parasitologi bunostomiasis

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah mahluk pemakan segala (omnivora) mulai dari tumbuhan, buah-buahan, daging bahkan tulang dari hewan tertentu bisa dimakan. Manusia sering mengkonsumsi berbagai makanan dengan tanpa memikirkan efek sampingnya. Apalagi untuk hal mengkonsumsi produk hewani seperti daging. Manusia belum menyadari bahwa kehidupan hewanpun kini memiliki ancaman-ancaman berupa penyakit yang disebabkan oleh parasit yang akan membuat hewan sakit bahkan mati. Parasit adalah organisme yang selama atau sebagian hayatnya hidup pada atau didalam tubuh organisme lain, dimana parasit tersebut mendapat makanan tanpa ada konpensasi apapun untuk hidupnya. Tidak hanya kematian pada hewan, penyakit yang diderita hewan yang disebabkan oleh parasit juga dapat menular kepada manusia, keadaan ini disebut zoonosis, zoonosis adalah penyakit yang dapat berpindah dari hewan kepada manusia dan sangat berbahaya. Sama halnya dengan bunostomiasis yang merupakan cacing kait yang umumnya menyerang ternak ruminansia terutama pada domba dan sapi. Pada sapi dikenal 1

Upload: wayan-hadianarki

Post on 26-Dec-2015

240 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Cacing genus bunostomum adalah cacing yang menyerang ternak ruminansia terutama pada sapi dan domba. Cacing ini merupakan family Ancylostomidae yang berpredileksi pada usus halus. Jenis bunostomum di sapi yaitu B. Phelebotomum dan B. Radiatum, pada domba yaitu B.Trigonocephalum. Bunostomum spp. adalah endoparasites usus kecil ruminansia besar dan kecil, berwarna ke abu-abuan panjang 1-3 cm, dibandingkan dengan nematoda lainnya bunostomum lebih gemuk. Mereka di temukan di proksimal beberapa meter dari usus kecil. Telur dari bunostomum memiliki 4-8 blastomer.Yang terinfeksi yakni hewan muda berumur 5-8 bulan.dengan jemlah 2000-3000 bunostomum pada usus hewan muda ini akan menyebabkan kematian.Bunostomum PhelebotomumBunostomum phelebotomum terdapat pada usus halus sapi, zebra, dan domba. Cacing jantan panjang 10-18 mm, cacing betina panjang 24-28mm. Spesies : B. PhlebotomumHabitat : usus halus (duodenum) sapi, zebra, dombaGenus : GaigeriaSpesies : G. pachyscelisHabitat dan hospes : duodenum kambing dan dombaMorologi :• Mirip dengan Bunostomum sp, tetapi tidak mempunyai gigi dorsal\• Anterolateral rays pendek dan tumpul terpisah sama sekali dengan lateral raysSiklus HidupPenularan terjadi hanya melalui kulit, selanjutnya larva mencapai paru-paru, larva stadium 4 mempunyai bukal kapsul dengan dorsal cone dan sepasang lanset subventral selanjutnya migrasi ke bronki, trakea, faring lalu ditelan mencapai intestin dan berkembang menjadi cacing dewasa.

TRANSCRIPT

Page 1: parasitologi bunostomiasis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah mahluk pemakan segala (omnivora) mulai dari tumbuhan,

buah-buahan, daging bahkan tulang dari hewan tertentu bisa dimakan.

Manusia sering mengkonsumsi berbagai makanan dengan tanpa memikirkan

efek sampingnya. Apalagi untuk hal mengkonsumsi produk hewani seperti

daging. Manusia belum menyadari bahwa kehidupan hewanpun kini memiliki

ancaman-ancaman berupa penyakit yang disebabkan oleh parasit yang akan

membuat hewan sakit bahkan mati. Parasit adalah organisme yang selama atau

sebagian hayatnya hidup pada atau didalam tubuh organisme lain, dimana

parasit tersebut mendapat makanan tanpa ada konpensasi apapun untuk

hidupnya. Tidak hanya kematian pada hewan, penyakit yang diderita hewan

yang disebabkan oleh parasit juga dapat menular kepada manusia, keadaan ini

disebut zoonosis, zoonosis adalah penyakit yang dapat berpindah dari hewan

kepada manusia dan sangat berbahaya.

Sama halnya dengan bunostomiasis yang merupakan cacing kait yang

umumnya menyerang ternak ruminansia terutama pada domba dan sapi. Pada

sapi dikenal dengan Bunostomiasis phlebotomum sedangkan pada domba

dikenal dengan Bunostomiais trigonocehalum. Cacing ini merupakan parasit

yang dapat menyebabkan penyakit yang cukup serius baik pada hewan yang

diserang maupun pada manusia (zoonosis). Karena penularan cacing

bunostomiasis sendiri sangat mudah yaitu melalui kulit dan makanan yang

terinfeksi larva infektif. Hal ini lah yang akan dibahas oleh penulis dalam

paper yaitu mengenai bunostomiasis yang merupakan penyakit yang

disebabkan oleh salah satu dari klasifikasi parasit yaitu kelas nematoda.

1

Page 2: parasitologi bunostomiasis

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa itu bunostomiasis?

b. Apa saja klasifikasi dari bunostomiasis?

c. Bagaiman siklus hidup dan cara penularan parasit penyebab penyakit

bunostomiasis?

d. Apa gejala patologi dan gejala klinis yang timbul pada hospes?

e. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan penyakit bunostomiasis?

2

Page 3: parasitologi bunostomiasis

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan Tulisan

Adapun tujuan tulisan paper ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penyakit bunostomiais.

2. Untuk mengetahui gejala, penyebab, dan pencegahan penyakit

bunostomiasis.

Manfaat Tulisan

Adapun manfaat tulisan paper ini sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan sumber informasi seputar bunostomiasis.

2. Dapat dimanfaatkan sebagai materi tambahan oleh mahasiswa kedoteran

hewan.

3. Dapat memberikan pengetahuan tentang kebaikan mengkonsumsi produk

hewani dan lokasi yang tepat dalam memelihara hewan.

4. Dapat mengetahui seputar parasit yang dapat menyebabkan penyakit

zoonosis.

3

Page 4: parasitologi bunostomiasis

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 PENGERTIAAN DAN MORFOLOGI

Cacing genus bunostomum adalah cacing yang menyerang ternak ruminansia

terutama pada sapi dan domba. Cacing ini merupakan family Ancylostomidae

yang berpredileksi pada usus halus. Jenis bunostomum di sapi yaitu B.

Phelebotomum dan B. Radiatum, pada domba yaitu B.Trigonocephalum.

Bunostomum spp. adalah endoparasites usus kecil ruminansia besar dan kecil,

berwarna ke abu-abuan panjang 1-3 cm, dibandingkan dengan nematoda lainnya

bunostomum lebih gemuk. Mereka di temukan di proksimal beberapa meter dari

usus kecil. Telur dari bunostomum memiliki 4-8 blastomer.

Yang terinfeksi yakni hewan muda berumur 5-8 bulan.dengan jemlah 2000-3000

bunostomum pada usus hewan muda ini akan menyebabkan kematian.

Bunostomum Phelebotomum

Bunostomum phelebotomum terdapat pada usus halus sapi, zebra, dan domba.

Cacing jantan panjang 10-18 mm, cacing betina panjang 24-28mm.

Spesies : B. Phlebotomum

Habitat : usus halus (duodenum) sapi, zebra, domba

Genus : Gaigeria

Spesies : G. pachyscelis

Habitat dan hospes : duodenum kambing dan domba

Morologi :

Mirip dengan Bunostomum sp, tetapi tidak mempunyai gigi dorsal\

Anterolateral rays pendek dan tumpul terpisah sama sekali dengan lateral rays

Siklus Hidup

4

Page 5: parasitologi bunostomiasis

Penularan terjadi hanya melalui kulit, selanjutnya larva mencapai paru-paru, larva

stadium 4 mempunyai bukal kapsul dengan dorsal cone dan sepasang lanset

subventral selanjutnya migrasi ke bronki, trakea, faring lalu ditelan mencapai

intestin dan berkembang menjadi cacing dewasa.

Gambar1

Bunostomum Phelebotomum

5

Page 6: parasitologi bunostomiasis

Gambar 2

Telur cacing Bunostomum Phelebotomum

Bunostomum Trigonocephalum

Bunostomum Trigonocephalum merupakan cacing yang ada di usus halus domba,

kambing , sapi. Ujung anterior tubuh bengkok kearah dorsal, buccal capsul relatif

besar + pd tepi ventral sps chitine plate (sps lempengan chitine), + sps lancet kecil

(sub ventral). Ukuran cacing jantan 12-17 mm dan cacing betina 10-26 mm.

Ukuran telur: 79-97 x 47-50 µm.

Genus : Bunostomum=Monodontus

Spesies : B.trigonocephalum

Habitat : usus halus (ileum dan jejunum)

Induk semang : domba, kambing, sapi

Morfologi :

6

Page 7: parasitologi bunostomiasis

Bukal kapsul elatif besar dan dilengkapi pada tepi vetral sepasang chitine plate

(sepasang lempengan chitin) didekatnya terdapat sepasang lanset kecil (sub

vental)

Dorsal gutter membawa kelenjar oesophageal dan berakhir pada dorsal cone

yang besar yang mengarah pada buccal cavity

Pada buccal capsule tidak terdapat gigi dorsal

Jari-jari (rays) eksterno dorsal kanan muncul lebih tinggi pada tangkai jari

dorsal yang terbagi dalam 2 cabang dan lebih panjang daripada jari-jari

eksterno dorsal kiri

Spikula gemuk

Siklus Hidup

Infeksi pada hospes terjadi secara per oral atau melalui penetrasi kulit. Dengan

kedua cara tersebut larva mengadakan lung migration.

Didalam jaringan paru-paru terjadi moulting menjadi stadium 3.

Larva stadium 4 mempuntai bukal kapsul mencapai intestin dan tumbuh

menjadi cacing dewasa.

Gambar 3

Bunostomum Trigonocephalum

7

Page 8: parasitologi bunostomiasis

Gambar 4

Telur Bunostomum Trigonocephalum

3.2 SIKLUS HIDUP

Adapun siklus hidup dari bunostomum sp 24-26 jam untuk menetas, 5-16 hari

untuk berkembang menjadi larva infektif L3. Cuaca panas dapat menghambat

kelangsungan hidup di rumput sehingga bisa membutuhkan 6-7 minggu larva

untuk menetas. Dan larva juga tidak bisa bertahan di cuaca dingin termasuk di

negara-negara beriklim sedang atau ekstrim.rute percutaneous infeksi bisa secara

lisan dimana larva bermigrasi ke paru-paru dan trakea dan akan mencapai usus

setelah hewan mengalami batuk dan menelan.adapun priode pra-paten yakni 7-9

minggu dan umur maksimal dari cacing 1-2 tahun di dalam tubuh.Larva infektif

L3 dapat menembus kulit dan mengikuti peredaran darah sehingga tiba di usus

halus. Dan ada juga penularan melalui makanan atau minuman.

8

Page 9: parasitologi bunostomiasis

3.3 PATOGENESA

Cacing dewasa dari Bonustomum sp. akan aktif menghisap darah sehingga

induk semang banyak kehilangan darah, sehingga akan tampak gejala anemi.

Gejala sakit akan nampak bila jumlah cacing yang menginfeksi berkisar 100 ekor

cacing dan kematian terjadi pada hewan yang muda bila jumlah cacing yang

menginfeksi berkisar 200 ekor. Iritasi pada usus halus akan menimbulkan

keradangan pada usus halus, sehingga gejala yang nampak berupa diare. Akibat

cacing yang menghisap darah, induk semang banyak kehilangan darah, maka

terjadi hypopreteinemia. Larva yang penetrasinya melalui kulit akan terjadi iritasi

pada kulit.

Siklus hidupnya bersifat langsung, infeksi yang terjadi pada hospes melalui

mulut dan kulit oleh larva infektif. Setelah menembus kulit melalui peredaran

darah sampai pulmo sebagai larva stadium III dan selanjutnya sebagai larva

stadium IV mencapai intestinum. Telur pertama dibebaskan oleh cacing pada hari

ke 30-56 setelah infeksi (Griffiths, 1978). Penetrasi larva pada kulit

mengakibatkan adanya iritasi dan adanya infeksi sekunder dari bakteri.

3.4 GEJALA KLINIS

Gejala yang timbul tergantung dari tingkat infeksi, bila terjadi infeksi berat

maka timbul gejala yang nampak berupa diare, anemi, kekurusan, kelemehan

berat badan menurun. Gejala klinis yang muncul karena adanya penetrasi larva di

kulit menyebabkan iritasi dan gatal-gatal, diare, anoreksia dan anemia. Feses

berwarna hitam melena dan lunak karena penghisapan darah segar oleh cacing.

Oedema submandibula teramati jika kasusnya kronik, terlihat kurus, kulit kasar,

bulu kusam, nafsu makan turun dan tubuh lemah (Griffiths, 1978).  

Tinja lunak denganwarna coklat tua. Perlu diketahui bahwa cacing Bunostomum

sp menempel kuat padadinding usus. Cacing memakan jaringan tubuh dan darah,

sehingga walaupun jumlah cacing hanya sedikit, namun ternak cepat

menunjukkan gejala klinis yang nyata.

9

Page 10: parasitologi bunostomiasis

3.5 DIAGNOSA

Diagnosa didasarkan pada identifikasi telur dan larva yang dibiakkan dari

feses. Perubahan patologi yang nampak usus mengalami hemoraghi. Adanya

cacing yang menempel pada dinding usus (Radostits, 2001).

3.6 PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

Pengobatan dapat dengan pemberian fenbendazole, albendazole,

oxfendazole, benzimidazole, levamizole, avermectin, dan morantel efektif untuk

Bunostomum spp. dewasa. Nitroxynil dan Ratoxanidae berfungsi mengikat protein

darah dan makanan tambahan yang mengandung vitamin dan mineral (Radostits,

2001). Pencegahan dapat dilakukan dengan membatasi lingkungan bebas larva

dan kandang harus selalu dibersihkan secara periodik dan teratur.

10

Page 11: parasitologi bunostomiasis

BAB IV

PEMBAHASAN

PREDILEKSI

Bunostomum phelebotomum terdapat pada usus halus sapi, zebra, dan domba.

Bunostomum Trigonocephalum merupakan cacing yang ada di usus halus domba,

kambing , sapi. Bunostomum sp secara garis besar menginfeksi sapi dan domba

dan sedikit di hewan lainnya. Berwarna ke abu-abuan panjang 1-3 cm,

dibandingkan dengan nematoda lainnya bunostomum lebih gemuk. Mereka di

temukan di proksimal beberapa meter dari usus kecil. Telur dari bunostomum

memiliki 4-8 blastomer.

DAUR HIDUP

- Melalui kulit hewan dapat terinfeksi apabila larva infektif (L3) menembus kulit

dan larva akan melalui peredaran darah dan sampai pada usus halus.

- Melalui makanan atau minuman yang tercemar larva infektif.

DIAGNOSA

Cacing dewasa dari Bonustomum sp. akan aktif menghisap darah sehingga

induk semang banyak kehilangan darah, sehingga akan tampak gejala anemi.

Gejala sakit akan nampak bila jumlah cacing yang menginfeksi berkisar 100 ekor

cacing dan kematian terjadi pada hewan yang muda bila jumlah cacing yang

menginfeksi berkisar 200 ekor. Akibat cacing yang menghisap darah, induk

semang banyak kehilangan darah, maka terjadi hypopreteinemia. Larva yang

penetrasinya melalui kulit akan terjadi iritasi pada kulit.

11

Page 12: parasitologi bunostomiasis

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

Pengobatan

Pengobatan dapat dengan pemberian fenbendazole, albendazole,

oxfendazole, benzimidazole, levamizole, avermectin, dan morantel efektif untuk

Bunostomum spp. dewasa. Nitroxynil dan Ratoxanidae berfungsi mengikat protein

darah dan makanan tambahan yang mengandung vitamin dan mineral

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan membatasi lingkungan bebas larva dan

kandang harus selalu dibersihkan secara periodik dan teratur.

12

Page 13: parasitologi bunostomiasis

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari paper dapat disimpulkan bahwa cacing Bunostomum sp terdapat pada

usus halus sapi, zebra, dan domba. Bunostomum Trigonocephalum merupakan

cacing yang ada di usus halus domba, kambing , sapi. Bunostomum sp secara

garis besar menginfeksi sapi dan domba dan sedikit di hewan lainnya. Berwarna

ke abu-abuan panjang 1-3 cm, dibandingkan dengan nematoda lainnya

bunostomum lebih gemuk.

Adapun siklus hidup dari bunostomum sp 24-26 jam untuk menetas, 5-16

hari untuk berkembang menjadi larva infektif L3. Cuaca panas dapat menghambat

kelangsungan hidup di rumput sehingga bisa membutuhkan 6-7 minggu larva

untuk menetas. Dan larva juga tidak bisa bertahan di cuaca dingin termasuk di

negara-negara beriklim sedang atau ekstrim

Cacing dewasa dari Bonustomum sp. akan aktif menghisap darah sehingga

induk semang banyak kehilangan darah, sehingga akan tampak gejala anemi.

Akibat cacing yang menghisap darah, induk semang banyak kehilangan darah,

maka terjadi hypopreteinemia. Larva yang penetrasinya melalui kulit akan terjadi

iritasi pada kulit.

Pengobatan dapat dengan pemberian fenbendazole, albendazole,

oxfendazole, benzimidazole, levamizole, avermectin, dan morantel efektif untuk

Bunostomum spp. dewasa. Nitroxynil dan Ratoxanidae berfungsi mengikat protein

darah dan makanan tambahan yang mengandung vitamin dan mineral

Pencegahan dapat dilakukan dengan membatasi lingkungan bebas larva dan

kandang harus selalu dibersihkan secara periodik dan teratur.

13

Page 14: parasitologi bunostomiasis

SARAN

Cacing binostomum sp yakni hanya sebagian dari cacing yang menginfeksi

ruminansia yang perlu di perhatikan yaitu fase infektif dimana L3 dapat

menembus kulit dari hewan bahkan manusia yang bisa menyebabkan iritasi kulit.

Oleh karena itu, diperlukan pengawasan lingkungan sekitar yang sehat, sehingga

dapat terbebas dari infeksi cacing ini, mengingat cukup tingginya infeksi yang

disebabkan oleh cacing ini

14

Page 15: parasitologi bunostomiasis

DAFTAR PUSTAKA

Purwanta; Nuraeni; Hutauruk, Josephina D; Setiawaty, Sri . 2009.

IDENTIFIKASI CACING SALURAN PENCERNAAN (Gastrointestinal)

PADA SAPI BALI MELALUI PEMERIKSAAN TINJA DI KABUPATEN

GOWA. Jurnal Agrisistem. Vol. 5 No. 1

Van Wyk,Jan A; Mayhew Estelle. 2013. Morphological identification of

parasitic nematode infective larvae of small ruminants andcattle: A

practical lab guide. http://www.ojvr.org/doi:10.4102/ojvr.v80i1.539

diakses tanggal 7 November 2014

Harlia E; Astuti Y; Suryanto D. 2009. Pengaruh Fermentasi Anaerob Berbagai

Kotoran Ternak Terhadap Jumlah Telur Dan Larva Cacing Infektif Dalam

Lumpur Hasil Sampingan Pembuatan Gasbio. Hemera Zoa/Majalah Ilmu

kehewanan Indonesia/indonesian Journal Of Veterinary Science &

Medicene.Volume 1 Nomor 1

Astiti Luh Gde Sri; Panjaitan Tanda; Wirajaswadi L. 2011. UJI EFEKTIVITAS

PREPARAT ANTHELMINTIK

PADA SAPI BALI.OI LOMBOK TENGAH. DALAI BESAR PENGKAJIAN

DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIANBADAN

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

PERTANIAN. Volume 14 Nomor 2

15

Page 16: parasitologi bunostomiasis

LAMPIRAN

16