tugas-parasitologi-i-plasmodium-vivax.doc
DESCRIPTION
666TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria, sekitar sembilan puluh negara telah berusaha melakukan
pemberantasan penyakit ini, dan sampai sekarang masih merupakan penyakit yang
penting dalam aspek ekonomi maupun korban kematian penduduk. Kemajuan
telah diperoleh dalam usaha pemberantasan penyakit ini. Diantara tahun 1948-
1965 sejumlah kasus malaria dapat dikurangi, total sekitar 350 juta menjadi
tinggal 100 juta. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, pemberantasan daerah
endemik malaria telah diselesaikan.
Sampai sekarang masih jutaan penduduk tinggal di daerah endemik
malaria. Kondisi tersebut terjadi di suatu daerah atau suatu negara yang belum
berkembang baik dalam hal administrasi pemerintahan, sumber dana dan sumber
daya manusia dalam memberantas penyakit ini.
Penyakit malaria yang disebabkan oleh Plasmodium yang merupakan
genus protozoa parasit. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus
hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh
spesies menjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk
burung, reptilia dan hewan pengerat. Salah satu speciesnya adalah Plasmodium
vivax.
Plasmodium vivax menyebabkan penyakit malaria vivaks, dapat juga
disebut “Malaria tertiana benigna” atau disebut malaria tertiana. Di Indonesia
spesies ini tersebar di seluruh kepulauan dan pada umumnya didaerah endemic
mempunyai frekuensi tertinggi diantara spesies yang lain. Melihat frekuensi yang
ditimbulkan, maka perlunya pembahasan parasit ini agar dapat mengurangi angka
1
penyakit ini di Indonesia, dan tentunya menjadi antisipasi untuk terjadinya
penyakit ini.
1.2 Tujuan
Agar Mahasiswa dapat lebih memahami karakter secara spesifik dari
parasit Plasmodium vivax.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plasmodium vivax, hospes, serta reproduksinya
Manusia : Hospes perantara parasit ini
Nyamuk Anopheles betina : Hospes Definitif
Secara teknis, sebagi hospes definitif dari Plasmodium spp adalah hewan
invertebrata yaitu nyamuk karena reproduksi sexual terjadi disini. Sedangkan
reproduksi asexual terjadi pada hospes vertebrata termasuk orang, disini disebut
hospes intermedier. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa gametocyt terbentuk
dalam darah vertebrata dan fertilisasi terjadi di dalam lambung nyamuk. Dari hal
tersebutlah yang menunjukkan bahwa vertebrata masih merupakan hospes
definitif.
Plasmodium vivax menyebabkan penyakit malaria vivaks, dapat juga
disebut “Malaria tertiana benigna” atau disebut malaria tertiana. Nama tertiana
adalah berdasarkan fakta bahwa timbulnya gejala demam terjadi setiap 48 jam.
Nama tersebut diperoleh dari istilah Roma, yaitu hari kejadian pada hari pertama ,
sedangkan 48 jam kemudian adalah hari ke 3.
2.2 Distribusi geografik
Spesies ini terdapat didaerah subtropik, dapat juga ditemukan didaerah
dingin (Rusia), didaerah tropic afrika, terutama di afrika barat, spesies ini jarang
ditemukan. Di Indonesia spesies tersebut tersebar di seluruh kepulauan dan pada
umumnya didaerah endemic mempunyai frekuensi tertinggi diantara spesies yang
lain.
3
2.3 Morfologi dan daur hidup
Dengan tusukan nyamuk anopheles betina sporozoit dimasukkan melalui
kulit ke peredaran darah perifer manusia; setelah kira-kira ½ jam sporozoit masuk
kedalam sel hati dan tumbuh menjadi skizon hati dan sebagian menjadi hipnozoit.
Skizon hati berukuran 45 mikron dan membentuk kira-kira 10.000 merozoit.
Skizon hati ini masih dalam daur praeritrosit atau daur eksoeritrosit primer yang
berkembangbiaknya secara aseksual dan disebut skizogoni hati
Hipnozoit tetap istirahat dalam sel hati selama beberapa waktu (sampai
kira-kira 3 bulan) sampai aktif kembali dan mulai dengan daur eksoeritrosit
sekunder. Merozoit dari skizon hati masuk ke peredaran darah menghinggapi
eritrosit dan mulai dengan daur eritrosit. Untuk pembiakan aseksual (skizogoni
darah).Merozoit dalam eritrosit tumbuh menjadi trofozoit muda yang berbentuk
cincin, besarnya kira-kira 1/3 eritrosit, dengan pulasan Giemsa sitoplasmanya
berwarna biru, inti merah, mempunyai vakuola yang besar.
Eritrosit yang dihinggapi parasit P.vivax mengalami perubahan yaitu
menjadi besar, berwarna pucat dan tampak titik-titik halus berwarna merah, yang
bentuk dan besarnya sama dan disebut titik Schuffner. Kemudian trofozoit muda
menjadi trofozoit stadium lanjut (trofozoit tua) yang sangat aktif sehingga
sitoplasmanya tampak berbentuk ameboid. Pigmen dari parasit ini menjadi makin
nyata dan berwarna kuning tengguli. Skizon matang dari daur eritrosit
mengandung 12-18 buah merozoit dan mengisi seluruh eritrosit dengan pigmen
berkumpul di bagian tengah atau dipinggir. Daur eritrosit pada P.vivax
berlangsung 48 jam dan terjadi secara sinkron. Walaupun demikian, dalam darah
tepi dapat ditemukan semua stadium parasit dari daur eritrosit , sehingga
gambaran dalam sediaan darah tidak uniform, keculai pada hari-hari permulaan
serangan pertama
4
Setelah daur eritrosit berlangsung beberapa kali , sebagian merozoit yang
tumbuh menjadi trofozoit dapat membentuk sel kelamin, yaitu makrogemetosit
dan mikrogametosit (gametogoni) yang bentuknya bulat atau lonjong, mengisi
makrogametosit (betina) mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dengan inti
kecil, padat , dan berwarna merah. Mikrogametosit (jantan) biasanya bulat,
sitoplasmanya berwarna pucat, biru kelabu dengan inti yang besar, pucat dan
difus. Inti biasanya terletak di tengah. Butir- butir pigmen, baik pada
makrogametosit maupun mikrogametosit, jelas dan tersebar pada sitoplasma.
Dalam nyamuk terjadi daur seksual (sporogoni) yang berlangsung selama
16 hari pada suhu 20o C dan 8-9 hari pada suhu 27oC. Dibawah 15oC
perkembangbiakan secara seksual tidak mungkin berlangsung. Ookista muda
dalam nyamuk mempunyai 30 - 40 butir pigmen berwarna kuning tengguli dalam
bentuk granula halus tanpa susunan khas.
2.4 Patologi dan gejala klinis
Masa tunas intrinsic biasanya berlangsung 12-17 hari, tetapi pada beberapa
strain P.vivax dapat sampai 6-9 bulan atau mungkin lebih lama. Serangan pertama
dimulai dengan sindrom prodomal: sakit kepala, sakit punggung, mual dan
malaise umum. Pada relaps sindrom prodomal ini ringan atau tidak ada. Demam
tidak teratur pada 2-4 hari pertama, tetapi kemudian menjadi intermiten dengan
perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, suhu meninggi kemudian turun
menjadi normal.
Kurva demam pada permulaan penyakit tidak teratur, disebabkan karena
adanya beberapa kelompok (brood) parasit yang masing-masing mempunyai saat
sporulasi tersendiri, hingga demam tidak teratur, tetapi kemudian kurva demam
menjadi teratur, yaitu dengan periodisitas 48 jam. Serangan demam terjadi pada
siang atau sore hari dan mulai jelas dengan stadium menggigil, panas ddan
berkeringat yang klasik. Suhu badan dapat mencapai 40,6oC (105oF) atau lebih.
5
Mual dan muntah serta herpes pada bibir dapat terjadi. Pusing, mengantuk atau
gejala lain yang ditimbulkan oleh iritasi serebral dapat terjadi hanya berlangsung
sementara. Anemia pada serangan pertama biasanya belum jelas atau tidak berat,
tetapi pada malaria menahun menjadi lebih jelas. Malaria vivaks penting bukan
karena angka kematiannya tetapi karena kelemahan penderita yang disebabkan
relapsnya.
Limpa pada serangan pertama mulai membesar, denan konsistensinnya
lembek dan mulai teraba pada minggu. Kedua. Pada malaria menahun menjadi
sangat besar, keras, dan kenyal. Trauma keci; (misalnya pada suatu kecelakaan)
dapat menyebabkan rupture pada limbah yang menyebar, tetapi hal ini jarang
terjadi. Pada permulaan serangan pertama, jumlah P.vivax kecil dalam peredaran
darah, tetapi bila demam tersian telah berlangsung, jumlahnya bertambah besar.
Kira-kira satu minggu setelah serangan pertama, stadium gametosit tampak dalam
darah. Suatu serangan tunggal yang tidak diberi pengobatan; dapat berlangsung
beberapa minggu dengan serangan demam yang berulang-ulang Pada kira-kira
60% kasus yang tidak diberi pengobatannya tidak adekuat, relaps timbul sebagai
rekrudesensi (recusdescence) atau short term relapse.
2.5 Diagnosis
Diagnosis malaria vivaks ditegakkan dengan menemukan parasit P.vivax
pada sediaan darah yang dipulas dengan Giemsa.
2.6 Prognosis
Prognosis malaria vivaks biasanya baik, tidak menyebabkan kematian.
Bila tidak diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau
lebih. Rata-rata infeksi malaria vivaks tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun,
tetapi pada beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama, oleh karena sifat
relapsnya yaitu rekrudesensi dan rekurens.
6
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
- Plasmodium vivax menyebabkan penyakit malaria vivaks, dapat juga
disebut “Malaria tertiana benigna” atau disebut malaria tertiana
- Manusia : Hospes perantara parasit ini
Nyamuk Anopheles betina : Hospes Definitif
- Spesies ini terdapat didaerah subtropik, dapat juga ditemukan didaerah
dingin (Rusia), didaerah tropic afrika, terutama di afrika barat, spesies ini
jarang ditemukan. Di Indonesia spesies tersebut tersebar di seluruh
kepulauan dan pada umumnya didaerah endemic mempunyai frekuensi
tertinggi diantara spesies yang lain.
- Perkembangbiakan/siklus hidupnya dapat dibagi atas tiga stadium:
a. Schizogonia : terbentuk secara membelah dan terjadi setelah
menginfeksi inang
b. Sporogoni : pembentukan spora di luar inang dan merupakan stadium
efektif.
c. Gamogoni : tahap pembentukan sel-sel gamet terjadi di dalam tubuh
inang perantara atau nyamuk.
- Plasmodium pada manusia : aseksual ,fase gametofit dan vegetatif
- Plasmodium pada nyamuk : seksual, fase sporofit dan generatif
7
DAFTAR PUSTAKA
Prof.dr. Ganda Husada, Srisasi, dkk. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga.
FKUI : Jakarta
Haryanto. 1999. Malaria epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis dan
penanganan. EGC : Jakarta
Noer, Sjaifulloh. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta
8