tugas proposal

18
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air tawar bersih yang layak minum kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari  buangan sampah organik rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah pun sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki sepitank maupun air permukaan yang tercemar. Namun sebagaimana kita ketahui kebutuhan akan tersedianya air bersih  bagi masyarakat merupakan harga mati, maka tidak mengherankan jika akhir- akhir ini usaha air minum dalam kemasan (AMDK) yang menggunakan mata air dari pegunungan banyak dikonsumsi, namun harga AMDK dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah. Solusi yang sering digunakan oleh konsumen ialah dengan memanfaatkan air minum isi ulang. Air minum isi ulang bisa diperoleh dari dep ot-depot air minum dengan harga sepertiga dari p roduk air minum dalam kemasan yang bermerek, maka tidak mengherankan jika banyak konsumen beralih pada layanan ini. Kabupaten Sleman semenjak tahun 2002 sampai saat ini terdapat 30 depot air minum isi ulang sebagian besar berada di wilayah Depok. Pada awal  perkembangannya, depot air minum isi ulang di wilayah Kabupaten Sleman hanya menggunakan izin gangguan usaha (HO). Sementara di beberapa depot air minum menyertakan juga hasil pemeriksaan air baku dari Laboratorium 1

Upload: dechie-nyoh

Post on 13-Jul-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 1/18

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Air tawar bersih yang layak minum kian langka di perkotaan. Sungai-sungai

yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari

 buangan sampah organik rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air 

tanah pun sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah

terkontaminasi rembesan dari tangki sepitank maupun air permukaan yang

tercemar. Namun sebagaimana kita ketahui kebutuhan akan tersedianya air bersih

  bagi masyarakat merupakan harga mati, maka tidak mengherankan jika akhir-

akhir ini usaha air minum dalam kemasan (AMDK) yang menggunakan mata air 

dari pegunungan banyak dikonsumsi, namun harga AMDK dari berbagai merek 

yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah.

Solusi yang sering digunakan oleh konsumen ialah dengan memanfaatkan air 

minum isi ulang. Air minum isi ulang bisa diperoleh dari depot-depot air minum

dengan harga sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek,

maka tidak mengherankan jika banyak konsumen beralih pada layanan ini.

Kabupaten Sleman semenjak tahun 2002 sampai saat ini terdapat 30 depot air 

minum isi ulang sebagian besar berada di wilayah Depok. Pada awal

  perkembangannya, depot air minum isi ulang di wilayah Kabupaten Sleman

hanya menggunakan izin gangguan usaha (HO). Sementara di beberapa depot air 

minum menyertakan juga hasil pemeriksaan air baku dari Laboratorium

1

Page 2: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 2/18

2

Pengawasan Air Dinas Kesehatan pada awal pendirian usahanya.

Kualitas air minum isi ulang mulai dipertanyakan setelah Badan POM

melakukan pemeriksaan terhadap beberapa depot air minum isi ulang di 5 kota

  besar pada tahun 2005 salah satu kota yang diteliti adalah Daerah Istimewa

Yogyakarta. Hasil pemeriksaan tersebut cukup mencengangkan karena ditemukan

kandungan bakteri Colliform pada air hasil produksi depot air minum isi ulang.

Bakteri Colliform yang terdapat dalam air minum isi ulang tidak menimbulkan

reaksi dalam waktu yang singkat, tetapi dalam jangka waktu tertentu dapat

menimbulkan sejumlah penyakit, seperti diare. Terdapatnya kandungan bakteri

colliform dalam air minum isi ulang disebabkan oleh faktor ketidaksempurnaan

higienitas produksi air minum isi ulang, sanitasi yang rendah, dan sumber air baku

yang tercemar.

Kualitas air minum isi ulang yang tercemar sebagaimana terurai di atas

seharusnya bisa dicegah ataupun diminimalis jika pelaku usaha dalam hal ini

  pemilik depot air minum mentaati ketentuan Keputusan Menteri Perindustrian

dan Perdagangan no 651 tahun 2004 tentang persyaratan teknis depot air minum

dan perdagangannya yang didalam lampirannya diatur mengenai alat, bahan baku,

serta prosedur yang benar untuk mengolah air baku menjadi air minum. Selain itu

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 907 tahun 2002

tentang syarat-syarat dan kualitas air minum dalam Pasal 2 ayat (2) disebutkan

mengenai syarat yang harus dipenuhi untuk kesehatan air minum yaitu : syarat

  bekteorologis, kimia,radioaktif dan fisik. Pelaku usaha wajib memperhatikan

kedua peraturan sebagaimana tersebut diatas agar proses pengolahan air baku

Page 3: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 3/18

3

menjadi air minum isi ulang sesuai dengan prosedur atau dapat dikatakan telah

memenuhi standar mutu yang ditetapkan, sehingga tidak menimbulkan adanya

  bakteri pathogen yang merugikan konsumen. Tetapi pada kenyataannya pada

Kabupaten Sleman terdapat beberapa depot air minum yang standar pengolahan

air baku menjadi air minum tidak sesuai dengan ketentuan. Air minum yang

dihasilkan mengandung bakteri pathogen dan jika dikonsumsi dalam jangka

waktu yang lama akan menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit, salah satu

  penyakit yang paling sering muncul adalah diare. Penyakit yang diderita oleh

konsumen merupakan kerugian konsumen, akan tetapi kerugian ini tidak 

  berbanding lurus dengan perlindungan hukum yang maksimal terhadap

konsumen. Hal ini terjadi karena kurangnya kepedulian pemilik depot ataupun

 pelaku usaha terhadap kualitas air minum isi ulang yang dihasilkan, pelaku usaha

cenderung hanya memperhatikan keuntungan dengan mengabaikan kesehatan dari

konsumen. Sementara di lain pihak konsumen juga kurang memahami ataupun

kurang pengetahuan mengenai payung hukum dan lembaga yang dapat membantu

untuk mejaga agar hak-haknya selaku konsumen dapat terpenuhi. Hal ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen air 

minum isi ulang pada Kabupaten Sleman masih belum maksimal ataupan dapat

dikatakan perlindungan hukum terhadap konsumen masih berupa idealita.

Pelaku usaha (pemilik depot air minum isi ulang) dalam prakteknya ketika

menjalankan usahanya tidak memberikan informasi yang jujur kepada konsumen

terkait produk air minum isi ulang yang diproduksi, biasanya tentang sumber air 

 baku dan proses pengolahannya. Hal ini jelas-jelas bertentang dengan ketentuan

Page 4: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 4/18

4

UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Pasal-pasal dalam UU

Perlindungan Konsumen yang patut diduga dilanggar oleh pelaku usaha dalam

melakukan kegiatan usahanya, yaitu :

Pasal 8 ayat (1) huruf a

Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau

 jasa yang :

tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan

ketentuan peraturan perundangundangan;

Pasal 9 ayat (1) huruf a

Pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan, mengiklankan suatu

 barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah :

  barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga

khusus,standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu,

sejarah atau guna tertentu.

Pasal 10 huruf e

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk 

diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau

membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai:

 bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.

Selain permasalahan sebagaimana terurai diatas, terkait dengan perlindungan

hukum konsumen air minum isi ulang terdapat satu permasalahan yang menarik 

untuk dikaji yaitu mengenai Balai Besar POM Yogyakarta. Sebagaimana kita

ketahui bahwa kualitas air minum isi ulang terkait standarisasinya perlu

Page 5: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 5/18

5

mendapatkankan perhatian, hal ini karena terdapat pelaku usaha yang

mengesampingkan kualitas demi keuntungan yang besar. Akibatnya terdapat

depot air minum yang kualitas air minumnya tidak sesuai standar sehingga air 

yang dihasilkan mengandung bakteri pathogen yang bermuara pada kerugian

terhadap konsumen. Permasalahan menjadi semakin rumit jika ternyata konsumen

yang mengkonsumsi air yang mengandung bakteri pathogen tersebut sakit setelah

mengkonsumsi air minum isi ulang. Sehingga dalam hal ini patut dipertanyakan

  bagaimana kemungkinan Balai Besar POM Yogyakarta dipertanggugatkan, jika

muncul permasalahan konsumen mengadu pada Balai Besar POM Yogyakarta atas

kualitas air minum isi ulang yang tidak sesuai standar dan membuat konsumen

dirugikan karena sakit setelah mengkonsumsi air minum isi ulang tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu diadakan suatu penelitian untuk 

mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum

  bagi konsumen air minum isi ulang di Kabupaten Sleman. Serta kemungkinan

Balai Besar POM Yogyakarta dipertanggunggugatkan atas pengaduan konsumen

yang mengalami kerugian setelah mengkonsumsi air minum isi ulang.

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan diatas, maka

 permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1.  Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen air minum isi ulang di

Kabupaten Sleman?

Page 6: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 6/18

6

2.  Apakah Balai Besar POM Yogyakarta dapat dipertanggunggugatkan

terhadap konsumen yang mengalami kerugian akibat mengkonsumsi air 

minum isi ulang yang tidak sesuai standar?

C.  Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas maka tujuan diadakannya

 penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi konsumen air minum isi

ulang di Kabupaten Sleman.

2  Untuk mengetahui kemungkinan Balai Besar POM Yogyakarta

dipertanggunggugatkan terhadap konsumen yang mengalami kerugian

akibat mengkonsumsi air minum isi ulang yang tidak sesuai standar.

D.  Tinjauan Pustaka

Konsumen dalam berbagai kondisi sering kali ditempatkan pada posisi yang

lemah, bila dibandingkan dengan produsen. Hal tersebut menyebabkan hukum

 perlindungan konsumen dianggap penting keberadaannya, disamping disebabkan

faktor lain seperti semakin beragamnya jumlah produk yang beredar di pasar.

Kemajuan teknologi sering kali memunculkan beragam produk-produk baru

yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Salah satunya adalah produk air 

minum isi ulang. Produk ini disambut baik oleh konsumen sebagai salah satu

alternatif solusi dari sulitnya mendapatkan air yang layak dikonsumsi. Harga yang

ditawarkan produsen air minum isi ulang jauh lebih murah jika dibandingkan

Page 7: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 7/18

7

dengan air minum dalam kemasan pada volume yang sama.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan nomor 651 tahun 2004 tentang persyaratan tekhnis depot air minum

dan perdagangannya, dapat disimpulkan mengenai pengertian air minum isi ulang

yaitu air baku yang telah diproses oleh depot air minum sehingga aman untuk 

diminum.

Air minum isi ulang belum ada standar nasional seperti air minum dalam

kemasan, yang ada hanya pedoman untuk depot air minum agar menghasilkan air 

isi ulang yang baik yang terdapat dalam lampiran Menteri Perindustrian dan

Perdagangan nomor 651 tahun 2004 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik 

Indonesia nomor 907 tahun 2002 tentang syarat-syarat pengawasan dan kualitas

air minum.

Dalam KUH Perdata yang paling banyak digunakan atau berkaitan dengan

asas-asas hukum mengenai hubungan dan masalah konsumen adalah buku ketiga

yang memuat berbagai hubungan hukum konsumen, yaitu perikatan yang terjadi

 baik berdasarkan undang-undang maupun persetujuan (Pasal 1233 KUH Perdata),

dan buku keempat tentang pembuktian dan kadaluawarsa. Dalam KUH Perdata

Pasal 1313 dijelaskan tentang pengertian perjanjian yaitu,”suatu perbuatan dengan

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih“. Sedangkan menurut Prof. Subekti,S.H. suatu perjanjian adalah suatu

 peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu

saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.1

  1 Subekti , Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2002, hlm.1

Page 8: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 8/18

8

Perjanjian yang akan dikupas dalam penelitian ini adalah perjanjian jual beli

hal ini karena hubungan hukum awal yang terjadi antara konsumen dan pelaku

usaha dalam hal ini adalah pemilik depot air minum adalah berupa perjanjian jual-

 beli dengan obyeknya berupa air minum isi ulang. Perjanjian jual beli merupakan

  perjanjian yang paling lazim diadakan diantara masyarakat. Sedang dalam

 perekonomian, seorang penjual melepaskan hak miliknya atas suatu barang oleh

karena dianggap kurang perlu untuk memenuhi kebutuhan perekonomiannya

secara mendapat hak milik atas barang itu. Maka adalah layak apabila dianggap

  bahwa tujuan perekonomian adalah memindahkan hak milik atas suatu barang

dari seorang tertentu kepada orang lain.2

Jual beli merupakan suatu perjanjian timbal balik, dimana pihak yang satu

(penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak 

yang lain (pembeli) untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang

sebagai imbalan atas perolehan atas hak milik tersebut3

Dari pengertian jual beli tersebut, perjanjian jual beli membebankan 2

kewajiban, yaitu4:

1. Kewajiban pihak penjual, menyerahkan barang yang dijual kepada

 pembeli

2. Kewajiban pihak pembeli, membayar harga barang yang dibeli kepada

 penjual.

2Wiryono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,

Sumur Bandung, Jakarta, 197, hlm. 17.3 Subekti , Aneka Perjanjian, Ctk. Kesembilan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hlm. 14

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Ctk. Kedua, Penerbit Alumni,Bandung, 1986, hlm. 18.

Page 9: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 9/18

9

Jual beli dalam konteks perjanjian dinyatakan bersifat konsensual, artinya

  perjanjian dianggap telah terjadi jika sudah ada kesepakatan. Pendapat ini

diperkuat lagi dengan melihat ketentuan Pasal 1458 KUH Perdata yang

menyatakan : “ jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika

setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan

harganya meskipun kebendaan tersebut belum diserahkan, maupun harganya

 belum dibayar”.

Perjanjian jual beli juga bersifat obligatoir, dimana pihak-pihak sepakat untuk 

melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain, sebagaimana diatur dalam

Pasal 1459 KUH Perdata, “hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah

kepada si pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut Pasal 612,

613 dan 616”.

Selain kedua sifat tersebut diatas, dalam perjanjian terdapat beberapa asas

yang terdapat di dalamnya diantaranya asas kebebasan berkontrak, asas pacta

sund servanda atau mengikat seperti undang-undang, dan asas iktikad baik.

Pengertian perlindungan konsumen terwujud dalam ketentuan Pasal 1 ayat(1)

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu “

segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan

 perlindungan kepada konsumen”. Kalimat yang menyatakan “segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk 

meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya

Page 10: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 10/18

10

demi untuk kepentingan perlindungan konsumen.5Pengertian tersebut kemudian

diparalelkan dengan definisi konsumen yang diatur dalam Pasal 1 angka 2

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999,”konsumen adalah setiap orang pemakai

 barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri

sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk 

diperdagangkan”.

Pernyataan tidak untuk diperdagangkan yang dinyatakan dalam definisi dari

konsumen ini ternyata memang dibuat sejalan dengan pengertian   pelaku usaha 

yang diberikan oleh Undang-Undang, di mana dikatakan bahwa yang dimaksud

dengan pelaku usaha adalah :6

Setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik 

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjianmenyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Baik konsumen dan pelaku usaha, selain mempunyai hak, mereka juga

mempunyai kewajiban baik yang timbul karena perjanjian antara pihak-pihak 

yang mempunyai hubungan hukum tersebut maupun yang lahir karena undang-

undang.

UU Perlindungan Konsumen mengatur tentang hak konsumen yang terdapat

 pada Pasal 4, yaitu:

a.  hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

 barang dan/atau jasa;

5Ahmadi Miru, Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Cetakan Kesatu, PT Raja

Grafindo, Jakarta, 2004, hlm. 1.6

Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Cetakan Ketiga,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 5

Page 11: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 11/18

11

 b.  hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan

nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c.  hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

 jaminan barang dan/atau jasa;

d.  hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

e.  hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f.  hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g.  hak untuk diperlakukakan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak 

diskriminatif;

h.  hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya;

i.  hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Kewajiban konsumen diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen , yaitu:

a.  membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

 pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan;

 b.    beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

 jasa;

c.  membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

Page 12: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 12/18

12

d.  mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

hak pelaku usaha menurut Pasal 6 Undang-Undang No.8 Tahun 1999, yaitu:

a.  hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

 b.  hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

 beriktikad tidak baik;

c.  hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

d.  hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

e.  hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Selain hak-hak tersebut dibebankan pula atas kewajiban-kewajiban pelaku

usaha yang diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, yaitu:

a.   beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

 b.  memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

  jaminan barang dan/atau jaa serta memberi penjelasan penggunaan,

 perbaikan, dan pemeliharaan;

c.  memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

Page 13: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 13/18

13

d.  menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

yang berlaku;

e.  memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba

 barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas

 barang yang dibuat dan atau di perdagangkan;

f.  memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

 perjanjian.

Untuk diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya

kewajiban masing-masing pihak tersebut diperlukan adanya pembinaan serta

  pengawasan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen. Salah satu badan

non departemen yang melakukan pengawasan agar produk yang tersedia di

 pasaran sesuai dengan standar adalah Badan POM. Badan POM ini pada awalanya

 berada di bawah Dinas Kesehatan, namun sejak tahun 2001 tidak lagi di bawah

Dinas Kesehatan, Badan POM merupakan lembaga non departemen yang

independen. Badan POM mempuyai Tugas dan Wewenang :

1.  Pengaturan, regulasi, dan standardisasi;

2.  Lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan Cara-cara

Produksi yang baik;

3.  Evaluasi produk sebelum diizinkan beredar ;

4.  Post marketing vigilance termasuk sampling dan pengujian laboratorium;

  pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan dan penegakan

Page 14: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 14/18

14

hukum;

5.  Pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk;

6.  Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan, dan;

7.  Komunikasi, informasi dan edukasi publik termasuk peringatan publik.

Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam menjalankan fungsinya

sebagaimana

E.  Metode Penelitian

1.  Obyek Penelitian

Perlindungan hukum bagi konsumen Air Minumt Isi Ulang di

Kabupaten Sleman

2.  Subyek Penelitian

a. Lembaga Konsumen Yogyakarta

 b. Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Yogyakarta

c. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman

d. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman

d. Konsumen air minum depot isi ulang di wilayah Kabupaten Sleman

e. Pengelola depot isi ulang air minum di wilayah Kabupaten Sleman

3. Sumber Data Penelitian

a. Data Primer 

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden

 penelitian.

Page 15: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 15/18

15

b. Data Sekunder 

Data sekunder ini terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan

tersier yaitu :

1)  Bahan hukum primer 

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat

mengikat yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan,

meliputi :

a.  Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

 b.  Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen;

c.  Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MenKes/SK/VII/2002

tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum;

d.  Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.

651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air 

Minum dan Perdagangannya;

e.  Peraturan Derah Kabupaten Tingkat II Sleman No.16 Tahun

2003 Tentang Izin Di Bidang Industri,dan;

f.  Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Sleman No.18 Tahun

1996 Tentang Pengawasan Kualitas Air.

2)  Bahan hukum sekunder 

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan

  penjelasan terhadap bahan hukum primer, meliputi : buku-buku

hasil-hasil penelitian, dan makalah-makalah yang terkait dengan

Page 16: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 16/18

16

masalah perlindungan hukum bagi konsumen produk air minum

depot isi ulang.

3)  Bahan hukum tersier 

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan

 penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, meliputi :

a.  Kamus Hukum;

 b.  Kamus Bahasa Indonesia.

4. Tekhnik Pengumpulan Data

a. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode

sebagai berikut :

1)  Wawancara dengan mengadakan tanya-jawab secara langsung

kepada responden mengenai hal-hal yang terkait dengan obyek 

 penelitian.

2)  Kuesioner dengan menggunakan model kuesinor gabungan yaitu

  pertanyaan telah tersusun rapi sementara jawaban telah tersedia

tinggal dipilh oleh responden tetapi masih tetap member kesempatan

 pada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

 b. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan metode

sebagai berikut :

Studi Pustaka dengan mengkaji berbagai peraturan perundang-

undangan dan literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Page 17: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 17/18

17

5. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan adalah Yuridis-Normatif, yaitu

cara pandang dengan melihat ketentuan atau peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada, dimana dalam

hal ini adalah perlindungan hukum konsumen air minum depot isi ulang.

6. Analisa Data

Data yang diperoleh penulis dari studi pustaka maupun studi

lapangan kemudian dianalisis secara diskriptif kualitatif yaitu dengan

mengolah data yang langsung dinyatakan oleh subyek penelitian baik 

secara tertulis maupun secara lisan yang dituangkan dalam bentuk uraian

kalimat sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang dapat menjawab

 permasalahan yang ada.

F.  Sistematika

Untuk memudahkan memahami materi penelitian ini, maka sistematika dibuat

sebagai berikut :

Bab I adalah bab pendahuluan yang mengemukakan secara singkat

keseluruhan pokok isi tulisan yang didalamnya mencakup latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode

  penelitian,dan sistematika. 

Bab II membahas tentang Perjanjian pada umumnya, perjanjian jual-beli, dan

hukum perlindungan konsumen.

Page 18: Tugas Proposal

5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 18/18

18

Bab III membahas mengenai gambaran umum industri air minum isi ulang

di Kabupaten Sleman, serta bagaimana perlindungan hukum terhadap

konsumen air minum isi ulang di Kabupaten Sleman dan kemungkinan Balai

Besar POM Yogyakarta dipertanggunggugatkan terhadap konsumen yang

mengalami kerugian akibat mengkonsumsi air minum isi ulang yang tidak 

sesuai standar. 

Bab IV penutup yang berisi kesimpulan yang berhasil diperoleh setelah

mengadakan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan beberapa saran yang

semoga ada manfaatnya untuk dikaji.