlemah, Ginjal Dan Kerusakan Hati dan Kematian.b. Keracunan Akut Bila terhirup / inhalasi: Bila debu atau uap kromium terhirup pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi. Bila kontak dengan kulit: Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Bila kontak dengan mata: Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan iritasi pada mata. Bila tertelan: Logam kromium sangat sulit diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Absorbsi dalam jumlah yang cukup dari beberapa senyawa kromium dapat menyebabkan pusing, haus berat, sakit perut, muntah, syok, oliguria atau anuria dan uremia yang mungkin bisa fatal.c. Keracunan Kronis Bila terhirup / inhalasi: Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa kromium dilaporkan menyebabkan borok (ulcerasi) dan berlobang (perforasi) pada nasal septum, iritasi pada tenggorokan dan saluran pernafasan bagian bawah, gangguan pada saluran pencernaan, tapi hal ini jarang terjadi, gangguan pada darah, sensitisasi paru, pneumoconiosis atau fibrosis paru dan efek pada hati hal ini jarang terjadi. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan terjadi akibat paparan logam. Bila kontak dengan kulit: Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa kromium dilaporkan menyebabkan berbagai tipe dermatitis, termasuk eksim Chrome holes sensitisasi dan kerusakan kulit dan ginjal. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam. Bila kontak dengan mata: Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama untuk beberapa senyawa krom dapat menyebabkan radang selaput mata (konjungtivities) dan lakrimasi. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.

4. Cara PenanggulanganSalah satu limbah B3 yang berbahaya adalah yang mengandung logam berat Cr(VI), yang biasanya berasal ddari industri electroplating, cat/pigmen dan penyamakan kulit. Logam Cr(VI) menjadi begitu populer karena sifatnya yang karsinogenik. Logam Cr di alam terdapat dalam dua bentuk oksida, yaitu Cr(III) dan Cr(VI). Uniknya hanya Cr(VI) yang bersifat karsinogenik sedangkan Cr(III) tidak. Toksisitas Cr(III) hanya sekitar 1/100 kali Cr(VI), Cr(VI) mudah larut dalam air dan membentuk divalent oxyanion yaitu kromat dan dikromat. Cr(III) mempunyai sifat mudah diendapkan atau diabsorpsi oleh senyawa organik maupun anorganik pada kondisi basa, sehingga pengolahan limbahnya dapat dilakukan dengan metode presipitasi di mana akan terbentuk endapan senyawa hidroksida. Metode ini tidak bisa digunakan pada limbah yang mengandung Cr(VI), sehingga untuk limbaah yang mengandung Cr(VI) harus direduksi terlebih dahulu menjadi Cr(III). Hal ini karena pada kondisi basa akan terjadi reaksi kesetimbangan senyawa dikromat dan kromat seperti di bawah ini:Cr2O72- + 2OH 2CrO42- + H2OOranye KuningPada kondisi asam reaksi akan bergerak ke kiri menjadi dikomat, sedangkan pada kondisi basa kesetimbangan akan bergerak ke kanan. ReduksiCr(VI) menjadiCr(III) harus dilakukan dalam suasana asam dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama-tama air limbah dikondisikan pada pH 2.0 sampai 2.5 dengan asam sulfat, asam klorida atau asam lainnya. Kemudian direduksi dengan menggunakan sodium metabisulfit (NaHSO3), gas SO2, Na2S, H2S, garam ferro atau bahan pereduksi lainnya. Reaksi reduksi-oksidasi (redoks) berlangsung cepat dan ditandai dengan perubahan warna dari warna oranye/kuning menjadi hijau kebiruan. Perubahan warna ini menandakan telah terjadi perubahan ke senyawa Cr(III). Langkah berikutnya adalah dengan mempresipitasinya dengan menambahkan unsur OH yang biasanya dari NaOH atau kapur hidroksida pada pH 8.5 sampai 9.0. Pada kondisi ini akan terbentukCr(III) hidroksida sesuai dengan reaksi berikut:Cr6+ + Fe2+-> Cr3+ + Fe3+ (proses reduksi)Cr3+ + 3OH-> Cr(OH)3(proses presipitasi)PengolahanCr(VI) bisa dengan cara lain yaitu dengan cara elektrolisa. Metode ini lebih cocok untuk cairan air limbah yang konsentrasinya tinggi, sesuai dengan reaksi berikut ini:Cr2O72- + 14H+ + 6e-> 2Cr3+ + 7H2OMetode lainnya yaitu dengan penukar ion meski jarang dilakukan karena memerlukan energi yang sangat tinggi dan bahan kimia yang sangat banyak. Untuk air limbah organik asam kromat digunakan resin penukar ion positif yang bersifat basa kuat. Metode lain yang juga dapat dipergunakan adalah reduksi fotokatalitik, di mana merupakan kombinasi proses fotokimia dan katalis yang terintegrasi untuk dapat melangsungkan suatu reaksi transformasi kimia yang berlansung pada permukaan bahan katalis semikonduktor yang terinduksi oleh sinar.

B. Logam Co1. RingkasanKobaltadalah suatuunsur kimiadalamtabel periodikyang memiliki lambangCodannomor atom27. Elemen ini biasanya hanya ditemukan dalam bentuk campuran di alam. Elemen bebasnya, diproduksi dari peleburan reduktif, adalah logam berwarna abu-abu perak yang keras dan berkilau. Ketersediaan: unsur kimia kobal tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat. Unsur kimia kobalt juga merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh sedikit keras dan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur kimia kobalt adalah batu bintang. Kobalt adalah suatu isotop yang diproduksi menggunakan suatu sumber sinar (radiasi energi tinggi).

2. Cara AnalisisSpektrofotometri serapan atom( SSA ) merupakan alat untuk menganalisa unsur unsur logam dan semi logam dalam jumlah renik (trace). Prinsip kerja dari SSA adalah adanya interaksi antara energi ( sinar ) dan materi ( atom ). Jumlah radiasi yang terserap tergantung pada jumlah atom atom bebas yang terlibat dan kemampuannya untuk menyerap radiasi.

3. Reaksi Pada TubuhLogam kobalt sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam jumlah yang sangat sedikit untuk proses pembentukan butir darah merah. Kobalt (Co) dalam jumlah tertentu dibutuhkan tubuh melalui Vitamin B12yang masuk ke tubuh manusia.Plasma darah mengandung kurang lebih 1gkobalt/ 100 pencernaan dan penyerapan absorbsi terjadi pada bagian atas usus halus mengikuti mekanisme absorbsi besi. Absorbsi meningkat bila konsumsi besi rendah. Sebanyak 85 % ekskresi kobalt dilakukan melalui urin, selebihnya fases dan keringat. Pengomplekan kobalt dengan hipoksantin perlu dikaji karena hipoksantin dalam sistem tubuh terlibat dalam proses katabolisme purin. Kombinasi senyawa komples heksa karbonil dikobalt [Co2(CO)6] dengan aspirin juga perlu dikaji sebab secara signifikan dapat merubah sifat anti-kanker yang menjadi dasar penemuan terapi anti-kanker baru dengan penambahan fragmen-fragmen organologam.Unsur Kobalt diproduksi ketika hidroksida hujan, akan timbul hipoklorit sodium ( NaOCl) . Berikut reaksinya:2Co2+(aq) + NaOCl(aq) + 4OH-(aq) + H2O 2Co(OH)3(s) + NaCl(aq)Trihydroxide Co(OH)3 yang dihasilkan kemudian dipanaskan untuk membentuk oksida dan kemudian ditambah dengan karbon sehingga terbentuklah unsur kobalt metal. Berikut reaksinya:2Co(OH)3 (heat) Co2O3 + 3H2O.2Co2O3 + 3C 4Co(s) + 3CO2(g)

4. Cara PenanggulanganWabah keracunan Cobalt pernah terjadi di Amerika tahun 1964-1966 di kota Nebraska dan Ohama. Masyarakat kedua kota tersebut mengalami gagal jantung. Penyebabnya adalah beberapa Industri menggunakan Cobalt (Co) dalam proses produksi misalnya : produksi minuman kaleng. Cara pencegahannya dan penanggulangan yang dapat dilakukan terhadap pencemaran kobalt adalah:Melakukan pengolahan terhadap air limbah yang mengandung logam Co sehingga aman dibuang ke lingkungan. Menanam tanaman eceng gondok di badan air yang tercemar oleh logam Co. Melakukan pengolaham kembali atau recovery.