tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)
TRANSCRIPT
STUDI KASUS
PTUNYANG DIGUGAT OLEH MASYARAKAT
PUTUSAN
1. Dhany Arief Hidayat (1306349464)
2. Eli Handayani (1306349483)
3. Erlita Khrisinta Dewi (1306349496)
4. Hermawan Susanto (1306349514)
Universitas Internusa merupakan sebuah Perguruan TinggiSwasta (PTS) yang berada di Jakarta Pusat. Universitas Internusadidirikan oleh masyarakat, yang sebelumnya telah membentukBadan Penyelenggara (berbadan hukum). Dalam perjalanannya,tepatnya hari Jumat, tanggal 31 November 2014, izin pendirianUniversitas Internusa dicabut oleh Menteri Riset, Teknologi, danPendidikan Tinggi, dengan alasan karena Badan Penyelanggaradianggap tidak berbadan hukum. Ketua Badan Penyelenggara,sebagai pendiri Universitas Internusa merasa dirugikan terhadappencabutan ‘izin pendirian’ tersebut karena merasa tidak melakukanpelanggaran apapun, dan berniat mengajukan gugatan tata usahanegara ke Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Pusat.
PENDAHULUAN
• Perguruan Tinggi Swasta (PTS) didirikan oleh masyarakat dengan membentuk badan penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba dan wajib memperoleh izin Menteri.
• Badan penyelenggara dapat berbentuk yayasan, perkumpulan, dan bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Perguruan Tinggi yang didirikan harus memenuhi standar minimum akreditasi.
• Perguruan Tinggi wajib memiliki Statuta.• Perubahan atau pencabutan izin PTS dilakukan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
* Pasal 60 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi)
DASAR HUKUM PENDIRIANPERGURUAN TINGGI SWASTA
• PTS didirikan oleh masyarakat dengan membentuk Badan Penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba dan wajib memperoleh izin dari Menteri.
• Pendirian PTN dan PTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri.
* Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) PP Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi)
• Menteri mencabut izin PTS yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri.
* Pasal 11 PP Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi)
DASAR HUKUM PENDIRIANPERGURUAN TINGGI SWASTA (2)
Berdasarkan pemeriksaan berkas, keberadaan Badan Penyelenggara yang mendirikan Universitas Internusa sah sebagai badan hukum dan akta beserta dokumen pendukungnya resmi/otentik.
DOKUMENBADAN PENYELENGGARA
• Pada hari Senin, tanggal 27 Oktober 2014, Presiden Joko Widodotelah melantik 34 Menteri. Pelantikan tersebut didasarkan padaKeputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentangPembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri KabinetKerja Periode Tahun 2014 – 2019.
• Pembentukan Kementerian Negara, selama ini telah diatur dalamPerpres Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan danOrganisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Perpres Nomor 13 Tahun 2014. Perpres 47Tahun 2009 sampai saat ini belum dicabut dan masih berlaku.
PERUBAHANKEADAAN HUKUM
PERUBAHANNOMENKLATUR KEMENTERIAN
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. (Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)
HIERARKIPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERPRES NO 165 TAHUN 2014TENTANG PENATAAN TUGAS DAN FUNGSI KABINET KERJA
PERPRES NO 165 TAHUN 2014TENTANG PENATAAN TUGAS DAN FUNGSI KABINET KERJA (2)
PERPRES NO 165 TAHUN 2014TENTANG PENATAAN TUGAS DAN FUNGSI KABINET KERJA (3)
PERPRES NO 165 TAHUN 2014TENTANG PENATAAN TUGAS DAN FUNGSI KABINET KERJA (4)
• Dalam Perpres Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres Nomor 13 Tahun 2014, berdasarkannomenklaturnya, pencabutan izin PTS merupakan kewenangan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
• Perpres 47 Tahun 2009 tentang tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres Nomor 13 Tahun 2014 sampai saat ini masih berlaku,tetapi di satu sisi telah dibentuk Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
• Pembentukan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah bertentangan dengan peraturanperundang-undangan, yaitu Perpres Nomor 47 Tahun 2009 tentang tentang Pembentukan dan OrganisasiKementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres Nomor 13 Tahun2014.
• Keppres Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri KabinetKerja Periode Tahun 2014 – 2019 (ditetapkan tanggal 27 Oktober 2014) tidak dapat membatalkan PerpresNomor 47 Tahun 2009 tentang tentang tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.
• Pada tanggal 27 Oktober 2014, diundangkan Perpres Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas danFungsi Kabinet Kerja. Apakah benar Perpres tersebut diundangkan pada tanggal 27 Oktober 2014? Perlupenelitian lebih lanjut soal ini. Kiranya Perpres tersebut dikirim ke Kementerian Hukum dan HAM padabulan November 2014.
• Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan tinggi tidak mempunyai kewenangan?
CAUSA PRIMAGUGATAN TUN
• Ketua Badan Penyelenggara Universitas Internusa hendak mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Pusat.
• Badan Penyelenggara telah mempunyai dokumen-dokumen otentik yang akan dijadikan bukti dalam persidangan.
• Untuk memperkuat gugatannya, Badan Penyelenggara hendak mempermasalahkan kewenangan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam hal menerbitkan surat keputusan pencabutan izin Universitas Internusa pada hari Jumat, tanggal 31 Oktober 2014.
• Badan Penyelenggara mempunyai bukti terkait maladministrasi dalam proses pengundangan Perpres Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja.
• Badan Penyelenggara menggugat Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi karena tanpa kewenangan telah mencabut izin Universitas Internusa.
PENGAJUAN GUGATAN
Pengadilan TUN bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara. (Pasal 47 UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 51 Tahun
2009)
KOMPETENSIABSOLUT PTUN
• Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi. (Pasal 53 ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 51 Tahun 2009)
• Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 53 ayat (2) huruf a UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 51 Tahun 2009)
• Suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat dinilai "bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku"apabila keputusan yang bersangkutan itu dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang tidak berwenang. (Penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf a UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 51 Tahun 2009)
ARGUMENTASI HUKUMPENGAJUAN GUGATAN
SYARAT SAHNYAKEPUTUSAN
AKIBAT HUKUMKEPUTUSAN YANG TIDAK SAH
Pasal 7 UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
(1) Pejabat Pemerintahan berkewajiban untuk menyelenggarakan Administrasi Pemerintahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintahan, dan AUPB.
(2) Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban:
a. membuat Keputusan dan/atau Tindakan sesuai dengan kewenangannya;
b. mematuhi AUPB dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. mematuhi persyaratan dan prosedur pembuatan Keputusan dan/atau Tindakan;
d. mematuhi Undang-Undang ini dalam menggunakan Diskresi;
e. memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan tertentu;
f. memberikan kesempatan kepada Warga Masyarakat untuk didengar pendapatnya sebelum membuat Keputusan dan/atau Tindakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. memberitahukan kepada Warga Masyarakat yang berkaitan dengan Keputusan dan/atau Tindakan yang menimbulkan kerugian paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak Keputusan dan/atau Tindakan ditetapkan dan/atau dilakukan;
h. menyusun standar operasional prosedur pembuatan Keputusan dan/atau Tindakan;
i. memeriksa dan meneliti dokumen Administrasi Pemerintahan, serta membuka akses dokumen Administrasi Pemerintahan kepada Warga Masyarakat, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang;
j. menerbitkan Keputusan terhadap permohonan Warga Masyarakat, sesuai dengan hal-hal yang diputuskan dalam keberatan/banding;
k. melaksanakan Keputusan dan/atau Tindakan yang sah dan Keputusan yang telah dinyatakan tidak sah atau dibatalkan oleh Pengadilan, pejabat yang bersangkutan, atau Atasan Pejabat; dan
l. mematuhi putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
ANALISISTHD PERMASALAHAN
• Surat Keputusan mengenai pencabutan izin Universitas Internusa tidaksah, karena Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yangmenerbitkan surat tersebut tidak mempunyai kewenangan, karena dasarpenetapan pengangkatan Menteri bertentangan dengan peraturanperundang-undangan.
• Akibat hukum dari keputusan pencabutan izin tersebut adalah bahwapencabutan izin pendirian universitas tersebut tidak mengikat sejakditetapkan dan segala akibat hukum yang timbul karena pencabutantersebut dinyatakan tidak pernah ada.
ANALISISTHD PERMASALAHAN
Dalam proses pembentukan Kabinet Kerja telah menunjukkan adanya “patologi birokrasi”, dimana birokrasi tidak dapat mengingatkan pejabat politik yang berkecenderungan melanggar peraturan perundang-undangan.
PENUTUP
KASIHTERIMA