tugas prak. audit (penugasan kasus 3)

6
Nama: Jihan Asyrofi N. H NIM: 0910230017 Tugas Prak. Audit ke 4 “Risiko Audit dan Prosedur Analisis” Pertanyaan Diskusi 1. Perjanjian hitam di atas putih merupakan hal yang sangat penting. Terlebih lagi dalam hal ini perjanjian tersebut merupakan suatu perikatan audit yang merupakan bukti otentik mengenai adanya suatu perikatan yang tentu saja mempunyai kekuatan hukum baik bagi pihak pertama maupun kedua. Lebih lanjut dalam surat perikatan audit juga terlampir mengenai tujuan atas dilakukannya audit, ruang lingkup audit, dan tentu saja besaran fee yang dibebankan kepada klien. Beberapa hal yang dapat dilampirkan kemungkinan yaitu pernyataan mengenai CRL (Client Representation Letter) yang memberikan pemahaman jika segala aspek mengenai laporan keuangan yang disajikan merupakan sepenuhnya tanggung jawab klien. Tanggung jawab KAP (auditor) telah terangkum dalam SPAP maupun peraturan akuntan publik lainnya telah terjadi saat perikatan audit dilakukan. Dalam hal ini, tanggung jawab spesifik pada aspek keyakinan memadai terhadap auditor dalam hal pemberian opini atas laporan keuangan klien. Selanjutnya tanggung jawab yang dibebankan kepada perusahaan klien pada aspek pemenuhan asersi-asersi manajemen, sehingga klien diharuskan pro aktif selama proses audit berlangsung.

Upload: yudistira

Post on 30-Nov-2015

399 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

terima kasih kembali

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Prak. Audit (Penugasan Kasus 3)

Nama: Jihan Asyrofi N. H

NIM: 0910230017

Tugas Prak. Audit ke 4 “Risiko Audit dan Prosedur Analisis”

Pertanyaan Diskusi

1. Perjanjian hitam di atas putih merupakan hal yang sangat penting. Terlebih lagi dalam

hal ini perjanjian tersebut merupakan suatu perikatan audit yang merupakan bukti otentik

mengenai adanya suatu perikatan yang tentu saja mempunyai kekuatan hukum baik bagi

pihak pertama maupun kedua. Lebih lanjut dalam surat perikatan audit juga terlampir

mengenai tujuan atas dilakukannya audit, ruang lingkup audit, dan tentu saja besaran fee

yang dibebankan kepada klien. Beberapa hal yang dapat dilampirkan kemungkinan yaitu

pernyataan mengenai CRL (Client Representation Letter) yang memberikan pemahaman

jika segala aspek mengenai laporan keuangan yang disajikan merupakan sepenuhnya

tanggung jawab klien.

Tanggung jawab KAP (auditor) telah terangkum dalam SPAP maupun peraturan akuntan

publik lainnya telah terjadi saat perikatan audit dilakukan. Dalam hal ini, tanggung

jawab spesifik pada aspek keyakinan memadai terhadap auditor dalam hal pemberian

opini atas laporan keuangan klien. Selanjutnya tanggung jawab yang dibebankan kepada

perusahaan klien pada aspek pemenuhan asersi-asersi manajemen, sehingga klien

diharuskan pro aktif selama proses audit berlangsung.

2. Harga pokok penjualan (HPP) = persediaan awal + pembelian bersih - persediaan akhir.

Berdasarkan perhitungan HPP tersebut, dalam hal ini diperlukan nilai HPP periode lalu

sebagai pembanding, nilai persediaan rata-rata per periode, nilai total pembelian yang

dilakukan PT. Maju Makmur secara per periode, dan nilai total persediaan akhir yang

terdapat dalam gudang maupun di cabang toko-toko PT. Maju Makmur per periode.

Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat nilai rata-rata mengenai besaran nilai per

akun-akunnya sehingga dalam prosedur analitis ini dapat dicapai pemahaman yang

memadai guna mendukung tujuan dilakukannya prosedur analitis ini.

3. Sesuai dengan jenis usaha atau bisnis PT. Maju Makmur dapat dipastikan jika hal-hal

yang terkait dengan penjualan berperanan penting. Dalam perusahaan dagang, pos

penjualan dan proses pemasaran (pemberian bonus/insentif dalam tiap cabang toko)

diberikan perhatian lebih karena selain banyaknya bukti, di kedua pos tersebut sangat

rawan tindak kecurangan yang kemungkinan terjadi.

Page 2: Tugas Prak. Audit (Penugasan Kasus 3)

Resiko inherent akan tinggi pada akun dan transaksi berkaitan dengan penjualan, akun

persediaan tentu harus selalu sama dengan stock opname bagian gudang begitu juga

dengan pengeluaran barang yang dianut PT. Maju Makmur, akun kas harus disesuaikan

dengan cash count karena tentu arus kas juga cukup tinggi, dan karena sistem pembelian

barang kadang juga dilakukan dengan metode utang maka sudah barang tentu jika akun

utang/piutang juga menjadi perhatian pula.

4. Berdasarkan PSA No. 7 (SA Seksi 326), bukti audit kompeten yang cukup harus

diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai

dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Berdasarkan

artian tersebut dapat diambil kesimpulan jika jenis dan jumlah bukti audit yang

digunakan oleh auditor harus memadai, andal, sah, dan relevan dalam hubungannya

membuktikan asersi manajemen (laporan keuangan) karena bukti audit ini

merepresentasikan populasi auditnya.

5. Prosedur analitis sudah diatur dalam PSA No. 22 (SA Seksi 329) yang bertujuan untuk:

a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit

lainnya.

b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang

berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.

c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.

Dalam beberapa hal, prosedur analitik lebih efektif atau efisien daripada pengujian rinci

untuk mencapai tujuan pengujian substantif. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan

tingkat kepercayaan terhadap bukti, jika kualitas bukti dari prosedur analitis ini cukup

kompeten karena meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang

dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang

dikembangkan oleh auditor. Auditor mengembangkan harapan tersebut dengan

mengidentifikasi dan menggunakan hubungan yang masuk akal, yang secara pantas

diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor mengenai klien dan industrinya. Jadi,

berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulakan jika kualitas bukti audit yang berasal

dari prosedur tes substantif ini cukup baik dan relevan. Sedangkan mengenai tingkat

kompetensinya, prosedur ini digunakan berdasarkan atas suatu kondisi tertentu sehingga

tingkat keyakinan atas kompetensinya juga didasarkan atas tujuan serta tahapan proses

audit yang sedang dilakukan, selain juga tetap mempertimbangkan ruang lingkup

auditnya.

Page 3: Tugas Prak. Audit (Penugasan Kasus 3)

6. Sebagai auditor, pemahaman atas bisnis klien sudah merupakan kewajiban karena hal ini

sangat penting guna memberikan gambaran umum serta implikasinya secara utuh dalam

rangka melakukan audit. Hal ini telah menjadi bahan pertimbangan sendiri selama masa

perikatan audit. Oleh karena itu tingkat pengetahuan atas operasi bisnis klien sudah

harus diketahui sedalam-dalamnya. Pemahaman atas hal ini biasanya dapat diperoleh

dengan beberapa cara, yakni :

a. Membaca artikel, perundang-undangan, publikasi ataupun mencari referensi

mengenai jenis operasi bisnis klien

b. Melakukan komunikasi dengan auditor terdahulu guna memperoleh informasi

tambahan yang cukup penting dan juga merupakan standar umum dalam proses

audit

c. Melakukan komunikasi langsung dengan klien, baik dari wawancara ataupun

dokumen-dokumen dari klien

d. Tidak menutup kemungkinan jika pengetahuan ataupun informasi tambahan

mungkin juga dapat diperoleh saat audit berjalan

7. Masalah terkait kompetisi fee memang telah menjadi rahasia umum bagi KAP-KAP

dalam menjaring klien. Karena hal ini berimbas pada ruang lingkup audit, kualitas audit,

dan tentu jumlah bukti audit. Bagaimanapun jika suatu perikatan dilakukan berdasarkan

kompetisi fee audit sudah barang tentu terdapat suatu kompromi di dalamnya sehingga

dapat dipastikan proses audit yang dijalankan seperti di “setir” oleh kehendak klien.

Dalam konteks etika sudah tentu sangat jauh dari sudut pandang etis. Selain

menggugurkan aspek integritas seorang auditor, hal ini juga sekaligus akan membuat

kepercayaan publik menurun dan tentu saja akan berdampak signifikan terhadap profesi.

8. Resiko pengendalian (Control Risk) merupakan resiko terjadinya salah saji material

dalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah oleh SPI klien. Sedangkan resiko

deteksi (Detection Risk) merupakan resiko yang timbul karena auditor tidak dapat

mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Hubungan keduanya

adalah saling bertolak belakang. Dalam hubungannya antara resiko deteksi dan tes

substantif adalah diperluasnya pengujian substantif sehingga dapat lebih menjangkau

berbagai elemen tes maupun bukti yang dikumpulkan sekaligus meninimalisir resiko

deteksinya.

Page 4: Tugas Prak. Audit (Penugasan Kasus 3)

9. Pada PSA No. 70 (SA Seksi 316) dijelaskan jika melakukan penaksiran ini, auditor harus

mempertimbangkan faktor risiko kecurangan yang berkaitan dengan beberapa hal, yaitu:

a. Salah saji yang timbul sebagai akibat kecurangan yang berkaitan dengan baik

b. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva untuk

setiap golongan yang bersangkutan

Beberapa taksiran tersebut digunakan untuk dapat desain mengenai prosedur audit yang

akan dilakukan. Namun, faktor resiko tidak langsung memastikan tentang adanya suatu

tindak kecurangan, hal ini lebih pada faktor pengamatan yang seringkali menunjukkan

jika faktor resiko sekaligus menjadi anggapan jika terjadi adanya tindak kecurangan.

Berkaitan dengan hubungan antara penaksiran dengan materialitas penilaian resiko audit

lebih pada penentuan lingkup prosedur audit secara langsung berdasarkan pertimbangan

atas risiko audit dan menunjukkan bahwa risiko tentang salah saji material dalam laporan

keuangan sebagai akibat dari kecurangan merupakan bagian dari risiko audit.