tugas metpem kak wijaya

3
Nama : Ni Wayan Budiningrum NIM : 1208505024 Golongan I, Kelompok V Pertanyaan : 1. Kenapa pada uji kromatografi lapis tipis (KLT) Rf yang baik adalah 0,2-0,8? 2. Mengapa jika dilihat pada sinar UV 366 nm senyawa piperin akan berpendar? Jawaban : 1. Angka Rf berkisar antara 0.00-1,00 dan hanya dapat ditentukan 2 desimal. Senyawa yang di elusi pada KLT maksimal terdapat pada rentang 0.2 – 0.8 (Gandjar, 2012) karena ada kemungkinan bahwa senyawa lain yang hadir dalam campuran akan terlihat pada pelat KLT ketika Rf adalah dalam kisaran ini. Jika terdapat spot pada fase diam yang terlalu dekat dengan garis awal pengelusian, maka eluen yang digunakan bersifat kurang polar. dan Jika spot tersebut terdapat pada fase diam yang terlalu dekat dengan batas atas pengelusian, maka eluen tersebut sangat polar. Jika nilai hRf lebih rendah daripada hRf yang dinyatakan, komponen polar pelarut harus dinaikkan, begitupula sebaliknya (Stahl, 1985).

Upload: budiningrum

Post on 24-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

metpem

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Metpem Kak Wijaya

Nama : Ni Wayan Budiningrum

NIM : 1208505024

Golongan I, Kelompok V

Pertanyaan :

1. Kenapa pada uji kromatografi lapis tipis (KLT) Rf yang baik adalah 0,2-0,8?

2. Mengapa jika dilihat pada sinar UV 366 nm senyawa piperin akan berpendar?

Jawaban :

1. Angka Rf berkisar antara 0.00-1,00 dan hanya dapat ditentukan 2 desimal. Senyawa

yang di elusi pada KLT maksimal terdapat pada rentang 0.2 – 0.8 (Gandjar, 2012)

karena ada kemungkinan bahwa senyawa lain yang hadir dalam campuran akan

terlihat pada pelat KLT ketika Rf adalah dalam kisaran ini. Jika terdapat spot pada

fase diam yang terlalu dekat dengan garis awal pengelusian, maka eluen yang

digunakan bersifat kurang polar. dan Jika spot tersebut terdapat pada fase diam yang

terlalu dekat dengan batas atas pengelusian, maka eluen tersebut sangat polar. Jika

nilai hRf lebih rendah daripada hRf yang dinyatakan, komponen polar pelarut harus

dinaikkan, begitupula sebaliknya (Stahl, 1985).

2. Identifikasi noda-noda yang terbentuk pada plat KLT dapat dilakukan dengan

menggunakan lampu UV (Ultraviolet) dimana beberapa senyawa alam akan

berflourosensi yaitu memancarkan cahaya tampak saat disinari dengan sinar UV atau

mengabsorpsi sinar UV. Hal ini dikarenakan senyawa alam memiliki gugus kromofor

seperti ikatan C=C ataupun C=O yang khas yang dapat memberi atau membentuk

warna. Pada sinar UV panjang gelombang 366 nm bercak berflouresensi dan

terjadi pemadaman plat sehingga pada pengamatan terlihat bercak berpendar

(memancarkan cahaya). Penampakan noda pada lampu UV 366 nm dikarena adanya

interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang

ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya

yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron tereksitasi dari tingkat

energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi dan kemudian kembali semula sambil

Page 2: Tugas Metpem Kak Wijaya

melepaskan energi (Sudjadi, 1986). Gugus yang memberika elektron seperti gugus

hidroksil, amino atau metoksi yang terikat secara langsung pada sistem ikatan π dapat

memfasilitasi terjadinya proses fluoresensi. Gugus- gugus yang menarik elektron

seperti nitro, bromo, iodo, siano atau karboksil cenderung mengurangi intensitas

fluoresensi (Gandjar, 2012). Piperine memiliki struktur seperti Gambar 1.

(mengandung gugud nitro) yang dapat mempengaruhi fluoresensinya (Anggrianti,

2008).

Gambar 1. Struktur kimia piperin

(1-[5-(1,3-Benzodioxol-5-yl)-1-oxo-2,4-pentadienyl] piperidine). (Anggrianti, 2008).

Sumber :

Anggrianti, P. 2008. Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70% Buah Kemukus (Piper cubeba L.)

Terhadap Sel Hela. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gandjar, I. G. dan Rohman . 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan Kromatografi.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Stahl, E. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung : Penerbit ITB.

Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanisius.