tugas ppkn ham kasus munir

3
Nama : Annisa Maulida Kelas : X MIPA 6 KASUS MUNIR SANG PEJUANG HAK ASASI MANUSIA Munir Said Thalib (lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 – meninggal di pesawat dari Jakarta menuju ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 38 tahun) adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Jenazah Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Kota Batu, Malang. Istri Munir, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar mengungkap kasus pembunuhan ini. Berikut adalah kronologis pembunuhan Munir hingga proses pengadilan tersangka pembunuh Munir: - Pada 6 September 2004 Munir menuju Amsterdam untuk melanjutkan studi progam master (S2) di Universitas Utrecth Belanda. - Munir naik pesawat Garuda Indonesia GA-974 pada pukul 21.55 WIB menuju Singapura untuk kemudian transit di Singapura dan terbang kembali ke Amsterdam. - Tiba di Singapura pada pukul 00.40 waktu Singapura. Kemudian pukul 01.50 waktu Singapura Munir kembali terbang dan menuju Amsterdam - Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit.

Upload: annisa-maulida

Post on 26-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Task

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Ppkn Ham Kasus Munir

Nama : Annisa Maulida

Kelas : X MIPA 6

KASUS MUNIR SANG PEJUANG HAK ASASI MANUSIA

Munir Said Thalib (lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 – meninggal di pesawat dari Jakarta menuju ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 38 tahun) adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial.

Jenazah Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Kota Batu, Malang.Istri Munir, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar mengungkap kasus pembunuhan ini.

Berikut adalah kronologis pembunuhan Munir hingga proses pengadilan tersangka pembunuh Munir:

- Pada 6 September 2004 Munir menuju Amsterdam untuk melanjutkan studi progam master (S2) di Universitas Utrecth Belanda.

- Munir naik pesawat Garuda Indonesia GA-974 pada pukul 21.55 WIB menuju Singapura untuk kemudian transit di Singapura dan terbang kembali ke Amsterdam.

- Tiba di Singapura pada pukul 00.40 waktu Singapura.  Kemudian pukul 01.50 waktu Singapura Munir kembali terbang dan menuju Amsterdam

- Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit.

- Munir bolak balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya.

- Penerbangan menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7 September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia.

- Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi.

Page 2: Tugas Ppkn Ham Kasus Munir

Pada 20 Desember 2005, Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut.

Penanganan proses hukum seperti ini membuat kasus pembunuhan Munir tidak juga berhasil diungkap. Padahal ada sejumlah keanehan atau kejanggalan yang masih menjadi tanda tanya besar dalam mengungkap kebenaran dan keadilan kasus ini. namun, disetiap tingkatan proses hukum terdpat reduksi fakta dan bahkan dalam putusan pengadilan tingkat pertama terdapat pemunculan fakta yang tiba-tiba tanpa didukung alat bukti persidangan. Hal inilah yang juga turut mempengaruhi proses hukum serta keseluruhan.