tugas pai 7 nico
TRANSCRIPT
TUGAS
SIKLUS HIDROGEOLOGI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PAI 7Fakultas Teknik Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas Islam Bandung
Disusun oleh :
Achmad Nicholas
(10070110003)
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNGFAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN1434 H / 2013 M
TUGAS PAI 7
SIKLUS HIDROLOGI
Hidrologi kita kenal sebagai ilmu yang mempelajari distribusi air di bumi,
khususnya di daratan. Tapi, pernahkan kita berpikir, apakah Al Qur’an dan Al-
Hadits sebagai hujjah utama kita, ternyata dapat digunakan sebagai rujukan
untuk mempelajari Hidrologi?. Ternyata, di dalam Al Qur’an terdapat ayat-ayat
yang berkaitan dengan obyek kajian hidrologi yaitu ayat-ayat tentang air (113
ayat), hujan (44 ayat), sungai (54 ayat), laut (28 ayat), mataair (23 ayat), awan
dan mendung (21 ayat), angin (33 ayat), serta es (1 ayat).
Siapakah yang memulai dan kapan dimulainya siklus hidrologi ?
Ada diskusi dan perdebatan yang menarik ketika pertanyaan ini saya lontarkan
kepada mahasiswa,”untuk memulai siklus hidrologi, lebih dahulu mana antara
hujan yang jatuh ke bumi, atau air laut dan air di bumi yang lebih dahulu ada
yang kemudian teruapkan menjadi awan yang kemudian jatuh sebagai hujan?”.
Ternyata, para ilmuwan dunia dalam kesepakatannyya lebih memilih bahwa
siklus hidrologi dimulai dari air laut yang ada terlebih dahulu ada dan diuapkan
yang kemudian menjadi hujan, kemudian terbentuk siklus hidrologi sampai saat
ini. Begitukah Allah menciptakan air di bumi?. Jawabannya adalah: salah. Dalam
Al Qur’an terdapat sekitar 14 ayat yang menerangkan bahwa ”hujan diturunkan
dari langit untuk menghidupkan bumi setelah matinya, sehingga sebelum ada
hujan tidak ada sedikitpun air di bumi dan hanya ada batu-batuan saja”. Kami
nukil satu ayat dari QS Ar-Rum(30)/24:
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, dia memperlihatkan
kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan dia
menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu
sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya”.
Kemudian Allah SWT juga menjelaskan pada bahwa sebelum diturunkannya
hujan dari langit,maka status bumi adalah mati;QS An-Nahl (16)/65:
” Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu
dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan)
bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)”
Ilmu pengetahuan modern telah menemukan bahwa ditempat-tempat
dimana dua laut berbeda bertemu, ada sebuah pengalang. Pengahalang ini
memisahkan kedua lautan itu sehingga setiap laut memiliki temperatur, kadar
garam, dan kepadatannya masing-masing. Allah SWT menyebutkan kejadian
alam dua sungai ini dalam Al-Quran sekitar 1400 tahun yang lalu bahwa ada
penghalang di antara dua laut yang bertemu dan keduanya tidak melampaui.
Dua sungai ini mengalir secara bersama-sama dan sampai di lautan, rasa air dari
salah satu sungai ini terasa tawar, dan di lain sungai terasa sangat berlawanan
(asin) tapi keduanya tidak pernah bercampur. Tidak ada di antara sungai-sungai
ini yang berhenti akibat bercampur satu sama lain melainkan kehendak dan
kuasa Allah SWT.Meskipun ombak besar, arus yang kuat, dan laut pasang,
keduanya tidak bercampur atau melampaui penghalang ini. Mengapa Allah
menginformasikan hal tersebut? Apa Allah SWT hanya sekedar ingin
memperlihatkan kebenaran informasi dalam Al Quran saja? Ternyata tidak
seperti yang kita fikirkan, dibalik informasi tersebut terdapat banyak manfat bagi
makhluk hidup, dan tentunya sebagai kajian berfikir bagi orang-orang yang
berilmu. Para Ilmuwan Israel telah melakukan penelitian yang sangat menarik di
Laut Mati. Mereka membuat membrane antara air sungai Jordan yang tawar
dengan air Laut Mati yang berkadar garam tinggi. Allah SWT telah memberikan
isyarat tentang energy ini dalam firmanNya:
“ Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini
tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya
dinding dan batas yang menghalangi (QS Al Furqan:53)
Informasi ayat diatas menegaskan bahwa air asin dan tawar tidak mudah
disatukan dalam volume tertentu. Di antara keduanya seperti ada dinding
penyekat. Sains memberikan penjelasan bahwa karena adanya perbedaan kadar
garam yang sangat drastis diantara keduanya, air asin tidak bisa disatukan
dengan air tawar.
Terkait dengan penyekat antara dua lautan, Mayoritas ahli tafsir
berpendapat bahwa dinding penyekat yang memisahkan dua lautan yang
dimaksud adalah dinding penyekat yang tidak dapat dilihat.
Ibnu Jauzi misalnya berpendapat bahwa dinding penyekat ini adalah penghalang
yang berasal dari kekuasaan Allah yang tidak seorang pun dapat melihatnya
(Zad al Masir:6/90). Hal senada juga dikemukakan Az Zamakhsyari dalam Al
Kasyaf (3/96), Al Qurtubi dalam Jami’ Al Ahkam (13/56), dan Al Biqa’I dalam
Nidzam Al Dhurar (13/406).
Sementara terkait dengan dinding penyekat antara air tawar dan air asin,
Al Qurthubi menjelaskan : yang dimaksud dengan air tawar adalah air sungai dan
air hujan, sedangkan air asin adalah air laut. Allah mengangkat hal ini karena ia
merupakan sebagian dari nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada
makhlukNya. Allah mencampur air tawar dari sungai dengan air laut yang asin,
untuk kemudian Dia cegah air asin sedemikian rupa agar tidak merubah air tawar
dari rasa tawarnya dan merusaknya dengan ketentuan dan kekuasaanNya.
Allah SWT berfirman :
“Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang
ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang menghalangi (Al Furqan:53)
Ibnu Mandzur mengatakan dalam kamus Lisan al ‘Arab : kata مرج
memiliki dua pengertian. Pertama campur-aduk, dan kedua mondar-mandir dan
kalang kabut. Sementara itu, kata berarti اجاج air asin. Namun ada yang
mengartikannya sebagai air yang pahit, sangat pahit, dan ada pula yang
mengartikannya sangat panas. Firman Allah ''wa hadza milhun ujaaj berarti
sangat asin dan pahit, persis seperti air laut. Kata -ha-ja-ra- bisa dibaca “hijran” I
dan bisa juga dibaca “hajran”. Namun keduanya sama-sama berarti pencegahan
dan penyempitan. Air sungai misalnya dideskripsikan dalam Al Quran dengan
kata-kata furaatun (air tawar yang sangat tawar). Kata adzbun berarti air tawar
yang tidak asin, sedangkan adzbun berarti air yang sangat tawar. Dengan
deskripsi ini air muara tidak dapat dikategorikan sebagai air sungai, karena
meskipun ia air tawar namun ia belum sampai pada tingkatan air tawar (furrat).
Sementara itu, air laut didekripsikan Al Quran dengan milhun ujaaj (air asin
yang sangat asin). Kata milhun berarti air asin, sedangkan kata ujaaj berarti
sangat asin. Dengan demikian , air muara tidak dapat dikategorikan air laut,
karena meskipun asin, ia tidak sampai pada tingkatan sangat asin.
Sedangkan air muara dideskripsikan Al Quran dengan kalimat marajal
bahraini yang berarti percampuran antara air sungai yang sangat tawar dan air
laut yang sangat asin.
KESIMPULAN
Siklus hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keterbentukan atau
asal terjadinya air itu berada di bumi. Menurut pandangan islam air itu adalah
hujan yang diturunkan oleh Allah swt untuk memberi kehidupan kepada manusia
dibumi dengan tujuan untuk manusia agar tetap mensyukuri segala hal yang
diberikan oleh allah swt. Keterbentukan akan air yang menjadi asin dan tawar
telah dituliskan dalam alquran bahwa segala sesuatu yang ada di bumi
diciptakan oleh allah swt mempunyai kegunaan dan fungsinya, manusia
diperintahkan agar menjaga dan mengolahnya untuk kebutuhan umat manusia
tanpa merusaknya tetapi melestarikannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://vindasamudra.blogspot.com/2013/01/sungai-dalam-lautan-perspektif-al-
quran.html
http://newrupa.blogspot.com/2011/02/fenomena-hidrologi-dalam-islam.html
http://fadlyfauzie.wordpress.com/2012/06/16/islam-menyampaikan-ilmu-hidrologi-
lewat-al-quran/