tugas pengantar manajemen bagus
DESCRIPTION
Manajemen BisnisTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengendalian (pengawasan) atau controlling adalah bagian
terakhir dari fungsi manajemen. Fungsi ini sangat penting dan
sangat menentukan pelaksanaan proses manajemen, karena itu
harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Fungsi manajemen yang
dikendalikan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian itu sendiri. Kasus-kasus yang banyak terjadi
dalam organisasi adalah akibat masih lemahnya pengendalian
sehingga terjadilah berbagai penyimpangan antara yang
direncanakan dengan yang dilaksanakan.
Pengendalian adalah proses pemantauan, penilaian dan
pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. Beda
pengawasan dengan pengendalian adalah pada wewenang dari
pengembang kedua istilah tersebut. Pengendalian memiliki
wewenang turun tangan yang tidak dimiliki oleh pengawas.
Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan tindak
lanjutnya dilakukan oleh pengendali.
Pengendalian lebih luas daripada pengawasan. Pengawasan
sebagai tugas disebut supervisi pendidikan yang dilakukan oleh
pengawas sekolah ke sekolah-sekolah yang menjadi tugasnya.
Kepala sekolah juga berperan sebagai supervisor di sekolah yang
dipimpinnya. Di lingkungan pemerintahan, lebih banyak dipakai
istilah pengawasan dan pengendalian.
B. Rumusan Masalah
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui Pengertian Pengawasan
2. Untuk mengetahui Syarat-syarat Pengawasan
3. Untuk Mengetahui Tujuan Fungsi Pengawasan
4. Untuk mengetahui Pentingnya Pengawasan
5. Untuk mengetahui Bentuk-bentuk pengawasan
6. Untuk mengetahui Tahap-tahap pengawasan
7. Untuk mengetahui Jenis-jenis pengawasan
8. Untuk mengetahui Manfaat Pengawasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengawasan
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasi
dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua
sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan
efisien.
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja
dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil
yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan
tersebut. Controlling is the process of measuring performance and
taking action to ensure desired results. Pengawasan adalah proses
untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai
dengan apa yang telah direncanakan . The process of ensuring that
actual activities conform the planned activities.
George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai
mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya
mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan
tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan
pengawasan itu merupakan suatu proses aktivitas yang sangat
mendasar, sehingga membutuhkan seorang manajer untuk
menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi.
Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan pengawasan itu
adalah proses melaui manajer berusaha memperoleh kayakinan
bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan Pengawasan
adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan
evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila
diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana.
Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa
pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan
melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti
memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang
sesuai dengan apa yang direncanakan.
Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) mengatakan
bahwa pada pokoknya pengawasan adalah keseluruhan daripada
kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang
atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar
atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan pengawasan adalah proses pengamatan daripada
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar
supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Kesimpulannya, pengawasan merupakan suatu usaha sistematik
untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-
tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan
balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
B. Syarat – syarat Pengawasan1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang
terjadi3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standar. 5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.7. Pengawasan harus ekonomis.8. Pengawasan harus mudah dimengerti.9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
C. Tujuan dari Fungsi Pengawasan
Menurut Griffin (2000), tujuan dari fungsi pengawasan dibagi
menjadi empat bagian, yaitu:
1. Adaftasi Lingkungan
Tujuannya adalah agar sebuah perusahaan dapat beradaftasi
dengan perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan, baik
internal maupun eksternal. Contoh : ketika ICT belum secanggih
saat ini , kualifikasi minimum tenaga kerja di sebuah perusahaan
barangkali hanya dibatasi pada kemampuan mengetik. Namun
saat ini hampir seluruh perusahaan menggunakan komputer
sebagai ujung tombak kegiatan sehari-hari.
2. Meminimalkan kegagalan
Ketika perusahaan menjalankan kegiatan produksi misalnya
perusahaan memiliki target produksi sebanyak 10.000 unit maka
perusahaan berharap bagian produksi bisa menghasilkan produk
sebanyak itu. Katakanlah bagian produksi hanya menghasilkan
9.000 unit yang memenuhi standar sedangkan 1000 unit tidak
memenuhi standar. Maka perusahaan mengalami kerugian 1000
unit dalam produksinya. Oleh karena itu perusahaan perlu
menjalankan pengawasan agar target tersebut terpenuhi.
3. Meminimumkan biaya
Sebagaimana contoh di atas jika target terpenuhi maka biaya
dapat diminimalkan, akan tetepi jika kondisinya seperti di atas
1000 unit tidak memenuhi standar maka hal itu tidak bisa
dikatakan meminimalkan biaya malah menambah beban biaya
produksi.
4. Mengantisipasi kompleksitas dari organisasi
Tujuan terakhir dari fungsi pengawasan adalah agar
perusahaan dapat mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi
yang kompleks. Ketika kegiatan perusahaan hanya memproduksi
satu jenis barang, atau 10 orang pekerja, atau 2 bagian dalam
struktur organisasi, barangkali kegiatan manajemen lebih mudah
untuk dilakukan.
D. Pentingnya Pengawasan
Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari
waktu ke waktu, banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan
guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah dilakukan, inilah
yang membuat fungsi pengawasan semakin penting dalam setiap
organisasi. Ada beberapa alas an mengapa pengawasan itu penting,
diantaranya :
1. Perubahan lingkungan organisasi
Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-
menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk
dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb. Melalui
fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang
berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga mampu
menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang
diciptakan perubahan yang terjadi.
2. Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan
yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi
untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya
memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien
dan efektif.
3. Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan
Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat
secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi
kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem
pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan
tersebut sebelum menjadi kritis.
4. Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang
Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya
tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya
cara manajer dapat menen-tukan apakah bawahan telah melakukan
tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem penga-
wasan.
5. Komunikasi
6. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan
standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan
kemudian pengambilan tindakan
E. Bentuk – Bentuk Pengawasan1. Pengawasan Pendahulu (feeforward control, steering
controls, preliminary control).
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar
dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan
terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat
menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang
perubahan yang terjadi atau perkembangan tujuan.
2. Pengawasan Concurrent (concurrent control ).
Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, atau pengawasan yang terjadi
ketika pelaksanaan berlangsung, dimana suatu aspek harus
memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan
guna menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
3. Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action
controls).
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah
dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin
terjadi atau tidak sesuai dengan
F. Tahap – tahap Pengawasan
1. Tahap Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target
pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam
pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum yaitu :
a. standar fisik
b. standar moneter (biaya)
c. standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan secara tepat.
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang
berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan
sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan
Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya
penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa terjadi
demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan
bagai manajer.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan,
dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
Menurut Kadarman (2001, hal. 161) langkah-langkah proses
pengawasan yaitu:
a. Menetapkan Standar
Karena perencanaan merupakan tolak ukur untuk merancang
pengawasan, maka secara logis hal irri berarti bahwa langkah
pertama dalam proses pengawasan adalah menyusun rencana.
Perencanaan yang dimaksud disini adalah menentukan standar.
b. Mengukur Kinerja
Langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur atau
mengevaluasi kinerja yang dicapai terhadap standar yang telah
ditentukan.
c. Memperbaiki Penyimpangan
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak ada tindakan
perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Menurut G. R. Terry dalam Sukama (1992, hal. 116) proses
pengawasan terbagi atas 4 tahapan, yaitu:
1. Menentukan standar atau dasar bagi pengawasan.
2. Mengukur pelaksanaan
3. Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan temukanlah
perbedaan jika ada.
4. Memperbaiki penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang
tepat.
Terry (dalam Winardi, 1986:397) bahwa pengawasan terdiri
daripada suatu proses yang dibentuk oleh tiga macam langkah-
langkah yang bersifat universal yakni:
1. mengukur hasil pekerjaan,
2. membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan
memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan),
3. mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui
tindakan perbaikan.
Maman Ukas (2004:338) menyebutkan tiga unsur pokok atau
tahapan-tahapan yang selalu terdapat dalam proses pengawasan,
yaitu:
1. Ukuran-ukuran yang menyajikan bentuk-bentuk yang diminta.
Standar ukuran ini bisa nyata, mungkin juga tidak nyata, umum
ataupun khusus, tetapi selama seorang masih menganggap
bahwa hasilnya adalah seperti yang diharapkan.
2. Perbandingan antara hasil yang nyata dengan ukuran tadi.
Evaluasi ini harus dilaporkan kepada khalayak ramai yang dapat
berbuat sesuatu akan hal ini.
3. Kegiatan mengadakan koreksi. Pengukuran-pengukuran laporan
dalam suatu pengawasan tidak akan berarti tanpa adanya
koreksi, jikalau dalam hal ini diketahui bahwa aktivitas umum
tidak mengarah ke hasil-hasil yang diinginkan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa proses
pengawasan dilakukan berdasarkan beberapa tahapan yang harus
dilakukan.
Menetapkan standar pelaksanaan (perencanaan)
Sehingga dalam melakukan pengawasan manajer mempunyai
standard yang jelas.
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Mengukur kinerja pegawai, sejauh mana pegawai dapat
menerapkan perencanaan yang telah dibuat atau ditetapkan
perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya
secara optimal.
Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan
penganalisa penyimpangan-penyimpangan
Pengambilan tindakan koreksi
Melakukan perbaikan jika ditemukan penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi.
G. Jenis – jenis Pengawasan
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat
dilakukan, yaitu:
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh
orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi
yang bersangkutan.” Pengawasan dalam bentuk ini dapat
dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau
pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang
dilakukan secara rutin. Contohnya : Kepala Sekolah mensupervisi
guru ketika mengajar di kelas.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan
oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang
diawasi. Contohnya : Pengawas Sekolah mensupervisi guru ketika
mengajar di sebuah sekolah, Pengawas UN mengawasi Peserta
Didik yang edang ujian di sebuah sekolah.
Atau Kunjungan dari Kepala Dinas Pendidikan Prov. Jawa Barat
ke SMP Islam As-Syafi’iyah seperti terlihat dalam gambar di bawah
2. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai,
“pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum
kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya
penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah
dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan
pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan
merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga
dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan
sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih
bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung,
sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan
terdeteksi lebih awal. Contohnya : Yayasan memonitori/
mendampingi dna mengevaluasi penggunaan anggaran sekolah
binaannya.
Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang
dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.”
Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada akhir tahun
anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan kemudian
disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan
pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
penyimpangan. Contohnya: Tim Audit BPK memeriksa laopran
penggunaan BOS.
3. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk
“pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang
bersangkutan.” Contohnya : Mandor mengawasi Buruhnya ketika
bekerja.
Atau Tim Dosen mengawasi Peserta Sertifikasi dalam kegiatan
“Peer Teaching”. (Nampak digambar Drs. Joko, M.Pd sedang
menilai & mengawasi Peserta Sertifikasi tahun 2009)
Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang
melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian
terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan
bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.” Contohnya: Perusahaan
induk mengawasi peusahaan cabang dengan laporan tertulis dan
empiris.
Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran
formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan
terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan,
tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara,
hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai
maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah “pemeriksaan
terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi,
yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang
serendah mungkin.”
H. Manfaat Pengawasan1. Untuk memberikan ruang regular untuk superviesees untuk
merenungkan isi dan pekerjaan mereka
2. Untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam
bekerja
3. Untik menerima informasi dan perspektif lain
mengenaipekerjaan seseorang
4. Untuk menjadi dukungan baik segi pribadi ataupun pekerjaan
5. Untuk memastikan bahwa sebagai pribadi dan sebagai orang
pekerja tidak ditinggalkan tidak perlu membawa kesulitan,
masalah dan proyeksi saja
6. Untuk memiliki ruang untuk mengesplorasi dan
mengekspresikan distress, restimulation pribadi, transferensi
atau counter-transferensi yang mungkin dibawa oleh
pekerjaan
7. Untuk merencanakan dan memanfaatkan sumberdaya pribadi
dan frofesional yang lebih baik
8. Untuk menjadi pro-aktif bukan re-aktif
9. Untuk memastikan kualitas pekerjaan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
Tipe-tipe pengawasan yaitu ; Pengawasan Pendahuluan
(preliminary control),Pengawasan pada saat kerja berlangsung
(cocurrent control), Pengawasan Feed Back (feed back control).
Tahap Proses Pengawasan ; Menetapkan standar pelaksanaan
(perencanaan), Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan,
Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan
penganalisa penyimpangan –penyimpangan, Pengambilan tindakan
koreksi.
Pengawasan penting disebabkan karena Perubahan lingkungan
organisasi, Peningkatan kompleksitas organisasi, Meminimalisasikan
tingginya kesalahan-kesalahan, Kebutuhan manager untuk
mendelegasikan wewenang, Komunikasi dan Menilai informasi dan
mengambil tindakan koreksi.
Perancangan proses pengawasan diantaranya yaitu;
Merumuskan hasil yang di inginkan, Menetapkan penunjuk hasil,
Menetapkan standar penunjuk dan hasil, Menetapkan jaringan
informasi dan umpan balik dan Menilai informasi dan mengambil
tindakan koreksi. Bidang strategik dalam pengawasan ialah
Transaksi Keuangan, Hubungan Manajer dan Bawahan, dan Operasi-
operasi Produktif. Alat-alat pengawasan yang paling umum ialah
Manajemen Pengecualian (Management by Exception), Management
Information System (MIS), Analisa Rasio dan Penganggaran.
B. Saran
Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi.
Karena jika tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan
menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi baik
yang berasal dari bawahan maupun lingkungan.
Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat
membangun suatu komunikasi yang baik antara pemimpin
organisasi dengan anggota organisasi. Serta pengawasan dapat
memicu terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam
merumuskan suatu masalah.
Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh
pemimpin organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang
ketegasan seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan
disarankan dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu
lingkungan organisasi dari yang baik menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://evynurhidayah.blogspot.com/2011/04/makalah-mpk-pengawasan-
manajemen.html
http:\\www.anakciremai.com/.../makalah-manajemen-tentang-dasar-
dan.html
http:\\www.elearning.gunadarma.ac.id/.../
bab7_dasardan_teknik_ pengawasan\
Sule, Ernie Tisnawati, dkk. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana
Penada Media Group
http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-pengantar-
manajemen-controlling.html