tugas sbi - rumah gadang

21
RUMAH GADANG 1. Asal-Usul Masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia, menganut falsafah hidup “alam takambang jadi guru”. Mereka menjadikan alam sebagai guru untuk membangun kebudayaan mereka. Orang- orang Minangkabau menganut paham dialektis, yang mereka sebut “bakarano bakajadian” (bersebab dan berakibat), sebagaimana dinamika alam, yaitu selaras dan dinamis. Pengejawantahan dari paham tersebut salah satunya dapat dilihat dari arsitektur rumahnya, Rumah Gadang. Gaya seni bina, pembinaan, hiasan bagian dalam dan luar, dan fungsi rumah merupakan aktualisasi falsafah hidup orang Minangkabau. Harmonis dan dinamis sebenarnya merupakan konsepsi yang berlawanan. Harmonis berkaitan dengan keselarasan, dan dinamis berkait dengan pertentangan. Hanya saja, ketika harmonis dan dinamis dipahami dalam konteks “bakarano bakajadian”, maka kedua hal tersebut menghasilkan sebuah

Upload: monshoki

Post on 11-Jun-2015

691 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas SBI - Rumah Gadang

RUMAH GADANG

1. Asal-Usul

Masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia, menganut falsafah hidup “alam

takambang jadi guru”. Mereka menjadikan alam sebagai guru untuk membangun

kebudayaan mereka. Orang-orang Minangkabau menganut paham dialektis, yang

mereka sebut “bakarano bakajadian” (bersebab dan berakibat), sebagaimana dinamika

alam, yaitu selaras dan dinamis. Pengejawantahan dari paham tersebut salah satunya

dapat dilihat dari arsitektur rumahnya, Rumah Gadang. Gaya seni bina, pembinaan,

hiasan bagian dalam dan luar, dan fungsi rumah merupakan aktualisasi falsafah hidup

orang Minangkabau.

Harmonis dan dinamis sebenarnya merupakan konsepsi yang berlawanan. Harmonis

berkaitan dengan keselarasan, dan dinamis berkait dengan pertentangan. Hanya saja,

ketika harmonis dan dinamis  dipahami dalam konteks “bakarano bakajadian”, maka

kedua hal tersebut menghasilkan sebuah kebudayaan yang menakjubkan. Bentuk badan

Rumah Gadang yang segi empat dan membesar ke atas (trapesium terbalik), atapnya

melengkung tajam seperti bentuk tanduk kerbau, sisinya melengkung ke dalam, bagian

tengahnya rendah seperti perahu, secara estetika merupakan komposisi yang dinamis.

Jika dilihat pula dari sebelah sisi bangunan (penampang), maka segi empat yang

Page 2: Tugas SBI - Rumah Gadang

membesar ke atas ditutup oleh atap berbentuk segi tiga yang melengkung ke dalam,

semuanya membentuk suatu keseimbangan estetis, harmonis.

Disebut Rumah Gadang (Gadang = besar), bukan karena bentuk fisiknya yang besar,

melainkan karena fungsinya. Sebagaimana diungkapkan dalam syair:

Rumah gadang basa batuah,

Tiang banamo kato hakikaik,

Pintunyo basamo dalia kiasannya,

Banduanyo sambah-manyambah,

Bajanjang naiak batanggo turun,

Dindiangnyo panutuik malu,

Biliaknyo aluang bunian.

Artinya:

Rumah gadang besar bertuah, Tiangnya bernama kata hakikat, Pintunya bernama dalil kiasan,Bendulnya sembah-menyembah, Berjenjang naik, bertangga turun, Dindingnya penutup malu,Biliknya alung bunian.

Rumah Gadang disamping sebagai tempat tinggal, juga sebagai tempat musyawarah

keluarga, tempat mengadakan upacara-upacara, pewarisan nilai-nilai adat, dan

representasi budaya matrilenial. Sebagai tempat tinggal, Rumah Gadang memiliki tata

aturan yang unik. Perempuan yang telah bersuami mendapat jatah satu kamar.

Perempuan yang paling muda mendapat kamar yang paling ujung dan akan pindah ke

tengah jika ada perempuan lain, adiknya, yang bersuami. Perempuan tua dan anak-anak

memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama

pada ujung yang lain. Sedangkan laki-laki tua, duda, dan bujangan tidur di surau milik

kaumnya masing-masing.

Rumah Gadang juga merupakan tempat bermusyawarah untuk mencari kata mufakat

antar anggota keluarga. Di tempat ini setiap persoalan dibicarakan dan dicarikan jalan

keluarnya. Dengan cara ini, keselarasan dan keharmonisan antar angggota keluarga

dibangun. Selain itu, Rumah Gadang merupakan tempat menjaga martabat. Di tempat

ini, penobatan penghulu dilakukan, perjamuan penting diadakan, dan para penghulu

menerima tamu-tamu yang dihormati.

Page 3: Tugas SBI - Rumah Gadang

Oleh karena itu, tidak heran jika Rumah Gadang sangat dimuliakan, bahkan dipandang

suci oleh masyarakat Minangkabau. Status Rumah Gadang yang begitu tinggi

melahirkan beragam tata aturan. Setiap orang yang hendak naik ke Rumah Gadang

terlebih dahulu harus mencuci kakinya di bawah tangga. Biasanya di bawah tangga

tersebut terdapat sebuah batu ceper yang lebar (batu telapakan), sebuah tempat air dari

batu (cibuk meriau), dan sebuah timba air dari kayu (taring berpanto).

Jika ada perempuan yang datang bertamu, sebelum masuk dan masih berada di halaman,

maka ia terlebih dahulu harus menanyakan apakah di rumah tersebut ada orangnya.

Kalau yang datang laki-laki, ia harus mendeham terlebih dahulu di halaman sampai ada

sahutan dari dalam rumah. Laki-laki yang boleh datang ke rumah itu bukan orang lain

tetapi keluarga penghuni rumah itu sendiri, mungkin mamak, orang semenda, atau laki-

laki yang lahir di rumah tersebut tetapi telah bertempat tinggal di rumah lain.

Jika yang datang bertamu itu tungganai, ia didudukkan di lanjar terdepan pada ruang

sebelah ujung di depan kamar gadis-gadis. Kalau yang datang itu ipar atau besan,

mereka ditempatkan di lanjar terdepan di depan kamar istri laki-laki yang menjadi

kerabat tamu itu. Kalau yang datang itu ipar atau besan dari perkawinan kaum laki-laki

di rumah itu, mereka ditempatkan di depan kamar para gadis di bagian lanjar tengah.

Kaum lelaki yang hendak membicarakan suatu hal dengan ahli rumah yang laki-laki,

seperti semenda atau mamak rumah, tidak lazim melakukannya di dalam Rumah

Gadang. Pertemuan antara laki-laki tempatnya di masjid atau surau, di pemedanan atau

gelanggang, di balai atau di kedai. Jika ada kaum laki-laki yang membawa tamu laki-

lakinya berbincang-bincang di dalam rumah kediamannya, maka ia dianggap tidak tahu

diri.

Aturan juga berlaku ketika anggota keluarga penghuni Rumah Gadang hendak makan.

Walaupun para anggota keluarga hidup dan tinggal dalam satu rumah, tetapi mereka

tidak makan bersamaan kecuali pada acara kenduri (upacara). Perempuan yang tidak

bersuami makan di ruangan dekat dapur. Para perempuan yang sudah bersuami makan

bersama suami masing-masing di depan kamarnya sendiri-sendiri. Kalau banyak orang

semenda di atas rumah, maka mereka akan makan di dalam kamar masing-masing.

Kalau ada ipar atau besan yang datang bertamu, mereka akan selalu diberi makan.

Waktu makan para tamu tidaklah ditentukan. Semua tamu harus diberi makan sebelum

mereka pulang ke rumah masing-masing. Yang menemani tamu pada waktu makan

ialah kepala rumah tangga, yaitu perempuan yang dituakan di rumah itu. Perempuan

Page 4: Tugas SBI - Rumah Gadang

yang menjadi istri saudara atau anak laki-laki tamu itu bertugas melayani. Sedangkan

perempuan lainnya duduk pada lanjar bagian dinding kamar menemani tamu tersebut.

2. Bahan dan Tenaga

Rumah Gadang Minangkabau merupakan rumah milik bersama sebuah kaum (keluarga

besar). Oleh karena itu, pembangunan rumah yang dibangun di atas tanah kaum ini

dilakukan secara bergotong-royong. Namun demikian, yang bertanggungjawab dalam

proses pembangunannya adalah tukang ahli. Tukang yang dikatakan sebagai tukang ahli

adalah tukang yang dapat memanfaatkan setiap bahan yang tersedia menurut kondisinya

atau biasanya disebut indak tukang mambuang kayu (tidak tukang membuang kayu).

Sebab, setiap kayu ada manfaatnya dan dapat digunakan secara tepat jika tukangnya

adalah tukang ahli.

Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Rumah Gadang di antaranya

adalah:

Kayu. Kayu merupakan unsur terpenting untuk membangun Rumah Gadang,

khususnya untuk tonggak tuo. Oleh karena tonggak tuo merupakan penentu

kokoh tidaknya Rumah Gadang, maka kayu yang digunakan adalah kayu-kayu

pilihan yang pengadaannya selalu didasarkan pada adat-istiadat masyarakat.

Ijuk. Ijuk digunakan untuk membuat atap rumah.

Jerami. Selain ijuk, jerami juga digunakan untuk membuat atap rumah.

Page 5: Tugas SBI - Rumah Gadang

Bambu. Bambu digunakan untuk membuat dinding pada bagian belakang

rumah.

Papan. Papan merupakan kayu yang dibelah tipis sekitar 3-5 cm dan digunakan

untuk membuat dinding.

3. Pemilihan Tempat

Oleh karena Rumah Gadang dimiliki bersama oleh suatu kaum, maka tanah yang

digunakan adalah tanah kaum. Lokasi di mana tanah kaum berada, menentukan

arsitektur bangunan yang boleh dibangun, misalnya: Rumah Gadang bergonjong empat

atau lebih hanya boleh didirikan pada perkampungan yang berstatus nagari atau koto;

untuk ukuran dusun, hanya boleh bergonjong dua; dan di teratak tidak boleh didirikan

rumah bergonjong.

4. Tahapan Pembangunan Rumah Gadang

Pembangunan Rumah Gadang Minangkabau membutuhkan waktu  yang cukup lama,

bertahun-tahun, bahkan kadang-kadang sampai belasan tahun. Adapun prosesnya adalah

sebagai berikut:

a. Persiapan

1) Musyawarah

Proses paling awal pembangunan Rumah Gadang adalah musyawarah, adok-adok,

antara sesama saudara pada suatu kaum, dan dilanjutkan musyawarah dengan   seluruh

kaum dalam pesukuan itu. Dalam  musyawarah ini, dikaji letak yang tepat, ukuran

rumah, dan kapan waktu untuk mulai mengerjakannya. Hasil musyawarah disampaikan

kepada penghulu suku. Kemudian penghulu suku menyampaikan rencana mendirikan

Rumah Gadang itu kepada penghulu suku yang lain (para ninik-mamak dalam nagari)

sampai ditemukan kata mufakat bahwa niat mendirikan rumah dapat diterima.

Persetujuan terhadap rencana pembangunan rumah biasanya  tercapai karena telah

sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, batuanglah tumbuh dimato (apa

yang telah diputuskan itu pada tempatnya).

2) Mengumpulkan bahan

Setelah terdapat mufakat antara ninik-mamak, maka proses selanjutnya adalah

pengumpulan bahan. Pengumpulan bahan merupakan tahap pembangunan yang paling

Page 6: Tugas SBI - Rumah Gadang

sulit dan membutuhkan waktu paling lama. Dalam mengumpulkan bahan harus

berpegang pada aturan adat yang berlaku, misalnya tidak boleh menebang kayu yang

sedang berbunga. Adapun prosesnya sebagai berikut:

1. Pengumpulan bahan diawali dengan mencari tonggak tuo (tiang tua) di hutan.

Ketika waktu yang telah ditentukan dalam musyawarah tiba, berangkatlah

orang-orang ke hutan. Namun sebelum berangkat, diadakan upacara yang

bertujuan agar tujuan ke hutan tercapai. Upacara tersebut diakhiri dengan makan

bersama.

2. Bila kayu yang dicari sudah didapat, maka kayu tersebut diberi tanda (dikatuah).

Tujuannya adalah untuk memberitahukan kepada kelompok lain bahwa kayu

tersebut sudah ada yang punya. Cara ini dilakukan karena belum tentu kayu

yang cocok dapat ditebang pada saat itu juga. Menurut pengetahuan lokal

masyarakat Minangkabau, menebang kayu untuk membangun rumah tidak boleh

dilakukan pada saat pohon itu sedang berbunga. Mereka berkeyakinan bahwa

setua apapun kayunya, jika ditebang pada saat berbunga,  maka kayu tersebut

akan dimakan rayap.

3. Kemudian kayu tersebut dipotong-potong (ditarah) sesuai dengan kegunaannya.

4. Setelah itu, seluruh anggota kaum secara beramai-ramai membawanya ke tempat

di mana Rumah Gadang itu akan didirikan. Orang-orang dari kaum dan suku

lain akan ikut membantu sambil membawa alat bunyi-bunyian untuk

memeriahkan suasana. Sedangkan kaum perempuan membawa makanan.

Peristiwa ini disebut maelo kayu (menghela kayu).

5. Setelah tiba di kampung, kayu tersebut direndam ke dalam lunau atau lumpur

yang airnya mengalir. Demikian juga bambu dan ruyung yang akan digunakan.

Tujuannya agar kayu, bambu, dan ruyung tersebut awet, tidak mudah lapuk, dan

tahan rayap. Setelah kayu direndam, diadakan upacara syukuran dan diakhiri

dengan makan bersama.

6. Sedangkan papan (kayu yang dibelah atara 3-5 cm) dikeringkan tanpa kena sinar

matahari.

7. Tahap selanjutnya adalah mencari kayu-kayu lain (untuk tiang dan papan) yang

tidak lagi disertai dengan upacara-upacara.

b. Pembangunan

Apabila bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mendirikan rumah sudah tersedia, maka

dimulailah tahap pengolahan kayu. Tahap pertama adalah mancatak tunggak tuo, yaitu

membuat tiang utama. Pembuatan tunggak tuo ini diawali dengan mengadakan kenduri.

Page 7: Tugas SBI - Rumah Gadang

Kenduri ini bertujuan agar pembangunan rumah berjalan dengan lancar dan rumah yang

dibangun memberikan ketentraman bagi penghuninya.

Setelah tunggak tuo selesai, maka para tukang mulai membuat bagian-bagian rumah

yang lain sesuai dengan keahliannya. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah bahwa

para tukang harus mempunyai kesadaran bahwa setiap kayu ada manfaatnya apabila

digunakan secara cermat dan tepat. Menurut sebuah ungkapan disebutkan:

Nan kuaik ka jadi tonggak,Nan luruih jadikan balabeh, Nan bungkuak ambiak ka bajak, Nan lantiak jadi bubuangan, Nan satampok ka papan tuai, Panarahan ka jadi kayu api, Abunyo ambiak ka pupuak.

Maksudnya:

Yang kokoh akan jadi tonggak, Yang lurus jadikan penggaris, Yang bungkuk gunakan untuk bajak, Yang lentik dijadikan bubungan, Yang setapak jadikan papan tuas, Penarahannya akan jadi kayu api, Abunya gunakan untuk pupuk.

Jika pembuatan bagian-bagian rumah telah selesai, maka dilanjutkan dengan

menegakkan dan merangkai bagian-bagian tersebut. Pekerjaan yang membutuhkan

banyak tenaga dilakukan secara gotong-royong, seperti ketika batagak tunggak

(menegakkan tiang), yaitu tahap menegakkan seluruh tiang dan merangkainya dengan

balok-balok yang tersedia. Proses batagak tunggak biasanya diawali dengan acara

kenduri dan diakhiri dengan makan bersama.

Setelah semua tunggak telah terangkai (tersambung) dengan bagian-bagian lain, maka

dilanjutkan dengan membuat bagian tengah rumah, diantaranya adalah pemasangan

lantai dan dinding. Kemudian dilanjutkan dengan membuat bagian atas Rumah Gadang.

Pembangunan bagian atas Rumah Gadang ditandai dengan manaikkan kudo-kudo

(menaikkan kuda-kuda). Pada saat manaikkan kudo-kudo, tuan rumah biasanya

mengadakan kenduri. Tujuan praktis dari pelaksanaan kenduri ini adalah

mengumpulkan orang-orang untuk melaksanakan gotong royong manaikkan kudo-kudo.

Pembangunan bagian atas Rumah Gadang diakhiri dengan pemasangan atap.

Page 8: Tugas SBI - Rumah Gadang

Apabila pembangunan rumah sudah selesai, maka pemilik rumah sebelum

menempatinya terlebih dahulu mengadakan kenduri manaiki rumah. Kenduri ini

dihadiri oleh semua orang yang terlibat dalam pembangunan rumah. Oleh karena

kenduri ini merupakan upacara syukuran dan tanda terima kasih kepada semua orang

yang telah membantu, maka dalam perjamuan ini semua tamu tidak membawa apa-apa.

5. Bagian-Bagian Rumah Gadang

Rumah gadang terbagi atas bagian-bagian yang masing-masing mempunyai fungsi

khusus. Seluruh bagian dalam merupakan ruangan lepas, kecuali kamar tidur. Bagian

dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang dibatasi oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari

muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang

disebut lanjar yang jumlahnya tergantung kepada besarnya rumah. Sedangkan tiang dari

kiri ke kanan dibentuk sebagai ruang yang jumlahnya selalu ganjil.

Jika dilihat dari jumlah lanjarnya, terdapat tiga tipe Rumah Gadang, yaitu: pertama,

Rumah Gadang yang hanya mempunyai dua lanjar disebut Rumah Gadang Rajo

Babandiang. Rumah tipe ini dinamai rumah Lipat Pandan. Kedua, Rumah Gadang yang

mempunyai tiga lanjar disebut dengan Rumah Gadang bapaserek/surambi papek.

Rumah tipe ini dinamai rumah Belah Rebung. Ketiga, Rumah Gadang yang mempunyai

empat lanjar disebut dengan Rumah Gadang Gajah Maharam.

Pembagian dan fungsi ruang pada Rumah Gadang tipe Gajah Maharram adalah sebagai

berikut:

Lanjar belakang terletak pada bagian dinding sebelah belakang. Lanjar ini

biasanya digunakan untuk kamar-kamar. Jumlahnya tergantung pada jumlah

perempuan yang tinggal di dalam Rumah Gadang tersebut. Kamar-kamarnya

berukuran kecil, karena hanya berisi sebuah tempat tidur, lemari dan sedikit

ruangan untuk bergerak. Kamar memang digunakan untuk tidur dan berganti

pakaian saja. Kamar itu tidak mungkin dapat digunakan untuk keperluan lain,

karena keperluan lain harus menggunakan ruang atau tempat yang terbuka.

Lanjar kedua merupakan tempat khusus penghuni kamar. Misalnya, untuk

tempat mereka makan dan menanti tamu masing-masing.

Lanjar ketiga disebut juga lanjar tengah pada rumah berlanjar. Sebagai lanjar

tengah, ia digunakan untuk tempat menanti tamu penghuni kamar masing-

masing yang berada di ruang itu.

Page 9: Tugas SBI - Rumah Gadang

Lanjar tepi. Lanjar tepi terletak di bagian depan dinding depan, merupakan

lanjar terhormat yang lazimnya digunakan sebagai tempat tamu laki-laki bila

diadakan perjamuan.

Sedangkan menurut letak ruangannya, maka struktur Rumah Gadang tipe Gajah

Maharram adalah sebagai berikut:

Ruang depan. Ruangan ini merupakan ruang besar yang dipakai sebagai ruang

keluarga, tempat mengadakan musyawarah, menerima tamu, mengadakan

upacara, dan lain sebagainya.

Ruang tengah. Ruangan ini terdiri dari kamar-kamar yang digunakan sebagai

tempat tidur penghuni wanita bersama suaminya.

Ruang Anjungan. Lantai ruangan ini lebih tinggi dari ruang depan. Sisi kanan

dan sisi kiri ruangan ini digunakan untuk tempat tidur para wanita yang baru

menikah.

Ruang Belakang. Lantainya sejajar dengan ruang depan. Ruang ini berfugsi

sebagai dapur.

6. Pelengkap Rumah Gadang

Bagian-bagian pelengkap bangunan Rumah Gadang di antaranya adalah: tabuh

larangan, lesung, kincir, pancuran dan pedati. Halaman Rumah Gadang dilengkapi

dengan puding berwarna kuning, perak, hitam dan batang kemuning sebagai pagar

hidup.

Setiap Rumah Gadang biasanya dilengkapi dengan rangkiang atau lumbung padi.

Keberadaan bangunan ini berfungsi untuk menopang kehidupan sosial dan ekonomi

orang-orang yang hidup di Rumah Gadang. Rangkiang biasanya dibangun di depan atau

di samping Rumah Gadang.

Arsitektur rangkiang hampir sama dengan Rumah Gadang. Atapnya bergonjong dan

dibuat dari ijuk. Tinggi tiang penyangganya sama dengan Rumah Gadang. Pintunya

kecil dan terletak pada bagian atas dan salah satu dinding singkok (singkap). Tangga

untuk menaiki rangkiang dapat dipindah-pindahkan, dan bila tidak digunakan disimpan

di bawah kolong Rumah Gadang. Bentuk dan jenis rangkiang/lumbung padi ada empat

macam, yaitu:

Page 10: Tugas SBI - Rumah Gadang

Si tinjau lauik (si tinjau laut). Bangunan ini digunakan sebagai tempat

menyimpan padi yang akan dijual untuk keperluan bersama atau pos

pengeluaran adat. Rangkiang ini, berbentuk langsing, bergonjong dan berukir

dengan empat tiang penyangga, dan letaknya di tengah rangkiang yang lain.

Sibayau-bayau, yaitu tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk

makan sehari-hari. Tipenya gemuk dan berdiri di atas enam tiang. Letaknya di

sebelah kanan Rumah Gadang.

Si tangguang lapa (si tanggung lapar), yaitu tempat untuk menyimpan padi

cadangan yang akan digunakan pada musim paceklik. Tipenya bersegi dan

berdiri di atas empat tiangnya.

Rangkiang Kaciak (rangkiang kecil), yaitu tempat menyimpan padi abuan yang

akan digunakan untuk benih dan biaya mengerjakan sawah pada musim

berikutnya. Atapnya tidak bergonjong dan bangunannya lebih kecil dan rendah.

Ada kalanya bentuknya bundar.

7. Ragam Hias

Bagian-bagian dari Rumah Gadang biasanya dipenuhi oleh ukiran (hiasan). Sesuai

dengan ajaran falsafah Minangkabau yang bersumber dari alam, alam takambang jadi

guru, maka ukiran-ukiran pada Rumah Gadang juga merupakan simbolisasi dari alam.

Secara garis besar, ragam hias pada Rumah Gadang terdiri dari: motif flora, akar,

kombinasi (biasanya berbentuk binatang), dan pengganti:

a. Motif flora

Motif flora ada beberapa macam, yaitu:

Motif daun. Daun yang biasanya dijadikan motif ukiran di antaranya adalah:

daun sirih, sakek (anggrek), kacang, dan bodi.

Motif bunga. Bunga yang biasanya dijadikan motif ukiran adalah cengkih,

mentimun, lada, kundur, dan kapeh.

Motif buah. Buah yang biasanya dijadikan motif ukiran adalah buah manggis,

keladi, rumbia, dan rambai.

Motif baris. Ukiran berbentuk geometri bersegitiga disebut pucuk rebung atau si

tinjau lauik. Ukiran segi empat dinamakan siku. Ukiran segi empat jajaran

genjang disebut sayat gelamai karena bentuknya seperti potongan gelamai yang

disayat berbentuk jajaran genjang.

Page 11: Tugas SBI - Rumah Gadang

b. Motif akar

Nama dari motif akar biasanya disesuaikan dengan polanya. Misalnya akar yang

berjalin karena seperti alat penangkap hewan, maka disebut jala terkakar (terhampar),

jerat terkakar atau tangguk terkakar. Sedangkan akar yang saling berkaitan dinamakan

seluk laka. Pemberian nama pada motif akar biasanya terdiri dari dua kata, misalnya:

akar cina (akar terikat), akar berpilin, akar berayun, akar segagang, dan akar dua gagang

(kembang manis).

c. Motif Kombinasi

Ada juga ukiran yang merupakan kombinasi dari ukiran-ukiran tersebut di atas,

biasanya mengunakan nama hewan, seperti: tupai, kucing, harimau, kuda, ular dan

rama-rama. Nama hewan-hewan itu lazimnya ditambah dengan satu kata yang

melukiskan keadaan, seperti rama-rama bertangkap, kucing tidur, kijang balari, gajah

badorong, dan kelelawar bergayut.

d. Motif Pengganti

Motif pengganti merupakan motif yang digunakan sebagai pengganti motif utama.

Motif pengganti ada dua macam, yaitu motif perhiasan dan motif hewan. Motif

perhiasan digunakan sebagai pengganti motif bunga atau buah. Motif perhiasan yang

sering digunakan di antaranya adalah: manik, jambul, mahkota, tirai-tirai, bintang, dan

kipas. Sedangkan motif hewan digunakan sebagai pengganti motif daun. Hewan yang

sering dijadikan motif adalah: itik, tetadu, kumbang, dan bada (ikan).

Page 12: Tugas SBI - Rumah Gadang

Motif ukiran pada Rumah Gadang

7. Nilai-Nilai

Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam sebagai guru, keberadaan Rumah

Gadang secara nyata merupakan pengejawantahan dari hasil pembelajaran dan

pemahaman masyarakat Minangkabau terhadap alam. Jika kita secara cermat

mengamati dan memahaminya, maka kita akan menemukan dan mengetahui samudra

kearifan lokal (local wisdom) masyarakat Minangkabau.

Secara fisik, arsitektur maupun  bentuk Rumah Gadang menunjukkan keselarasan

adaptasi terhadap lingkungannya. Atapnya yang lancip merupakan adaptasi terhadap

kondisi alam tropis. Dengan alat lancip, maka niscaya air tidak akan mengendap. Oleh

karena itu, walaupun hanya terbuat dari ijuk yang berlapis-lapis, Rumah Gadang tidak

Page 13: Tugas SBI - Rumah Gadang

akan bocor. Demikian juga arsitektur rumah yang membesar ke atas. Tujuannya adalah

agar bagian dalam rumah tidak basah karena tempias air hujan yang dibawa angin.  

Bentuk rumah yang berkolong juga tidak semata-mata untuk menghindar dari serangan

binatang buas, tetapi juga sebagai bentuk penyikapan pada kondisi alam tropis yang

panas. Kolong yang tinggi memungkinkan penghuninya mendapatkan hawa segar.

Selain itu, pembangunan Rumah Gadang yang memanjang dari utara ke selatan akan

menghindarkan penghuninya dari panas matahari dan hembusan angin secara langsung.

Dapat dikatakan bahwa arsitektur Rumah Gadang merupakan pengejawantahan kearifan

lokal masyarakat yang mengandung nilai-nilai kesatuan, kelarasan, dan keseimbangan

dengan alam.

Selain itu, Rumah Gadang merupakan media untuk mewariskan nilai-nilai adat

Minangkabau. Melalui Rumah Gadang, tindak-tanduk para kerabat diatur, seperti

kesopanan, tata pergaulan, cara makan, dan bagaimana melakukan interaksi dengan

anggota kaum ataupun pihak luar. Selain itu, fungsi utama dari Rumah Gadang adalah

sebagai simbol untuk menjaga dan mempertahankan sistem budaya matrilineal--sistem

kekerabatan dari garis ibu. Melalui Rumah Gadang inilah, orang-orang Minangkabau

menjamin lestarinya sistem matrilineal.

Pendapat Saya mengenai Rumah Gadang

Saya bependapat bahw sebenarnya, rumah gadang adalah salah satu bentuk kekayaan

budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Rumah ini kaya filosofi serta karya seni, baik

pada arsitekturnya hingga pada ornamen-ornamen pada dinding rumah.

Ada beberapa hal yang hendak saya kritisi setelah membaca artikel di atas antara lain:

Pembangunan rumah gadang membutuhkan kayu yang sudah tua dan memiliki

diameter yang cukup, untuk digunakan sebagai tiang utama rumah, atau dalam

bahasa Minang disebut tonggak tuo. Pada jaman modern seperti sekarang, kayu

yang memenuhi syarat tonggak tuo sudah jarang ditemui, akibat maraknya

pembalakan liar. Maka, perlu dicarikan solusi pengganti tonggak tuo, apabila

kayu yang dimaksud tidak ditemukan. Misalnya, menggunakan beton.

Hampir semua bagian rumah gadang menggunakan bahan kayu, yang

merupakan bahan mudah terbakar. Jika terjadi kebakaran, kelihatannya rumah

gadang sulit untuk diselamatkan. Kita akan kehilangan bukan saja rumah itu

sendiri, namun nilai-nilai kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Untuk itu,

Page 14: Tugas SBI - Rumah Gadang

perlu dicarikan solusi untuk meminimalisir bahaya kebakaran, di antaranya

menempatkan tabung pemadam kebakaran di sudut-sudut rumah, melapisi kayu

rumah dengan lapisan tahan api, serta menyediakan kolam di dekat rumah

sebagai sumber air apabila memang terjadi kebakaran.

Di depan rumah gadang terdapat rangkiang, yaitu lumbung padi. Menurut saya,

rangkiang ini sudah tidak aman lagi untuk menjadi tempat menyimpan beras di

jaman modern ini, karena letaknya yang di depan rumah, mudah dicuri orang di

malam hari. Lebih baik, rangkiang dijadikan elemen penghias dan pelengkap

saja.

Akhir kata, saya berpendapat bahwa rumah gadang perlu dilestarikan karena

mempunyai nilai historis yang amat tinggi. Cara pelestariannya adalah dengan

penggunaan teknologi modern, seperti contoh-contoh yang telah saya sebutkan di atas.

Meskipun agak bertentangan dengan tradisi yang ada, namun saya berpendapat bahwa

lebih baik tradisi yang agak dirubah, demi kelangsungan hidup tradisi itu sendiri.

Page 15: Tugas SBI - Rumah Gadang

Referensi:

”Alam Minangkabau”, dalam http://gusdiasdial.multiply.com/journal/item/68 ”Arsitektur”, dalam  http://www.cimbuak.net/content/view/697/7 Elza Peldi Taher, ”Rumah Gadang: Riwayatmu Kini”, dalam

http://minang.rantaunet.org/pipermail/palanta_minang.rantaunet.org/2005-November/005913.htmlGufron, ”Rangkiang”, dalam http://ranah-minang.info/content.php?article.13. 

“Rangkiang Pagaruyuang,” dalam http://priyatna.blogspot.com/2007/03/rangkiang.html

”Rangkiang”, dalam http://pipitpadi.blogspot.com/2006/09/rangkiang.html. ”Rumah Gadang dan Rangkiang”, dalam http://ukm.unit.itb.ac.id/index2.php?

option=com_content&do_pdf=1&id=11. ”Rumah Gadang”, dalam  http://ms.wikipedia.org/wiki/Rumah_Gadang. ”Rumah Gadang”, dalam http://www.cimbuak.net/content/view/1031/7/. ”Rumah Gadang,” Simbol Budaya Minangkabau, dalam

http://www.cimbuak.net/content/view/498/36/.

Page 16: Tugas SBI - Rumah Gadang

TUGAS SEJARAH BUDAYA INDONESIA

“RUMAH GADANG”

Disusun oleh:

Hangga Ganiadi (42408126)

Dosen: Drs. Martinus Legowo, M.Si.

Fakultas Seni dan Desain

Jurusan Desain Komunikasi Visual

Universitas Kristen Petra

2008