tugas pert. 2
DESCRIPTION
MetopenTRANSCRIPT
![Page 1: Tugas Pert. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082506/5695d0011a28ab9b02908651/html5/thumbnails/1.jpg)
MENENTUKAN DAN MENGANALISIS MASALAH
Seorang peneliti sebelum menentukan bagaimana penelitian bisa
dilakukan, terlebih dahulu harus menentukan masalah apa saja yang bisa diteliti.
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang
mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu
fenomena. Sedangkan variabel didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu
dengan yang lain.
Masalah penelitian ini akan menentukan kwalitas penelitian yang akan
dilakukan. Baik buruknya penelitian seseorang tergantung bagaimana seorang
peneliti tersebut dapat mengidentifikasikan penelitian sebaik-baiknya.
Menentukan masalah peneltian terkadang sulit, hal itu dikarenakan kurang faham
akan permasalahan tersebut. Untuk menentukan permasalahan penelitian
terlebih dahulu harus memahami sumber masalah. Sumber masalah tersebut
bisa berasal dari manusia, program, dan fenomena di sekitar. Setiap penelitian
baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah.
Terdapat perbedaan yang mendasar antara masalah dalam penelitian kuantitatif
dan kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, “masalah penelitian” harus jelas, spesifik,
dan dianggap tidak berubah. Sedangkan dalam penelitian kualitatif "masalah"
yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks dan
dinamis. Oleh karena itu, "masalah" dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara, tentatif dan akan berkembang atau mungkin berganti setelah peneliti
berada di lapangan.
A. Fokus masalah
Menurut Ishaq Amin bahwa fokus masalah lebih diidentikkan
dengan langkah yang mengawali dalam perencanaan penelitian tindakan
kelas, bagi seorang peneliti sekaligus seorang pengajar di dalam kelas
maka penentuan fokus masalah dapat dirasakan pada proses-proses
pembelajaran yang berlangsung. Apabila seorang pengajar berdiri di
kelas sedang menyajikan pembelajaran kepada peserta didik, kemudian
merasakan sesuatu yang kurang, sesuatu yang mengganjal, atau sesuatu
NAMA : NAWIRA AMALIA ASSAGAF
NPM : 0227 13 11 039
KELAS : AKUNTANSI V (C)
![Page 2: Tugas Pert. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082506/5695d0011a28ab9b02908651/html5/thumbnails/2.jpg)
yang terjadi dan tidak diharapkan, maka pengajar sedang menghadapi
persoalan dalam pembelajaran tersebut.
Jika merasakan sesuatu yang kurang, sesuatu yang mengganjal,
atau sesuatu yang terjadi dan tidak diharapkan, maka ada kemungkinan
peserta didik tidak merespon, kurang memahami apa yang sedang
dijelaskan pengajar yang menyebabkan suasana kelas kurang kondusif
dalam pembelajaran tersebut. Jika hal ini terjadi, maka sebaiknya
pengajar memberikan perhatian pada kondisi-kondisi yang tidak
seharusnya ada dalam pembelajaran.
B. Analisis perumusan masalah
Secara garis besar, ada beberapa bentuk analisis yang perlu
diperhatikan:
1. Analisis Substansi Masalah
Analisis substansi masalah itu sendiri. Masalah yang dipilih
memiliki relevansi akademik dalam arti termasuk bidang keilmuan apa;
misalnya sosiologi, antropologi, filologi, manajemen, teologi dan
sebagainya. Dengan mengetahui kedudukan masalah dalam konteks
keilmuan yang ada, peneliti dapat menelusuri dan mendalami
permasalahan itu dan menempatkannya dalam pokok bahasan atau
sub pokok bahasan bidang ilmu tersebut. Dengan cara ini peneliti
dengan mantap memiliki pangkal tolak dan sudut pandang keilmuan
yang ada.
2. Analisis Teori Dan Metode
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan
masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori
dari dasar sebagai acuan utama. Oleh karena itu, setiap penelitian
memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam
memecahkan atau menyoroti masalahnya. Maka, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran untuk memberikan
gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai
sebagai landasan penelitian yang akan digunakan.
![Page 3: Tugas Pert. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082506/5695d0011a28ab9b02908651/html5/thumbnails/3.jpg)
3. Analis Institusional
Jenis, bobot dan tujuan penelitian hendaknya disesuaikan
dengan institusi mana peneliti memperpersembahkan penelitiannya.
Penelitian untuk persyaratan memperoleh gelar akademik tentu
berbeda dengan penelitian pesanan atau penelitian tindakan (action
research). Penelitian untuk skripsi tentu memiliki kulalifikasi yang
berbeda dengan tesis atau disertasi. Perbedaan bisa terletak pada
substansinya, seperti kedalaman, keluasan, keaslian, kejelasan,
keutuhan masalah yang diangkat; atau pada metodologinya seperti
perspektif teoritik dan analisisnya; maupun pada teknik penulisan atau
pelaporannya.
4. Analisis Metodologis
Masalah yang diangkat hendaknya terjangkau, baik dari aspek
metode pengumpulan data maupun datanya itu sendiri. Penelitian
yang melibatkan para elite biasanya lebih sulit dilakukan daripada
masyarakat awam, maupun agama, lebih sedikit jumlahnya. Penelitian
tentang keuangan biasanya juga lebih sedikit karena datanya sulit
dicari.
C. Prinsip perumusan masalah
1. Prinsip yang Berkaitan dengan Teori dari Dasar
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan
masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan
teori dari dasar sebagai acuan utama. Perumusan masalah adalah
sekadar arahan pembimbing atau acuan pada usaha untuk
menemukan masalah yang sebenarnya. Masalah sesungguhnya baru
akan dapat dirumuskan apabila peneliti sudah berada dan mulai,
bahkan sedang mengumpulkan data.
2. Prinsip yang Berkaitan dengan Maksud Perumusan Masalah
Perumusan masalah di sini bermaksud menunjang upaya
penemuan dan penyusunan teori substantif, yaitu teori yang
bersumber dari data.
3. Prinsip Hubungan Faktor
![Page 4: Tugas Pert. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082506/5695d0011a28ab9b02908651/html5/thumbnails/4.jpg)
Faktor – faktor di sini dapat berupa konsep, peristiwa,
pengalaman, atau fenomena. Ada 3 aturan tertentu yang perlu
dipertimbangkan oleh peneliti pada waktu merumuskan maslah
tersebut :
a. Adanya dua atau lebih faktor
b. Faktor – factor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang
logis atau bermakna.
c. Hasil pekerjaan tadi menghubungkan suatu keadaan yang
menimbulkan tanda tanya atau hal yang membingungkan, jadi
suatu keadaan bersifat tanda tanya, yang memerlukan
pemecahan atau upaya untuk menjawabnya.
4. Fokus sebagai wahana untuk membatasi study
Peneliti kualitatif bersifat terbuka artinya tidak mengharuskan
peneliti menganut suatu orientasi teori atau paradigma tertentu.
Peneliti boleh memilih paradigma ilmiah, alamiah ataupun paradigm
tengah.
Perumusan masalah bagi peneliti akan mengarahkan dan
membimbing pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan dipillih
dari berbagai latar yang sangat banyak tersedia.
5. Prinsip yang berkaitan dengan inklusi – ekslusi
Perumusan focus yang baik yang dilakukan sebelum peneliti ke
lapangan dan yang mungkin disempurnakan pada awal ia terjun ke
lapangan akan membatasi peneliti guna memilih mana data yang
relevan dan mana yang tidak. Data yang relevan dimasukkan dan
dianalisis sedangkan yang tidak relevan dengan masalah
dikeluarkan.
6. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah :
1) Secara diskusi, cara penyajiannya adalah dalam bentuk
pernyataan secara deskriptif namun perlu diikuti dengan
pertanyaan – pertanyaan penelitian
![Page 5: Tugas Pert. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082506/5695d0011a28ab9b02908651/html5/thumbnails/5.jpg)
2) Secara proposional, secara langsung menghubungkan factor –
factor dalam hubungan logis dan bermakna
3) Secara gabungan, terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi
kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proposisional.
7. Prinsip sehubungan dengan posisis perumusan masalah
Yang dimaksud dengan posisi disini adalah kedudukan untuk
perumusan masalah diantara unsur – unsur peneliti lainnya. Unsur –
unsur penelitian lainnya yang erat kaitanya dengan rumusan masalah
ialah latar belakang masalah, tujuan, dan acuan teori dan metode
penelitian.
8. Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak bias dipisahkan dari
hasil penelaahan kepustakaan yang berkaitan, karena diperlukan
untuk lebih mempertajam perumusan masalah itu, serta
mengarahkan dan membimbing peneliti untuk membentuk kategori
substantif.
9. Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
Perumusan masalah dilakukan pada waktu mengajukan usulan
penelitian dan diulangi kembali pada waktu menulis laporan. Pada
waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil penelitian, ketika
merumuskan masalah, hendaknya peneliti memmpertimbangkan
ragam pembacanya, sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat
disesuaikan dengan tingkat kemampuan menyimak para
pembacanya. Dengan kata lain, penulisan perumusan masalah harus
disesuaikan dengan tingkat keumumannya para pembaca.
![Page 6: Tugas Pert. 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082506/5695d0011a28ab9b02908651/html5/thumbnails/6.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1998
Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara, 2009
Wasero, Mulyadi G. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional, 1982.
Upload Document, Klik Belajar. 2013. Merumuskan dan Memilih Masalah
Penelitian. diakses 9 Desember 2015 http://klikbelajar.com/pelajaran-
sekolah/merumuskan-dan-memilih-masalah-penelitian/
Sumarno, Alim. 2014. Identifikasi Masalah Penelitian. diakses 9 Desember 2015
http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/identifikasi-pemilihan-
deskripsi-dan-rumusan-masalah-penelitian-tindakan-kelasm
Win Afgani, Muhammad 2013. Permasalahan Penelitian. diakses 9 Desember
2015 http://muhammad-win-afgani.blogspot.com/search/label/penelitian