tugas tgl 26,,,amaranata

45
Makalah anastesi lokal maksila Teknik-teknik anastesi blok pada maksila BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi kedokteran gigi. Kontrol nyeri yang baik akan membantu operator dalam melakukan operasi dengan hati-hati, tidak terburu-buru, tidak menjadi pengalaman operasi yang buruk bagi pasien dan dokter bedah. Sebagai tambahan pasien yang tenang akan sangat mambantu bagi seorang dokter gigi. Operasi dentoalveolar dan prosedur operasi gigi minor lainnya yang dilakukan pada pasien rawat jalan sangat tergantung pada anestesi lokal yang baik.

Upload: ncimb-chasez-al-wahab

Post on 15-Apr-2016

224 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Makalah anastesi lokal maksila

Teknik-teknik anastesi blok pada maksila

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi

kedokteran gigi. Kontrol nyeri yang baik akan membantu

operator dalam melakukan operasi dengan hati-hati, tidak

terburu-buru, tidak menjadi pengalaman operasi yang buruk

bagi pasien dan dokter bedah. Sebagai tambahan pasien

yang tenang akan sangat mambantu bagi seorang dokter

gigi. Operasi dentoalveolar dan prosedur operasi gigi minor

lainnya yang dilakukan pada pasien rawat jalan sangat

tergantung pada anestesi lokal yang baik.

Menurut istilah, anestesi local (anestesi regional) adalah

hilangnya rasa sakit pada bagian tubuh tertentu tanpa

desertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local

merupakan aplikasi atau injeksi obat anestesi pada daerah

spesifik tubuh, kebalikan dari anestesi umum yang meliputi

seluruh tubuh dan otak. Local anestesi memblok secara

Page 2: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

reversible pada system konduksi saraf pada daerah tertentu

sehingga terjadi kehilangan sensasi dan aktivitas motorik.

Untuk menghasilkan konduksi anestesi, anestesi local

diinjeksikan pada permukaan tubuh. Anestesi lokal akan

berdifusi masuk ke dalam syaraf dan menghambat serta

memperlambat sinyal terhadap rasa nyeri, kontraksi otot,

regulasi dari sirkulasi darah dan fungsi tubuh lainnya.

Biasanya obat dengan dosis atau konsentrasi yang tinggi

akan menghambat semua sensasi (nyeri, sentuhan, suhu,

dan lain-lain) serta kontrol otot. Dosis atau konsentrasi akan

menghambat sensasi nyeri dengan efek yang minimal pada

kekuatan otot.

Anestesi local dapat memblok hampir setiap syaraf

antara akhir dari syaraf perifer dan system syaraf pusat.

Teknik perifer yang paling bagus adalah anestesi local pada

permukaan kulit atau tubuh.

Page 3: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Adapun manfaat dari anestesi local adalah sebagai berikut :

Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan sumber

nyeri

Digunakan sebagai terapi, local anestesi merupakan bagian

dari terapi untuk kondisi operasi yang sangat nyeri,

kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan nyeri pada

pasien meski bersifat sementara merupakan ukuran

tercapainya tujuan terapi

Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi.

Proses operasi yang bebas nyeri sebagian besar

menggunakan anestesi local, mempunyai metode yang

aman dan efektif untuk semua pasien operasi dentoalveolar.

Digunakan untuk kepentingan postoperasi. Setelah operasi

dengan menggunakan anestesi umum atau lokal, efek

anestesi yang berlanjut sangat penting untuk mengurangi

ketidaknyamanan pasien.

Page 4: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Keuntungan dari anestesi local yaitu :

Tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien

Tidak membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks

Tidak ada resiko obstruksi pernapasan

Durasi anestesi sedikitnya satu jam dan jika pasien setuju

dapat diperpanjang sesuai kebutuhan operasi gigi minor

atau adanya kesulitan dalam prosedur

Pasien tetap sadar dan kooperatif dan tidak ada

penanganan pasca anestesi

Pasien-pasien dengan penyakit serius, misalnya penyakit

jantung biasanya dapat mentolerir pemberian anestesi lokal

tanpa adanya resiko yang tidak diinginkan

Tidak dibutuhkan ahli anestesi.

Page 5: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Untuk mencapai keadaan anestesi lokal, dikenal

beberapa cara pemberian, khusus dibidang kedokteran gigi

yaitu :

Anestesi topikal

Anestesi infiltrasi

Anestesi blok

Field blok

Nerve blok

I.2 Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk mengemukakan

teknik-teknik pemberian anestesi lokal dalam dunia

kedokteran gigi, selain itu dapat juga diketahui keuntungan

dan kerugian dari berbagai macam teknik anestesi lokal

sehingga dapat ditentukan teknik yang terbaik yang akan

digunakan dan untuk menghindari terjadinya komplikasi-

komplikasi akibat injeksi anestesi lokal.

Page 6: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip dasar dari anestesi lokal juga berlaku untuk anestesi

blok syaraf serta untuk teknik lainnya. Larutan anestesi lokal

didepositkan didekat atau disekitar bundel serat syaraf,

untuk mendapatkan anestesi jaringan yang disuplai oleh

bundel nerovaskular. Perbedaan pertama pada kasus

anestesi blok syaraf adalah diperlukannya sejumlah besar

larutan anestetik lokal untuk memperoleh anestesi yang

memadai. Selain itu, ukuran anatomi dari bundel syaraf

membuat larutan membutuhkan waktu yang lebih lama

untuk menembus bagian tengahnya, jadi harus diberikan

waktu yang lebih lama sebelum prosedur operasi dilakukan.

Pada teknik anastesi ini kita lakukan penghambatan

jalannya penghantar rangsangan dari pusat perifer.

Dikenal dua cara yaitu :

Nerve blok yaitu : anestesi lokal dikenakan langsung pada

syaraf, sehingga menghambat jalannya rangsangan dari

daerah operasi yang diinnervasinya.

Page 7: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Field blok yaitu: disuntikkan pada sekeliling lapangan

operasi, sehingga menghambat semua cabang syaraf

proksimal sebelum masuk kedaerah operasi.

Anastesi blok berfugsi untuk mengontrol daerah

pembedahaan. Kontraindikasi dari anastesi blok yaitu pada

pasien dengan pendarahan, walaupun perdarahan

terkontrol. Kesuksesan anastesi blok tergantung pada

pengetahuan anatomi local dan teknik yang baik.

II.1 Macam-macam Anestesi Lokal Pada Maksila :

Anestesi Gigi Geligi Permanen

Molar ketiga atas, molar kedua, dan akar distobukal

serta palatal molar pertama diinervasi oleh cabang-

cabang saraf gigi superior posterior. Cabang-cabang kecil

dari saraf yang sama akan meneruskan sensasi jaringan

pendukung bukal pada daerah molar dan

mukoperiosteum yang melekat padanya. Deposisi larutan

anestesi di dekat saraf setelah saraf keluar dari kanalis

tulang, akan menimbulkan efek anastesi regional dari

struktur yang disuplainya. Teknik ini disebut blok gigi

superior posterior.

Page 8: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Sejak diperkenalkannya agen anastesi lokal modern,

teknik infiltrasi sudah lebih sering digunakan untuk

daerah tersebut karena deposisi larutan 1 ml, normalnya

memberikan efek anastesi tanpa resiko kerusakan

pleksus venosus pterigoid atau arteri-arteri kecil yang ada

di daerah ini.

Akar mesiobukal dari molar pertama, kedua gigi

premolar dan jaringan pendukung bukal serta

mukoperiosteum yang berhubungan dengannya

mendapat inervasi dari saraf gigi superior tengah. Teknik

infiltrasi biasanya digunakan untuk menganastesi

struktur-struktur tersebut. Deposisi 1 ml larutan sudah

cukup untuk menganastesi lingkaran saraf luar yang

mensuplai premolar kedua.

Anastesi Gigi-gigi Anterior Permanen

Gigi-gigi insicivus dan kaninus atas diinervasi oleh

serabut yang berasal dari saraf gigi superior anterior.

Saraf ini naik pada kanalis tulang yang kecil untuk

bergabung dengan saraf infraorbital 0,5 cm di dalam

kanalis infraorbitalis. Gigi insicivus sentral, insicivus

Page 9: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

lateral atau kaninus dapat teranestesi bersama dengan

jaringan pendukungnya, pada penyuntikan 1 ml larutan

anestesi di dekat apeks gigi yang dituju. (4)

Anastesi Jaringan Palatal

Ujung-ujung saraf pada jaringan lunak palatum

berhubungan dengan gigi-gigi anterior atas dan

prenaksila, erta meneruskan sensasi melalui fibril saraf

yang bergabung untuk membentuk saraf speno-palatina

panjang. Saraf berjalan melalui foramen insisivus dan

kanalis, ke atas dank e belakang melewati septum nasal

kea rah ganglion speno-palatina.

Berbagai cabang-cabang kecil dari gingival palatal

dan mukoperiosteum di daerah molar dan premolar akan

bergabung untuk membentuk saraf palatine besar. Stelah

berjalan ke belakang di dalam saluran tulang yang

terletak di pertengahan antara garis tengah palatun dan

tepi gingival gigi geligi, saraf masuk ke kanalis melalui

foramen palatine besar. Saraf kemudian berjalan naik

untuk bergabung dengan ganglion speno-palatina yang

berhubungan dengan saraf maksilaris.

Page 10: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Saraf speno-palatina panjang dan palatine besar

akan beranastomosis di daerah kaninus palatum dan

membentuk lingkaran saraf dalam. Mukoperiosteum

palatal mempunyai konsistensi keras dan beradaptasi

erat terhadap tulang. Karakteristik ini menyebabkan

suntikan subperiosteal perlu diberikan dan diperlukan

tekanan yang lebih besar dari biasa untuk mendepositkan

larutan anestesi local. Karena itulah, pasien harus

diberitahu terlebih dahulu bahwa suntikan palatal akan

menimbulkan rasa tidak enak namun tidak sakit. Rasa

kurang enak ini dapat diperkecil dengan menginsersikan

jarum dengan bevel yang mengarah ke tulang dan tegak

lurus terhadap vault palatum. Pada premaksila, suntikan

di papilla insisivus akan menimbulkan rasa sakit yang

hebat dank arena itu, suntikan ini sebaiknya dihindari.

Anastesi Gigi-gigi Susu

Pada anak-anak, bidang alveolar labio-bukal yang

tipis umumnya banyak terpeforasi oleh saluran vaskular.

Untuk alas an inilah, maka teknik infiltrasi dapat

digunakan dengan efektif untuk mendapat efektif untuk

mendapat efek anastesi pada gigi-gigi susu atas tanpa

Page 11: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

perlu mendepositkan lebih dari 1 ml larutan secara

perlahan-lahan di jaringan. Penyuntikan harus dilakukan

dengan hati-hati untuk menghindari kesalahan dalam

menentukan panjang akar dan insersi jarum yang terlalu

dalam ke jaringan.

Pada anak yang masih muda, rasa tidak enak dari

suntikan palatum yang digunakan untuk prosedur

pencabutan gigi atau pemasangan matriks, dapat

dihindari dengan cara sebagai berikut.

Setelah efek suntukan supraperiosteal pada sulkus

labio-bukal diperoleh, jarum diinsersikan dari aspek labio-

bukal, melalui ruang interproksimal, setinggi jaringan

gingival yang melekat pada periosteum di bawahnya.

Ujung jarum harus tetap berada pada papilla dan tidak

boleh menyentuh tulang. Sejumlah kecil larutan anastesi

local didepositkan perlahan sampai mukoperiosteum

palatal atau lingual memucat. Sejumlah kecil larutan

anastesi yang didepositkan dengan cara ini akan

memberikan efek anastesi yang memadai pada jaringan

palatum. Teknik ini dikenal sebagai suntikan interpapila

dan sering digunakan oleh para ahli pedodonti.

Page 12: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Para ahli lainnya umumnya suka menggunakan suntikan

jet atau suntikan intraligamental.

Suntikan Infraorbital

Karena teknik infiltrasi sangat efektif bila digunakan

pada maksila, maka anastesi regional umumnya jarang

dipergunakan. Walaupunn demikian, suntikan infraorbital

akan sangat bermanfaat bila akan dilakukan pancabutan

atau operasi besar pada daerah insisivus dan kaninus

rahang atas. Suntikan ini juga dapat digunakan untuk

menganastesi gigi anterior dimana teknik infiltrasi tidak

mungkin dilakukan karena ada infeksi di daerah

penyuntikan.

Teknik ini berdasar pada fakta bahwa larutan akan

didepositkan pada orifice foramen infraorbital, berjalan

sepanjang kanalis ke saraf gigi superior anterior dan

superior tengah, menimbulkan anastesi pada gigi-gigi

insicivus, kaninus dan premolar serta struktur

pendukungnya. Larutan ini kadang-kadang dapat

mencapai ganglion speno-palatina dan menganastesi

lingkaran saraf dalam, namun seringkali masih diperlukan

suntikan palatum tambahan.

Page 13: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Baik cara intraoral maupun ekstraoral dapat

digunakan untuk blok infraorbital. Teknik infraorbital

umumnya lebih popular dan memungkinkan jarum

ditempatkan di luar lapang pandang pasien. Suntikan

tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

Dengan ujung jari telunjuk lakukanlah palpasi linger

infraorbital dan takikan infraorbital, kemudian geser jari

sedikit ke bawah agar terletak tepat di atas foramen

infraorbital. Dengan tetap mempertahankan posisi ujung

jari tersebut, ibu jari dapat digunakan untuk membuka

bibir atas dan mengekspos daerah yang akan disuntik. (4)

II.2 Teknik-teknik Anestesi Blok Pada Maksila

II.2.1 Blok Nervus Alveolaris Superrior Anterior

Titik suntik terletak pada lipatan mukolabial sedikit mesial

dari gigi kaninus, Arahkan jarum keapeks kaninus,

anastetikum dideponir perlahan ke atas apeks akar gigi

tersebut.

Injeksi yang dilakukan pada kedua kaninus biasanya bisa

menganastesi keenam gigi anterior. Injeksi N.Alvolaris

Page 14: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Superrior Anterior biasanya sudah cukup untuk prosedur

operatif. Untuk ekstraksi atau bedah, diperlukan juga

tambahan injeksi palatinal pada region kaninus atau foramen

incisivum.

II.2.2 Blok Nervus Alveolaris Superrior Posterior

Blok syaraf alveolaris superior posterior diperoleh dengan

menempatkan jarum didistal molar terakhir, ke atas dan

medial, bersudut 45º, memungkinkan deposisi larutan 1,5

ke permukaan disto bukkal maxilla.

Komplikasi umum dari teknik ini adalah bila beberapa

pembuluh darah plexus vena pterigoid pecah, menimbulkan

haematoma. Karena obat-obat analgesia lokal, teknik

infiltrasi meliputi deposisi hanya 1 ml larutan digunakan. (2)

Gigi-gigi molar kecuali akar molar satu

Processus alveolaris bagian bukkal dari gigi molar termasuk

periosteum.

Jaringan ikat dan membran mukosa

Anatomi landmarks :

Lipatan zygomatikus pada maxilla

Page 15: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Processus zygomatikus pada maxilla

Tuberositas maxilla

Bagian anterior dan processus coronoideus dari ramus

mandibula.

Tekniknya :

Bila anestesi adalah nervus alveolaris superior posterior

dexter

Operator berdiri sebelah kanan depan

Masukkan jari telunjuk kiri kita ke vestibulum oris sebelah

kanan penderita, kemudian jari telunjuk pada daerah lipatan

mukobukkal di sebelah posterior gigi premolar dua sampai

teraba proccesus zygomaticus

Lengan kita turun kebawah sehingga jari telunjuk membuat

sudut 90º terhadap oklusal plane gigi rahang atas, dan

membentuk sudut 45º bidang sagital penderita. Hal ini

dapat dilakukan bilamana penderita dalam keadaan

setengah tutup mulut, sehingga bibir dan pipi dapat ditarik

kelateral posterior

Page 16: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Jari telunjuk disisi merupakan pedoman tempat penusukan

jarum

Ambil spoit yang telah disiapkan, dan sebelumnya tempat

yang akan disuntik harus dilakukan desinfeksi terlebih

dahulu

Arah jarum harus sejajar dengan jari kita, penusukan jarum

sedalam ½-¾ inch

Aspirasi, jika tidak darah yang masuk, keluarkan larutan

secara perlahan-lahan sebanyak 1,5 cc.

II.2.3 Blok Nervus Intra Orbital

Blok infraorbital paling sering digunakan. Pinggir intra orbital

dapat teraba dengan menggunakan ujung jari pertama,

notah infraorbital dapat diidentifikasi. Dengan ujung jari tetap

pada posisi ini, ibu jari dapat digunakan untuk menarik bibir

atas. Ujung jarum dimasukkan jauh ke dalam sulkus di atas

apeks premolar kedua dan meluas segaris dengan sumbu

panjang gigi sampai sedalam 1,5-2 cm baru larutan

analgesic didepositkan . pembengkakan jaringan dapat

diraba dibalik jari pertama bila letak ujung jarum, tepat.

Page 17: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Biarkan keadaan ini selama 3 menit, untuk memastikan

diperolehnya analgesia yang memadai.

Saraf yang teranestesi :

Nervus alveolaris superior, anterior dan medium

Nervus infra orbital

Nervus palpebra inferior

Nervus nasalis lateralis

Nervus labialis superior

Daerah yang teranestesi :

Gigi incisivus sampai premolar

Akar mesio bukkal dari molar satu

Jaringan pendukung dari gigi tersebut

Bibir atas dan kelopak atas

Sebagian hidung pada sisi yang sama

Anatomi Landmark :

Page 18: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Infra orbital ridge

Supra orbital notch

Gigi anterior dan pupil mata

Tekniknya :

Intra oral approach

Dudukkan penderita, kemudian buka mulut sampai daratan

oklusal gigi rahang atas membentuk 45º dengan garis

horizontal, dan penderita disuruh melihat ke arah depan

Kita menggambarkan suatu garis khayal yang lurus, berjalan

vertikal melalui pupil mata ke infra orbital dan gigi premolar

dua rahang atas

Bila sudah menemukan infra orbital notch, maka jari telunjuk

yang kita pakai palpasi, kita gerakkan ke bawah kira-kira ½

cm, disinilah akan kita temukan suatu cekungan dimana

letaknya foramen infra orbital

Setelah ditemukan foramen infra orbital, maka jari telunjuk

tetap diletakkan pada tempat foramen infra orbitalis untuk

mencegah tembusnya jarum mengenai bola mata

Bibir atas diangkat dengan ibu jari

Page 19: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Lakukan desinfeksi pada muko bukkal regio premolar dua

rahang atas

Pergunakan jarum 27 gauge dan 1 5/8 inch

Jarum suntikan tersebut ditusukkan pada lipatan muko bukal

regio premolar dua rahang atas, mengikuti arah garis

khayalan yang telah dibuat. Untuk mengurangi rasa sakit,

pada saat jarum menembus mukosa, injeksikan beberapa

strip larutan, kemudian jarum tersebut diteruskan secara

perlahan-lahan, hingga mencapai foramen intra orbitalis,

maka dapat dirasakan oleh jari yang kita letajjan pada

foramen tersebut.

Aspirasi, kemudian keluarkan anestetikum sebanyak 1-1½

cc (jumlah larutan tersebut tergantung dari kebutuhan)

b. Extra oral approach :

Indikasi : bila intra oral approach tidak dapat dilakukan,

misalnya ada peradangan.

Tekniknya :

Tentukan letak foramen intra orbital (sama dengan teknik

pada intra oral approach)

Page 20: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Pada waktu akan di tusuk jarum, penderita dianjurkan

menutup mata untuk mencegah kemungkinan bahaya untuk

mata

Titik insersi jarum kira-kira 1 cm di bawah foramen infra

orbital, kita memasukkan jarum dengan membuat sudut

45º, dan jarum tersebut diluncurkan sesuai dengan arah

garis khayalan sejajar 1 cm, kemudian keluarkan secara

perlahan-lahan larutan anestetik. Ujung jarum dimasukkan

melalui papila nasopalatina sampai ke lubang masuk kanalis

insisivus. Bila tulang berkontak dengan jarum, jarum harus

ditarik kira-kira 0,5-1 mm. Kira-kira 0,1-0,2 ml larutan

didepositkan, larutan tidak boleh dikeluarkan terlalu cepat

karena dapat menimbulkan rasa tidak enak. Jaringan akan

memucat, dan timbulnya analgesia cukup cepat.

II.2.4 Blok Nervus Naso Palatinus

Nervus naso palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah

yang teranestesi adalah bagian bukkal dari palatum durum

sampai gigi caninus kiri dan kanan.

Anatomi Landmark :

Incisivus papilla

Page 21: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Incisivus centralis

Tekniknya :

Incisivus papilla ini sangat sensitif, eleh karena itu pada

penusukan jarum yang pertama harus disuntikkan beberapa

tetes anestetikum. Kemudian jarum tersebut diluncurkan

dalam arah paralel dengan longaxis gigi incisivus, dan tetap

dalam garis median.

Jarum tersebut diluncurkan kira-kira 2 mm kemudian larutan

anestesi dikeluarkan secara perlahan-lahan sebanyak 0,5

cc.

Jarum yang digunakan adalah jarum yang pendek

Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai kekaninus

dapat diperoleh dengan mendepositkan 0,5-0,75 ml larutan

pada syaraf palatina besar ketika syaraf keluar dari foramen

palatina besar.

Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan

perlahan karena jaringan melekat erat. Mukosa dapat

Page 22: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

memutih, dan ludah dari kelenjar ludah minor dapat

dikeluarkan.

II.2.5 Blok Nervus Palatinus Anterior

Syaraf ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah

yang teranestesi adalah bagian posterior dari palatum durum

mulai dari premolar

Anatomi Landmark :

Molar dua dan tiga maxilla

Tepi gingiva sebelah palatinal dari molar dua dan molar tiga

maxilla

Garis khayal yang kita buat dari 1/3 bagian tepi gingiva

sebelah palatinal ke arah garis tengah palatum.

Indikasi :

Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai

molar tiga

Untuk operasi daerah posterior dari palatum durum.

Page 23: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Tekniknya :

Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus

mayor yang terletak antara molar dua, molar tiga dan 1/3

bagian dari gingiva molar menuju garis median

Jika tempat tersebut telah ditentukan, tusuklah jarum dari

posisi berlawanan mulut (bila di suntikkan pada sebelah

kanan, maka arah jarum dari kiri menuju kanan)

Sehingga membentuk sudut 90º dengan curve tulang

palatinal

Jarum tersebut ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak

dengan tulang kemudian kita semprotkan anestetikum

sebanyak 0,25-0,5 cc.

Page 24: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Teknik-teknik anastesi blok pada maksila :

Injeksi Zigomatik

Titik suntikan terletak pada lipatan mukosa tertinggi diatas

akar distobukal molar kedua atas. Arahkan jarum ke atas

dan ke dalam dengan kedalaman kurang lebih 20 mm.

ujung jarum harus tetap menempel pada periosteum

untuk menghindari masuknya jarum ke dalam plexus

venosus pterygoideus.

Perlu diingat bahwa injeksi zigomatik ini biasanya tidak

dapat menganestesi akar mesiobukal molar pertama atas.

Karen itu, apabila gigi tersebut perlu dianestesi untuk

prosedur operatif atau ekstraksi, harus dilakukan injeksi

supraperiosteal yaitu di atas premolar kedua. Untuk

Page 25: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

ekstraksi satu atau semua gigi molar, lakukanlah injeksi

n.palatinus major.

Injeksi Infraorbital

Pertama-tama tentukan letak foramen infraorbitale

dengan cara palpasi. Foramen ini terletak tepat dibawah

crista infraorbitalis pada garis vertikal yang

menghubungkan pupil mata apabila pasien memandang

lurus ke depan. Tarik pipi, posisi jari yang mempalpasi

jangna dirubah dan tusukkan jarum dari seberang gigi

premolar ke dua, kira-kira 5 mm ke luar dari permukaan

bukal. Arahkan jarum sejajar dengan aksis panjang gigi

premolar kedua sampai jarum dirasakan masuk kedalam

foramen infraorbitale di bawah jari yang mempalpasi

foramen ini. Kurang lebih 2 cc anestetikum dideponir

perlahan-lahan.

Beberapa operator menyukai pendekatan dari arah garis

median, dalam hal ini, bagian yang di tusuk adalah pada

titik refleksi tertinggi dari membran mukosa antara

Page 26: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

incisivus sentral dan lateral. Dengan cara ini, jarum tidak

perlu melalui otot-otot wajah.

Untuk memperkecil resiko masuknya jarum ke dalam

orbita, klinisi pemula sebaiknya mengukur dulu jarak

dariforamen infraorbitale ke ujung tonjol bukal gigi

premolar ke dua atas. Kemudian ukuran ini dipindahkan

ke jarum. Apabila ditransfer pada siringe jarak tersebut

sampai pada titik perbatasan antara bagian yang runcing

dengan bagian yang bergigi. Pada waktu jarum

diinsersikan sejajar dengan aksis gigi premolar kedua,

ujungnya akan terletak tepat pada foramen infraorbitale

jika garis batas tepat setinggi ujung bukal bonjol gigi

premolar kedua. Jika foramen diraba perlahan, pulsasi

pembuluh darah kadang bisa dirasakan.

Injeksi N. Nasopalatinus

Titik suntikan terletak sepanjang papilla incisivus

yang berlokasi pada garis tengah rahang, di posterior

gigi insicivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke atas

pada garis tengah menuju canalis palatina anterior.

Walaupun anestesi topikal bisa digunakan untuk

membantu mengurangi rasa sakit pada daerah titik

suntikan, anestesi ini mutlak harus digunakan untuk

Page 27: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

injeksi nasopalatinus. Di anjurkan juga untuk melakukan

anestesi permulaan pada jarigan yang akan dilalui jarum.

Injeksi ini menganestesi mukoperosteum sepertiga

anterior palatum yaitu dari kaninus satu ke kaninus yang

lain. Meskipun demikian bila diperlukan anestesi daerah

kaninus, injeksi ini biasanya lebih dapat diandalkan

daripada injeksi palatuna sebagian pada daerah kuspid

dengan maksud menganestesi setiap cabang n.palatinus

major yang bersitumpang.

Injeksi Nervus Palatinus Major

Tentukan titik tengah garis kayal yang ditarik

antara tepi gingiva molar ketiga atas di sepanjang akar

palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan

anestetikum sedikit mesial dari titik tersebut dari sisi

kontralateral.

Karena hanya bagian n.palatinus major yang

keluar dari foramen palatinum majus (foramen palatinum

posterior) yang akan dianestesi, jarum tidak perlu

diteruskan sampai masuk ke foramen. Injeksi ke foramen

atau deponir anestetikum dalam jumlah besar pada

orifisium foramen akan menyebabkan teranestesinya

Page 28: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

n.palatinus medius sehingga palatum molle menjadi

keras. Keadaan ini akan menyebabkan timbulnya

gagging.

Injeksi ini menganestesi mukoperosteum palatum

dari tuber maxillae sampai ke regio kaninus dan dari

garis tengah ke crista gingiva pada sisi bersangkutan. (3)

Injeksi Sebagian Nervus Palatinus

Injeksi ini biasanya hanya untuk ekstraksi gigi atau

pembedahan. Injeksi ini digunakan bersama dengan

injeksi supraperiosteal atau zigomatik.

Kadang-kadang bila injeksi upraperiosteal dan

zigomatik digunakan untuk prosedur dentistry operatif

pada regio premolar atau molar atas, gigi tersebut masih

tetap terasa sakit. Disini, anestesi bila dilengkapi dengan

mendeponir sedikit anestetikum di dekat gigi tersebut

sepanjang perjalanan n.palatinus major.

IV.2 Kegagalan Anatesia

Page 29: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

Banyak kasus kegagalan dalam mendapatkan

anestesia yang memadai dengan injeksi anestetikum lokal.

Beberapa mengkin gagal sama sekali, sedangkan lainnya

hanya pada injeksi atau daerah mulut tertentu saja. Memang

ada variasi individual dalam menerima efek obat-obatan

tertentu. Pada pasien yang peka terhadap anestetikum lokal,

sejumlah kecil anestetikum saja sudah dapat berdifusi

dengan mudah dan memberikan efek anestesia yang kuat

pada daerah yang luas, sedangkan pada pasien yang

kurang peka diperlukan larutan yang lebih banyak dan waktu

yang lebih lama.

Rasa takut bisa menyebabkan pasien menjadi gelisah

meski sebenarnya ia tidak merasa takut. Anomali inervasi

nervus atau variasi bentuk dan kepadatan tulang juga dapat

menghambat usaha operator untuk mendapat efek anestesi

yang layak. Kurangnya pengetahuan mengenai anatomi bisa

mengakibatkan teknik anetesi yang digunakan kurang baik

sehingga akhirnya menimbulkan kegagalan.

Kecerobohan, rasa percaya diri yang berlebihan,

keacuhan atau operasi yang dilakukan sebelum efek

anestesi maksimal, merupakan penyebab kegagalan pada

beberap kasus. Operasi ya

Page 30: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

ng dilakukan sebelum efek anestesi yang memuaskan

diperoleh, akan memberikan hasil akhir yang meragukan.

Jaringan-jaringan yang mengalami peradangan dan infeksi

kronis tidak mudah dianestesi.

Pada injeksi n.mentalis, kegagalan akan timbul apabila

jarum tidak masuk ke dalam foramen mentale atau jika

n.lingualis atau nn.cervicales superficiales tidak teranestesi.

Page 31: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

BAB III

PENUTUP

I.1 KESIMPULAN

Anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa

sakit pada bagian tubuh tertentu tanpa desertai dengan

hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan aplikasi

atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh.

Anestesi blok berfungsi untuk mengontrol daerah

pembedahaan. Kontraindikasi dari anastesi blok yaitu pada

pasien dengan pendarahan, walaupun perdarahan

terkontrol. Kesuksesan anastesi blok tergantung pada

pengetahuan anatomi local dan teknik yang baik.

Page 32: Tugas Tgl 26,,,Amaranata

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Fadillah. Teknik-teknik anestesi local. 2007.

Rughaidah. Teknik anestesi local gow gates dan citoject.

1994

Purwanto, drg. Petunjuk praktis anestesi local. 1993.

Penerbit buku kedokteran. Jakarta: EGC

Howe, Geoffrey L. Anestesi local. 1994. Jakarta : Hipokrates