tugas proposal penelitian (bab 1 - 3)

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang awam beranggapan bahwa menjadi seorang mahasiswa itu mudah, tanggung jawabnya tidak seberat orang dewasa yang bekerja dan berumah tangga. Namun kenyataannya tidaklah demikian, banyak permasalahan yang dijumpai oleh mahasiswa di dalam menyelesaika studi S1-nya, khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi Uniersitas !arma Palembang. Permasalahan itu dapat berupa salah memilih j sehingga mahasiswa yang bersangkutan tidak mampu menyesuaikan d dengan tuntutan studi, masalah di dalam pengerjaan tugas akhir kekhawatiran terhadap karir dan masa depan, masalah di dalam hu dengan teman-teman "khususnya dengan teman-teman yang memiliki la belakang budaya yang berbeda#, hubungan dengan para dosen "tidak mampu menyesuaikan diri dengan $ara dosen mengajar#, kesepian karena tinggal dari keluarga, kondisi ekonomi keluarga, pola asuh orang tua yang berpengaruh terhadap $ara berinteraksi dengan lingkungan sosial % perb prinsip dengan orang tua, kurangnya &asilitas yang menunjang "seperti alat transportasi, notebook, uang jajan, dll#, masalah kesehatan, masalah d hubungan dengan lawan jenis, masalah-masalah lainnya yang diseb karena ketidakmampuan mahasiswa di dalam membagi waktu kuliah, tuga dan organisasi, dsb.

Upload: paulpatrick

Post on 04-Nov-2015

419 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

Berikut adalah Proposal Penelitian Kuantitatif (BAB 1 - 3) , dengan judul "Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Problem Focused Coping Strategy" semoga bermanfaat.

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBanyak orang awam beranggapan bahwa menjadi seorang mahasiswa itu mudah, tanggung jawabnya tidak seberat orang dewasa yang sudah bekerja dan berumah tangga. Namun kenyataannya tidaklah demikian, banyak permasalahan yang dijumpai oleh mahasiswa di dalam menyelesaikan studi S1-nya, khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang. Permasalahan itu dapat berupa salah memilih jurusan sehingga mahasiswa yang bersangkutan tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan studi, masalah di dalam pengerjaan tugas akhir (skripsi), kekhawatiran terhadap karir dan masa depan, masalah di dalam hubungan dengan teman-teman (khususnya dengan teman-teman yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda), hubungan dengan para dosen (tidak mampu menyesuaikan diri dengan cara dosen mengajar), kesepian karena tinggal jauh dari keluarga, kondisi ekonomi keluarga, pola asuh orang tua yang berpengaruh terhadap cara berinteraksi dengan lingkungan sosial / perbedaan prinsip dengan orang tua, kurangnya fasilitas yang menunjang (seperti alat transportasi, notebook, uang jajan, dll), masalah kesehatan, masalah di dalam hubungan dengan lawan jenis, masalah-masalah lainnya yang disebabkan karena ketidakmampuan mahasiswa di dalam membagi waktu kuliah, tugas dan organisasi, dsb.

Para mahasiswa yang mengalami permasalahan-permasalahan tersebut berada dalam situasi penuh tekanan / stress. Terkadang mahasiswa menyebut situasi / keadaan tersebut dengan galau. Galau adalah sebuah ungkapan terkini untuk menjelaskan situasi dimana seseorang sedang mengalami kebingungan, mulai kehilangan arah hidup, krisis identitas dan kelelahan emosional.

Sebagai mahasiswa program studi S1, tentu mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma berkeinginan untuk mendapatkan prestasi akademik yang baik. Namun hal tersebut tidaklah mudah untuk dicapai. Permasalahan-permasalahan seperti yang telah dijelaskan di atas dapat menjadi gangguan dan hambatan di dalam mencapai prestasi akademik yang baik / proses penyelesaian studi S1 Psikologi yang sedang mereka jalani. Beberapa mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah yang hadir selama proses studi S1-nya, memilih berhenti kuliah dan melakukan aktifitas-aktifitas lain.

Masalah-masalah yang dialami oleh para mahasiswa biasanya akan terasa semakin kompleks dan berat ketika mereka memasuki semester akhir. Tanggung jawab untuk menyelesaikan pendidikan S1 menjadi beban yang rasanya tidak terpikulkan, sehingga beberapa dari para mahasiswa tersebut memilih untuk bekerja dan memutuskan untuk berhenti dari kuliah yang telah dijalaninya selama kurang lebih 3 tahun. Ada juga mahasiswa yang memilih untuk menikah dan membina rumah tangga bersama pasangan hidupnya, sehingga beban yang dirasakan selama masa kuliah menjadi hilang karena mahasiswa tersebut beranggapan bahwa dengan menikah mereka telah membuka sebuah lembaran kehidupan yang baru.

Hal-hal di atas seharusnya tidak perlu terjadi. Sangat disayangkan jika para mahasiswa harus mengambil pilihan untuk meninggalkan perkuliahan hanya karena ketidakmampuan mereka di dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan hidup yang hadir saat proses studi S1 Psikologi-nya. Andai saja para mahasiswa mengetahui berbagai macam alternatif cara di dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahannya, tentu kegiatan kuliah tidak akan menjadi sebuah tanggung jawab yang sangat berat untuk diselesaikan.

Berpikir kreatif adalah sebuah cara untuk menyikapi keadaan dimana saat seseorang berada di dalam situasi penuh tekanan dan stres. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menganalisis sesuatu berdasarkan data atau informasi yang tersedia dan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap satu masalah yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Guilford (dalam Munandar, 2009) menyatakan kreatifitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya. Situasi galau seperti yang telah dijelaskan di atas merupakan sebuah situasi yang terkadang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti oleh para mahasiswa. Artinya para mahasiswa tersebut merasa mereka telah melakukan usaha terbaiknya di dalam menghadapi masalah-masalah yang ada, namun perasaan-perasaan negatif seperti kebingungan, kehilangan arah / tujuan hidup, krisis identitas dan kelelahan emosional tetap mereka rasakan dan tentunya mengganggu kehidupan mereka sehari-hari. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif akan berusaha keluar dari situasi-situasi tersebut, misalnya saja mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang baik akan berpikir untuk mengambil buku diktat kuliahnya, membolak-balik catatan kuliahnya, membaca atau memberi garis merah pada hal-hal yang dianggap penting mengenai materi kuliah yang sudah dilaluinya (yang akan berfungsi sebagai maping kognitif), atau jalan-jalan ke toko buku dan membeli perlengkapan / alat tulis yang dapat membantunya di dalam proses belajar pada saat mereka sedang mengalami situasi galau. Hal-hal di atas tidak perlu mengeluarkan banyak waktu, tenaga dan biaya. Artinya waktu luang yang dimiliki para mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang pada saat mengalami kegalauan, yang berpotensi digunakan untuk melamun, berhayal, beraktifitas di media sosial online, bergosip melalui aplikasi gratis di hand phone, menonton di bioskop, karoke atau pergi clubbing, yang hanya menghabiskan waktu-waktu produktif, biaya dan tenaga akan dapat digunakan secara lebih efektif, efisien dan tepat guna (sesuai dengan tujuan dan cita-cita hidup yang coba mereka capai dengan menempuh pendidikan S1 Psikologi).

Tidak dapat dipungkiri jika seseorang sedang mengalami situasi galau, ia membutuhkan dukungan sosial. Orang tersebut butuh untuk berinteraksi dengan teman-teman / lingkungan sosialnya. Orang yang bersangkutan juga membutuhkan hiburan seperti menonton di bioskop, jalan-jalan dan karoke bersama teman-teman. Namun hal-hal tersebut bukanlah cara yang tepat untuk tidak mengalami kegalauan lagi di kemudan hari. Andaikan saja mahasiswa yang bersangkutan memampukan dirinya untuk berpikir kreatif, yang mengarah pada Problem Focused Coping, tentu pikirannya akan berusaha fokus pada terselesaikannya studi S1 Psikologi yang sedang mereka jalani, sehingga mereka tidak sering mencari hiburan pada saat mengalami kegalauan. Karena dengan belajar dan mempersiapkan semua kebutuhan yang mendukung proses belajarnya (seperti membeli perlengkapan dan alat tulis, merapikan catatan kuliah, dll), mahasiswa yang bersangkutan melangkah lebih dekat pada tercapainya prestasi akademik yang baik, atau melangkah lebih dekat menuju terselesaikannya studi S1 yang sedang ditempuhnya. Karena dengan rajin belajar dan melakukan persiapan dengan baik, mahasiswa yang bersangkutan akan lulus pada semua mata kuliah di satu semester, sehingga mahasiswa yang bersangkutan tidak perlu mengulang mata kuliah yang sama di semester berikutnya. Hal tersebut tentu lebih tepat dan jitu di dalam usaha-usaha menyelesaikan permasalahan galau yang kadang kala dialami oleh para mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang.

Dengan melakukan hal-hal yang berfokus pada terselesaikannya studi S1 yang sedang mereka jalani, para mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang akan mendapatkan semangat yang baru, cara berpikir baru dan yang lebih kreatif. Sehingga mahasiswa yang bersangkutan akan dengan segera keluar dari situasi galau yang mereka alami dan melupakannya. Dalam ilmu psikologi, kemampuan dalam menyelesaikan masalah disebut Coping. Strategi Coping adalah sebuah upaya, baik mental (kognitif / cara berpikir) maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, menerima, mengurangi atau meminimalisasikan suatu situasi / kejadian yang penuh tekanan, agar rasa aman dalam diri individu yang bersangkutan timbul kembali (Harowitz dalam Sumbayak, 2008). Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 2006), ada 2 jenis Strategi Coping, yaitu Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping. Dalam penelitian ini yang akan diuji secara empiris adalah Problem Focused Coping Strategy. Apakah terdapat hubungan antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Problem Focused Coping Strategy pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang. Jika ada, bagaimana hubungan kedua variabel tersebut.

Problem Focused Coping Strategy merupakan jenis strategi coping dimana individu yang sedang ingin menyelesaikan masalah yang dialaminya, secara aktif mencari cara penyelesaian masalah (dengan mempelajari keterampilan baru) untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang penuh tekanan / stres. Individu cenderung menggunakan strategi ini jika mereka percaya bahwa tuntutan dari situasi dapat diubah (Lazarus dan Folkman dalam Sarafino, 2006). Contoh-contoh aplikasi dari strategi coping ini adalah jika seseorang mengalami stres karena banyaknya tugas kuliah, maka penyelesaiannya adalah dengan menyelesaikan tugas tersebut. Jika mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang galau karena tidak dapat topik / judul tugas akhir, mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang baik akan berpikir dan mengusahakan jalan keluarnya dengan melakukan Problem Focused Coping Strategy dengan cara melihat buku-buku skripsi senior, lalu meminta saran pada dosen pembimbing atau pemilik skripsi untuk dapat segera menemukan topik / judul tugas akhir yang tepat. Cara ini lebih tepat dan jitu dari pada mahasiswa yang bersangkutan menghabiskan waktu berinteraksi di media sosial online untuk bergosip dan membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan penyelesaian masalah yang sedang dialaminya. Sebagai contoh lain yang menunjukkan pentingnya kemampuan berpikir kreatif di dalam melakukan Problem Focused Coping Strategy adalah jika ada mahasiswa semester akhir yang tidak tahu harus dari mana mengerjakan tugas akhir / skripsinya, mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang baik akan berpikir dan mengusahakan jalan keluarnya dengan melakukan Problem Focused Coping Strategy dengan cara bertanya kepada teman / senior untuk belajar dari pengalaman mereka atau mendiskusikan hal tersebut dengan dosen pembimbing. Cara tersebut lebih tepat dan jitu dari pada pergi karoke atau menonton film di bioskop bersama teman-teman dan rombongannya. Contoh lainnya yang menunjukkan pentingnya kemampuan berpikir kreatif di dalam melakukan Problem Focused Coping Strategy adalah jika ada mahasiswa yang malas menghadapi dosen pembimbing, mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif akan berpikir dan mengusahkan jalan keluarnya dengan melakukan Problem Focused Coping Strategy dengan cara mengubah cara pandang yang keliru (yang beranggapan bahwa dosen pembimbing akan berusaha mencarikan jalan keluar bagi mahasiswa yang bermasalah di dalam pengerjaan tugas akhirnya). Cara ini lebih tepat dan jitu dari pada mahasiswa yang bersangkutan hanya melamun dan berhayal di dalam kamar. Mahasiswa yang berpikir kreatif akan mengubah pola pikir (mind set-nya) dengan berpikir bahwa mahasiswa yang butuh dosen bukan sebaliknya, sehingga mahasiswa harus aktif menemui dosen pembimbing, meminta nomor HP dosen pembimbing, meminta maaf bila mahasiswa yang bersangkutan melakukan kesalahan.

Contoh lain yang menunjukkan pentingnya kemampuan berpikir kreatif di dalam melakukan Problem Focused Coping Strategy adalah jika ada mahasiswa semester akhir yang galau karena tidak pernah melakukan presentasi dan tanya jawab sehingga gugup pada saat sidang tugas akhir. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang baik akan berpikir dan mengusahakan jalan keluarnya dengan melakukan Problem Focused Coping Strategy dengan cara meminta doa restu dari orang tua, berdoa kepada Tuhan sehingga mendapatkan ketenangan. Cara ini lebih tepat dan jitu dari pada merokok atau minum-minuman keras yang hanya merusak kesehatan fisik mahasiswa yang bersangkutan. Mahasiswa yang melakukan Problem Focused Coping Strategy akan berpikir bahwa rasa gugup yang mereka rasakan adalah reaksi normal dan bagus. Bahwa hal tersebut menunjukkan jika mereka ingin memberikan yang terbaik bagi diri mereka sendiri dan dosen pembimbingnya. Contoh lain berikutnya, yang menunjukkan pentingnya kemampuan berpikir kreatif di dalam melakukan Problem Focused Coping Strategy adalah jika ada mahasiswa semester akhir yang galau karena terus menerus melihat teman-teman mereka yang lulus kuliah sementara diri mereka sendiri belum mulai mengerjakan tugas akhir. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang baik akan berpikir dan mengusahakan jalan keluarnya dengan melakukan Problem Focused Coping Strategy, dengan cara lebih memfokuskan diri di dalam mengerjakan tugas-tugasnya dan menyingkirkan hal-hal yang mengalihkan perhatian, ingat akan orang tua, keras dan tegas kepada diri sendiri, tidak mencari-cari alasan untuk menunda mengerjakan tugas akhir, tidak menyerah, membuang rasa malu dan tidak mempedulikan apa yang dikatakan oleh orang lain (terutama hal-hal yang negatif), yang penting mereka dapat segera lulus.

Kemampuan Berpikir Kreatif menjadi penting di dalam pelaksanaan Problem Focused Coping Strategy karena berpikir kreatif membuka kesempatan kepada para mahasiswa untuk mencari solusi terbaik di dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang mereka alami, dengan tidak terpaku pada kebiasaan atau cara penyelesaian yang lama. Berpikir kreatif juga membuat mahasiswa berpikir analitis, teliti dan sintesis di dalam membuat sebuah keputusan. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif akan memiliki pola pikir yang fleksibel / divergen dan cenderung membuat keputusan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya dengan tepat guna, efektif dan efisien. Kesemua kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik jika mahasiswa yang bersangkutan sering membaca dan berwawasan luas.B. Rumusan Masalah.Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan pertanyaan permasalahan di dalam penelitian ini adalah Apakah Kemampuan Berpikir Kreatif Berhubungan dengan Problem Focused Coping Strategy pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang ?

C. Tujuan Penelitian.Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Problem Focused Coping Strategy pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang. D. Manfaat Penelitian.Manfaat yang diharapkan bisa diambil dalam penelitian ini adalah :1. Secara teoritis.Penelitian ini dapat memberikan bukti empiris tentang adanya hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Problem Focused Coping Strategy, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi bidang psikologi terutama psikologi pendidikan dan psikologi sosial.

2. Secara praktis.a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan wawasan bagi para dosen dan institusi pendidikan, mengenai pentingnya berpikir kreatif di dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami para mahasiswa.b. Penelitian ini dapat memberi motivasi bagi para mahasiswa (khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang) untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya di dalam menghadapi permasalahan kehidupan mereka dengan menggunakan Problem Focused Coping Strategy.c. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi / rujukan yang berguna bagi peneliti / ilmuwan lain di dalam mengerjakan penelitian dengan topik serupa.

E.Keaslian Penelitian.Penelitian dalam Bahasa Indonesia dengan topik sama yang pernah dilakukan antara lain berjudul Peran Kreativitas Dalam Membentuk Strategi Coping Mahasiswa Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Dan Gaya Belajar. Penelitian ini dilakukan oleh Adnani Budi Utami dan Niken Titi Pratitis (Mahasiswa dan mahasiswi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya). Penelitian dimuat dalam Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Sept. 2013, Vol. 2, No. 3, hal 232 247.Penelitian dengan topik yang sama lainnya dalam Bahasa Indonesia yang pernah dilakukan berjudul Hubungan antara Kreativitas dan Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia. Penelitian dilakukan oleh Melly (Program Reguler Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok, 2008).

Penelitian dengan topik sama lainnya yang pernah dilakukan berjudul Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan oleh Fara Sofah Intani, Endang R. Surjaningrum (Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya). Penelitian dimuat dalam INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010.

Penelitian berikutnya yang pernah dilakukan dengan topik yang sama dalam Bahasa Indonesia berjudul Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Strategi Coping Stres yang Mengalami Kesulitan Belajar pada Siswa MAN Malang. Penelitian dilakukan oleh Zhuria Rochmatus Saadah (Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, 2008.

Penelitian dengan topik yang sama dalam Bahasa Indonesia, yang pernah dilakukan berjudul Studi Hubungan Antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Intelegensi dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas II Di SMP Kristen Pirngadi Surabaya. Penelitian tersebut dilakukan oleh Pratmawati (Fakultas Psikologi UBAYA, 1992).

Sedangkan penelitian dalam Bahasa Inggris dengan topik yang sama, yang pernah dilakukan berjudul The Relationship between Social Support, Coping Strategies and Stress among Iranian Adolescents Living in Malaysia. Penelitian dilakukan oleh Mohtaram Rabbani (PhD Candidate), Mariani Bintie Mansor, PhD (Senior Lecturer), Siti Nor Yaacob, PhD (Senior Lecturer), Mansor Abu Talib, PhD (Associate Professor). All of them from Faculty of Human Ecology, University Putra Malaysia. Penelitian dipublikasikan di Tojce.com (The Online Journal of Counseling and Education, 2014).

Penelitian dalam Bahasa Inggris dengan topik yang sama, yang pernah dilakukan berjudul Relationship of Creative Thinking with the Academic Achievements of Secondary School Students. Penelitian dilakukan oleh Muhammad Nadeem Anwar (University of Sargodha, Pakistan), Asma Khizar, M.Phil Scholar, Muhammad Naseer, M.Phil Scholar and Gulam Muhammad, M.Phil Scholar (Department of Education, University of Sargodha, Pakistan), Muhammad Aness, (Deputy Regional Director, AIOU Campus, Mirpur, AJK, Pakistan). Penelitian dipublikasikan di International Interdisciplinary Journal of Education April 2012, Volume 1, Issue 3.

Penelitian lainnya dalam Bahasa Inggris dengan topik yang sama, yang pernah dilakukan berjudul Self-Perceived Problem-Solving Ability, Stress Appraisal and Coping Over Time. Penelitian dilakukan oleh Rebecca R. Macnair and Timothy R. Elliott (Virginia Commonwealth University).Penelitian lainnya dengan topik yang sama dalam Bahasa Inggris, yang pernah dilakukan berjudul Exploring The Relationship Between Perceived Emotional Intelligence and Coping Skills of Undergraduate Students. Penelitian dilakukan oleh Atlgan Erzkan (PhD, Associate Professor, Mugla Stk Kocman University, Faculty of Education, Department of Educational Sciences). Penelitian dipublikasikan di International Journal of Human Sciences, 10(1), 1537-1549.

Penelitian dalam Bahasa Inggris lainnya dengan topik yang sama, yang pernah dilakukan berjudul Positive Thinking in Coping with Stress and Health outcomes : Literature Review. Penelitian dilakukan oleh Zarghuna Naseem & Ruhi Khalid. Penelitian dipublikasikan di Journal of Research and Reflections in Education. June 2010, Vol.4, No.1, pp 42 - 61.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berpikir Kreatif.1. Definisi.Menurut Papu (dalam Sumarmo, 2010), kreativitas memuat empat proses utama yaitu: eksplorasi, menemukan, memilih, dan menerapkan. Jadi berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan terhadap masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya, dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat membuat hubungan-hubungan di dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Coleman dan Hammen (dalam Sukmadinata, 2004: 177) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality), dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating).

Puccio dan Mudock (Costa, ed., 2001), mengatakan bahwa berpikir kreatif memuat aspek ketrampilan kognitif dan meta kognitif. Kemampuan tersebut antara lain mengidentifikasi masalah, menyusun pertanyaan, mengidentifikasi data yang relevan dan tidak relevan, produktif, menghasilkan banyak ide (ide yang berbeda dan produk / ide yang baru dan memuat disposisi yaitu bersikap terbuka, berani mengambil posisi, bertindak cepat, bersikap atau berpandangan bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan yang kompleks), memanfaatkan cara berpikir orang lain dengan kritis, dan sikap sensitif terhadap perasaan orang lain.

2. Aspek - Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif.Menurut Munandar (2009 : 192) aspek aspek dari kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut :a. Berpikir Lancar (Fluent Thinking) atau kelancaran yang menyebabkan seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. Keterampilan berfikir lancar memiliki ciri-ciri antara lain mencetuskan banyak gagasan dalam menyelesaikan masalah, memberikan banyak cara atau saran untul melakukan berbagai hal, bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada yang lain.b. Berpikr Luwes (Flexible Thinking) atau kelenturan yang menyebabkan seseorang mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi. Kemampuan berfikir luwes mempunyai ciri-ciri antara lain menghasilkan gagasan penyelesaian masalah atau jawaban suatu pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, menyajikan suatu konsep dengan cara yang berbeda.c. Berpikir Orisinil (Original Thinking) yang menyebabkan seseorang mampu melahirkan ungkapan ungkapan yang baru dan unik atau mampu menemukan kombinasi kombinasi yang tidak biasa dari unsur unsur yang biasa. Kemampuan berfikir orisinil mempunyai ciri-ciri antara lain memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah, membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. d. Keterampilan Mengelaborasi (Elaboration Ability) yang menyebabkan seseorang mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan. Kemampuan keterampilan memperinci (mengelaborasi) mempunyai ciri-ciri yaitu mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, menambah atau memperinci suatu gagasan sehingga meningkatkan kualitas gagasan tersebut.e. Keterampilan Mengevaluasi (Evaluation Ability).Kemampuan keterampilan mengevaluasi mempunyai ciri-ciri antara lain dapat menentukan kebenaran suatu kebenaran pertanyaan atau kebenaran suatu rencana penyelesaian masalah, dapat mencetuskan gagasan-gagasan penyelesaian suatu masalah dan dapat melaksanakannya dengan benar dan mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

3. Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kreatif.Sund mengungkapkan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal dengan ciri-ciri sebagai berikut (dalam Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, Hlm. 147), Hasrat keingintahuan yang cukup besar, Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, Panjang / banyak akal, Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti, Cenderung menyukai tugas yang berat dan sulit, Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan, Memiliki dedikasi, bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas, Berpikir fleksibel, Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak, Kemampuan membuat analisis dan sintesis, Memiliki semangat bertanya serta meneliti, Memiliki daya abstraksi yang cukup baik, Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Kreatif.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers (dalam Munandar, 2005) adalah :a. Faktor Internal Individu.Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya :1. Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.2. Evaluasi Internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.3. Kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Faktor Eksternal (Lingkungan).Faktor Eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang memberikan keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat. Hal-hal dari kebudayaan yang membantu pengembangan kreativitas , antara lain : (1) tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media, (2) adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat, (3) menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang, (4) memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin, (5) keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda, (6) adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda, (7) adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan (8) adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif.

Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga orang tua adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan kreativitas anak. Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.

Selain itu Hurlock (dalam Esty Kustanty, 2008), mengatakan ada 6 faktor yang menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu :a. Jenis kelamin.Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orang tua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.b. Status Sosio Ekonomi.Anak dari kelompok sosio ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosio ekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi terciptanya kreativitas.c. Urutan Kelahiran.Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan dari pada bawaan. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang tua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut dari pada pencipta.d. Ukuran Keluarga.Anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif dari pada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak lebih otoriter. e. Lingkungan.Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan. Pengaruh dari media massa dan fasilitas publik seperti tempat hiburan,dll mempengaruhi terbentuknya kreativitas.f. Intelegensi.Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari pada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.

B. Problem Focused Coping Strategy.1. Definisi.Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 2006), Problem Focused Coping Strategy adalah suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan yang ada, baik itu tuntutan yang berasal dari individu (internal) maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan (eksternal) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressfull tersebut. Individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres (Taylor, 2009).

2. Aspek Aspek Problem Focused Coping Strategy.Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 2009) menyebutkan aspek-aspek Problem Focused Coping Strategy antara lain :- Keaktifan diri, suatu tindakan untuk mencoba menghilangkan atau mengelabuhi penyebab stres atau memperbaiki akibatnya dengan cara langsung.- Perencanaan, memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stres antara lain dengan membuat strategi untuk bertindak, memikirkan tentang langkah upaya yang perlu diambil dalam menangani suatu masalah dan melakukan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap, analitis.- Kontrol diri, individu membatasi keterlibatannya dalam aktifitas kompetisi / persaingan dan tidak bertindak terburu-buru dalam mengambil sebuah keputusan atau bertindak.- Mencari dukungan sosial yang bersifat instrumental, yaitu sebagai nasihat, bantuan atau informasi.-Distacing, usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan cara pandang yang positif, seperti menganggap remeh / lelucon sebuah masalah.-Positive Reapraisal, usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan yang ada dengan melakukan pengembangan diri dan mengubah cara berpikir lama. Cara ini biasanya berhubungan dengan religiusitas.

3. Faktor yang Mempengaruhi Problem Focused Coping Strategy.Menurut Mutadin (2002) cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik / energi, keterampilan memecahkan masalah, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi.

a. Kesehatan Fisik dan energi.Kesehatan merupakan hal yang penting, karena dalam keadaan tubuh yang sehatlah seseorang dapat berusaha mengatasi stresnya dengan mengerahkan tenaga yang cukup besar.b. Keterampilan Memecahkan Masalah.Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.c. Keyakinan atau Pandangan Positif.Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (Eksternal Locus of Control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan Problem Focused Coping Strategy-nya.d. Keterampilan Sosial.Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.e. Dukungan Sosial.Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi danemosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.f. Materi.Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Identitas Variabel Penelitian.Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan dikaji adalah :1. Variabel Prediktor: Kemampuan Berpikir Kreatif.2. Variabel Kriterium: Problem Focused Coping Strategy.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian.Definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah :1. Kemampuan Berpikir Kreatif adalah kemampuan menganalisis sesuatu berdasarkan data atau informasi yang tersedia dan menemukan banyak kemungkinan jawaban yang sama benarnya terhadap satu masalah yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban terhadap suatu persoalan.2. Problem Focused Coping Strategy adalah salah satu jenis strategi coping dimana individu yang sedang ingin menyelesaikan masalah yang dialaminya, secara aktif mencari cara penyelesaian masalah dengan mempelajari keterampilan baru, untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang penuh tekanan / stres.

C. Subjek Penelitian.Subjek penelitian ini adalah : 1. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang.2. Semester 5, 6, 7, 8.3. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

D. Metode Pengumpulan Data.Untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan Kemampuan Berpikir Kreatif dalam penelitian ini, digunakan alat tes baku, Tes Kemampuan Figura. Sedangkan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan Problem Solving Coping Strategy digunakan metode kuisioner. Pertanyaan-pertanyaan dalam metode ini disusun secara sistematis kemudian diberikan kepada subjek penelitian untuk diisi. Format respon disajikan dalam empat pilihan jawaban antara lain Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).