tugas persiapan operasi a21
DESCRIPTION
paperTRANSCRIPT
10 hal yang standar mesti dipersiapkan dan di periksa sebelum operasi...
Ruang praktek bedah - dokter ramzi spb |10 faktor yang meningkatkan resiko operasi | keadaan
ini mesti telah di kenal dan diketahui oleh dokter bedah dengan tim kamar operasi di satu sisi dan
pasien beserta keluarga di sisi lain. Kenapa ini mesti jadi perlu karena dengan banyak dan
besarnya informasi mengenai pasien selaku objek yang akan di lakukaan tindakan oleh operator
ahli bedah beserta tim , maka resiko operasi yang akan timbul bisa di jaga dan di minimalisir.
Hal-hal yang mesti di persiapkan dan diperiksa sebelum operasi :
1. Pemeriksaan Haemoglobin ( Hb) darah
. Setiap pasien sebelum di operasi mesti ada informasi mengenai haemoglobin ini ,
karena jika tidak ada informasi mengenai haemoglobin jelas akan beresiko jika terjadi
perdarah yang menguras Hb ini. Masing - masing bagian dan masing masing operator
telah memiliki standar tersendirimengenai jumlah Hb tersebut. Sebagaimana di ketahui
haemoglobin adalah bagian komponen darah yang berfungsi untuk membawa oksigen
keseluruh tubuh . berdasar referensi yang ada dinyatakan bahwa kadar Hb minimal untuk
terlaksananya kebutuhan oksigen minimal adalah 7 gr % dan ini adalah batas yang di
anjurkan untuk dilakukan tranfusi jika kadar hb telah berada di bawah 7 gr % tersebut.
Operasi akan berlangsung baik jika kadar hb ini tinggi sehingga perdarahan yang minimal
masih bisa di tolerir oleh tubuh. Kadar hb yang optimal tentu sebaiknya di atas 10 gr %
untuk operasi yang terencana . Sedang untuk keadaan darurat sebaiknya di atas 8 gr %.
Jika operasi mesti di laksanakan dengan Hb di bawah ini dengan berbagai alasan yang
tidak bisa di hindari maka banyak pertimbangan dan kehati-hatian yang mesti di lakukan
seperti menghindari operasi dengan banyak perdarahan
2.Pemeriksaan Sel darah putih atau leukosit.
Laboratorium sel darah putih selalu diperiksa oleh ahli bedah untuk mengetahui
apakah kondisi pasien sedang infeksi atau tidak , atau bahkan dalam kondisi yang sepsis
yaitu infeksi hebat yang cenderuk akan membahayakan jiwa pasien. Kadar atau jumlah
sel darah putih yang wajar tentunya ada di antar 6000 s/d 10.000 /lpb. Jika leukosit
berada di antara 10.000 - 20.000 /lpb ini menandakan suatu infeksi pada bagian tubuh
tertentu dan jika diatas 20.000 /lpb maka ini tergolong infeksi berat dan potensial menjadi
sepsis.
Bagi operator ini tentu jadi pertimbangan khusus dan mempersiapkan diri sebelum
melakukan tindakan operasi , termasuk inform konsern terhadap pasien dan keluarga
bahwa operasi dengan kondisi ini sangat beresiko untuk hasil yang akan terjadi .
3.Pemeriksaan kadar trombosit atau faktor pembeku darah
Trombosit adalah sel darah yang berperan penting dalam faktor pembeku darah .
Sering kita mendengar bahwa penderita demam berdarah yang di periksa adalah
thrombositnya jika kadar trombosit di bawah 100.000 gr % maka kondisi ini sudah awas
waspada , pasien mesti di rawat dan di persiapkan untuk sewaktu-waktu mesti di tranfusi
komponen darah trombosit. Jika trombosit sudah di bawah 20.000 maka akan muncul
manifestasi perdarahan dari gusi atau dari saluran cerna saat seperti ini adalah saat kritis
seorang penderita demam berdarah. Begitu juga pasien yang akan di operasi tentu kadar
trombosit ini harus di periksa dan di pastikan di atas 150.000 . jika rendah ya di
persiapkan untuk optimalisasi terlebih dahulu.dengan penambahan atau tranfusi
thrombosit.
keadaan di mana kadar trombosit di bawah 150.000 disebut dengan thrombositopenia dan
jika kadar trombosit diatas 350.000 maka ini di sebut dengan thrombositosis. kedua
kelainan ini tentu bermakna dan mempengaruhi suasana operasi dan mesti di sikapi
dengan serius.
4.Pemeriksaan CT ( Cloting time ) - BT ( Bleeding Time )
Waktu pembekuan dan waktu perdarahan ini harus di periksa karena sering kita
jumpai pasien dengan kelainan darah sulit di deteksi secara kasat mata jika tidak teliti
akan di jumpai di meja operasi di mana perdarahan tidak bisa di hentikan sehingga
sekecil apapun pembuluh darah yang ada akan selalu mengeluarkan dan mengalirkan
darah . Jika di jumpai waktu perdarahan yang memanjang > 15 menit dan waktu
pembekuan yang lama > 8 menit maka operasi akan berlangsung lama karena mengontrol
perdarahan akan memakan banyak waktu dan perlu di ketahui operasi sekecil apapun
akan berakibat fatal.
5.Pemeriksaan Fungsi hati
Bermacam pemeriksaan liver fungsi test ( LFT ) yang terdiri dari SGOT dan
SGPT serta alkali phosphatase adalah untuk menilai bagaimana kondisi fungsi hati pasien
jika kadar enzim-enzim hati tersebut masih dalam batas normal maka pasien dalam
keadaan optimal untuk operasi. Namun jika kadar LFT nya meningkat ini tentu mesti di
waspadai dalam pemberian obat-obatan terutama obat anestesi yang sebagian besar di
buang melalui hati. Sehingga di khawatirkan membahayakan terhadap pasiennya jika
mesti di operasi. Atau di ganti dengan tehnik anestesi yang obat-obatnya tidak akan
memperberat fungsi hati.
6.Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal yang sederhana meliputi pemeriksaan
ureum dan creatinin , peningkatan kadar ureum diatas 40 gr dan angka creatinin diatas 1,6
maka mesti di waspadai bahwa penderita sudah mulai mengalami ggn pada ginjal .
Memang mesti di pastikan kenaikan tersebut harus lebih tinggi seperti ureum 2-3 x kadar
normal . Namun kita harus berjaga-jaga sebelum melakukan tindakan . Terkadang
mungkin penderita mengalami kekurangan cairan yang mesti diresusitasi dulu dengan
cairan sebelum di operasi. Sebab dalam keadaan dehidrasi sangat memungkinkan juga
kedua indikator tadi meningkat sedikit.
Jika memang ada gangguan fungsi ginjal yang sangat bermakna maka akan sangat
beresiko di lakukan operasi , untuk optimasi mungkin perlu di lakukan pencucian darah
sebelumnya atau sebisa mungkin menghindari obat-obat yang di buang melalui ginjal
7.Pemeriksaan Kadar gula Darah
Kadar Gula Darah yang tinggi akan sangat mengganggu penyembuhan operasi ,
apalagi jika operasi yang akan di lakukan adalah operasi besar yang notabene jika sulit
sembuh tentu akan membahayakan jiwa penderita. Untuk kasus operasi yang terencana
sebaiknya kada gula darah ada di bawah 150 gr % untuk KGD sewaktu.
8.Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan Darah yang lebih dari normal atau di katakan mengidap tekanan darah
tinggi , sebaiknya dikontrol terlebih dahulu sebelum operasi . Sebab tekanan yang tinggi
akam menyebabkan perdarahan juga akan sulit di kontrol sehingga akan menghabiskan
banyak darah jadi tekanan darah optimal untuk operasi sebaiknya tidak lebih dari 140 / 90
mm Hg . Sehingga jika diatas itu ahli bedah akan berkonsultasi dengan ahli penyakit
dalam untuk mengontrol dulu tekanan darah pasien sampai keadaan cukup ideal dan
optimal untuk di operasi
9 . Foto polos rongga dada ( Thorax X - ray )
Ini adalah prosedur standar ahli bedah untuk memprediksi keadaan paru penderita
sebab pembiusan umum dan operasi sangan berpengaruh pada pasien dengan kelainan
pada paru-paru seperti , Asma , TB paru , penumpukan cairan atau darah di paru-paru ,
bronchitis dll. Sehingga jika pasien mengalami peradangan pada paru seperti mengalami
batuk atau sesak nafas kita konsultasikan dulu ke ahlinya untuk optimalisasi dan
pernbaikan.
10.EKG ( Elektro Cardio Grafi )
Pemeriksaan pemindai jantung memang tidak begitu rutin pada usia di bawah 35
tahun , namun untuk pasien datas usia tersebut sebaiknya di lakukan pemeriksaan EKG
ini . Pada usia muda di bawah 35 tahun akan di lakukan EKG juga jika di jumpai adanya
kecurigaan kelainan jantung yang di dapat pada pemeriksaan anamnese dan pemeriksaan
fisik untuk diagnostik.
Jika di jumpai kelainan yang terdeteksi pada pemeriksaan EKG seperti MCI ,
angina pectoris , arrithmia dan lain-lain maka harus di informasikan sejelas-jelasnya
terlebih dahulu dan di konsultasikan dengan ahlinya untuk optimasi hasil akhir operasi
nantinya.
Persiapan Yang Dilakukan Berdasarkan Jenis Operasi :
Bedah Elektif
Bedah elektif dikerjakan pada waktu yang cocok bagi pasien serta tim RS. Dokter
akan menjelaskan operasi yang dimaksud selama konsultasi rawat-jalan dengan rincian
mengenai manfaat dan risiko operasi. Tenggang waktu dari konsultasi rawat-jalan sampai
masuk RS bervariasi dari beberapa hari sampai berbulan-bulan. Penyelidikan dan
penilaian masalah-masalah medis diatasi pada tahap ini, termasuk rujukan ke spesialis
yang relevan. Pengaturan fase ini bervariasi menurut rumah sakit dan dokter bedahnya.
Bedah elektif pada pasien dengan penyakit dalam menahun sebaiknya hanya dikerjakan
bila kondisi medis telah dioptimalkan dan risiko minimal.
Pasien pasti siap untuk operasi yang membutuhkan hanya prosedur
admisi (pendaftaran) biasa. Ada rumah sakit yang mengoperasikan pelayanan pra-rawat,
dimana sebagian besar dari persiapan dikerjakan.
Pasien mungkin tiba dibangsal dengan perasaan stres. Masing-masing
orang menghadapi stres dengan cara berbeda. Banyak yang tidak acuh dengan prosedur
rutin RS, sehingga petugas RS sebaiknya tidak mereka-reka apa yang dirasakan atau
diketahui pasien. Staf perawat sebaiknya menyambut pasien di bangsal dan membahas
rincian administrasi yang diperlukan, termasuk saudara atau keluarga pasien. Keluarga
patut menjawab sebagian dari pertanyaan yang ditujukan kepada pasien, dan
menyampaikan setiap rincian yang relevan ke staf dokter.
· Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien untuk mendeteksi setiap
perubahan kondisi kesehatan sejak konsultasi rawat-jalan.
· Nilai apakah sistem kardiovaskular dan sistem respirasi bugar untuk
operasi.
· Jika muncul masalah medis atau riwayat masalah pembiu-san yang
sebelumnya tidak diketahui, hubungi dokter bedah dan spesialis anestesi yang
bersangkutan, dan buat rencana yang pantas untuk menghadapinya.
· Lakukan pemeriksaan rutin sebagaimana diuraikan pada Tabel 7.1.
Sebelum operasi mayor, golongan darah harus diperiksa dan disimpan atau diuji silang
menurut protokol setempat. Pedoman diperlihatkan pada Tabel 7.2.
· Lakukan pemeriksaan-pemeriksaan lain yang diindikasikan oleh penyakit
penyerta (misal uji saring pembekuan bila ada penyakit hati). Lihat bagian-bagian yang
relevan dalam buku ini.
Persetujuan operasi harus diminta setelah pasien mendapat penjelasan tentang
risiko-risiko yang relevan (Bab 9). Keinginan untuk tahu bervariasi luas antara satu
pasien dengan pasien lain.
Pemeriksaan-pemeriksaan pra bedah
Urinalisis : Semua pasien: untuk gula, hematuria, protein
EKG: Usia >50 tahun, Riwayat penyakit jantung, hipertensi atau penyakit paru
menahun, Hasil EKG normal dalam 1 tahu bisa diterima kecuali jika ada keluhan
jantung baru-baru ini
Hitung darah lengkap :Usia >40 tahun, Semua wanita, Semua pembedahan
mayor, Bila dicurigai anemia
Kreatinin dan elektrolit: Usia >60 tahun, Semua pembedahan mayor, Obat-obat,
diuretic,Suspek penyakit ginjal
Glukosa darah, Pasien diabetes, Glikosuria
Tes sel sabit: Pasien kulit hitam dengan status sabit tak diketahui. Jika positif
maka elektroforesis hemoglobin harus dikerjakan
X-foto toraks: Tidak rutin, Penyakit jantung atau paru akut, Penyakit jantung atau
paru menahun yang memburuk dalam tahun terakhir, Risiko tbc paru, Penyakit
keganasan
Pasien dengan tumor yang menyumbat usus tentunya berbeda dari seseorang yang
dijadwalkan untuk penggantian sendi lutut. Luangkan waktu untuk menyelidiki
pertanyaan yang mereka belum mau kemukakan ketika pertama kali bertemu—mungkin
pertanyaan tersebut adalah yang paling bermakna. Jika ada pertanyaan yang tidak bisa
anda jawab, minta bantuan orang lain. Rujuk pertanyaan tentang obat bius kepada
spesialis anestesi.
Tanyakan apakah pasien keberatan jika anda berkomunikasi langsung dengan
keluarganya. Kerahasiaan adalah sangat penting, dan kerabat atau keluarga pasien tidak
berhak memperoleh informasi tentang pasien tanpa persetujuan pasien bersangkutan.
· Jika diperbolehkan oleh pasien, apakah keluarga dekat memahami prosedur
yang direncanakan dan tawarkan untuk berbicara kepada mereka.
· Catat semua temuan anda dan berikan salinan penjelasan kepada pasien.
· Resepkan obat rutin dan rencanakan mana yang harus dihapus setelah
konsultasi dengan spesialis anestesi (lihat bagian relevan dari buku ini). Tanyakan
riwayat alergi.
Spesialis anestesi harus selalu menemui pasien sebelum operasi. Ia akan
memberikan nasihat spesifik mengenai peresepan perioperatif, rincian anestesi dan teknik
analgesia yang direncanakan. Setiap penyelidikan yang dibutuhkan sebelum operasi akan
diminta. Premedikasi yang sesuai diresepkan ketika ini.
Pasien dengan penyakit paru dan akan menjalani pembedahan mayor
harus menemui ahli fisioterapi sebelum operasi (Bab21).
Bedah emergensi
Pasien yang menghadapi bedah emergensi berbeda dari mereka yang dijadwalkan
untuk bedah elektif. Diagnosis yang mendasari mungkin tidak diketahui dan operasi yang
direncanakan tidak pasti. Waktu untuk mempersiapkan kondisi medis pasien biasanya
terbatas, dan sering ada nyeri, kecemasan dan distres yang harus diatasi. Banyak prosedur
emergensi terjadi pada pasien usia lanjut yang sering sudah ada kemunduran fungsi organ
akibat penyakit bedahnya maupun oleh penyakit dalam yang sudah ada.
Pasien emergensi memiliki mortalitas dan morbiditas lebih tinggi,
terutama jika disertai hipovolemia, penyakit jantung, masalah pernapasan atau
kemunduran fungsi ginjal. Dengan waktu yang tersedia sebelum operasi, setiap kelainan
kardiovaskular dan respiratorik harus didiagnosis dan diobati segera. Kontak dini dengan
spesialis anestesi akan menghasilkan rencana tindakan untuk periode pra bedah. Setelah
diskusi, operasi kadang-kadang dianjurkan untuk ditunda untuk memungkinkan
pengobatan medis memperbaiki keadaan umum pasien. Pada situasi tertentu, dibutuhkan
operasi segera.
Perawatan pra bedah dari pasien-pasien emergensi
· Anamnesis: lakukan anamnesis terhadap pasien dan/atau keluarganya.
Tanyakan secara spesifik tentang terapi obat terakhir dan kepatuhan pasien. Apakah
pasien memiliki alergi atau mengalami masalah dengan pembiusan dahulu?
· Rekam medis: periksa rekam medis dan catatan laboratorium untuk melihat
bukti kelainan medis yang bermakna. Sampai 50% pasien dengan riwayat infark miokard
aktual atau dicurigai akan menceritakan riwayat penyakit dengan tidak akurat pada 5
tahun sesudahnya. Pasien mungkin yakin mengalami serangan jantung ketika sebenarnya
tidak, dan begitupula sebaliknya.
· Pemeriksaan fisik: cek masalah-masalah yang tercantum pada Tabel 7.3.
manajemen spesifik akan dibahas rinci pada bagian-bagian yang bersangkutan dalam
buku ini.
· Penyelidikan: kebanyakan pasien membutuhkan pemerik-saan hematologi
dan biokimia rutin serta uji silang darah. Kirim sampel darah segera mungkin. EKG dan
X-foto toraks perlu dilakukan bila ada kecurigaan patologi. Pasang pulse oximetry pada
pasien dispnea dan cek gas darah arteri.
· Hipotensi : paling sering disebabkan oleh hipovolemia akibat kehilangan
darah atau cairan tubuh lain. Pasien usia lanjut yang syok tidak selalu takikardia. Pasien
hipertensi mungkin mengalami hipotensi bila tekanan sistoliknya 100 mmHg.
· Penggantian cairan: harus dilakukan segera dengan pemantauan ketat untuk
menilai respons terhadap pengisian beban cairan. Volume cairan yang besar harus
terlebih dahulu dihangatkan. Kateter urin harus dipasang. Kadang-kadang hipotensi
disebabkan atau diperburuk oleh gagal jantung atau sepsis. Jika respons terhadap terapi
cairan tidak adekuat, pemantauan CVP dibutuhkan. Jangan biarkan kepala pasien jatuh
ketika memasang infus vena sentral.
· Syok: setiap pasien hipotensi yang tidak memberi respons dengan
pergantian volume memiliki risiko serius dan harus dikelola di HDU/ICU. Sebagai
alternatif, pasien bisa dirujuk ke kamar operasi. Pasien-pasien perdarahan aktif memer-
lukan operasi penyelamatan jiwa dan kamar operasi harus dipersiapkan segera.
Persediaan darah yang telah diuji silang harus diusahakan. Kalau bisa darah sampai ke
kamar operasi sekaligus dengan pasien, dan pada pasien yang kehabisan darah, darah dari
golongan sama dan belum diuji silang harus sudah ada segera.
· Terapi cairan berlebihan: bisa mengakibatkan edema paru atau hemodilusi.
Ini bisa dicegah dengan pemantauan imbang cairan setiap jam dan CVP.
· Hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct) harus diperiksa secara reguler.
· Beri oksigen kepada pasien hipotensi dan setiap pasien dengan saturasi
oksigen (SpO2) kurang dari 95% pada pulse oximetry. Pemeriksaan fisik dan radiologi
biasanya akan menentukan penyebab hipoksia. Pada pasien kritis, dispnea bisa
disebabkan oleh asidosis metabolik. Asidosis laktat yang disebabkan hipoksia jaringan
sering akan memberi respons terhadap resusitasi umum, walaupun sebab-sebab lain dari
asidosis harus dicari.
· Koreksi metabolik: elektrolit harus dikoreksi seefektif waktu yang tersedia.
Hipokalemia dan hipomagnesemia bisa mencetuskan aritmia jantung. Kendalikan
diabetes dengan insulin dan infus dekstrosa.
· Pasang selang nasogastrik pada pasien obstruksi usus untuk mengurangi
kembung dan mengurangi risiko aspirasi. Pastikan bahwa pasien dengan penurunan
kesadaran memiliki jalan napas tidak tersumbat, dan menerima oksigen serta dalam posisi
sesuai. Pada pasien dengan riwayat refluks asam, berikan omeprazole 40 mg oral (atau
ranitidine 50 mg iv jika penyerapan usus jelek) tepat sebelum operasi.
· Tentukan profilaksis tromboemboli yang sesuai.
· Antibiotik mulai diberikan bila ada indikasi.
· Komunikasi: pasien dan keluarganya terus diberitahu mengenai rencana
anda dan minta persetujuan untuk setiap prosedur yang direncanakan. Bahas risiko
spesifik yang berkaitan dengan operasi atau kondisi medis pasien. Jika operasi memiliki
risiko kematian, pastikan bahwa ini dipahami. Jangan anggap semua pasien (khususnya
usia lanjut) menginginkan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Medical Article. Persiapan Pra sebelum Bedah. http//emedicine.medscape.com/article/936148-
print2013. Diakses tgl 14 Maret 2015.
Bedah Udayana. Mempersiapkan pasien untuk pembedahan elektif dan emergensi
https://bedahudayana.wordpress.com/2012/04/24/mempersiapkan-pasien-untuk-pembedahan-
elektif-dan-emergensi-iain-wilson/. Diakses tgl 14 Maret 2015