Download - Tugas Proposal
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 1/18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air tawar bersih yang layak minum kian langka di perkotaan. Sungai-sungai
yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari
buangan sampah organik rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air
tanah pun sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah
terkontaminasi rembesan dari tangki sepitank maupun air permukaan yang
tercemar. Namun sebagaimana kita ketahui kebutuhan akan tersedianya air bersih
bagi masyarakat merupakan harga mati, maka tidak mengherankan jika akhir-
akhir ini usaha air minum dalam kemasan (AMDK) yang menggunakan mata air
dari pegunungan banyak dikonsumsi, namun harga AMDK dari berbagai merek
yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah.
Solusi yang sering digunakan oleh konsumen ialah dengan memanfaatkan air
minum isi ulang. Air minum isi ulang bisa diperoleh dari depot-depot air minum
dengan harga sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek,
maka tidak mengherankan jika banyak konsumen beralih pada layanan ini.
Kabupaten Sleman semenjak tahun 2002 sampai saat ini terdapat 30 depot air
minum isi ulang sebagian besar berada di wilayah Depok. Pada awal
perkembangannya, depot air minum isi ulang di wilayah Kabupaten Sleman
hanya menggunakan izin gangguan usaha (HO). Sementara di beberapa depot air
minum menyertakan juga hasil pemeriksaan air baku dari Laboratorium
1
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 2/18
2
Pengawasan Air Dinas Kesehatan pada awal pendirian usahanya.
Kualitas air minum isi ulang mulai dipertanyakan setelah Badan POM
melakukan pemeriksaan terhadap beberapa depot air minum isi ulang di 5 kota
besar pada tahun 2005 salah satu kota yang diteliti adalah Daerah Istimewa
Yogyakarta. Hasil pemeriksaan tersebut cukup mencengangkan karena ditemukan
kandungan bakteri Colliform pada air hasil produksi depot air minum isi ulang.
Bakteri Colliform yang terdapat dalam air minum isi ulang tidak menimbulkan
reaksi dalam waktu yang singkat, tetapi dalam jangka waktu tertentu dapat
menimbulkan sejumlah penyakit, seperti diare. Terdapatnya kandungan bakteri
colliform dalam air minum isi ulang disebabkan oleh faktor ketidaksempurnaan
higienitas produksi air minum isi ulang, sanitasi yang rendah, dan sumber air baku
yang tercemar.
Kualitas air minum isi ulang yang tercemar sebagaimana terurai di atas
seharusnya bisa dicegah ataupun diminimalis jika pelaku usaha dalam hal ini
pemilik depot air minum mentaati ketentuan Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan no 651 tahun 2004 tentang persyaratan teknis depot air minum
dan perdagangannya yang didalam lampirannya diatur mengenai alat, bahan baku,
serta prosedur yang benar untuk mengolah air baku menjadi air minum. Selain itu
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 907 tahun 2002
tentang syarat-syarat dan kualitas air minum dalam Pasal 2 ayat (2) disebutkan
mengenai syarat yang harus dipenuhi untuk kesehatan air minum yaitu : syarat
bekteorologis, kimia,radioaktif dan fisik. Pelaku usaha wajib memperhatikan
kedua peraturan sebagaimana tersebut diatas agar proses pengolahan air baku
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 3/18
3
menjadi air minum isi ulang sesuai dengan prosedur atau dapat dikatakan telah
memenuhi standar mutu yang ditetapkan, sehingga tidak menimbulkan adanya
bakteri pathogen yang merugikan konsumen. Tetapi pada kenyataannya pada
Kabupaten Sleman terdapat beberapa depot air minum yang standar pengolahan
air baku menjadi air minum tidak sesuai dengan ketentuan. Air minum yang
dihasilkan mengandung bakteri pathogen dan jika dikonsumsi dalam jangka
waktu yang lama akan menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit, salah satu
penyakit yang paling sering muncul adalah diare. Penyakit yang diderita oleh
konsumen merupakan kerugian konsumen, akan tetapi kerugian ini tidak
berbanding lurus dengan perlindungan hukum yang maksimal terhadap
konsumen. Hal ini terjadi karena kurangnya kepedulian pemilik depot ataupun
pelaku usaha terhadap kualitas air minum isi ulang yang dihasilkan, pelaku usaha
cenderung hanya memperhatikan keuntungan dengan mengabaikan kesehatan dari
konsumen. Sementara di lain pihak konsumen juga kurang memahami ataupun
kurang pengetahuan mengenai payung hukum dan lembaga yang dapat membantu
untuk mejaga agar hak-haknya selaku konsumen dapat terpenuhi. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen air
minum isi ulang pada Kabupaten Sleman masih belum maksimal ataupan dapat
dikatakan perlindungan hukum terhadap konsumen masih berupa idealita.
Pelaku usaha (pemilik depot air minum isi ulang) dalam prakteknya ketika
menjalankan usahanya tidak memberikan informasi yang jujur kepada konsumen
terkait produk air minum isi ulang yang diproduksi, biasanya tentang sumber air
baku dan proses pengolahannya. Hal ini jelas-jelas bertentang dengan ketentuan
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 4/18
4
UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Pasal-pasal dalam UU
Perlindungan Konsumen yang patut diduga dilanggar oleh pelaku usaha dalam
melakukan kegiatan usahanya, yaitu :
Pasal 8 ayat (1) huruf a
Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau
jasa yang :
tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundangundangan;
Pasal 9 ayat (1) huruf a
Pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan, mengiklankan suatu
barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah :
barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga
khusus,standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu,
sejarah atau guna tertentu.
Pasal 10 huruf e
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau
membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai:
bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.
Selain permasalahan sebagaimana terurai diatas, terkait dengan perlindungan
hukum konsumen air minum isi ulang terdapat satu permasalahan yang menarik
untuk dikaji yaitu mengenai Balai Besar POM Yogyakarta. Sebagaimana kita
ketahui bahwa kualitas air minum isi ulang terkait standarisasinya perlu
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 5/18
5
mendapatkankan perhatian, hal ini karena terdapat pelaku usaha yang
mengesampingkan kualitas demi keuntungan yang besar. Akibatnya terdapat
depot air minum yang kualitas air minumnya tidak sesuai standar sehingga air
yang dihasilkan mengandung bakteri pathogen yang bermuara pada kerugian
terhadap konsumen. Permasalahan menjadi semakin rumit jika ternyata konsumen
yang mengkonsumsi air yang mengandung bakteri pathogen tersebut sakit setelah
mengkonsumsi air minum isi ulang. Sehingga dalam hal ini patut dipertanyakan
bagaimana kemungkinan Balai Besar POM Yogyakarta dipertanggugatkan, jika
muncul permasalahan konsumen mengadu pada Balai Besar POM Yogyakarta atas
kualitas air minum isi ulang yang tidak sesuai standar dan membuat konsumen
dirugikan karena sakit setelah mengkonsumsi air minum isi ulang tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu diadakan suatu penelitian untuk
mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum
bagi konsumen air minum isi ulang di Kabupaten Sleman. Serta kemungkinan
Balai Besar POM Yogyakarta dipertanggunggugatkan atas pengaduan konsumen
yang mengalami kerugian setelah mengkonsumsi air minum isi ulang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen air minum isi ulang di
Kabupaten Sleman?
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 6/18
6
2. Apakah Balai Besar POM Yogyakarta dapat dipertanggunggugatkan
terhadap konsumen yang mengalami kerugian akibat mengkonsumsi air
minum isi ulang yang tidak sesuai standar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas maka tujuan diadakannya
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi konsumen air minum isi
ulang di Kabupaten Sleman.
2 Untuk mengetahui kemungkinan Balai Besar POM Yogyakarta
dipertanggunggugatkan terhadap konsumen yang mengalami kerugian
akibat mengkonsumsi air minum isi ulang yang tidak sesuai standar.
D. Tinjauan Pustaka
Konsumen dalam berbagai kondisi sering kali ditempatkan pada posisi yang
lemah, bila dibandingkan dengan produsen. Hal tersebut menyebabkan hukum
perlindungan konsumen dianggap penting keberadaannya, disamping disebabkan
faktor lain seperti semakin beragamnya jumlah produk yang beredar di pasar.
Kemajuan teknologi sering kali memunculkan beragam produk-produk baru
yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Salah satunya adalah produk air
minum isi ulang. Produk ini disambut baik oleh konsumen sebagai salah satu
alternatif solusi dari sulitnya mendapatkan air yang layak dikonsumsi. Harga yang
ditawarkan produsen air minum isi ulang jauh lebih murah jika dibandingkan
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 7/18
7
dengan air minum dalam kemasan pada volume yang sama.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan nomor 651 tahun 2004 tentang persyaratan tekhnis depot air minum
dan perdagangannya, dapat disimpulkan mengenai pengertian air minum isi ulang
yaitu air baku yang telah diproses oleh depot air minum sehingga aman untuk
diminum.
Air minum isi ulang belum ada standar nasional seperti air minum dalam
kemasan, yang ada hanya pedoman untuk depot air minum agar menghasilkan air
isi ulang yang baik yang terdapat dalam lampiran Menteri Perindustrian dan
Perdagangan nomor 651 tahun 2004 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 907 tahun 2002 tentang syarat-syarat pengawasan dan kualitas
air minum.
Dalam KUH Perdata yang paling banyak digunakan atau berkaitan dengan
asas-asas hukum mengenai hubungan dan masalah konsumen adalah buku ketiga
yang memuat berbagai hubungan hukum konsumen, yaitu perikatan yang terjadi
baik berdasarkan undang-undang maupun persetujuan (Pasal 1233 KUH Perdata),
dan buku keempat tentang pembuktian dan kadaluawarsa. Dalam KUH Perdata
Pasal 1313 dijelaskan tentang pengertian perjanjian yaitu,”suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih“. Sedangkan menurut Prof. Subekti,S.H. suatu perjanjian adalah suatu
peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.1
1 Subekti , Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2002, hlm.1
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 8/18
8
Perjanjian yang akan dikupas dalam penelitian ini adalah perjanjian jual beli
hal ini karena hubungan hukum awal yang terjadi antara konsumen dan pelaku
usaha dalam hal ini adalah pemilik depot air minum adalah berupa perjanjian jual-
beli dengan obyeknya berupa air minum isi ulang. Perjanjian jual beli merupakan
perjanjian yang paling lazim diadakan diantara masyarakat. Sedang dalam
perekonomian, seorang penjual melepaskan hak miliknya atas suatu barang oleh
karena dianggap kurang perlu untuk memenuhi kebutuhan perekonomiannya
secara mendapat hak milik atas barang itu. Maka adalah layak apabila dianggap
bahwa tujuan perekonomian adalah memindahkan hak milik atas suatu barang
dari seorang tertentu kepada orang lain.2
Jual beli merupakan suatu perjanjian timbal balik, dimana pihak yang satu
(penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak
yang lain (pembeli) untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang
sebagai imbalan atas perolehan atas hak milik tersebut3
Dari pengertian jual beli tersebut, perjanjian jual beli membebankan 2
kewajiban, yaitu4:
1. Kewajiban pihak penjual, menyerahkan barang yang dijual kepada
pembeli
2. Kewajiban pihak pembeli, membayar harga barang yang dibeli kepada
penjual.
2Wiryono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,
Sumur Bandung, Jakarta, 197, hlm. 17.3 Subekti , Aneka Perjanjian, Ctk. Kesembilan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hlm. 14
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Ctk. Kedua, Penerbit Alumni,Bandung, 1986, hlm. 18.
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 9/18
9
Jual beli dalam konteks perjanjian dinyatakan bersifat konsensual, artinya
perjanjian dianggap telah terjadi jika sudah ada kesepakatan. Pendapat ini
diperkuat lagi dengan melihat ketentuan Pasal 1458 KUH Perdata yang
menyatakan : “ jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika
setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan
harganya meskipun kebendaan tersebut belum diserahkan, maupun harganya
belum dibayar”.
Perjanjian jual beli juga bersifat obligatoir, dimana pihak-pihak sepakat untuk
melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain, sebagaimana diatur dalam
Pasal 1459 KUH Perdata, “hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah
kepada si pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut Pasal 612,
613 dan 616”.
Selain kedua sifat tersebut diatas, dalam perjanjian terdapat beberapa asas
yang terdapat di dalamnya diantaranya asas kebebasan berkontrak, asas pacta
sund servanda atau mengikat seperti undang-undang, dan asas iktikad baik.
Pengertian perlindungan konsumen terwujud dalam ketentuan Pasal 1 ayat(1)
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu “
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen”. Kalimat yang menyatakan “segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk
meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 10/18
10
demi untuk kepentingan perlindungan konsumen.5Pengertian tersebut kemudian
diparalelkan dengan definisi konsumen yang diatur dalam Pasal 1 angka 2
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999,”konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan”.
Pernyataan tidak untuk diperdagangkan yang dinyatakan dalam definisi dari
konsumen ini ternyata memang dibuat sejalan dengan pengertian pelaku usaha
yang diberikan oleh Undang-Undang, di mana dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan pelaku usaha adalah :6
Setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjianmenyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Baik konsumen dan pelaku usaha, selain mempunyai hak, mereka juga
mempunyai kewajiban baik yang timbul karena perjanjian antara pihak-pihak
yang mempunyai hubungan hukum tersebut maupun yang lahir karena undang-
undang.
UU Perlindungan Konsumen mengatur tentang hak konsumen yang terdapat
pada Pasal 4, yaitu:
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
5Ahmadi Miru, Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Cetakan Kesatu, PT Raja
Grafindo, Jakarta, 2004, hlm. 1.6
Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Cetakan Ketiga,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 5
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 11/18
11
b. hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukakan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Kewajiban konsumen diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen , yaitu:
a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan;
b. beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa;
c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 12/18
12
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
hak pelaku usaha menurut Pasal 6 Undang-Undang No.8 Tahun 1999, yaitu:
a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beriktikad tidak baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Selain hak-hak tersebut dibebankan pula atas kewajiban-kewajiban pelaku
usaha yang diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, yaitu:
a. beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jaa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan, dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 13/18
13
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan atau di perdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.
Untuk diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya
kewajiban masing-masing pihak tersebut diperlukan adanya pembinaan serta
pengawasan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen. Salah satu badan
non departemen yang melakukan pengawasan agar produk yang tersedia di
pasaran sesuai dengan standar adalah Badan POM. Badan POM ini pada awalanya
berada di bawah Dinas Kesehatan, namun sejak tahun 2001 tidak lagi di bawah
Dinas Kesehatan, Badan POM merupakan lembaga non departemen yang
independen. Badan POM mempuyai Tugas dan Wewenang :
1. Pengaturan, regulasi, dan standardisasi;
2. Lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan Cara-cara
Produksi yang baik;
3. Evaluasi produk sebelum diizinkan beredar ;
4. Post marketing vigilance termasuk sampling dan pengujian laboratorium;
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan dan penegakan
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 14/18
14
hukum;
5. Pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk;
6. Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan, dan;
7. Komunikasi, informasi dan edukasi publik termasuk peringatan publik.
Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam menjalankan fungsinya
sebagaimana
E. Metode Penelitian
1. Obyek Penelitian
Perlindungan hukum bagi konsumen Air Minumt Isi Ulang di
Kabupaten Sleman
2. Subyek Penelitian
a. Lembaga Konsumen Yogyakarta
b. Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Yogyakarta
c. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman
d. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
d. Konsumen air minum depot isi ulang di wilayah Kabupaten Sleman
e. Pengelola depot isi ulang air minum di wilayah Kabupaten Sleman
3. Sumber Data Penelitian
a. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden
penelitian.
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 15/18
15
b. Data Sekunder
Data sekunder ini terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier yaitu :
1) Bahan hukum primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat
mengikat yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan,
meliputi :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
b. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen;
c. Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MenKes/SK/VII/2002
tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum;
d. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air
Minum dan Perdagangannya;
e. Peraturan Derah Kabupaten Tingkat II Sleman No.16 Tahun
2003 Tentang Izin Di Bidang Industri,dan;
f. Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Sleman No.18 Tahun
1996 Tentang Pengawasan Kualitas Air.
2) Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, meliputi : buku-buku
hasil-hasil penelitian, dan makalah-makalah yang terkait dengan
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 16/18
16
masalah perlindungan hukum bagi konsumen produk air minum
depot isi ulang.
3) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, meliputi :
a. Kamus Hukum;
b. Kamus Bahasa Indonesia.
4. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode
sebagai berikut :
1) Wawancara dengan mengadakan tanya-jawab secara langsung
kepada responden mengenai hal-hal yang terkait dengan obyek
penelitian.
2) Kuesioner dengan menggunakan model kuesinor gabungan yaitu
pertanyaan telah tersusun rapi sementara jawaban telah tersedia
tinggal dipilh oleh responden tetapi masih tetap member kesempatan
pada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
b. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan metode
sebagai berikut :
Studi Pustaka dengan mengkaji berbagai peraturan perundang-
undangan dan literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian.
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 17/18
17
5. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan adalah Yuridis-Normatif, yaitu
cara pandang dengan melihat ketentuan atau peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada, dimana dalam
hal ini adalah perlindungan hukum konsumen air minum depot isi ulang.
6. Analisa Data
Data yang diperoleh penulis dari studi pustaka maupun studi
lapangan kemudian dianalisis secara diskriptif kualitatif yaitu dengan
mengolah data yang langsung dinyatakan oleh subyek penelitian baik
secara tertulis maupun secara lisan yang dituangkan dalam bentuk uraian
kalimat sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang dapat menjawab
permasalahan yang ada.
F. Sistematika
Untuk memudahkan memahami materi penelitian ini, maka sistematika dibuat
sebagai berikut :
Bab I adalah bab pendahuluan yang mengemukakan secara singkat
keseluruhan pokok isi tulisan yang didalamnya mencakup latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian,dan sistematika.
Bab II membahas tentang Perjanjian pada umumnya, perjanjian jual-beli, dan
hukum perlindungan konsumen.
5/11/2018 Tugas Proposal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tugas-proposal-55a35b028468a 18/18
18
Bab III membahas mengenai gambaran umum industri air minum isi ulang
di Kabupaten Sleman, serta bagaimana perlindungan hukum terhadap
konsumen air minum isi ulang di Kabupaten Sleman dan kemungkinan Balai
Besar POM Yogyakarta dipertanggunggugatkan terhadap konsumen yang
mengalami kerugian akibat mengkonsumsi air minum isi ulang yang tidak
sesuai standar.
Bab IV penutup yang berisi kesimpulan yang berhasil diperoleh setelah
mengadakan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan beberapa saran yang
semoga ada manfaatnya untuk dikaji.