tugas material (resume logam paduan dan polimer)
DESCRIPTION
resume logam paduan dan polimerTRANSCRIPT
-
Tugas Pengantar Fisika Material;
Febrian Alfandi;
1403010120016
Paduan Logam
Paduan logam adalah bahan campuran yang mempunyai sifat-sifat logam, terdiri dari
dua atau lebih unsur-unsur, dan sebagai unsur utama campuran adalah logam.
Gambar: skema paduan logam
A. Paduan Besi
Paduan besi adalah suatu logam paduan yang terdiri dari campuran
unsur karbon dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logam paduan yang
mempunyai 2 sifat yang berbeda dengan besi dan karbon maka dicampur
dengan bermacam logam lainnya. Logam adalah elemen kerak bumi yang
terbentuk secara alami. Jumlah logam diperkirakan 4% dari kerak bumi.
-
Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat sifat yaitu:
Dapat ditempa dan mudah dibentuk Penghantar panas dan listrik Keras (tahan terhadap goresan, potongan, ataupun keausan) Kenyal,kuat dan liat (dapat ditarik).
Besi murni terlalu lunak dan rapuh sebagai bahan kerja, konstruksi
atau pesawat. Oleh karena itu besi selalu bercampur dengan unsur lain,
terutama zat arang/karbon. Besi terdiri dari beberapa golongan :
1. Besi mentah (besi murni) atau besi kasar yang kadar karbonya lebih besar
dari 3,7%.
2. Besi tuang (steel) yang kadar karbonya antara 2,3 sampai 3,6 % dan tidak
dapat ditempa.
Disebut besi tuang kelabu karena karbon tidak bersenyawa secara
kimia dengan besi melainkan sebagai karbon yang lepas yang memberikan
warna abu-abu kehitaman, dan disebut besi tuang putih karena karbon
mampu bersenyawa dengan besi.Baja atau besi tempa yaitu kadar
karbonya kurang dari 1,7 % dan dapat ditempa.
3. Baja atau besi tempa yaitu kadar karbonya kurang dari 1,7 % dan dapat
ditempa.
Logam ferro juga disebut besi karbon atau baja karbon. Bahan
dasarnya adalah unsur besi (Fe) dan karbon ( C) , tetapi sebenarnya juga
mengandung unsur lain seperti : silisium, mangan, fosfor, belerang dan
sebagainya yang kadarnya relatif rendah. Unsur-unsur dalam campuran
itulah yang mempengaruhi sifat-sifat besi atau baja pada umumnya, tetapi
unsur zat arang (karbon) yang paling besar pengaruhnya terhadap besi atau
baja terutama kekerasannya. Pembuatan besi atau baja dilakukan dengan
mengolah bijih besi di dalam dapur tinggi yang akan menghasilkan besi
kasar atau besi mentah. Besi kasar belum dapat digunakan sebagai bahan
untuk membuat benda jadi maupun setengah jadi, oleh karena itu, besi
-
kasar itu masih harus diolah kembali di dalam dapur-dapur baja. Logam
yang dihasilkan oleh dapur baja itulah yang dikatakan sebagai besi atau
baja karbon, yaitu bahan untuk membuat benda jadi maupun setengah jadi.
Baja
1. Berdasarkan persentase paduannyaa. Baja paduan rendah
Bila jumlah unsur tambahan selain karbon lebih kecil dari 8% (menurut
Degarmo. Sumber lain, misalnya Smith dan Hashemi menyebutkan 4%),
misalnya : suatu baja terdiri atas 1,35%C; 0,35%Si; 0,5%Mn; 0,03%P; 0,03%S;
0,75%Cr; 4,5%W [Dalam hal ini 6,06%
b. Baja paduan tinggiBila jumlah unsur tambahan selain karban lebih dari atau sama dengan 8%
(atau 4% menurut Smith dan Hashemi), misalnya : baja HSS (High Speed Steel)
atau SKH 53 (JIS) atau M3-1 (AISI) mempunyai kandungan unsur : 1,25%C;
4,5%Cr; 6,2%Mo; 6,7%W; 3,3%V.
Sumber lain menyebutkan:
a. Low alloy steel (baja paduan rendah), jika elemen paduannya 2,5 %b. Medium alloy steel (baja paduan sedang), jika elemen paduannya 2,5 10 %c. High alloy steel (baja paduan tinggi), jika elemen paduannya > 10 %
1. Baja paduan rendah (low alloy steel)
Baja paduan rendah biasanya digunakan untuk mencapai hardenability
lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan sifat mekanis lainnya.
Mereka juga digunakan untuk meningkatkan ketahanan korosi dalam kondisi
lingkungan tertentu. Dengan menengah ke tingkat karbon tinggi, baja paduan
rendah sulit untuk las. Menurunkan kandungan karbon pada kisaran 0,10%
menjadi 0,30%, bersama dengan beberapa pengurangan elemen paduan,
meningkatkan weldability dan sifat mampu bentuk baja dengan tetap menjaga
-
kekuatannya. Seperti logam digolongkan sebagai baja paduan rendah kekuatan
tinggi.
Baja paduan rendah dikelompokan menjadi 3 yaitu:
a). Baja Karbon Rendah (low carbon steel)
Baja ini dengan komposisi karbon kurang dari 2%. Fasa dan struktur
mikronya adalah ferrit dan perlit. Baja ini tidak bisa dikeraskan dengan cara
perlakuan panas (martensit) hanya bisa dengan pengerjaan dingin. Sifat
mekaniknya lunak, lemah dan memiliki keuletan dan ketangguhan yang baik.
Serta mampu mesin (machinability) dan mampu las nya (weldability) baik.
b). Baja Karbon Sedang ( medium carbon steel)
Baja Mil memiliki komposisi karbon antara 0,2%-0,5% C (berat).
Dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dengan cara memanaskan hingga
fasa austenit dan setelah ditahan beberapa saat didinginkan dengan cepat ke
dalam air atau sering disebut quenching untuk memperoleh fasa ang keras
yaitu martensit. Baja ini terdiri dari baja karbon sedang biasa (plain) dan baja
mampu keras. Kandungan karbon yang relatif tinggi itu dapat meningkatkan
kekerasannya. Namun tidak cocok untuk di las, dengan kata lain mampu las
nya rendah. Dengan penambahan unsur lain seperti Cr, Ni, dan Mo lebih
meningkatkan mampu kerasnya. Baja ini lebih kuat dari baja karbon rendah
dan cocok untuk komponen mesin, roda kereta api, roda gigi (gear), poros
engkol (crankshaft) serta komponen struktur yang memerlukan kekuatan
tinggi, ketahanan aus, dan tangguh.
c). Baja Karbon Tinggi (high carbon steel)
Baja karbon tinggi memiliki komposisi antara 0,6- 1,4% C (berat).
Kekerasan dan kekuatannya sangat tinggi, namun keuletannya kurang. baja ini
cocok untuk baja perkakas, dies (cetakan), pegas, kawat kekuatan tinggi dan
alat potong yang dapat dikeraskan dan ditemper dengan baik. Baja ini terdiri
dari baja karbon tinggi biasa dan baja perkakas. Khusus untuk baja perkakas
biasanya mengandung Cr, V, W, dan Mo. Dalam pemaduannya unsur-unsur
tersebut bersenyawa dengan karbon menjadi senyawa yang sangat keras
sehingga ketahanan aus sangat baik.
-
2. Baja paduan tinggi (high alloy stell)
Baja paduan tinggi terdiri dari baja tahan karat atau disebut dengan
stainless steel dan baja tahan panas.
Baja ini memiliki ketahanan korosi yang baik, terutama pada kondisi
atmosfer. Unsur utama yang meningkatkan korosi adalah Cr dengan komposisi
paling sedikit 11%(berat). Ketahanan korosi dapat juga ditingkatkan dengan
penambahan unsur Ni dan Mo. Baja tahan karat dibagi menjadi tiga kelas
utama yaitu jenis martensitik, feritik, dan austenitik. jenis martensitik dapat
dikeraskan dengan menghasilkan fasa martensit. baja tahan karat austenitik
memiliki fasa y (austenit) FCC baik pada temperatur tinggi hingga temperatur
kamar. Sedangkan jenis feritik terdiri dari fasa ferrit (a) BCC. Untuk jenis
austenitik dan feritik dapat dikeraskan dengan pengerjaan dingin (cold
working). Jenis Feritik dan Martensitik bersifat magnetis sedangkan jenis
austenitik tidak magnetis.
3. Besi cor (cast iron)
Besi cor adalah kelompok paduan besi memiliki kadar karbon diatas
1,7%(berat). Biasanya berkisar antara 3-4,43% C(berat). Dikarnakan elemen
utamanya selain C dan Si juga ada elemen-elemen pemadu lainnya seperti Mn,
S, P, Mg dan lain-lain dalam jumlah yang sedikit. Sifatnya sangat getas namun
mampu cornya baik dibanding baja. Titik cairnya lebih rendah, ketahanan
korosinya lebih baik, hal ini dikarenakan adanya grafit yang tersebar didalam
besi cor. Berdasarkan jenis matriksnya besi cor terdiri dari besi cor kelabu (gray
cast iron), besi cor putih, besi cor noduler, besticor mampu bentuk (malleable).
B. Paduan Non Besi
Paduan non besi adalah paduan logam yang tidak terdapat besi dalam
pencampurannya.
-
Gambar: Karekteristik beberapa bahan non ferro
Jenis, Sifat dan Kegunaan Logam Non Ferro
Logam non ferro dapat digolongkan ke dalam logam non ferro berat dan logam
non ferro ringan. Sifat mekanik logam non ferro pada umumnya kurang baik, akan
tetapi dapat diperbaiki dengan memadukannya. Kebanyakan dari logam non ferro
adalah tahan korosi karena adanya lapisan oksida yang kuat. Sedangkan beberapa
logam non ferro mempunyai daya penghantar listrik dan daya penghantar panas yang
baik.
A. Logam berat dan logam ringanLogam dapat diklasifikasikan sebagai logam berat dan logam ringan. Logam
berat dengan berat jenis lebih dari 5 kg/dm3.Sedangkan logam ringan dengan berat
jenis kurang dari 5 kg/dm3. Logam berat dan logam ringan menurut keberadaannya
terdapat dalam dua bentuk yaitu logam murni dan logam paduan.
Logam murni yaitu logam dengan sifat-sifat :
1). Kadar kemurnian 99,9 %.
2). Kekuatan tarik rendah
3). Titik lebur tinggi
4). Daya hantar listrik baik
-
5). Daya tahan terhadap karat baik.
Logam paduan yaitu logam campuran dari dua macam logam atau lebih
yang dicampur satu sama lain dalam keadaan cair, sehingga mempunyai
sifat-sifat:
1). Kekerasan dapat ditingkatkan dari kekerasan logam asalnya.
2). Kekuatan tarik dapat diperbesar
3). Daya pemuaian dapat dikurangkan
4). Titik lebur dapat diturunkan atau dinaikkan dibanding logam-logam asalnya.
Macam-macam logam paduan yaitu;
1). Paduan tuang
2). Paduan tempa Dalam logam paduan dikenal perbedaan antara paduan logam berat
dan paduan logam ringan.
Diantara paduan logam berat yang kita kenal antara lain sebagai berikut.
a). Kuningan atau loyang yaitu paduan antara tembaga dengan seng dan sedikit
tambahan timbal.
b). Perunggu yaitu campuran antara tembaga, timah, sedikit seng dan timbal.
c). Paduan nikel untuk logam-logam tahan karat, misalnya monel, metal dan
sebagainya.
d). Paduan seng untuk alat-alat ukur dan bagian-bagian mesin.
Logam-logam untuk paduan berat lainnya dan kegunaan dapat dilihat dalam
tabel berikut. Tabel 1. Macam-macam Paduan dan kegunaannya.
Sedangkan untuk paduan logam ringan kita kenal antara lain sebagai berikut.
1).Aluminium dan paduannya yang banyak digunakan untuk paduan logam ringan,
misalnya duralumin yang biasa digunakan untuk badan pesawat terbang, kendaraan
bermotor, kapal pesiar, alat-alat rumah tangga dan sebagainya.
2).Paduan magnesium digunakan hanya bila dalam konstruksi mesin yang factor berat
menjadi pertimbangan utama. Sebab magnesium mempunyai daya gabung yang tinggi
terhadap oksigen dan mudah terbakar.
3).Paduan titanium banyak digunakan untuk paduan aluminium sebagai logam ringan
yang banyak dipakai pada konstruksi pesawat terbang.
-
B.Logam mulia
Logam mulia adalah logam yang dalam keadaan tunggal sudah dapat dipakai
sebagai bahan teknik, artinya dalam keadaan murni tanpa dicampur dengan bahan
logam lain sudah dapat diproses menjadi barang jadi atau setengah jadi, dengan
sifat-sifat yang baik sesuai dengan yang diinginkan. Pada umumnya bahan logam
belum memiliki sifat-sifat yang baik apabila tidak dicampur dengan bahan lain nya
dan tidak memenuhi syarat sebagai bahan teknik, kecuali logam mulia
tersebut. Diantara logam mulia yang kita kenal adalah emas, perak dan platina.
B. Logam radioaktif
Logam radioaktif adalah bahan yang menunjukkan gejala radioaktif
karena radionuklida. Radioaktif adalah radiasi elektromagnetik dan penyebaran
partikel pada saat terjadi perubahan spontan suatu inti atom atau disebabkan
pembelahan inti secara spontan. Diantara logam radioaktif yang kita kenal adalah
uranium, radium dan plutonium.
C. Proses Annealing
Proses anealing merupakan proses perlakuan panas untuk mengubah sifat
logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui prose pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia
logam yang bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas untuk menghasilkan sifat
sifat logam yang diinginkan. Petubahan sifat logam akibat proses perlakuan panas
dalam mencakup keseluruhan bagian dan logam atau sebagian dari logam.
Adanya sifat alotropik dari besi menyebabkan timbulnya variasi struktur
mikro dan berbagau jenis logam. Alotropik itu sendiri adalah transformasi dari satu
bentuk susuna atom ke bentuk susunan atom yang lain.
Perubahan bentuk susunan atom (sel satuan) akibat pemanasan ditunjukkan
pada gambar dibawah ini:
-
Proses perlakuan panas ada dua kategori:
1. Softening (Pelunakan) : Adalah usaha untuk menurunkan sifat mekanik agar menjadi lunak dengan cara mendinginkan material yang sudah dipanaskan didalam tungku
(annealing) atau mendinginkan dalam udara terbuka (normalizing).
2. Hardening (Pengerasan) : Adalah usaha untuk meningkatkan sifat material terutama kekerasan dengan cara selup cepat (quenching) material yang sudah dipanaskan ke
dalam suatu media quenching berupa air, air garam, maupun oli.
Daerah temperatur pemanasan untuk proses Annealing
-
Gambar: Skema perubahan yang menunjukkan perubahan struktur baja dalam proses
annealing dan normalizing.
D. Perlakuan Panas Pada Besi / Baja
1. Stress Relieving
Besi/ baja akan mengalami tegangan dalam akibat dari pemanasan atau
pendinginan yang tidak kontinue akibat dari tuang, las maupun tempa, atau karena
pengepresan, tekuk, tekan, maupun juga karena proses potong.
Karena jika tegangan dalam ini tidak dihilangkan akan menggangu proses
selanjutnya misalnya rentan terjadinya keretaan maupun penyusutan pada proses
pemanasan lanjutan.
Prinsip dari pemanasan ini adalah memanaskan besi/baja sampai temperatur di
bawah titik ubah A1 (pada diagram FEC) kemudian didinginkan perlahan-lahan.
Untuk pemanasan Stress Relieving pada baja idealnya 550 C sampai 650 C yang
dipertahankan selama 3 jam atau sesuai dengan tebal dari baja.
Jika proses pendinginan terlalu cepat malahan akan timbul tegangan baru, semuanya
itu dapat dicegah dengan cara pendinginan dalam dapur / oven sampai suhu 400 C
dan jika dapur/oven tidak ada pelindung oksidasi ( dengan gas Nitrogen ) maka baja
yang dipanaskan harus dibungkus/ dikubur dengan tatal dari besi tuang supaya tidak
terjadi oksidasi karena pertemuan dengan gas oksigen.
2. Normalizing
-
Proses normalizing bertujuan untuk memperbaiki dan menghilangkan struktur
butiran kasar dan ketidak seragaman
Struktur dalam baja menjadi berstrukrur yang normal kembali yang otomatis
mengembalikan keuletan baja lagi.
Struktur butiran kasar terbentuk karena waktu pemanasan dengan temperatur tinggi
atau di daerah austenit yang menyebabkan baja berstruktur butiran kasar.
Sedangkan penyebab dari ketidak seragaman struktur karena :
- pengerjaan rol atau tempa
- pengerjaan las atau potong las
- temperatur pengerasan yang terlalu tinggi
- menahan terlalu lama di daerah austenit
- Pengepresan, penglubangan dengan punch, penarikan
Pada proses normalizing ini baja di panaskan secara pelan-pelan sampai suhu 20 C
sampai 30 C diatas suhu pengerasan, ditahan sebentar lalu didinginkan dengan
perlahan dan kontinue.
-
Proses normalizing ini dilakukan juga sebelum kita melakukan proses Soft anneling
3. Soft Anneling
Proses soft anneling bertujuan untuk melunakkan besi atau baja sehingga
dapat dengan mudah dilakukan proses permesinan dan dapat dengan mudah
dilakukan pengerasan lagi dengan resiko keretakan yang kecil.
Proses soft anneling ini dapat dilakukan dengan 2 cara :
- Benda kerja dipanaskan secara merata sampai temperatur titik ubah A1 ( diatas
721 C ) ditahan sebentar supaya suhu pada inti benda kerja sama dengan suhu
pada permukaan benda kerja, lalu didinginkan di oven agar pendinginan dapat
berlangsung secara teratur.
- Benda kerja dipanaskan dibawah titik ubah atau hampir menyentuh titik ubah lalu
ditahan dengan waktu yang lama 2sampai 20 jam, baru didinginkan secara teratur.
-
Tidak seperti cara pertama, pada cara kedua ini kecepatan pendinginan disini tidak
mempunyai pengaruh apapun.
4. Full HardeningUntuk memenuhi tuntutan fungsi seperti harus keras, tahan gesekan atau
beban kerja yang berat, maka baja harus dikeraskan melalui proses pengerasan.Prinsip
dari full hardening adalah memanaskan baja sampai titik temperatur austenit
kemudian didinginkan secara memdadak / quenching dengan kecepatan pindinginan
diatas kecepatan pendinginan kritis agar terjadi pembentukan martensit dan diperoleh
kekerasan yang tinggi.
Besarnya Temperatur pemanasan austenit tergantung dari jenis baja, dan biasanya
tiap-tiap produsen sudah mengeluarkan diagram suhunya masing-masing.
Untuk mencapai suhu austenit 900 C harus dilakukan pemanasan bertahap,
Misalnya untuk Special K (Bohler)
Suhu hardening 950-980 C untuk mencapai kekerasan 63-65 RC
Media quenching oli atau udara
Untuk mencapai suhu 950 C harus dipanaskan bertahap yaitu
Suhu 450 ditahan selama 10 menit / 10 mm tebal material
Lalu dipanaskan lagi ke 750 C selama 10 menit / 10 mm tebal material
Lalu dipanaskan kembali sampai suhu 950-980 C
Di tahan sebentar lalu di keluarkan dan di celupkan kedalam oli quenching sambil
digoyang goyang supaya gelembung asap cepat terlepas dari permukaan baja sehingga
pendinginannya dapat merata .
Struktur polimer dan aplikasinya
Polimer adalah molekul raksasa ( makromolekul ) yang terbentuk dari molekul
molekul kecil yang disebut monomer. Secara umum makromolekul dibagi dua
golongan besar yaitu polimer organik dan polimer anorganik. Polimer diklasifikasikan
menjadi beberapa kelompok atas dasar sumber, struktur dan reaksi pembentukannya,
-
misalnya polimer alam dan polimer sintesis. Polimer alam contohnya seperti karet,
wol, sutera dan lain lain.
A. Molekul hidrokarbon
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri
dari unsur atomkarbon (C) dan atom hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki
rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah
tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik.
Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom
karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci,
sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan
tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana memiliki tiga
atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2n+2)
Klasifikasi hidrokarbon yang dikelompokkan oleh tatanama organik adalah:
1. Hidrokarbon jenuh/tersaturasi (alkana) adalah hidrokarbon yang paling sederhana. Hidrokarbon ini seluruhnya terdiri dari ikatan tunggal dan terikat dengan hidrogen.
Rumus umum untuk hidrokarbon tersaturasi adalah CnH2n+2.Hidrokarbon jenuh
merupakan komposisi utama pada bahan bakar fosil dan ditemukan dalam bentuk
rantai lurus maupun bercabang. Hidrokarbon dengan rumus molekul sama tapirumus
strukturnya berbeda dinamakan isomer struktur.
2. Hidrokarbon tak jenuh/tak tersaturasi adalah hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap, baik rangkap dua maupun rangkap tiga. Hidrokarbon yang
mempunyai ikatan rangkap dua disebut dengan alkena, dengan rumus umum
CnH2n.Hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga disebut alkuna, dengan
rumus umum CnH2n-2.
3. Sikloalkana adalah hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih cincin karbon. Rumus umum untuk hidrokarbon jenuh dengan 1 cincin adalah CnH2n.
4. Hidrokarbon aromatik, juga dikenal dengan arena, adalah hidrokarbon yang paling tidak mempunyai satu cincin aromatik.
-
Gambar: Tabel molekul hidrokarbon
B. Molekul polimer
Polimer, atau biasa juga disebut makromolekul, berarti many part. Polimer
merupakan suatu makromolekul besar yang terdiri dari unit atau satuan yang lebih kecil
yang secara berulang-ulang yang disebut sebagai repeating unit. Repeating unit ini akan
bersambungan secara bersama-sama dengan cara yang sedemikian rupa dan dalam
jumlah besar dan membentuk polimer. Suatu molekul yang membentuk polimer disebut
monomer. Monomer merupakan unit-unit sederhana yang membentuk repeating unit.
Molekul tersebut akan bergabung dengan molekul lainnya, baik yang sejenis maupun
berbeda, sehingga bisa membentuk polimer.
Polimer pada umumnya meliputi plastik dan bahan-bahan yang bersifat karet. Banyak di
antaranya yang merupakan senyawa organik yang secara kimia berbasis karbon (C),
hidrogen (H), dan unsur-unsur nonmetal lainnya. Polimer memiliki struktur molekul
yang sangat besar, densitas yang rendah, dan sangat fleksibel.
-
KLASIFIKASI POLIMER
Berdasarkan sifat-sifatnya polimer dapat dibagi ke dalam tiga kelompok umum, yaitu
elastomer, serat, dan plastik. Ciri elastomer adalah kemampuannya untuk diregang di
bawah tekanan (direntangkan) dan dapat kembali pada bentuk awalnya bila atekanan
dikurangi (elastis). Contoh elastomer antara lain ialah karet (alam maupun sintetis) dan
silikon.
Serat adalah polimer yang mempunyai sifat gayaregang yang tinggi di sepanjang
sumbunya. Serat merupakan polimer seperti benang yang dapat ditenun menjadi kain.
Kapas, wool, dan sutera adalah contoh-contoh dari serat alam. Beberapa serat sintetis
seperti nilon, orlon, dan dacron, mempunyai sifat tambahan yang menguntungkan
yaitugaya regangnya bertambah; lebih ringan, penyerapan kelembaban rendah; tahan
terhadap ngengat, jamur, kebusukan, dan cendawan; serta tidak keriput.
Plastik mempunyai sifat di antara elastomer dan serat, yang mempunyai
bermacam-macam sifat pada suhu kamar. Contohnya ialah polistirena (PS) dan
polipropilena (PP). Polistirena bersifat kaku dan getas, sedangkan polipropilena bersifat
sangat keras, tahan benturan, tahan sobek, dan lentur dalam bentuk lembaran tipis.
C. BERAT MOLEKUL POLIMER
Panjang rantai pada polimer merupakan parameter yang penting dalam
menentukan sifat-sifat polimer. Polimer pada umumnya terdiri dari sejumlah besar
rantai, di mana rantai-rantai ini tidak perlu harus sama panjangnya. Panjang rantai ini
biasanya disebut sebagai berat molekul. Karena panjang rantai tersebut berbeda, maka
tidak diperoleh berat molekul yang seragam, melainkan berat molekul rata-rata.
Sifat-sifat polimer seperti kekuatan dan viskositas lebih tergantung pada molekul
yang berukuran lebih besar dibanding ukuran molekul yang lebih kecil. Makin
bertambahnya panjang rantai, maka jumlah tempat (sites) yang berinteraksi di anatara
berbagai rantai tersebut juga akan bertambah. Hal ini menyebabkan sifat kimia, fisika,
dan mekanik dari suatu polimer akan bervariasi.
-
Manfaat dari mengetahui berat molekul polimer antara lain:
Menentukan aplikasi polimer tersebut
Sebagai indikator dalam sintesa dan proses pembuatan produk polimer
Studi kinetika reaksi polimerisasi
Studi ketahanan produk polimer dan efek cuaca terhadap kualitas produk
PENENTUAN BERAT MOLEKUL POLIMER
Makromolekul apabila dilarutkan dalam suatu pelarut (misalnya air) akan membentuk
larutan koloid sejati. Suatu sistem makromolekul yang terdiri dari molekul-molekul
dengan berat molekul yang sama disebut monodispersi. Bila sistem makromolekul
tersebut tidak terdiri dari molekul-molekul dengan berat molekul yang sama disebut
polidispersi.
Terdapat tiga metode umum yang dapat digunakan untuk menentukan berat molekul
suatu polimer, yaitu metode analisa gugus ujung, metode osmometri, dan metode
viskositas.
D. Sifat Termoplastik dan Termoseting pada polimer
Klasifikasi polimer salah satunya berdasarkan ketahanan terhadap panas (termal).
Klasifikasi polimer ini dibedakan menjadi dua, yaitu polimer termoplastik dan polimer
termoseting.
1. Polimer termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas. Jika
polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak dan didinginkan akan mengeras.
Proses tersebut dapat terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai
bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang baru.
Polimer yang termasuk polimer termoplastik adalah jenis polimer plastik. Jenis plastik ini
tidak memiliki ikatan silang antar rantai polimernya, melainkan dengan struktur molekul
linear atau bercabang. Bentuk struktur termoplastik sebagai berikut.
-
Bentuk struktur bercabang termoplastik.
Polimer termoplastik memiliki sifat sifat khusus sebagai berikut.
- Berat molekul kecil
- Tidak tahan terhadap panas.
- Jika dipanaskan akan melunak.
- Jika didinginkan akan mengeras.
- Mudah untuk diregangkan.
- Fleksibel.
- Titik leleh rendah.
- Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
- Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
- Memiliki struktur molekul linear/bercabang.
Contoh plastik termoplastik sebagai berikut.
- Polietilena (PE) = Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum, pipa saluran,
isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas hujan.
- Polivinilklorida (PVC) = pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis, ubin
plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu, sarung tangan dan botol detergen.
- Polipropena (PP) = karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator, kursi plastik,
alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, pembungkus tekstil, dan permadani.
- Polistirena = Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.
-
2. Polimer termoseting
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas.
Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk
ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali
(pada saat pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau
diperbaiki lagi.
Polimer termoseting memiliki ikatan ikatan silang yang mudah dibentuk pada
waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak
ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini
dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan
silang antar rantai polimer.
Bentuk struktur ikatan silang sebagai berikut.
Sifat polimer termoseting sebagai berikut.
- Keras dan kaku (tidak fleksibel)
- Jika dipanaskan akan mengeras.
- Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).
- Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
- Jika dipanaskan akan meleleh.
- Tahan terhadap asam basa.
-
- Mempunyai ikatan silang antar rantai molekul.
E. Kopolimer
Kopolimer adalah suatu polimer yang dibuat dari dua atau lebih monomer yang
berlainan. Terdapat beberapa jenis kopolimer, antara lain:
Kopolimer blok, mengandung blok dari satu monomer yang dihubungkan
dengan blok monomer yang lain. Kopolimer blok biasanya terbentuk melalui proses
polimerisasi ionik. Untuk polimer ini, dua sifat fisik yang khas yang dimiliki dua
homopolimer tetap terjaga.
Kopolimer graft (tempel/cangkok), biasanya dibuat dengan mengikatkan
bersama dua polimer yang berbeda. Perkembangan selanjutnya ada yang berbentuk
kopolimer sisir (comb copolymer) dan bintang (star copolymer).
Kopolimer bergantian (alternating), merupakan kopolimer yang teratur yang
mengandung sequensial (deretan) bergantian dua unit monomer. Polimerisasi olefin
yang terjadi lewat mekanisme jenis ionik dapat menghasilkan kopolimer jenis ini.
Kopolimer acak, merupakan kopolimer yang tidak ada sequensial yang teratur.
Kopolimer acak sering terbentuk jika jenis monomer olefin mengalami kopolimerisasi
lewat proses jenis radikal bebas. Sifat kopolimer acak sungguh berbeda dari
homopolimernya.
-
Gambar: Struktur polimer
f. Derajat kekristalan PolimerPolimer pada umumnya bersifat amorphous, tidak bersifat kristalin atau
memiliki keteraturan dalam rentang yang cukup panjang. Namun, polimer dapat
direkayasa sehingga strukturnya memiliki daerah kekristalin, baik pada proses
sintensis maupun deformasi. Derajat kekristalan dalam polimer dapat direkayasa
dengan mengendalikan laju solidifikasi dan struktur rantai. Polimer dengan struktur
rantai bercabang misalnya akan memiliki derajar kekristalan yang lebih rendah jika
dibanginkan dengan struktur tanpa cabang.
1.Polimer termoplastik2. Polimer termoseting