tugas tahanan jenis
TRANSCRIPT
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Harga Tahanan Jenis
Teori yang mendasari metode tahanan jenis atau metode geolistrik adalah hukum
Ohm[7] yang mempunyai persamaan :
R
VI = (2.1)
Dengan V menyatakan tegangan (volt), I menyatakan arus (ampere) dan R
menyatakan resistansi atau hambatan yang mempunyai satuan ohm.
Arus listrik yang mengalir dalam lintasan yang tertutup dipengaruhi oleh
besar tegangannya. Hubungan antara rapat arus dan intensitas medan listrik dalam
suatu medium adalah berbanding lurus dan secara matematis dapat dinyatakan[8]:
J Eσ=v v
(2.2)
dengan :
1σρ
= = konduktivitas 1
m
Ω
Ev = vektor medan listrik atau gradien potenaial listrik (Volt/m)
Jr
= vektor rapat arus (ampere/m2)
Nilai resistivitas suatu medium dapat dituliskan sebagai :
L
AR
σ
1ρ == (2.3)
Dengan R menyatakan resistansi (Ω), A luas penampang (m2), L menyatakan
panjang (m), dan ρ menyatakan resistivitas (Ωm) dari material yang akan diukur.
2.2 Metode Geolistrik Tahanan Jenis
Geolistrik adalah metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik dalam bumi
dan bagaimana mendeteksinya di permukaan bumi. Metode geolistrik merupakan
5
salah satu metode dalam geofisika yang digunakan untuk penyelidikan bawah
permukaan bumi dengan cara memanfaatkan sifat kelistrikan batuan[9]. Metode
geolistrik tahanan jenis ini merupakan metode yang paling sering digunakan karena
sifatnya yang tidak merusak medium. Pada prinsipnya metode ini adalah
mengalirkan arus listrik ke dalam medium tanah maka akan diperoleh beda
potensial di bawah permukaan medium yang mengandung informasi mengenai
resistivitas dari medium tersebut. Metode ini menggunakan dua elektroda yang
digunakan untuk mengalirkan arus ke dalam bumi dan dua elektroda yang
digunakan untuk mengukur beda potensial yang ditimbulkan oleh aliran elektroda
arus.
Dalam rangkaian listrik sederhana yang diberikan arus maka nilai tegangan
akan terukur dan nilai resistansinya dapat dihitung menggunakan hukum Ohm[7].
Sama halnya dengan jika arus listrik diinjeksikan ke dalam suatu medium dan
mengukur tegangannya maka nilai resistansi dari medium tersebut dapat
diperkirakan. Pola arus listrik yang dipancarkan oleh elektroda arus tunggal di
permukaan medium setengah tak berhingga (Gambar 2.1), berlaku hukum
Ohm[10].
Gambar 2.1 Sumber arus tunggal C1 dalam medium homogen seluruh ruang (whole space),
sementara pasangan sumber arus C2 dianggap terletak di tak hingga
2
J2
I IE
A rρ ρ ρ
π= = =
ur v (2.4)
dr
1C D
ρ
1P
Permukaan equipotensial
Aliran arus
6
dengan
dV
E=-dr
v atau dV E dr= −
ur
(2.5)
Sehingga potensial di suatu titik sejauh r dari pusat arus adalah:
2
02 2
rI I
V dV drr r
ρ ρπ π
= = − =∫ ∫ (2.6)
Gambar 2.2 Bentuk umum konfigurasi empat elektroda pengukuran resistivitas yang terdiri
dari sepasang elektroda arus (C1,C2) dan sepasang elektroda potensial (P1,P2)
[7]
Pada pengukuran geolistrik di lapangan, arus yang besarnya telah diketahui
diinjeksikan ke dalam tanah, yaitu melalui sepasang elektroda (C1, C2) kemudian
selisih potensialnya dapat diukur melalui elektroda potensial (P1, P2). Aliran listrik
dari C1 dan C2 menyebar pada batuan melalui tiga cara yaitu: secara elektronik
(ohmik), secara elektrolit (ionik) dan secara dielektrik (pergeseran listrik)[6].
Pemasangan elektroda arus dan potensial diusahakan berada dalam satu garis lurus
seperti terlihat pada Gambar 2.2[7].
Besarnya potensial yang terukur pada elektroda 1P akibat arus pada
elektroda 1C dan 2C adalah :
−=2r
1
1r
1
2π
Iρ
P1V (2.7)
7
Sedangkan potensial yang terukur pada elektroda 2P akibat arus pada elektroda
1C dan 2C adalah :
−=4r
1
3r
1
2π
Iρ
P2V (2.8)
Dengan demikian, beda potensial yang terukur oleh voltmeter antara elektroda P1
dan P2 adalah:
−−−=∆4r
1
3r
1
2r
1
1r
1
2π
IρV (2.9)
Persamaan 2.9 dapat langsung diketahui pada alat, namun untuk tahanan jenis
batuan perlu dihitung, sehingga:
−−−
∆=
4r
1
3r
1
2r
1
1r
1
1
I
V2πρ (2.10)
Nilai tahanan jenis batuan yang dihitung menggunakan persamaan 2.10
bukanlah nilai resistivitas batuan yang sebenarnya tetapi resistivitas semu
(apparent resistivity) yang nilainya tergantung dari jarak elektroda dan
heterogenitas medium batuan dalam kerak bumi dan beberapa parameter seperti
kandungan logam, non logam, komposisi mineral, bentuk tekstur, kandungan air,
temperatur, permeabilitas medium dan umur geologinya[7]. Perbedaan resistivitas
akan terlihat jelas pada penentuan kedalaman lapisan batuan yang mempunyai
nilai resistivitas berbeda-beda. Pengukuran resistivitas dilakukan terhadap
permukaan bumi yang dianggap sebagai suatu medium yang homogen isotropis.
Pada kenyataanya, bumi tersusun atas komposisi batuan yang bersifat heterogen
baik ke arah vertikal maupun secara horizontal. Ketidakhomogenan bumi ini
8
menunjukan kenyataan bahwa lapisan batuan dan masing-masing perlapisan
mempunyai harga resistivitas tertentu[11].
2. 3 Konfigurasi Geolistrik Tahanan Jenis
Metode geolistrik terdapat beberapa konfigurasi yang digunakan dalam
pengukuran. Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang dapat
memberikan gambaran dua dimensi di bawah permukaan bumi[12]. Diambil dari
nama Frank Wenner yang mempelopori penggunaanya di Amerika Serikat[7]. Pada
konfigurasi Wenner jarak antara keempat elektroda harus sama, yaitu a
sebagaimana pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Susunan elektroda konfigurasi Wenner
Dua buah elektroda potensial (P1 dan P2) dihubungkan dengan peralatan
Resistivitymeter yang berfungsi mengukur beda potensial yang terjadi di
permukaan bumi. Beda potensial yang terukur (∆V) akibat adanya perbedaan nilai
resistivitas medium batuan bawah permukaan dapat digunakan untuk menghitung
nilai resistivitas semu dari medium batuan (ρa) dengan persamaan[13].
9
−−−
∆=
4r
1
3r
1
2r
1
1r
1
1
I
V2πρ (2.11)
I
∆VKaρ = (2.12)
Sehingga persamaan untuk menentukan nilai K (faktor geometri dari konfigurasi
elektroda) dapat diketahui yaitu:
−−−
=
4r
1
3r
1
2r
1
1r
1
2πK (2.13)
r1 adalah jarak C1PI dan r4 adalah jarak P2C2 yang besarnya sama yaitu a.
Sedangkan r2 adalah jarak P1C2 dan r3 adalah jarak C1P2 yang nilainya sama yaitu
2a. Sehingga faktor geometri konfigurasi Wenner dapat dirumuskan dengan
persamaan:
a2πK = (2.14)
Nilai tahanan jenis semu diperoleh dengan menggunakan persamaan:
I
∆Va2πaρ = (2.15)
Dengan a adalah jarak spasi elektroda, ∆V adalah beda potensial yang terukur dan
I adalah kuat arus listrik yang diinjeksikan.
2.4 Hubungan Antara Batuan dan Resistivitas
Metode resistivitas memberikan gambaran distribusi resistivitas permukaan.
Material geologi mempunyai nilai resistivitas yang berbeda, sehingga terdapat
keterkaitan antara pengukuran arus dan tegangan dengan perhitungan nilai
resistivitasnya untuk menentukan jenis materialnya[15]. Untuk mengubah
gambaran resistivitas menjadi gambaran geologi, diperlukan pengetahuan nilai
10
resistivitas untuk tipe material di permukaan dan informasi geologi daerah survei.
Resistivitas atau tahanan jenis batuan tergantung pada tingkat pecahan batuan
(fracture) dan prosentase pecahan yang terisi air. Batuan yang berlubang (porous)
dan mempunyai kandungan air lebih tinggi mempunyai nilai tahanan jenis yang
lebih rendah. Pasir basah dan airtanah mempunyai nilai resistivitas yang lebih
rendah lagi. Tanah lempung mempunyai nilai resistivitas yang lebih rendah
daripada tanah berpasir. Nilai resistivitas batuan dan tanah tergantung pada
sejumlah faktor seperti porositas, tingkat kandungan air (water saturation) dan
konsentrasi garam terlarut [7,13].
2.5 Akuifer dan Cekungan Airtanah
Air tanah (groundwater) adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di
dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan di dalam
retak-retak dari batuan[15]. Airtanah merupakan sumberdaya alam yang jumlahnya
sangat terbatas, sehingga kerusakannya mengakibatkan dampak negatif yang
besar. Medium batuan yang dapat dialiri oleh airtanah umumnya berupa lapisan
batuan yang porositasnya tinggi dan bersifat permeabel. Lapisan batuan ini disebut
akuifer, yang tersusun dari batupasir, kerikil, batugamping rekahan atau material
lain yang mudah ditembus oleh airtanah. Sebaran akuifer di dalam sistem
hidrogeologi suatu daerah dikontrol oleh beberapa faktor, yaitu litologi, stratigrafi
dan struktur endapan-endapan geologi (aluvium)[16]. Sedangkan berdasarkan
pengamatan di lapangan, akuifer airtanah sering dijumpai dalam suatu lahan atau
cekungan airtanah, sebagai berikut[16]:
a. Lintasan air (water course), dimana materialnya terdiri dari endapan
aluvium di sepanjang alur sungai dalam bentuk lahan dataran banjir serta
tanggul alam. Aluvium biasanya tersusun dari pasir dan kerikil.