tugas manajemen rsu mas sony
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN PELAYANAN
DISUSUN OLEH :
SUPARJONO, S.Kep (070111a069)
TARYANTO, S.Kep (070111a070)
ZAKI HAMIDI, S.Kep (070111a071)
FITRI WIDIYATI, S.Kep (070111a072)
SUHARDI, S.Kep (070111a073)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2011
92
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya tuntutan terhadap mutu / kualitas pelayanan keperawatan
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Pelayanan
keperawatan secara professional perlu mendapatkan perhatian dalam
pengembangan dunia keperawatan. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan
peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan
manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal yang
mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus
lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Manajemen merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efisien, aktif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi
dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan.
Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan
merupakan tempat yang strategis yang memungkinkan bagi perawat untuk
menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal. Namun perlu disadari, tanpa adanya
tata kelola yang memadai, kemauan dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif
dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan professional hanyalah akan
menjadi teori semata. Untuk itu perawat perlu mengupayakan kegiatan
penyelenggaraan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yang
merupakan penataan system pemberian pelayanan keperawatan melalui
pengembangan model praktek keperawatan yang ilmiah. Model ini sangat
menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada pada
profesionalisme keperawatan antara lain melalui penataan dan fungsi setiap
jenjang tenaga keperawatan, system pengambilan keputusan, system penugasan
dan system penghargaan yang memadai.
92
Begitu juga dengan posisi perawat sebagai seorang kepala ruang, ketua
tim atau perawat pelaksana dalam suatu bagian, memerlukan suatu pemahaman
tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan berkualitas. Sebagai perawat professional, tidak hanya
mengelola orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan yang memungkinkan
orang dapat menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan
serta meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju kearah kesembuhan.
Dengan adanya tuntutan dari masyarakat terhadap kualitas pelayanan
keperawatan yang tentunya dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus
direspon oleh perawat maka pelayanan keperawatan professional inim perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan masa depan. Perawat harus
mau mengembangkan ilmu dan berubah sesuai tuntutan masyarakat sebagai
perawat yang professional. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan
terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh
masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam sistim pelayanan
kesehatan.
Keperawatan indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahan
dalam aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan tinggi keperawatan,
pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian dan
penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.
Perubahan – perubahan ini akan membawa dampak yang positif seperti
semakin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan / keperawatan yang
diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan & tenaga
keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat, bertambahnya
kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Oleh karena itu alasan – alasan diatas
bisa dijadikan dasar bahwa pelayanan keperawatan harus dikelola secara
professional, karena itu perlu adanya manajemen keperawatan. Manajemen
keperawatan ini harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di
Rumah Sakit sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan
aplikasinya didalam orgaanisasi keperawatan itu sendiri.
92
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 4 minggu
mahasiswa mampu mengelola pelayanan keperawatan professional tingkat
dasar dengan menerapkan system manajemen secara bertanggungjawab dan
menunjukkan sikap kepemimpinan yang professional.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa dapat:
a. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang
perawatan untuk menemukan masalah-masalah yang ada
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terkait
dengan pelayanan keperawatan maupun asuhan keperawatan.
c. Menentukan prioritas masalah yang terkait dengan
pelayanan keperawatan maupun asuhan keperawatan.
d. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan
masalah yang ditemukan berdasarkan prioritas masalah yang terkait
dengan pelayanan keperawatan maupun asuhan keperawatan.
e. Melakukan implementasi berdasarkan rencana
kegiatan yang disusun untuk menyelesaikan masalah.
f. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan.
g. Menyusun rencana tindak lanjut.
C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat memperoleh
pengalaman dan menerapkan teori manajemen keperawatan secara
langsung pada tatanan unit pelayanan.
b. Dapat memberikan kontribusi secara
nyata pembentukan karakter dan kepribadian
2. Rumah Sakit
Memberikan konstribusi terhadap pengembangan mutu pelayanan dan mutu
asuhan keperawatan.
92
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Management Approach
1. Pengertian
Manajemen adalah sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Swanburg, 2000).
Manajemen keperawatan adalah koordinasi dan integrasi sumber daya
melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan dan
pengawasan untuk mencapai institusional yang spesifik dan obyektif.
( Hubber, 2000)
Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya
dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metode
proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan
masalah klien dengan mengaitkan pada fungsi manajemen yaitu perencanan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Setiap fungsi ini tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dengan lainnya. Implementasinya adalah
menerapkan fungsi pengendalian. (Keliat, 2000)
Model praktek keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen
(management approach) sebagai pilar praktek profesionalyang pertama. Oleh
karena itu proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin untuk
menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga merupakan
praktek yang professional.
2. Komponen
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan
tentang apa yang hatrus dilakukan, bagaimana kegiatan tersebut
92
dilaksanakan, dimana kegiatran itu dilakukan, sehingga perencanaan yang
matang akan member petunjuk dan mempermudah dalam melaksanakan
kegiatan.
Kegiatan perencanaan yang dipakai dalam ruang MPKP meliputi
perumusan visi, misi, filosofi. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang
diterapkan adalah :
a) Rencana harian, adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat
sesuai perannya masing masing. Rencana harian dibuat sebelum
operand an dilengkapi saat operan bdan preconference.
b) Rencana bulanan :
Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan karu melakukan evaluasi hasil nilai MPKP
dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut, kepala ruang akan
membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan
kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup bulanan karu adalah
membuat jadwal serta memimpin case conference, membuat
jadwal dinas, membuat pembagian tugas, membuat jadwal
supervise dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana, melakukan audit dokumentasi, membuat laporan
bulanan.
Rencana bulanan katim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi keberhasilan
kegiatan yang dilakukan di timnya. Kegiatan yang dilakukan
katim adalah mempresentasikan kasus dalam case conference,
memipin penkes kelompok keluarga, melakukan supervise
perawat pelaksana,
c) Rencana tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruang mengevaluasi hasil kegiatan dalam
satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan
tahunan mencakup :
92
Menyususn laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP
baik proses kegiatan serta evaluasi mutu pelayanan
Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing –
masing tim.
Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan
jenjang karir perawat, rekomendasi untuk melanjutkan
pendidikan formal, membuat jadwal untuk mengikuti pelatihan
– pelatihan.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian menurut Korn & Thora (1981) adalah koordinasi
beberapa aktivitas organisasi untuk mencapaiu tujuan. Pengorganisasian
sendiri meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan rencana dan
divisi – divisi untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian didalam
keperawatan meliputi menentukan jumlah tenaga berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien dan metode penugasannya.
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang –
orang, alat – alat, tugas, kewenangan, dan tanggung jawab sedemikian
rupa sehingga tercapai suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1983 dalam
Sahari).
Fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan
dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur,
tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi. Rangkaian aktivitas
menyusun suatu kerangka kerja yang menjadi wadah bagi semua kegiatan
usaha kerjasama dengan cara membagikan, mengelompokkan pekerjaan
yang harus dilakukan, menerapkan dan menjalin hubungan kerja antar
bagian dan menjalin hubungan antar staf dan atasan.
3 hal penting dalam pengorganisasian adalah :
- Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang
berhubungan secara efektif
- Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam
organisasi
92
- Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kerja kegiatan yang
sama, pola hubungan antar kegiatan yang tepat, dan pembinaan cara
komunikasi yang efektif antar perawat.
Prinsip yang ada dalam pengorganisasian antara lain pembagian
kerja, pendelegasian tugas, koordinasi, serta manajemen waktu. Dalam
pengorganisasian selain hal – hal diatas juga perlu adanya struktur
organisasi, pengelompokan kegiatan, juga metode penugasan.
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Istilah lain yang dipakai adalah pengorganisasian,
pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan bermuara
pada melaksanakan kegiatan yang telah direncankan sebelumnya.
(Marquis & Hutton, 1998).
Pengarahan adalah suatu proses menggerakkan orang – orang agar
mau bekerjasama dengan ikhlas dan bersemangat dalam mencapai tujuan
yang ingin dicapai sesuai dengan perencanaan dan pengorganisasian yang
tel;ah disusun.(Wijono, 1997). Pengarahan juga berkaitan dengan
manajemen sumber daya manusia, yaitu motivator, manajemen konflik,
pendelegasian, komunikasi dalam tim, dan menfasilitasi dalam kolaborasi
antar anggota tim. Salah satu proses pengarahan dalam keperawatan
adalah serah terima tugas atau operan.
d. Pengendalian (Controlling)
Proses akhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol (1998) mendefinisikan control sebagai pemeriksaan
apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah
disepakati, instruksi yang dikeluarkan, seta prinsip – prinsip yang
ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan
agar diperbaiki dan tidak terjadi lagi.
Pengendalian ( controlling) berhubungan erat dengan perencanaan
karena proses pengendalian mengacu pada tujuan dan perencanaan yang
92
telah dibuat. Terutama pengendalian dalam pendokumentasian pencatatan
asuhan keperawatan.
Menurut Mockler (1984), pengendalian manajemen adalah
usaha sistematis untuk menetapkan standarprestasi kerja dengan tujuan
perencanaan untuk mendesain system umpan balik informasi, untuk
membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang
ditetapkan. Pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan
bahwa aktivitas sebenarnya sesuai yang direncanakan dan berfungsi
untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah –
langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian dan pengontrolan
meliputi :
a) Menetapkan standard an menetapkan metode pengukuran prestasi
kerja
b) Melakukan pengukuran prestasi kerja
c) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai standar
d) Mengambil tindakan korektif.
Peralatan atau instrument dipilih untuk mengumpulkan bukti dan
untuk menunjukkan standar yang telah dicapai. Audit merupakan
pekerjaan yang telah dilakukan, kategori audit terdiri dari :
- Audit struktur
- Audit proses
- Audit hasil.
Pada model MPKP kegiatan pengendalian diterapkan dalam
bentuk kegiatan pengukuran :
a) Indikator umum :
- Perhitungan lama hari rawat (BOR), yaitu prosentase
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu.
- Perhitungan rata – rata lama rawat (ALOS). Indikator ini selain
memberikan gambaran efisiensi juga memberikan gambaran
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnose tertentu.
- Perhitungan lama tempat tidur tidak terisi (TOI), yaitu rata –
rata hari tempat tidur tidak ditempati dari sat diisi ke saat terisi
92
kembali. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong 1 –
3hari saja
b) Indikator mutu rumah sakit :
- Penghitungan pasien dengan decubitus
- Penghitungan pasien dengan flebitis/luka infus
- Penghitungan pasien infeksi luka operasi
c) Kondisi pasien :
- Audit dokumentasi asuhan keperawatan
- Survey masalah baru
- Kepuasan pasien dan keluarga
- Penilaian kemampuan pasien dan keluarga
e) Kondisi SDM :
- Kepuasan tenaga kesehatan, perawat, dan dokter
- Penilaian kinerja perawat
B. Manajemen sebagai Proses
Manajemen sebagai suatu proses dimana terdapat serangkaian tugas
manajerial yang harus berjalan secara kontinu. Swanburg, 2000 menggambarkan
proses manajemen sebagai berikut:
92
Lingkungan Eksternal
Masukan/input
Proses
Manajemen asuhan
keperawatan oleh tenaga
keperawatan
Keluaran/Output
Tenaga keperawatan
Bahan-bahan
Peralatan
Bangunan fisik
Klien
Pengetahuan dan
keterampilan
Resolusi masalah
keperawatan klien
1. Masukan
a. Klien/ pasien
Pasien adalah seseorang yang datang ke instansi atau pelayanan
kesehatan. Seseorang tersebut membutuhkan pelayanan medis atau
keperawatan yang terganggu baik jasmani maupun rohani (WHO). Untuk
membantu pasien dalam proses pemulihan maka diperlukan manajemen
keperawatan, yaitu suatu proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat
(Gillies, 1989).
Setiap kategori descriptor empat perawatan (aktivitas sehari-hari,
kesehatan umum, dukungan pengajar serta emosional, dan perlakuan
sekitar pengobatan) digunakan untuk menunjukkan karakteristik pasien.
Karakteristik pasien yang dirawat di suatu ruangan berpengaruh dalam
pemberian pelayanan keperawatan. Semakin banyak ragam kasus penyakit
yang dirawat di ruangan menuntut semakin banyak pula pengetahuan dan
92
ketrampilan yang harus dimiliki oleh perawat. Demikian juga perangkat
lunak yang harus dimiliki ruangan seperti petunjuk teknis Standar Asuhan
Keperawatan juga semakin banyak yang harus disediakan.
b. Tenaga Keperawatan
1) Kuantitas Tenaga Keperawatan
Perencanaan merupakan fungsi organik manajemen sebagai
dasar titik tolak dan kegiatan pelaksanaan tertentu dalam usaha
mencapai tujuan organisasi. Kebijakan yang dirumuskan dalam suatu
rencana mencangkup struktur organisasi yang diciptakan, pengadaan,
penggunaan tenaga kerja, dan sistem dan prosedur yang hendak
digunakan serta pelayanan yang dibutuhkan untuk kelancaran suatu
kegiatan.
Kebutuhan tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan
karakteristik klien, model penugasan, dan kompetensi yang
dipersyaratkan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.
Kesesuaian tenaga keperawatan yang mencakup jumlah, jenis, dan
kualifikasi dengan kebutuhan pelayanan diperlukan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien (Depkes, 2002).
Untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dapat
menggunakan beberapa rumus, antara lain:
a) Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan
dengan perhitungan sebagai berikut.
Keterangan :
A: Jam Perawatan/24 jam
B : (BOR x jumlah TT) jumlah pasien
C : Jumlah hari libur
b) Menurut Depkes (2002)
Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes :
92
1. Asuhan keperawatan minimal
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri. b. Makan dan minum dilakukan sendiri.c. Ambulasi dengan pengawasan.d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.e. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
2. Asuhan keperawatan sedang
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap empat jam.
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
3. Asuhan keperawatan agak berat
a. Sebagian besar aktivitas dibantu.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali.
c. Terpasang folley kateter, intake output dicatat.
d. Terpasang infus.
e. Pengobatan lebih dari sekali.
f. Persiapan pengobatan perlu prosedur.
4. Perawatan maksimal
a. Segala aktivitas diberikan perawat.b. Posisi diatur.c. Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam.d. Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.e. Penggunaan suction.f. Gelisah/disorientasi.
Penghitungan tenaga perawat berdasarkan :
1. Tingkat ketergantungan pada pasien berdasarkan jenis kasus.
2. Rata-rata pasien perhari.
3. Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien.
4. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari.
5. Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari.
92
Faktor Koreksi:
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor
koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loos day) :
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas
nonkeperawatan (tenaga administrasi) seperti contohnya: membuat
perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan dll diperkirakan 25 % dari jam pelayanan keperawatan :
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan:
c) Menurut Douglas ( 1984 )
Perhitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien untuk setiap shiftnya
seperti tabel berikut.
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan KlasifikasiKetergantungan Pasien Menurut Douglas
Waktu Kebutuhan Perawat
Pagi Sore Malam
Minimal
Intermediate
Maksimal
0.17
0.52
0.36
0.14
0.15
0.30
0.07
0.10
0.20
Sedangkan derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, dengan
kriteria :
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b. Makan, minum dilakukan sendiri.
c. Ambulasi dengan pengawasan.
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
92
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
2. Intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan
kriteria:
a. Kebersihan diri dibantu, makan-minum dibantu.
b. Observasi tanda-tanda vital.
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
d. Folley kateter, intake output dicatat.
e. Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
3. Perawaan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/ 24
jam dengan kriteria.
a. Segala diberikan atau dibantu.
b. Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital tiap 2 jam.
c. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena .
d. Menggunakan Suction.
e. Gelisah/ disorientasi.
2) Kualitas Tenaga Keperawatan
Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan salah satu indikatornya ditentukan oleh pemberian asuhan
keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas
memerlukan SDM yang sesuai dengan kualitas yang tinggi dan
profesional sesuai dengan tugas dan fungsinya. Upaya untuk
mempertahankan profesionalisme perawat bisa dilaksanakan dengan
Pendidikan Perawatan Berkelanjutan (PBP) sesuai standar PPNI.
Salah satu kualitas pelayanan Rumah Sakit adalah pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas. Untuk dapat memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas diperlukan sumber daya manusia
yang sesuai dengan kualitas dan profesionalitas perawat dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Praktik profesional yang
merupakan ciri profesi yang harus dipelihara dan ditingkatkan dalam
rangka mempertahankan akuntabilitas kinerja yang tinggi.
92
Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM
yang disebut Human Resource Development mempunyai 3 program
yaitu :
a) Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan kepada
pekerjaan saat ini.
b) Education, yaitu aktivitas dimana proses diarahkan pada pekerjaan
yang akan datang.
c) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar tidak diarahkan
untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.
Bagi tenaga profesional di RS menurut Djojodibroto (1997)
pelatihan, kursus dan lokakarya yang di perlukan untuk para medis:
a) Etika komunikasi
b) Komunikasi terapeutik dalam keperawatan
c) Etika keperawatan
d) Manajemen keperawatan
e) Hospital managemen training
f) Audit medik
g) Pencegahan infeksi nosokomial
h) Sanitasi rumah sakit
3) Mahasiswa Praktik
Sebagai profesi keperawatan dituntut untuk memiliki
kemampuan intelektual, interpersonal kemampuan teknis, dan moral.
Hal ini bisa ditempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui
pendidikan lanjutan pada program pendidikan Ners (Nursalam, 2007).
Mahasiswa keperawatan yang menempuh pendidikan Ners berhak
mendapatkan bimbingan yang optimal dari pembimbing, baik
pembimbing klinik maupun pembimbing akademik.
Program profesi merupakan suatu proses sosialisai peserta
didik dalam mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai
kemampuan keterampilan profesional yaitu intelektual, sikap dan
teknis dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien.
Berdasarkan kurikulum pendidikan tinggi keperawatan, maka program
92
profesi mempunyai tujuan mempersiapkan mahasiswa melalui
penyesuaian profesional dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan
lapangan secara komprehensif (Nursalam, 2007). Pada program
pendidikan profesi terdapat masa penyesuaian profesional bagi peserta
didik dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan pengalaman belajar
di masyarakat/lapangan dengan menggunakan tatanan pelayanan nyata
(RS, Puskesmas, Panti, Komunitas), khususnya pelayanan
keperawatan.
c. Metode
1) SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
Menurut Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan
yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan
atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat
diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan
tentang mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat,
dan benar yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan
keperawatan serta sebagai tolok ukur dalam penilaian penampilan
kerja seorang perawat (Nursalam, 2002). Menurut Gillies (1994)
Standar Asuhan Keperawatan mempunyai tiga tujuan, yaitu:
1) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan
upaya meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian
tujuan.
2) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi
kegiatan asuhan keperawatan yang tidak penting.
3) Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan
dengan mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar
asuhan keperawatan serta menentukan bahwa kegagalan dari
perawat untuk memenuhi standar, membahayakan pasien.
Standar asuhan keperawatan terdiri dari kriteria-kriteria yang
harus dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan, apabila kriteria-
kriteria tersebut dapat dipenuhi maka mutu asuhan keperawatan dapat
92
dipertanggung jawabkan secara profesional dengan memahami dan
mematuhi kriteria dalam standar asuhan keperawatan yang selanjutnya
diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan maka bukan hanya
keprofesian yang dapat dijaga dan ditingkatkan, tetapi juga meliputi
pemenuhan kebutuhan dalam aspek-aspek keamanan dan kenyamanan
pasien.
Dasar hukum standar profesi keperawatan adalah UU
Kesehatan RI No. 36 tahun 2009
Pasal 1 ayat 6
“Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.”
Pasal 23 ayat 1
“Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.”
Pasal 23 ayat 2
“Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki.”
Pasal 24 ayat 1
“Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 harus
memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional.”
Standar Keperawatan menurut Depkes RI salah satunya adalah
adanya Standar Asuhan Keperawatan (SAK). SAK memberi acuan
bagi perawat dalam memberikan asuhan kepada klien sehingga ada
penjaminan mutu termasuk pertimbangan keamanan (patient safety).
Pada saat ini telah dikembangkan persamaan penggunaan bahasa
standar dalam penentuan Diagnosa Keperawatan berdasarkan
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association), penetapan
92
tujuan dengan NOC (Nursing Outcome Classification) dan rencana
intervensi dengan NIC (Nursing Intervention Clasiffication).
Suatu ruang perawatan di sebuah rumah sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara
resmi yang dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf di ruangan
tersebut. Ruang perawatan harus mempunyai prosedur tetap semua
tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal
10 penyakit terbanyak yang sering muncul di bangsal tersebut. selain
bermanfaat sebagai upaya penjaminan mutu SAK dan Portap juga
memberikan perlindungan legalitas tindakan keperawatan.
d. Sarana dan Prasarana
Saat ini Rumah Sakit menghadapi berbagai tantangan untuk dapat
melaksanakan fungsinya memberikan pelayanan kesehatan. Dua
komponen penting yang menjadi fokus utama pada RS atau puskesmas
yaitu mutu atau kualitas dan pembiayaan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan di RS dan puskesmas sehingga mutu pelayanan
kesehatan RS atau Puskesmas juga ditentukan oleh mutu pelayanan
keperawatan secara professional. Mutu pelayanan secara professional ini
dapat memberikan kontribusi terhadap citra RS atau Puskesmas melalui
pemberian jasa pelayanan kesehatan yang menyeluruh.
Pengelolaan atau manajemen keperawatan dilaksanakan untuk
mencapai peningkatan mutu pelayanan keperawatan, tersusunnya program
pengembangan tenaga keperawatan dan terlaksananya penelitian
keperawatan.
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya
pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung atau penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan merupakan semua bentuk alat kesehatan atau
peralatan lain yang dipergunakan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan sehingga diperoleh
tujuan pelayanan keperawatan efisien dan efektif.
92
Pengelolaan peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan ikut
menentukan tercapainya mutu pelayanan keperawatan di RS atau
Puskesmas. Rumah sakit atau Puskesmas memiliki kondisi yang berbeda-
beda dan kompleks. Keadaan ini mempengaruhi manajemen pelayanan
keperawatan termasuk pengelolaan peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan. Sehubungan dengan hal ini diperlukan adanya standar
pengelolaan peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan sebagai
pedoman bagi manajer keperawatan dari perawat pelaksana dalam
menggunakan sumber daya peralatan untuk mencapai pelayanan
keperawatan secara efisien dan efektif.
Standar pengelolaan peralatan ini mencakup standar tentang alat
tenun, peralatan untuk pelayanan keperawatan, peralatan rumah tangga,
peralatan pencatatan dan pelaporan pencatatan dan pelaporan serta
pengelola peralatan.
Rumah Sakit memiliki kondisi yang berbeda-beda dan kompleks
keadaan ini mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan termasuk
pengelolaan fasilitas dan peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan. Sehubungan dengan hal itu diperlukan adanya standar
pengelolaan fasilitas dan peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan sebagai pedoman bagi manager keperawatan dalam
menggunakan sumber daya fasilitas peralatan demi mencapai pelayanan
keperawatan yang efektif dan efisien.
Fasilitas dan alat -alat kedokteran maupun keperawatan dapat
dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing
institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan atau warna, ukuran, jenis
kegiatan, dan jumlah yang dibutuhkan.
Standar fasilitas dan alat keperawatan adalah penetapan fasilitas
dan alat -alat yang digunakan dalam memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan di Ruang Anggrek RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
92
2. Proses
a. Standar Asuhan Keperawatan
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu pelayanan
keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu
dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan keperawatan
perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin.
Prasyarat untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan antara
lain: (1) pimpinan yang peduli dan mendukung, (2) ada kesadaran bahwa
mutu harus ditingkatkan (standar mutu), (3) tenaga keperawatan disiapkan
melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dengan
cara diadakan program diklat, (4) sarana dan perlengkapan dan lingkungan
yang mendukung serta (5) tersedia dan diterapkannya Standar Asuhan
Keperawatan (DepKes RI, 1998).
Standar Asuhan Keperawatan identik dengan standar profesi
keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan
mutu asuhan keperawatan. Depkes RI tahun 1998 menyebutkan bahwa
standar-standar yang ditetapkan dalam Standar Asuhan Keperawatan
dimaksud terdiri dari :
1) Standar I : Pengkajian keperawatan
2) Standar II : Diagnosa keperawatan
3) Standar III : Perencanaan keperawatan
4) Standar IV : Intervensi keperawatan
5) Standar V : Evaluasi keperawatan
6) Standar VI : Catatan asuhan keperawatan
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Proses akhir dari proses keperawatan bisa berupa sebuah
pembebasan dari gejala, eliminasi risiko, pencegahan komplikasi,
argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari
kebebasan maksimal (Nursalam, 2007). Proses keperawatan merupakan
pemberian asuhan keperawatan yang logis, sistematis, dinamis dan teratur.
92
Langkah-langkah proses keperawatan dilakukan secara berurutan
meliputi:
1) Pengkajian
Menurut DepKes RI (1998) pengkajian adalah langkah awal dan dasar
dalam proses keperawatan secara keseluruhan. Asuhan keperawatan
memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus-menerus
guna menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan
yang dialami pasien. Tahap pengkajian data terdiri dari 3 kegiatan
yaitu:
a) Pengumpulan data keperawatan
Kriteria :
(1).Menggunakan format yang baku
(2).Sistematis
(3).Diisi sesuai item yang tersedia
(4).Aktual (baru)
(5).Absah (valid)
b) Pengelompokkan data atau analisa data
Kriteria :
(1).Data biologis
(2).Data psikologis
(3).Data sosial
(4).Data spiritual
c) Perumusan diagnosa/masalah
Kriteria :
(1).Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan
(2).Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah
dikumpulkan.
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan dari masalah
pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang
dikumpulkan, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas
92
wewenang perawat melakukannya. Diagnosa keperawatan dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan
dengan norma fungsi kehidupan pasien (Depkes RI, 1998). Kriteria
diagnosa keperawatan meliputi :
a) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
b) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat
c) Komponennya terdiri dar maslah penyebab dan gejala tanda
(PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE)
d) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata
terjadi.
e) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien,
kemungkinan besar akan terjadi.
f) Dapat ditanggulangi oleh perawat.
3) Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan menanggulangi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan keperawatan disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan (DepKes RI, 1998).
Menurut DepKes (1998) langkah-langkah penyusunan
perencanaan keperawatan terdiri dari 3 kegiatan:
a) Menetapkan urutan prioritas masalah
(1).Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan
prioritas pertama
(2).Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang
adalah prioritas kedua
(3).Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan
prioritas ketiga
b) Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai
(1).Spesifik
(2).Bisa diukur
92
(3).Bisa dicapai
(4).Realistik
(5).Ada batas waktu
c) Menentukan rencana tindakan keperawatan
(1).Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan.
(2).Melibatkan pasien/keluarga.
(3).Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga.
(4).Menentukan alternatif tindakan yang tepat.
(5).Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berkala,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada.
(6).Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.
(7).Kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya mudah
dimengerti.
d) Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan
pasien terpenuhi secara optimal yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan
dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Tindakan
keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh pasien itu sendiri,
oleh perawat secara mandiri atau mungkin dilakukan secara
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain (DepKes RI,
1998).
Menurut DepKes (1998) tindakan keperawatan berorientasi
pada 14 komponen keperawatan dasar meliputi :
(1). Pemenuhan kebutuhan oksigen
(2). Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan
dan elektrolit
(3). Memenuhi kebutuhan eliminasi
(4). Memenuhi kebutuhan keamanan
(5). Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
(6). Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
92
(7). Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani
(8). Memenuhi kebutuhan spiritual
(9). Memenuhi kebutuhan emosional
(10).Memenuhi kebutuhan komunikasi
(11).Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologi
(12).Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu
proses penyembuhan
(13).Memenuhi kebutuhan penyuluhan
(14).Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
e) Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian ulang rencana keperawatan. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi
faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam
pelaksanaan (Nursalam, 2007).
Menurut DepKes (1998) kriteria evaluasi keperawatan
meliputi:
(1).Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.
(2).Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan
tingkah laku pasien.
(3).Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan.
(4).Evaluasi melibatkan keluarga, pasien dan tim kesehatan lain.
(5).Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar (tujuan yang ingin
dicapai dan standar praktik keperawatan).
b. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan di rumah
sakit, telah disusun standar pelayanan rumah sakit yang diberlakukan
melalui SK Menkes No. 436/MENKES/SKVI/1993 dan Standar Asuhan
Keperawatan yang diberlakukan melalui SK Dirjen Yan Med
No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993. Standar pelayanan dan standar asuhan
keperawatan tersebut harus diterapkan secara bertahap.
92
Standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan tersebut
berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan
menyimpulkan apakah pelayanan/asuhan keperawatan yang
diselenggarkan di rumah sakit sudah mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut. Bila
pelayanannya sudah mengikuti dan sesuai dengan persyaratan maka dapat
disimpulkan bahwa pelayanan paling sedikit sudah dapat
dipertanggungjawabkan maka dapat dikatakan bahwa mutu pelayanannya
juga harus dianggap baik.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan standar ini,
perlu dilakukan penilaian secara obyektif dengan menggunakan metode
dan instrumen penilaian yang baku. Instrument evaluasi penerapan standar
asuhan keperawatan ini terdiri dari (1) pedoman studi dokumentasi asuhan
keperawatan yang selanjutnya disebut instrumen A, (2) angket yang
ditujukan kepada pasien dan keluarga untuk memperoleh gambaran
tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan yang
selanjutnya disebut instrument B, (3) pedoman observasi pelaksanaan
tindakan keperawatan selanjutnya disebut instrumen C (DepKes, 1998).
Menurut Gillies (1994) prosentase dari masing-masing instrumen
akan menentukan tingkat mutu asuhan keperawatan yang dilakukan.
Rentang nilai untuk instrumen ABC adalah:
1) 76-100% adalah baik
Keterangan : dipertahankan
2) 56-75% adalah cukup
Keterangan : Ditingkatkan
3) 40-55% adalah kurang
Keterangan : Perlu dilakukan pelatihan
92
C. Manajemen Pelayanan Keperawatan
1. Pendekatan Manajemen
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir,
memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi
individu, keluarga, dan masyarakat. Proses manajemen keperawatan sejalan
dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara professional dan saling menopang (Nursalam, 2007).
Pendekatan manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Planning (perencanaan)
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen yaitu suatu tugas
prinsip dari semua manajer dalam divisi keperawatan. Elemen pertama
dari manajemen menurut Fayol adalah perencanaan. Ia mendefinisikan hal
ini sebagai membuat rencana tindakan untuk memberikan pandangan
kedepan (Swanburg, 2000).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam
asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang
dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan.
Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak
mungkin manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara
menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijelaskan siapa yang
akan melakuakan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan
92
tuntunan terhadap proses pencapaian tujuan secara efisien dan efektif
(Kuntoro, 2010).
Kerangka perencanaan terdiri dari:
1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah-
langkah dari profesi keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah
ditetapkan
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
3) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
5) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
6) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang
Perencanaan meliputi:
1) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
2) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
3) Jangka panjang (untuk tahun mendatang)
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS
(1999) tugas kepala ruang dalam perencanaan (P1) meliputi :
1) Menyusun rencana kerja kepala ruang
2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan
di ruang rawat yang bersangkutan
3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi dengan Kepala
Perawat Instalasi/Ka Instalasi
Setiap bulan Kepala Ruangan telah membuat perencanaan bulanan
seperti rapat bulanan di ruangan. Kepala ruang menyusun jadual dinas
dalam satu bulan. Mengenai pengembangan SDM, kepala ruangan
dilibatkan dalam menyusun rencana pendidikan dan pelatihan dan
dilibatkan dalam penentuan perawat untuk pelatihan yang ada. Dalam
penyusunan RAPB Kepala ruang dilibatkan dalam pembuatan rencana
RAPB ruangan dalam 1 tahun.
92
b. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen organisasi yang
kedua sesudah perencanaan. Pengorganisasian adalah pengelompokan
aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif, penugasan suatu
kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok dan
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit
lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal yang bertanggung jawab
untuk mencapai objektif organisasi. Dalam pengorganisasian menentukan
tentang tenaga yang akan melaksanakan perencanaan, pembagian tugas,
wewenang, tanggung jawab dan mekanisme pertanggungjawaban masing-
masing kegiatan. Menurut Nursalam (2002).
Fungsi pengorganisasian dari kepala ruang adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas.
4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat.
5) Mengatur dan mengendalikan logistik unit.
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada
ketua tim.
8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
klien.
9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya.
10) Identifikasi masalah dan cara penanganan.
Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) sebagai suatu sistem (struktur, proses,
nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung
pemberian asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari elemen sub sistem
antara lain:
92
1) Nilai-nilai profesional (inti MPKP)
2) Pendekatan manajemen
3) Metode pemberian asuhan keperawatan
4) Hubungan profesional
5) Sistem kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gillis (1989) metode
asuhan keperawatan terdiri dari metode kasus, metode fungsional, metode
tim dan metode primer.
1) Metode kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana
seorang klien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shif dan tak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti di ruang
rawat intensif.
Kelebihan dari metode ini adalah:
a) Sederhana dan langsung
b) Garis pertanggungjawaban jelas
c) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
d) Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah:
a) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama
c) Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang pengalaman
d) Mahal, perawat profesional termasuk melakukan tugas non
profesional
92
2) Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan
keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan
oleh perawat yang berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari
setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan
luka. Metode ini merupakan manajemen klasik yang menekankan pada
efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang lebih
mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standar.
Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya
sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada perawat
yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi
tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat karena asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien terfragmentasi menurut
tugas atau perasat yang dilakukan. Cara kerja yang diawasi
membosankan perawat karena berorientasi pada tugas dan sistem ini
baik dan berguna untuk situasi dimana rumah sakit kekurangan tenaga
perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak profesional dan tidak
berdasar pada masalah klien.
Keuntungan dari metode ini adalah:
a) Lebih sedikit membutuhkan perawat
b) Efisien
c) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
d) Para staf mudah menyesuaikan dengan tugas
e) Tugas cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah:
a) Tidak efektif
b) Fragmentasi pelayanan
c) Membosankan
d) Komunikasi minimal
e) Tidak holistik
f) Tidak profesional
92
g) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat
3) Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab membuat
perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua klien yang
ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim melaksanakan
asuhan keperawatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah
dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan
asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah
staf yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah:
a) Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien
b) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal
c) Komprehensif dan holistik
d) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
Kerugian dari metode ini adalah:
a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
b) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
c) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non
profesional
4) Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik
dalam suatu pelayanan dengan semua staf keperawatan yang
profesional. Pada metode ini setiap perawat primer memberikan
tanggung jawab penuh secara menyeluruh terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien masuk
sampai keluar dari rumah sakit, mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
92
merencanakan, mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (PP).
Setiap PP merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab terhadap klien
selama 24 jam dari klien masuk sampai dengan pulang. Terdapat
kontinuitas asuhan keperawatan yang bersifat komperhensif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PP mempunyai beberapa PA
dan perawatan dilanjutkan oleh PA.
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat
kontinu dan komperhensif dalam melakukan proses keperawatan
kepada klien dan perawat primer mendapatkan akontabilitas yang
tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiakan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang
diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat
dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan kriteria asertif, mampu mengatur
diri sendiri, kemampuan pengambilan keputusan yang tepat,
penguasaan klinik, akuntabel dan mampu berkomunikasi dan
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
5) Metode Cash Management
Adalah strategi untuk mengkoordinasikan pelayanan,
mempertahankan kualitas, cost containment sambil menfokuskan pada
outcome pelayanan. Merupakan metode yang menggunakan pola
terfokus dan kerjasama yang sangat ketat antara perawat dengan tim
kesehatan lain dengan memanfaatkan care map yang telah disusun dan
disepakati oleh semua anggota tim pelayanan dalam rumah sakit.
Elemen dari nursing case management methode adalah nurse case
manager (NCM) dan clinical path atau multidisciplinary action plan
(MAP). Syarat NCM adalah perawat yang berpendidikan S1 atau
92
nurse clinical spesialist atau master keperawatan dengan pengalaman
klinis minimal 3 tahun. NCM ditugaskan menangani pasien pada saat
masuk berdasarkan spesialisasinya yang kemudian mengkoordinasikan
pelayanan sampai pasien pulang. NCM bertanggung jawab memonitor
perkembangan pasien apakah sesuai dengan kriteria outcome yang
diharapkan. Perkembangan itu dikomunikasikan kepada dokter,
perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lain. Semua pemberi
pelayanan kesehatan bekerja sama untuk mengurangi length of stay
(LOS) sambil memusatkan perhatian pada masalah-masalah pasien.
Perawatan MAP adalah kombinasi rencana perawatan (nursing
care plan/NCP) dan critical path. Alasan utama menggunakan
perawatan MAP adalah untuk memberikan pedoman tertulis untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga. Semua pemberi
pelayanan mengikuti care MAP untuk meningkatkan mutu pelayanan,
mengurangi LOS, mengubah pola praktik utuk meningkatkan efisiensi,
memfasilitasi pencapaian outcome dan mengurangi biaya serta
menurunkan rehospitalisasi.
c. Actuating (Pengarahan)
Pengarahan adalah tindakan manajemen keperawatan yang
bertujuan menyelesaikan sasaran keperawatan atau proses penerapan
rencana manajemen untuk menyelesaikan sasaran keperawatan.
Pengarahan meliputi proses pendelegasian, pengawasan, koordinasi dan
pengendalian, implementasi, rencana organisasi (Swanburg, 2000).
Actuating tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan untuk
bisa mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan fungsi
masing-masing dengan baik. Tiga elemen utama dalam pengarahan adalah
mewujudkan pengawasan dalam personel perawatan: motivasi,
kepemimpinan, dan komunikasi (Swanburg, 2000).
2. Compensatory reward
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu
dipertahankan, dikembangkan, dan ditingkatkan melalui manajemen SDM
perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu
92
pengetahuan dan teknologi. Pengembangan SDM digambarkan sebagai suatu
proses pengelolaan motivasi staf sehingga dapat bekerja secara produktif. Hal
ini juga merupakan penghargaan bagi profesi keperawatan karena melalui
manajemen SDM yang baik maka perawat mendapatkan kompensasi berupa
penghargaan (Compensatory reward) sesuai dengan apa yang telah
dikerjakan.
Manajemen SDM di ruang Model Praktik keperawatan Profesional
(MPKP) berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi,
penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan
sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru.
3. Profesional relationship
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan
merupakan standar dari hubungan antara pemberi pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dan penerima pelayanan keperawatan (klien dan keluarga)
(Cameron, 1997 dalam elizabeth&Kathleen, 2003, hal.29)
Pada pelaksanaannya hubungan profesional bisa saja terjadi secara
internal artinya hubungan yang terjadi antara pemberi pelayanan kesehatan
misalnya antara perawat dengan perawat, antara perawat dengan tim
kesehatan dan lain-lain. Sedangkan hubungan profesional secara eksternal
adalah hubungan yang terjadi antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan. Kedua hubungan tersebut merupakan suatu siklus yang tidak
terpisahkan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Patient Care Delivery
Bagian terpenting dari patient care delivery adalah discharge planning.
Discharge planning atau persiapan pasien pulang adalah suatu bentuk
penyerahan kebutuhan pasien yang sebelumnya dirawat oleh perawat di
rumah sakit dan setelah di rumah mempercayakan keluarga untuk melakukan
perawatan secara mandiri kepada pasien.
Tujuan Discharge Planning
a. Klien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya
b. Klien akan mampu memahami kebutuhan individualnya
c. Lingkungan rumah akan menjadi aman
92
d. Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah
Komponen dari Discharge Palnning
a. Mengkaji kemampuan dan keterbatasan pasien
b. Adanya dukungan keluarga dan lingkungan
c. Implementasi dan koordinasi rencana keperawatan
d. Evaluasi keefektivan keperawatan
Petunjuk Discharge Planning
a. Mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan keperawatan
b. Membuat tujuan bersama pasien
c. Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga
d. Membuat penyerahan perawatan di rumah
Evaluasi Discharge Planning yang efektif. Perencanan dan penyerahan harus
dicermati guna menjamin kualitas dan kelayakan dari pelayanan. Evaluasi lebih
lanjut dari proses pemulangan pasien biasanya membutuhkan waktu setelah
pasien pulang dari rumah sakit
92
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
A. Gambaran RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
1. Sejarah berdirinya RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo adalah merupakan rumah sakit
pemerintah kabupaten wonosobo yang berlokasi di jl. RSU No.1 Wonosobo
yang memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat sekitar daerah
wonosobo dan banjar negara.
Pada tahun 1930 – 1945 RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
bernama Zending Zieken Huis dengan Pimpinan Dr. Verveen, Dr. Han Hiang
Ling dan Dr. Heyder Bin Heyder. Selanjutnya pada tahun 1945 dilaksanakan
serah terima dari Pemerintah Belanda – Pemerintah Indonesia (Departemen
Kesehatan). Kemudian ditahun1948 – 1956 berganti nama menjadi RSU
dengan direktur Dr. Brotoseno, tahun 1956 – 1961 direktur digantikan oleh
Dr. Surono, tahun 1961 – 1967 Dr. Yudjono Mardjono , tahun1967 – 1970
Dr. Hartanto, tahun 1970 – 1977 Dr Edy Sunardi, tahun 1977 – 1987 Dr.
Sudibjo Juwono, tahun 1987 – 1993 Dr. H. Makmur Santosa, tahun 1993 –
1999 Dr. Amsal A.M., MHA dan pada tahun 1999 – 2004 berganti menjadi
RSUD UNIT SWADANA yang dipimpin oleh Dr. H. Aris Munandar, MMR,
MBA. Pada tahun 2004 – 2006 berubah menjadi BRSD UNIT SWADANA
yang dipimpin oleh Dr. H. Agung Suhadi, Sp.OG (K) – Ymt dan kemudian
digantikan oleh Drg. Basoeki Soetardjo, MMR sampai dengan tahun 2010.
Mulai tahun 2011 direktur digantikan oleh Dr. Okie Hapsoro Binanda Putra,
MMR
2. Gambaran Umum RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo dan Gambaran Umum Ruang Anggreka. Gambaran Umum RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
1) Profil
Nama Rumah Sakit : RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
Pemilik : Pemerintah Kabupaten Wonosobo
Alamat : Jl. RSU No.1 Wonosobo
92
Telp/Fax : 321091/ Fak 323873
Kelas/Tipe : C / Non Pendidikan
Luas Tanah : 7.446 m²
Luas Bangunan : 5.207,7 m²
Luas halaman : 830 m²
Parkir ; 1500m²
Nama Ruang : Anggrek
Jml Kamar : 15
Jml Kamar yang di pakai : 14
Kelas : VIP
2) Visi, Misi dan Motto RSUD KRT. Setjonegoro
Wonosobo dan Ruang Anggrek
a. Visi RSUD :
“Terwujudnya pelayanan prima menyeluruh dan terintegrasi untuk
kesuksesan dimasa mendatang”
b. Visi Ruang anggrek
Tercapainya proses keperawatan professional yang mandiri dan sesuai
dengan perkembangan ilmu keperawatan untuk mempercepat proses
kesembuhan pasien.
Misi
a. Misi RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
- Mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang menyeluruh secara profesional,
jujur, ramah, ikhlas dan santun kepada pasien
- Memberdayakan karyawan sebagai mitra untuk kemajuan bagi semua
- Melaksanakan sistim pelayanan terintegrasi dengan mempergunakan
sistim rujukan agar berdayaguna untuk kepentingan pasien.
92
b. Misi Ruang Anggrek
- Mengutamakan komunikasi theurapeutik dengan
mengedepankan sikap senyum, sapa dan sopan santun dalam
melayani pasien.
- Menjaga hubungan kerja sama yang baik dengan rekan sejawat
dan rekan kerja dalam memaksimalkan pelayanan terhadap
pasien
- Meminimalkan risiko kesalahan perawat dalam menangani
pasien dengan tetap menjaga kedisiplinan ( kerja, waktu dan
administrasi)
- Menjaga penampilan perawat yang professional
- Aktif mengikuti penyegaran dari rumah sakit
Motto
Rumah Sakit
Kesembuhan dan kepuasan pasien adalah tujuan dan kebahagiaan kami,
melangkah maju kesejahteraan meningkat
Ruang Anggrek
Florence nightingale semangatku, ikhlas pengabdianku, jujur dalam bertindak,
kesembuhan tujuanku.
3. Tujuan RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
Memberikan Pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan Standar
Pelayanan RS
Meningkatkan kemampuannya sebagai pusat rujukan medis di wilayah
Wonosobo dan sekitarnya
Meningkatkan citra RS yg berpenampilan prima dan menjadi tujuan mencari
pengobatan bagi masy.
Mengembangkan RSD Kabupaten Wonosobo sebagai Unit Swadana Daerah,
Mandiri & Berprestasi
92
B. Tarif Pelayanan RSUD KRT. Setjonegoro
Daftar 1. Tarif PelayananNO KATEGORI PELAYANAN TARIF
(Rp)
1 III 55.000
2II 80.000
3 I 145.000
4 VIP 240.000
Tarif Pelayanan Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo adalah
tarif pelayanan kelas VIP
C. Gambaran Umum Ruang Anggrek
Ruang Anggrek terdiri dari 15 kamar tetapi yang digunakan hanya 14 kamar ,
kamar perawat, ruang linen bersih, ruang obat, ruang Oksigen, gudang, dapur,
ruang spoelhock.
Fasilitas Ruang Anggrek
Kamar pasien : bed pasien, almari , sofa, televisi, kulkas kecil, kamar mandi
( Tidak ada water heater), AC
Fasilitas untuk Perawat :
Kamar jaga perawat
Kamar mandi
Lemari penyimpanan alat
Lemari penyimpanan linen
Lemari penyimpanan dokumen
Lemari penyimpanan tas petugas
Kulkas
Dapur
Kasur
Televisi
Kipas angin
92
1) Batas-batas Ruang Anggrek
Utara : Jalan
Timur : Perkampungan
Selatan : Ruang Dahlia
Barat : Ruang Perpustakaan
2) Struktur Organisasi
Struktur organisasi berbentuk tim tetapi pelaksanaannya fungsional. Struktur
Organisasi sudah terlihat atau tertempel di Ruang Anggrek.
3) Tujuan dan Falsafah Ruangan
Tujuan:
- Meningkatkan mutu pelayanan ruang VIP anggrek yang
berkualitas melalui pelayanana keperawatan professional dan
bertanggungjawab
- Meningkatkan citra ruang VIP Anggrek sebagai pilihan utama
bagi pasien
- Mengembangkan prestasi ruang Anggrek sebagai ruang
percontohan bagi ruang lain
Falsafah :
- Kami percaya bahwa manusia adalah manusi biopsiko social
cultural
- Kami percaya bahwa setiap pasien dalam proses kehidupannya
mendapat anugerah dari Tuhan
- Kami percaya bahwa manusia butuh kasih sayang dan
pertolongan dari orang lain
- Kami percaya bahwa pengembangan perawat harus melalui
evaluasi yang terus menerus dan pendidikan
D. Denah Ruang Anggrek
92
Km
210
Km
209
Km
208
Km
207
Km
206
Km
205
Km
204
Km
203
Km
202
Km
201
JALAN
Km
215
Km
214
Pintu
keluar
Km
213
Km
212
Km
211
R.
Tunggu Pintu
masuk
R.
Jaga
R. Dr KM
Mandi
R.
Oxygen
R.
Kepala
R.
Istirahat
E. Struktur Organisasi
Gambar. 1 Struktur Organisasi
Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
F. PENDEKATAN TERHADAP ASPEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
92
Tim I
Sudarsih, AMK
Tim II
.Alim Pribadi
Anggota Tim I
1. Wahyuningsih, AMK
2. Hadi P, AMK
3. Rizki W, AMK
4. Elin V, S.Kep
Anggota Tim II
1. Heru S, AMK
2. Umi N, AMK
3. St Mutoharoh, AMK
4. Ikhfad R, AMK
KaRuSiti Mutmainah, AMK
A). INPUT
1. Raw Input
a. Pasien
1) Kajian Data
a) Jumlah pasien yang dirawat di Ruang Anggrek selama periode
November 2011 dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1.Distribusi Jumlah Pasien Di Ruang Anggrek
RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboBulan November 2011
No Bulan Jumlah1. November 52
Sumber : Rekam Medik Ruang Anggrek
Pasien Ruang Anggrek pada bulan November tahun 2011 dengan
15 tempat tidur tidak selalu dipenuhi oleh pasien. Walaupun
Ruang Anggrek merupakan ruang VIP tetapi peminatan pasien ke
ruang ini sangat minim jika dibandingkan dengan ruang VIP yang
lain.
b) Perhitungan BOR
- BOR tahun 2010 ruang anggrek adalah rata-rata 73% (standart
70%-80%) berarti termasuk dalam kategori efisien
- BOR tahun 2011 sampai dengan bulan november rata-rata 47%
(standart 70%-80%) berarti termasuk dalam kategori kurang
efisien
- BOR bulan November tahun 2011 57,2% (standart 70%-80%)
berarti termasuk dalam kategori kurang efisien
c) Jenis penyakit yang terdapat di Ruang Anggrek pada periode
November 2011 dapat dilihat dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2.Distribusi Penyakit Di Ruang Anggrek
92
RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboBulan November 2011
No Jenis penyakit Jumlah Persentase (%)1 GEA 6 11,52 Stroke 6 11,53 Vertigo 4 9,604 AMI 4 7,705 CKR 4 7,706 Hipertensi 4 7,707 Kandungan 4 7,708 DM 3 5,779 Kolik Abdomen 3 5,7710 Katarak 2 3,8411 CRF 2 3,8412 Kasus anak 2 3,8413 TB 1 1,9214 Febris 1 1,9215 APP 1 1,9216 Kejang 1 1,9217 Abses 1 1,9218 Disfagia 1 1,9219 Hepatitis 1 1,9220 BBLR 1 1,92
Jumlah 52 100Sumber : Rekam Medik Ruang Anggrek
Analisa data : Berdasarkan jenis penyakit di atas dapat diketahui
bahwa penyakit yang diderita pasien bervariasi dan yang paling
banyak adalah GEA dan Stroke (11,5%).
d) Distribusi pasien berdasarkan tempat tinggal yang terdapat di
Ruang Anggrek periode November 2011 dapat di lihat dalam tabel
3 berikut.
Tabel 3.Distribusi Pasien Berdasarkan Tempat Tinggal
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboBulan November 2011
Sumber: Buku Register Pasien dan Rekam Medis Ruang Anggrek Tahun 2011
92
No Asal Daerah Pasien Jumlah %
1. Kabupaten Wonosobo 44 84,62. Kabupaten Banjarnegara 8 15,4
Jumlah 52 100
Analisa Data : Dari sumber data diatas dapat diketahui bahwa jumlah
pasien terbanyak berasal dari daerah Kabupaten Wonosobo itu
sendiri (84,6%), asal dari daerah lain hanya kabupaten Banjarnegara.
b. Mahasiswa Praktik
1) Kajian Data
Jumlah mahasiswa praktik di Ruang Anggrek selama periode
bulan November 2011 dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4.Rekapitulasi Data Mahasiswa Praktik
di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobobulan November 2011
Nama institusi Pelaksanaan bulan ini praktik ∑ mahasiswa
Ners STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran
7 - 31 November 2011 5
Sumber: Buku Absensi Mahasiswa Praktik
Analisa Data
Mahasiswa praktik di Ruang Anggrek pada bulan November 2011
sampai saat ini berasal dari mahasiswa Ners STIKES Ngudi
Waluyo.
2. Instrumental Input
a. Man
Kajian Data
1) Kuantitas Tenaga Keperawatan
Tabel 5Distribusi Frekuensi Tenaga Keperawatan Berdasarkan
Tingkat Pendidikan di Ruang Anggrek Tahun 2011
No Jenis pendidikan Jumlah %1 S1 keperawatan 1 9,12 D3 Keperawatan 9 81,8
3 SPK 1 9,1
Jumlah 11 100Sumber: Jadwal perawat R. Anggrek tahun 2011
92
Interpretasi data
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan perawat di bangsa l bervariasi dengan jenjang
pendidikan tertinggi adalah lulusan S1 keperawatan sebanyak
9,1 %, pendidikan D3 adalah 81,8% dan pendidikan SPK
sebanyak 9,1%.
Tenaga keperawatan di Ruang Anggrek berdasarkan pendidikan,
jenis Pelatihan dan lama kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
2) Data jumlah dan jenis pelatihan yang diikuti perawat dapat
dilihat pada tabel 6 berikut :
Tabel 6Data Jumlah dan Jenis Pelatihan yang Diikuti PerawatRuang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
No Nama Pendidikan Jabatan Pelatihan/ Kegiatan
Pendukung
Lama Kerja
(Th)
1. Siti Mutmainah
D3 KARU Manajerial & PPGD
2. Elin V S1 PPGD
3. Sudarsih D3 -
4. Wahyuningsih D3 -
5. Heru Subekti D3 -
6. Hadi P D3 -
7. Rizki W D3 PPGD
8. Umi N D3 -
9. St Mutoharoh D3 -
10. Ikhfad R D3 -
11. Alim Pribadi SPK -
Sumber Data : Hasil Wawancara Perawat Ruang Anggrek
Intrpetasi Data :
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa beberapa
perawat di Ruang Anggrek banyak yang belum mengikuti
pelatihan.
92
3) Data jumlah tenaga yang dibutuhkan menurut DEPKES dapat
dilihat pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Ketergantungan Pasien Menurut DEPKES
No Jenis/kategori Rata2
ps/hr
Rata2 jam
perawatan
ps/hr
Jml jam
perawatan/hr
1 Ps penyakit
dalam
10 3,5 35
2 Ps bedah 8 4 32
3 Ps gawat 1 10 10
4 Ps anak 3 4,5 13,5
5 Ps kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93,0
Maka Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah :
Jumlah jam perawatan x BOR x TT
Jam kerja efektif per shift
A = 4,9 x 47% x 15
7
= 4,94
B = Jml hr mgg + cuti + Hari besar X A
Jml hari efektif dlm 1 thn
= 52 + 12 + 14 X 4,94 = 1,35
286
C = A + B X 10% = 4,94 + 1,35 X 10%
= 0,63
Jumlah kebutuhan perawat ruang Anggrek = A + B + C
= 4,94 + 1,35 + 0,63
= 6,92 = 7
92
Dan total tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 5 orang
perawat pelaksana, 1orang Perawat Primer dan 1 orang Kepala ruang.
b. MoneyKajian Data
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan didapatkan hasil
bahwa di Ruang Anggrek pengelolaan keuangan dilakukan oleh bagian
keuangan rumah sakit atau tidak diberikan kewenangan pengelolaan
keuangan sendiri, sehingga dalam pengadaan sarana dan prasarana
ruangan disesuaikan dengan anggaran tahunan rumah sakit.
Analisa Data
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur
yang berlaku di RS. Pengelolaan keuangan di Ruang Anggrek diatur
sepenuhnya secara sentral oleh kepala ruang yang terlibat dalam
perencanaan dan pengadaan baik triwulan, semesteran maupun tahunan.
c. Methode
Kajian Data
a. SAK ( Standar Asuhan Keperawatan )
Sudah ada SAK di Ruang Anggrek
b. Standar Operating Prosedur (SOP)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Ruang Anggrek sudah
ada SOP yang terdapat di Ruang Anggrek dalam penggunaan SOP
menggunakan acuan tahun 2010 yang berisi :
- Protap menerima pasien baru
- Protap mengukur suhu tubuh
- Protap mengukur tekanan darah
- Protap mengukur nadi
- Protap menimbang BB
- Protap menghitung frekuensi pernapasan
- Protap memasang infus
- Protap memasang tranfusi darah
- Protap menghitung tetesan infus
92
- Protap injeksi intra muskuler
- Protap injeksi intra vena
- Protap injeksi intra cutan
- Protap injeksi sub cutan
- Protap memasang cateter urin pria
- Protap memasang cateter urin wanita
- Protap mengambil sampel urin lewat cateter
- Protap memasang NGT
- Protap mencuci lambung
- Protap memasukkan makanan lewat NGT
- Protap huknah rendah
- Protap tinggi
- Protap luka bersih
- Protap perawatan mengangkat jahitan luka
- Protap perawatan luka kotor
- Protap perawatan luka lecet
- Protap perawatan luka bakar
- Protap memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda
- Protap mengatur pasien dalam posisi semi fowler
- Protap mengatur pasien dalam litotomi
- Protap mengatur posisi trendenburg
- Protap membersihkan mata dengan cairan
- Protap member obat tetes mata
- Protap memberikan zalf mata
- Protap membantu pasien makan
- Protap memnadikan pasien
- Protap membantu psien BAB/BAK
- Protap mencuci rambut di tempat tidur
- Protap mencuci rambut
- Protap menggosok gigi
- Protap oral higiene
- Protap memberi oksigen
92
- Protap memberikan obat kemoterapi
- Protap mengganti alat tenun dengan pasien di atas tempat
tidur
- Protap memberi obat per oral
d. MaterialKajian Data
Berdasarkan wawancara dengan staf ruangan, hasil observasi
langsung dan daftar inventaris Ruang Anggrek bahwa penyediaan dan
pengelolaan bahan dan alat di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro
Wonosobo dapat terlihat dalam tabel berikut ini :
1. Daftar Alat TenunTabel 8.
Daftar Alat TenunRuang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboNo. Nama barang Jumlah di ruangan 1. Sprei 352. Steak laken 353. Sarung Perlak 34. Selimut 305. Sarung bantal 406. Sarung bantal bayi 47. Sprei ruang jaga 28. Kasur ruang jaga 29 Perlak bantal 1410 Korden 3011 Topi operasi 212 Baju operasi 513 Mitela 314 Kasur pasien 1515 Bantal pasien 3016 Bantal perawat 317 Handuk tangan 318 Taplak besar 319 Taplak meja kecil 322 Waslap
Sumber :Daftar Inventaris Alat Ruang Anggrek
Analisa data :
92
Berdasarkan data di atas sebagian besar standard dan inventaris
fasilitas di Ruang Anggrek sudah cukup memadai.
2. Daftar Alat Keperawatan
Tabel 9.Daftar Alat Keperawatan Di Ruang Anggrek
RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboNo. Nama barang Jumlah diruangan1 Bak instrumen 72 Kom cuci tangan 13 Bak instrumen kecil 24 Kom Kecil 25 Korentang 36 WWZ 27 Standar infuse 158 \Box bayi 29 Kom stupers 210 Kom breast care 111 Pinset anatomis 212 Pinset cirurgis 113 Gunting luka 114 Gunting jahit 115 Baki plastic 216 Tromol kasa besar 117 Tromol kassa kecil 118 Bengkok 319 Tensimeter 2
Analisa data :
Berdasarkan data di atas sebagian besar jumlah alat keperawatan
di Ruang Anggrek sudah cukup memadai.
3. Daftar Alat Rumah Tangga
Tabel 10.Daftar Alat Rumah Tangga
Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
No. Nama barang Jumlah di ruangan1. Kursi plastic 252. Meja makan penderita 153. Nampan 64. Panci besar 15. Pesawat telp 156. Rak handuk 157. Almari list 18. Almari gerabah 19. Almari linen 1
92
10. Almari obat 111. Kulkas besar 112. Kulkas kecil 1513. Rak pispot 1514. Meja counter 115. Meja tulis 316. Remote AC 1517. TV 1518. Remote TV 1019. Ceret 120. Sofa 1521. Thermos jaga 222. Thermos penderita 1423. Kompor gas 124 Teko plastic 225 Tempat tidur pasien 1526 Ember pdrt 1552 Gayung 1528 Cangkir 1529 Tatakan 530 Container & tempat 231 Baki halco 132 Baki plastic 333 Baki stainless 134 Baskom mandi pasien 1535 Baskom plastic 1
Analisa data :
Berdasarkan data di atas sebagian besar Alat Rumah Tangga di
Ruang Anggrek sudah cukup memadai.
4. Daftar Inventaris Alat (Mesin)Tabel 11.
Daftar Inventaris Alat (Mesin)Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
Analisa data :
92
No Nama barang Jumlah Keterangan1. Suction pump 1 Baik2. Sterilisator UV 1 Baik3. Nebulizer 1 Baik4. EKG 1 Baik
Berdasarkan data di atas sebagian besar di Ruang Anggrek
sudah cukup memadai.
B). PROSES
1. Proses Manajemen AskepKajian Data
Berdasarkan hasil studi dokumentasi menggunakan instrumen A terhadap
15 dokumen asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di Ruang
Anggrek minimal 3 hari diperoleh data tentang pendokumentasian asuhan
keperawatan sebagai berikut :
a. Pengkajian Asuhan Keperawatan
Tabel 12.Analisa Pengkajian Asuhan Keperawatan
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboPada Tanggal November 2011 (n=52)
No Aspek yang dinilai Ya Tidak Total N % N % N %
1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian
0 0 52 100 52 100
2 Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritual)
0 0 52 100 52 100
3 Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang
0 0 52 100 52 100
4 Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma pola dan fungsi kehidupan
0 0 52 100 52 100
Pencapaian rata-rata (%) 0 % Sumber : Studi Dokumentasi tanggal November 2011
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengkajian asuhan
keperawatan di Ruang Anggrek adalah kurang dengan persentase 0 %.
92
b. Diagnosa Keperawatan
Tabel 13.Analisa Diagnosa Keperawatan
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboPada Tanggal November 2011 (n=52)
No Aspek yang dinilai Ya Tidak Total
N % N % N %
1. Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah
yang telah dirumuskan
52 100 0 100 52 100
2 Merumuskan diagnosa keperawatan
aktual/resiko/kolaboratif
52 0 0 100 52 100
3 Diagnosa disusun menurut urutan prioritas 52 0 0 100 52 100
Pencapaian rata-rata (%) 100
Sumber : Studi Dokumentasi tanggal 28-30 November 2011
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pembuatan diagnosa
keperawatan di Ruang Anggrek adalah sudah seluruhnya dibuat
berdasarkan prioritas, hanya saja belum ada analisa data.
c. Perencanaan Asuhan Keperawatan
Tabel 14.Analisa Perencanaan Asuhan Keperawatan
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboPada Tanggal November 2011 (n=52)
No Aspek yang dinilai Ya Tidak Total
N % N % N %
1 Berdasarkan dx. keperawatan 52 100 0 0 52 100
2 Disusun menurut prioritas 52 100 0 0 52 100
3 Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien/subyek, perubahan perilaku,
kondisi pasien, dan atau kriteria
52 100 0 0 52 100
4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan
dengan kalimat perintah, terinci dan jelas
52 100 0 0 52 100
92
dan atau melibatkan pasien/keluarga.
5 Rencana tindakan menggambarkan
keterlibatan pasien/keluarga
52 100 0 0 52 100
6 Rencana tindakan menggambarkan
kerjasama dengan tim kesehatan lain
52 100 0 0 52 100
Pencapaian rata-rata (%) 100%
Sumber : Studi Dokumentasi tanggal November 2011
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perencanaan asuhan
keperawatan di Ruang Anggrek memang sudah 100% dilakukan hanya
saja belum sesuai standart NIC dan NOC.
d. Tindakan Keperawatan
Tabel 15.Analisa Tindakan Asuhan Keperawatan
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboPada Tanggal 28-10 November 2011 (n=52)
No Aspek yang dinilai Ya Tidak Total
N % N % N %
1 Tindakan dilaksanakan mengacu pada
rencana perawatan
0 0 52 100 52 100
2 Perawat mengobservasi respon pasien
terhadap tindakan keperawatan
52 100 0 0 52 100
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil
evaluasi
0 0 52 100 52 100
4 Semua tindakan yang telah
dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas
52 100 0 0 52 100
Pencapaian rata-rata (%) 50% 50%
Sumber : Studi Dokumentasi tanggal November 2011
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tindakan keperawatan di
Ruang Anggrek masih kurang yaitu sebesar 50%. Tindakan dilaksanakan
92
belum mengacu pada rencana keperawatan, dan revisi tindakan belum
berdasarkan hasil evaluasi.
e. Evaluasi Asuhan Keperawatan
Tabel 16.Analisa Evaluasi Asuhan Keperawatan
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboPada Tanggal November 2011 (n=52)
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak Total
N % N % N %
1. Evaluasi mengacu pada tujuan 0 0 52 100 52 100
2 Hasil evaluasi dicatat 0 0 52 100 52 100
Pencapaian rata-rata (%) 0%
Sumber : Studi Dokumentasi tanggal November 2011
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa evaluasi asuhan
keperawatan di Ruang Anggrek masih kurang yaitu sebesar 0%. Dalam
pencatatan evaluasi asuhan keperawatan tidak mengacu pada tujuan, dan
hasil evaluasi masih hanya menuliskan tanda- tanda vital saja.
f. Catatan Asuhan Keperawatan
Tabel 17.Catatan Asuhan Keperawatan
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboPada Tanggal November 2011 (n=52)
No Aspek yang dinilaiYa Tidak Total
N % N % N %1 Menulis pada format yang baku 0 0 52 100 52 1002 Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan
yang dilaksanakan52 100 0 0 52 100
3 Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar
0 0 52 100 52 100
4 Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal jam dilakukannya tindakan
0 0 52 100 52 100
5 Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
52 100 0 0 52 100
Pencapaian rata-rata (%) 40% 60%
92
Sumber : Studi Dokumentasi tanggal November 2011
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa evaluasi asuhan
keperawatan di Ruang Anggrek masih kurang memenuhi kriteria standar
pencatatan asuhan keperawatan yaitu sebesar 40%, sebanyak 60%
pencatatan belum ditulis dengan jelas, ringkas dan masih menggunakan
singkatan (istilah) yang tidak baku dan benar, setiap melakukan
tindakan/kegiatan perawat belum mencatumkan paraf/nama, tanggal dan
jam dilakukannya tindakan dengan jelas.
G. Pendekatan Manajemen Keperawatan
Kajian Data
a) Planning (perencanaan)
1. Perencanaan Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka
Panjang
Rencana jangka pendek
Rencana jangka pendek di Ruang Anggrek sudah ada namun
belum terperinci dan terprogram.
Rencana jangka menengah
Rencana jangka menengah di Ruang Anggrek belum tersusun.
Rencana jangka panjang
Rencana jangka panjang di Ruang Anggrek belum tersusun.
Rencana harian
Rencana harian di Ruang Anggrek belum terdokumentasikan
Analisa data
Selama dilakukan observasi, di Ruang Anggrek belum tersusun
tujuan pelayanan keperawatan, belum tersusun rencana jangka
menengah dan jangka panjang.
92
b) Organizing (pengorganisasian)
Kajian DataTabel 18
Hasil Kajian OrganizingDi Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
Pada Tanggal November 2011
No. Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1. Pembagian tugas 0 Belum ada pembagian tugas
2. Pendelegasian tugas 0 Belum ada pendelegasian tugas
3. Koordinasi tugas0
Koordinasi tugas belum
terlaksana
4. Pengaturan/menejemen
waktu0 Belum ada pengaturan waktu
5. Pengaturan dan
pengendalian situasi tempat
praktek.
0
Belum ada pengaturan dan
pengendalian situasi tempat praktek
6. Memberi wewenang kepada
tata usaha untuk mengurus
administrasi klien
1
Adminitrasi klien diurus oleh tata
usaha
7 Pengembangan MPKP
dengan Metode Tim
a. Pelaksanaan tugas
1. Pelaksanaan tugas
kepala ruang
keperawatan
2. Pelaksanaan tugas
ketua TIM
3. Pelaksanaan tugas
anggota TIM
b. Hubungan professional
0
0
0
0
Tugas kepala ruang, ketua TIM dan
anggota TIM belum terlaksana.
Hubungan professional antara staf
92
1. Hubungan
professional antara
staf keperawatan
dengan pasien.
2. Hubungan
professional antar
staf keperawatan
3. Hubungan antara
staf keperawatan
dengan tim
dokter/tim kesehatan
lain.
4. Hubungan
professional antar
staf keperawatan
dengan peserta didik
5. Pelaksanaan serah
terima tugas jaga.
6. Pelaksanaan pre
conference
7. Pelaksanaan post
conference
8. Pelaksanaan
komunikasi terapetik
9. Pelaksanaan
pemberian informasi
pasien baru.
0
1
1
0
0
0
1
1
keperawatana dengan pasien belum
terjalin dengan baik
Hubungan professional antar staf
keperawatan belum terjalin dengan
baik
Hubungan antar staf keperawatan
dengan tim dokter/tim kesehatan lain
sudah terjalin dengan baik.
Hubungan professional antar staf
keperawatan dengan peserta didik
sudah terjalin dengan baik
Pelaksanaan serah terima jaga belum
terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan pre conference belum
terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan post conference belum
terlaksana dengan baik
Pelaksanaan komunikasi teraupetik
sudah terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan pemberian informasi
pasien baru sudah dilaksanakan
dengan baik.
Total Skor 5
Prosentase 27,8
%
92
Sumber : Data primer angket tanggal November 2011
Analisa Data :
Dari hasil observasi dan wawancara kajian organizing masih
kurang didapatkan hasil presentase 27,8%. Dalam melaksanaan
kegiatan belum ada pembagian tugas dan pendelegasian serta
pre dan post conference belum terlaksana dan hanya operan jaga
yang dilakukan.
1) Pengembangan Model MPKP dengan Metode Tim
Kajian Data
a. Struktur Organisasi
Tabel 19Penilaian Struktur Organisasi
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboTanggal November 2011
No. Aspek yang Dinilai Skor Keterangan1. Terdapat organogram di ruangan 1 Terdapat organogram
dalam ruangan. 2. Menggambarkan kedudukan kepala
ruangan1 Sudah menggambarkan
kedudukan kepala ruang3. Adanya posisi tim I dan II 1 Ada posisi tim I dan tim II4. Gambaran jumlah anggota tim 1 Sudah digambarkan
jumlah anggota timTotal Skor 4
Prosentase 100 %Sumber : Data primer study dokumentasi dan wawancara tanggal November
2011
Analisa Data :
Nilai pengkajian struktur organisasi Ruang Anggrek adalah
100% yaitu dalam kategori baik. Hasil wawancara
menunjukkan sudah terdapat gambaran struktur organisasi
meliputi kedudukan kepala ruangan, adanya posisi tim I dan
tim II, dan tergambar jumlah anggota tim.
92
Jadwal Dinas
Tabel 20.Penilaian Jadwal Dinas
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboTanggal November 2011
No. Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1. Menggunakan format yang disediakan 1 Format sudah digunakan
2. Tercantum nama-nama perawat per
Tim
1 Nama perawat per tim
sudah tercantum
3. Tergambar adanya penanggung jawab
harian
1 Tergambar
penanggungjawab harian.
4. Susunan dinas pershift, pagi, sore, dan
malam
1 Dinas pershift sudah
tersusun
5. Jadwal dibuat untuk satu bulan 1 Jadwal sudah dibentuk
untuk satu bulan
Total Skor 5
Persentasi 100%
Sumber : Data primer studi dokumentasi dan wawancara tanggal November 2011
Analisa Data :
Nilai pengkajian jadwal Ruang Anggrek sudah baik yaitu
100%. Jadwal dinas menggunakan format yang disediakan,
tercantum nama-nama perawat per tim, tergambar adanya
penanggung jawab harian, susunan dinas per shift baik pagi,
sore maupun malam, dan jadwal dibuat untuk satu bulan.
b. Daftar Pasien
Tabel 21.Penilaian Daftar Pasien
Di Bangsal Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboTanggal November 2011
No. Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
92
1. Tercantum nama pasien tiap
tim
1 Sudah tercantum nama pasien
tiap tim yang di pasang pada
setiap ruangan yang menjadi
tanggung jawab tim
2. Tercantum nama Ketua tim 1 Sudah tercantum nama Ketua
tim
3. Tergambar nama perawat
pelaksana (anggota tim)
1 Sudah ada nama perawat
pelaksana (anggota tim)
4. Tercantum nama dokter yang
merawat
1 Sudah ada nama Dokter
5. Tercantum tanggal, bulan dan
tahun
0 Belum tercantum tanggal,
bulan dan Tahun
Total Skor 4
Persentasi 80%
Sumber : Data primer wawancara dan observasi tanggal November 2011
Analisa Data :
Nilai pengkajian daftar pasien yaitu 80% masuk dalam
kategori baik. Dari hasil observasi dan wawancara
didapatkan dalam ruang belum tercantum tanggal, bulan dan
tahun.
c. Tugas Kepala Ruang
Tabel 22.Penilaian Kinerja Kepala Ruang
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboTanggal November 2011
No. Aspek yang Dinilai Ya Tidak
A.
1.
Melaksanakan Fungsi Pelaksanaan
Menyusun rencana kerja kepala ruang √
2. Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di ruang rawat yang bersangkutan
√
3. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi dengan kepala seksi pelayanan keperawatan.
√
92
B.
1.
Melaksanakan Fungsi Penggerak dan Pelaksana
Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat melalui kerjasama dengan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya.
√
2. Menyusun jadwal/jadwal dinas tenaga keperawatan baru/tenaga lain yang akan kerja di ruang rawat
√
3. Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga lain yang akan kerja di ruang rawat
√
4. Melaksanakan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktik
√
5. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya, meliputi: penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara penggunaanya, serta kegiatan rutin sehari-hari.
√
6. Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai standar
√
7. Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf keperawatan dan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya.
√
8. Memberi kesempatan/izin kepada staf keperawatan untuk megikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan koordinasi kepada pelayanan keperawatan.
√
9. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan berdasarkan ketentuan kebijakan Rumah Sakit
√
10. Mengatur dan mengkoordinasikan memelihara alat agar selalu dalam keadaan siap pakai.
√
11. Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter, khususnya bila ada perubahan program pengobatan pasien
√
12. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/noninfeksi untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan.
√
13. Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar. Hal ini penting untuk tindakan keperawatan
√
14. Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan lingkungan rawat
√
15. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat
√
16. Meneliti dan memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien berdasarkan macam dan jenis makanan pasien
√
17. Menyimpan berkas catatan medik pasien dalam masa perawatan di ruang rawatnya dan selanjutnya mengembalikan berkas tersebut ke bagian rekam medis bila pasien keluar/pulang dari ruang rawat inap tersebut.
√
92
18. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan serta kegiatan lainnya di ruang rawat, disampaikan kepada atasannya.
√
19. Membimbing siswa/mahasiswa kepada pasien atau keluarga sesuai kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya
√
20. Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga sesuai kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya
√
21. Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian dinas
√
C.
1.
Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian
Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan
√
2. Mengawasi dan menilai siswa/mahasiswa keperawatan untuk memperoleh pengalaman belajar, tujuan program bimbingan yang telah ditentukan
√
3. Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada di bawah tanggung jawabnya
√
4. Mengawasi, mengendalikan, dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan, dan obat-obatan
√
5. Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar yang berlaku secara mandiri/koordinasi dengan tim pengendalian mutu
√
Jumlah 20 9
Persentase 68,9% 31,03%
Sumber : Data primer observasi dan wawancara November 2011
Analisa Data :
Tugas kepala ruang dilakukan dengan cukup baik. Hal ini
dapat dilihat dari observasi dan persentasi 68,9%. Akan
tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian.
e) Tugas ketua Tim
Tabel 23.Pelaksanaan Tugas Ketua Tim
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboTanggal November 2011
No.
Aspek yang Dinilai Ya Tidak Total
1. Melakukan pengkajian terhadap klien baru/melengkapi pengkajian yang sudah
0 2 2
92
ditentukan
2. Menetapkan rencana AsKep berdasarkan analisis standar rencana AsKep (renpra) sesuai dengan hasil pengkajian
0 2 2
3. Menjelaskan RenPra yang telah ditetapkan kepada anggota tim di bawah tanggung jawabnya sesuai dengan hasil pengkajian
0 2 2
4. Penetapan anggota tim yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali giliran jaga (shift)
0 2 2
5. Melakukan bimbingan dan evaluasi anggota tim dalam melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan SOP
0 2 2
6. Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh anggota tim
2 2
7. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan anggota tim
2 2
8. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh anggota tim
2 2
9. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratoriun
2 2
10. Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung jawabnya bersama dengan anggota tim
2 2
11. Mendampingi dokter visit klien di bawah tanggung jawabnya. Bila ketua tim tidak ada, digantikan oleh anggota tim sesuai timnya
2 2
12. Melakukan evaluasi AsKep dan membuat catatan perkembangan klien setiap hari
2 2
13. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga
2 2
92
Sumber : Data observasi tanggal November 2011
Analisa Data :
Tugas ketua tim di Ruang Anggrek telah dilakukan dengan
cukup baik sesuai dengan fungsinya masing-masing dengan
persentasi 67,8% ( cukup baik). Dan masih ada 32,2% yang
belum dilakukan oleh katim.
f) Tugas Anggota TIM
Tabel 24.Instrumen Kinerja Anggota Tim
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboTanggal November 2011
No. Aspek yang Dinilai Ya Tidak
1. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan
yang berlaku
√
2. Memelihara peralatan keperawatan dan alat medis agar
selalu dalam keadaan siap pakai
√
3. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan
diagnosa keperawatan sesuai batas kewenangannya
√
4. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan
kemampuannya
√
5. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai
kebutuhan dan batas kemampuan, antara lain:
a. Melatih dan membantu pasien untuk melakukan
latihan gerak
b. Melakukan tindakan darurat kepada pasien (antara
lain panas tinggi, kolaps, perdarahan, keracunan,
henti napas dan henti jantung) sesuai SOP yang
berlaku, selanjutnya segera melaporkan tindakan
yang telah dilakukan kepada dokter jaga IGD
√
√
92
6. Melaksanakan evaluasi tindakan sesuai batas
kemampuan
√
7. Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan
tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi
tersebut sesuai batas kemampuannya
√
8. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam
membahas kasus dan upaya meningkatkan mutu
AsKep
√
9. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur
secara bergilir sesuai jadwal dinas
√
10. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh
keperawatan ruangan
√
11. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
keperawatan, antara lain melalui pertemuan ilmiah dan
penataan atas ijin atau persetujuan atasan
√
12. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan Asuhan
Keperawatan yang tepat dan benar sesuai standar
AsKep
√
13. Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas
pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat
pergantian dinas
√
14. Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
pasien mengenai:
a. Program diet
b. Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara
penggunaannya
c. Pentingnya pemeriksaan ulang di RS, Puskesmas,
atau instansi kesehatan lain
d. Cara hidup sehat seperti pengaturan istirahat,
makanan yang bergizi atau bahan pengganti sesuai
dengan keadaan sosial ekonomi
√
92
15. Melatih pasien menggunakan alat yang dibutuhkan,
seperti:
a. Rollstoel
b. Tongkat penyangga
c. Protesa
√
16. Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan
keperawatan di rumah, misalnya merawat luka dan
melatih anggota gerak
√
17. Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi:
a. Surat ijin pulang
b. Surat keterangan sakit
c. Petunjuk diit
d. Resep untuk obat di rumah, jika diperlukan
e. Surat rujukan atau pemeriksaan ulang
√
18. Memelihara kebersihan ruangan dan lingkungan √
Jumlah 15 4
Persentase 79 21
Sumber : Data primer observasi tanggal November 2011
Analisa Data
Anggota tim di Ruang Anggrek dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya cukup baik, ditunjukkan dari hasil
observasi yang telah dilakukan dengan persentase 79%
(cukup baik)
g) Hubungan profesional antara staf perawatan dengan pasien
Tabel 25.Hasil Evaluasi Hubungan Professional Antara Staf
Perawatan dengan Pasien Di Ruang AnggrekRSUD Setjonegoro Wonosobo
Tanggal November 2011
No. Variabel yang Dinilai Skor Keterangan
1. Kepala ruang melakukan supervise
seluruh pasien yang ada di ruangan
1 Supervise seluruh pasien
setiap awal tugas oleh KaRu
92
setiap awal tugas
2. Ketua tim dan anggota tim
mensupervisi seluruh pasien yang
menjadi tanggungjawabnya segera
setelah menerima operan tugas setiap
pasien.
1 Ketua tim dan anggota tim
supervise seluruh pasien
setelah operan
3. Perawat menginformasikan peraturan
dan tata tertib RS yang berlaku kepada
setiap pasien atau keluarga baru.
1 Perawat menginformasikan
tata tertib RS walaupun
belum maksimal
4. Ketua tim memperkenalkan perawat
dalam 1 grup yang akan merawat
selama pasien dirawat di RS
0 Ketua tim belum
memperkenalkan perawat
ganti tetapi belum
memperkenalkan nama
perawat 1 grup yang akan
merawat.
5. Ketua tim atau anggota tim melakukan
visit atau monitoring pasien untuk
mengetahui perkembangan atau
kondisi pasien.
1 Ketua tim atau anggota tim
sudah melakukan monitoring
6. Perawat memberikan penjelasan setiap
rencana tindakan atau program
pengobatan sesuai wewenang dan
tanggungjawabnya.
1 Perawat sudah memberikan
penjelasan setiap rencana
tindakan
7. Setiap akan melakukan tindakan
keperawatan ketua tim atau anggota
tim memberikan penjelasan atas
tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien atau keluarga.
1 Ketua tim atau anggota tim
sudah memberikan
penjelasan atas tindakan
8. Kesediaan ketua tim atau anggota tim
untuk menerima konsultasi/keluhan
pasien/keluarga dan berupaya
mengatasinya.
1 Ketua tim atau anggota tim
sudah
bersedia menerima konsultasi
dan berupaya mengatasinya
92
9. Pasien atau keluarga mengetahui siapa
perawat yang bertanggung jawab
selama ia dirawat dan ditulis pada
papan nama pasien.
0 Pasien belum mengetahui
siapa perawat yang
bertanggung jawab
terhadapnya,tetapi nama
perawat belum ditulis pada
papan nama pasien.
10. Ketua tim atau anggota tim memberi
tahu dan mempersiapkan pasien yang
akan pulang
1 Ketua tim atau angota tim
sudah memberi tahu dan
mempersiapkan pasien
pulang
Total Skor 8
Persentase 80%
Sumber : Data primer observasi tanggal November 2011
Analisa Data
Hubungan professional antara staf perawatan dengan
pasien baik, yang ditunjukkan dari hasil observasi dengan
persentase 80%. Hal yang belum maksimal dilakukan adalah
memperkenalkan perawat 1 grup jaga dan belum mencatumkan
nama perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien dan
dituliskan pada papan nama pasien karena di Ruang Anggrek
belum ada papan pasien yang tertulis nama perawat yang
merawat.
92
h) Hubungan profesional antar staf keperawatan
Tabel 26.Hasil Evaluasi Hubungan professional antar staf
keperawatan di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo November 2011
No. Variabel yang Dinilai skor keterangan1. Penanggungjawab pelayanan mengadakan
pertemuan rutin KaRu minimal 1x/minggu0 Penanggungjawab
pelayanan belum mengadakan pertemuan rutin KaRu
2. Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh staf-keperawatan minimal 1 bulan 1x.
1 KaRu sudah mengadakan pertemuan rutin dengan staf I bulan 1x
3. Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan ketua tim minimal 1x/minggu
0 KaRu belum mengadakan pertemuan rutin dengan ketua tim1x/minggu
4. Ketua tim mengadakan pre dan post conference pada setiap awal dan akhir jaga pagi.
0 Ketua tim belum mengadakan Pre dan post Conference pada tiap awal dan akhir jaga pagi
5. Ketua tim menerima serahterima dari anggota tim yang tugas jaga sebelumnya.
1 Ketua tim sudah menerima serah terima dari anggota tim yang tugas jaga sebelumnya
6. Ketua tim mendampingi serah terima tugas jaga antara anggota tim pada tugas jaga berikutnya.
1 Ketua tim sudah mendampingi serah terima tugas jaga
7. Anggota tim melaksanakan serahterima tugas jaga dari jaga sebelum dan kepada tugas jaga berikutnya.
1 Anggota tim sudah melaksanakan serahterima tugas jaga
8. Ketua tim melakukan dokumentasi Askep terutama dalam pengkajian, menetapkan diagnose dan penyusunan rencana keperawatan.
1 Ketua tim sudah melakukan dokumentasi Askep terutama dalam pengkajian, menetapkan diagnosa dan penyusunan rencana keperawatan.
9. Anggota tim melakukan dokumentasi Askep terutama dalam hal pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
1 Anggota tim sudah melakukan dokumentasi Askep.
10. Ketua tim melakukan Ketua tim sudah
92
motivasi/bimbingan/reinforcement dengan anggota tim setiap hari.
1 melakukan Motivasi dengan anggota setiap hari
11. Anggota tim menggantikan tugas ketua tim bila ketua tim tidak ada
1 Anggota tim sudah menggantikan tugas ketua tim bila ketua tim tidak ada
Total Skor 8Persentase 72%
Sumber : Data primer observasi dan wawancara tanggal 8-10 November 2011
Analisa Data
Hubungan professional antar staf keperawatan kurang
terjalin dengan baik, sesuai dengan tugas dan
tanggungjawab masing-masing staf, yang dibuktikan dari
hasil observasi dengan persentase 72% (cukup baik). Ada
hal yang tidak dilakukan yaitu kepala ruang mengadakan
pertemuan rutin dengan ketua tim minimal 1x/minggu,
Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan ketua
tim minimal 1x/minggu, dan Ketua tim mengadakan pre dan
post conference pada setiap awal dan akhir jaga pagi.
i) Komunikasi TerapeutikTabel 27.
Pelaksanaan Komunikasi TerapeutikDi Ruang Anggrek RSUD Setjonegoro Wonosobo
November 2011 (N= 15 )
No Komponen Pelaksanaan
Ya Tidak1 Tahap pre interaksi
a. Mengumpulkan data tentang pasien 5 10b. Menyiapkan alat 5 10c. Mencuci tangan 15 0
2 Tahap orientasia. Memberikan salam dan tersenyum pada
pasien15 0
b. Melakukan validasi 1 14c. Memperkenalkan nama perawat 0 15d. Menanyakan nama panggilan kesukaan
pasien0 15
e. Menjelaskan tanggung jawab perawat 0 15
92
f. Menjelaskan peran perawat 0 15g. Menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan15 0
h. Menjelaskan tujuan 0 15i. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan
untuk kegiatan0 15
j. Menjelaskan kerahasiaan 15 03 Tahap Kerja
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
0 15
b. Menanyakan keluhan pasien 15 0c. Memulai kegiatan dengan cara yang baik 15 0d. Melakukan kegiatan sesuai dengan
rencana15 0
4 Tahap terminasia. Menyimpulkan hasil kegiatan 0 15b. Memberi reinforcement positif 0 15c. Membuat kontrak pertemuan-pertemuan
selanjutnya0 15
d. Mengakhiri kegiatan dengan baik 15 0Jumlah 131 184
JUMLAH 41,6% 58,4%Sumber : Data primer observasi tanggal November 2011
Analisa data
Pelaksanaan komunikasi terapeutik di Ruang Anggrek
berjalan kurang baik, yang ditunjukkan dengan hasil
observasi item-item yang dilakukan dengan presentase
41,6% (kurang). Sedangkan item-item yang tidak dilakukan
perawat sebesar 58,4% meliputi memperkenalkan nama
perawat, menanyakan nama panggilan kesukaan pasien,
menjelaskan tujuan tindakan, menjelaskan waktu yang
dibutuhkan untuk kegiatan, menjelaskan kerahasiaan dan
membuat kontrak pertemuan selanjutnya.
92
j) Pemberian Informasi Pasien Baru
Tabel 28.Pelaksanaan Pemberian Informasi Pasien Baru
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboTanggal November 2011
No Kegiatan PelaksanaanYa Tidak
1 Persiapana. Menyiapkan ruangan khusus yang rapi dan
tenang untuk memberikan informasi bagi pasien baru/ keluarga
b. Menyiapkan pedoman informasi pasien baru 2 buah
c. Mengajak pasien/ keluarga ke ruangan yang telah dipersiapkan untuk mendapatkan informasi
d. Mempersilahkan pasien/ keluarga duduk berhadapan dengan perawat
√
√
√
√
2 Pelaksanaan a. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan,
pemberian informasi pasien barub. Menyerahkan satu berkas pedoman informasi
pasien baru kepada pasien/keluarga untuk dibaca bersama
c. Menjelaskan informasi secara urut, sesuai pedoman
1) Petugas yang merawat (dokter, perawat, bidan)
2) Jadwal konsultasi3) Hak dan kewajiban pasien4) Peraturan rumah sakit5) Perkembangan pasien setiap hari6) Rencana pasien pulang7) Fasilitas ruangan
d. Mempersilahkan pasien/keluarga membaca informasi terutama yang dalam bentuk narasi panjang (hak dan kewajiban pasien, tarif pelayanan, tata tertib pengunjung dan penunggu, prosedur administrasi pasien dan fasilitas ruangan) dan menanyakan apakah pasien/ keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan KaRu/PP
√
√
√
√
92
e. KaRu/PP yang memberikan informasi menandatangani pernyataan yang sudah dibuat pasien/keluarga
f. Menyimpan bukti pemberian informasi pada tempat yang sudah ditentukan
√
√
3 Pendokumentasiana. Meminta pasien/keluarga untuk mengisi
formulir pernyataan menerima informasi dan menandatanganinya
b. Menandatangani pernyataan yang dibuat oleh pasien/keluarga
c. Menyimpan bukti pemberian informasi pada tempat yang sudah ditentukan
√
√
√
4 Pemberian informasi berkelanjutana. Memberikan penjelasaan kepada
pasien/keluarga mengenai perkembangan pasien setiap hari
b. Mencatat informasi yang diberikan direkam perawatan pasien
√
√
JUMLAH 7 8Persentase 46,6 53,5
Sumber : Data primer Observasi tanggal November 2011
Analisa Data:
Dari hasil observasi, pelaksanaan pemberian informasi
pasien baru secara keseluruhan diberikan dengan hasil
kurang yaitu 46,6 %., masih ada sekitar 53,5% kegiatan
yang belum dilakukan, yaitu dalam tahap persiapan dan
pelaksanaan masih belum dilakukan dengan baik.
92
c) Actuating
Kajian data
1) Operan JagaTabel 29.
Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan)Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
Tanggal November 2011
No. Aspek yang Dinilai skor keterangan
1.Karu membuka acara dengan salam
1Karu membuka operan dengan salam
2.Ketua tim/anggota tim mengoperkan Dx. Keperawatan
0Ketua tim/anggota tim tidak mengoperkan Dx. Keperawatan
3.Ketua tim/anggota tim mengoperkan tujuan yang sudah dicapai 0
Ketua tim/anggota tim belum mengoperkan tujuan yang sudah dicapai
4.Ketua tim/anggota tim mengoperkan Tindakan yang sudah dilaksanakan 1
Ketua tim/anggota sudah mengoperkan tindakan yang sudah dilaksanakan
5.Ketua tim/anggota tim mengoperkan Hasil Asuhan Keperawatan 1
Ketua tim/anggota tim sudah mengoperkan hasil asuhan keperawatan
6.Ketua tim/anggota tim mengoperkan Tindak Lanjut
1Ketua tim/anggota tim sudah mengoperkan tindak lanjut
7.Ka Tim berikutnya mengklarifikasi
0Ka Tim berikutnya tidak mengklarifikasi
8. Karu memimpin ronde 1 Karu memimpin ronde
9.Karu merangkum informasi operan
0Karu belum merangkum informasi operan
10.Karu memimpin doa dan menutup acara
1Karu memimpin doa dan menutup acara
Total Skor 6Persentase 60%
Sumber : Data primer observasi tanggal November 2011
Analisa Data
Pelaksanaan serah terima tugas jaga (Operan) yang dilakukan
perawat di Ruang Anggrek ditunjukkan dari hasil data observasi
dengan persentase 60% (kurang). Beberapa hal yang kurang
adalah tidak mengoperkan diagnose Keperawatan, tidak
mengoperkan hasil Askep, tidak ada klarifikasi dari katim
berikutnya serta kepala ruang belum merangkum informasi
operan.
92
2) Meeting Morning
Analisa Data
Meeting Morning belum dilakukan di Ruang Anggrek RSUD
Setjonegoro, yang ditunjukkan dari hasil observasi dan wawancara.
3) Pre conference
Analisa Data
Pelaksanaan pre conference di Ruang Anggrek belum dilakukan.
Dari hasil observasi dalam mengawali kegiatan hanya dilakukan
operan jaga dengan keliling pasien.
4) Post conference
Kegiatan post conference di Ruang Anggrek belum dilaksanakan,
pelaporan hasil tindakan keperawatan yang dilakukan dalam 1 shift
dilaporkan bersamaan dengan operan jaga dengan keliling pasien.
Analisa Data
Pelaksanaan post conference di Ruang Anggrek belum dilaksanakan
karena belum terprogram dengan baik dikarenakan belum adanya
motivasi untuk post conference terhadap perubahan.
5) PendelegasianTabel 30.
Pelaksanaan PendelegasianDi Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
Tanggal November 2011
No. Pertanyaan Pendelegasian Skor Keterangan
1. Pendelegasian dilakukan kepada staf yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas
1 Pendelegasian sudah dilakukan kepada staf yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas
2. Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum melakukan pendelegasian
1 Tugas yang dijalankan sudah dijelaskan sebelum melakukan pendelegsian
3. Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga dilimpahkan
1 tugas, dan kewenangan sudah dilimpahkan
4. Waktu pendelegasian tugas ditentukan
1 Sudah ada ketentuan waktu pendeleasian tugas
5. Apabila si pelaksana tugas mengalami kesulitan, Karu, Katim
1 Sudah ada pengarahan dari KAru, Katim untuk
92
memberikan arahan untuk mengatasi masalah
mengatasi masalah apabila pelaksana tugas mengalami kesulitan
6. Ada evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan
0 evaluasi biasa dilakukan pada saat rapat bangsal.
Sub Total 5Persentase 83%
Sumber : Data primer observasi tanggal November 2011
Analisa Data
Penilaian pelaksanaan pendelegasian di Ruang Anggrek cukup
berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yaitu
presentasi 83% (baik).
6) Supervisi Tabel 31.
Pelaksanaan SupervisiDi Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
Tanggal November 2011No.
Pertanyaan Pendelegasian Skor Keterangan
1. Supervisi disusun secara terjadwal0
Karu belum menyusun supervise secara terjadwal
2. Semua staf mengetahui jadwal supervise
0Semua staf belum mengetahui jadwal supervisi
3. Materi supervisi dipahami oleh supervisor maupun staf
0Materi supervisi belum dipahami oleh supervisor maupun staf
4. Supervisor mengorintasikan materi supervisi kepada staf yang disupervisikan
0Supervisor belum mengorientasikan materi supervisi kepada staf yang disupervisikan
5. Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai dengan materi supervise
0Supervisor belum mengkaji kinerja staf sesuai dengan materi supervise
6. Supervisor mengidentifikasi pancapaian staf dan memberikan reinforcement
0Supervisor belum mengidentifikasi pencapaian staf dan memberikan reinforcement
7. Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja yang perlu ditingkatkan oleh staf
0Supervisor belum mengidentifikasi aspek kinerja yang perlu ditingkatkan oleh staf
8. Supervisor memberikan solusi dan role model bagaimana meningkatkan kinerja perawat.
0Supervisor belum memberikan solusi dan role model bagaimana meningkatkan kinerja perawat.
9. Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervise yang telah dilakukan
0 Supervisor belum menjelaskan tindak lanjut supervise yang telah
92
dilakukan10. Supervisor memberikan
reinforcement terhadap pencapaian keseluruhan staf
0 Supervisor belum memberikan reinforcement terhadap pencapaian keselauruhan staf
Skor 0Persentase 0%
Sumber : Data primer observasi dan wawancara tanggal November 2011
Analisa Data :
Penilaian pelaksanaan supervisi di Ruang Anggrek masih kurang
baik yaitu 0%. Masih banyak hal yang belum dicapai.
d) Controlling
Kajian data
Indikator Mutu
Kelengkapan Ruangan
Tabel 32.Penilaian Kelengkapan Ruangan
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboTanggal November 2011
No Indikator Ya Tidak
1. Ada buku serah terima jaga yang
ditandatangani oleh petugas jaga dan
penerimaan jaga
√
2. Presensi kehadiran ditandatangani jam datang
dan jam pulang
√
3. Mengenakan pakaian dinas lengkap yang
berlaku
√
4. Status pasien lengkap dan ada tanda tangan √
5. Ada dokumen tindakan Askep dan tanda tangan
di status
√
6. Ada SAK dan SOP √
7. Ada notulen, isu, kasus, kesimpulan √
Total 5 2
Persentase 71,4% 28,5%
Sumber : Data primer study dokumentasi tanggal November 2011
92
Analisa Data
Penilaian indikator mutu di Ruang Anggrek cukup (71,4% ), ini
menandakan mutu pelayanan di Ruang Anggrek belum berjalan
dengan baik. Namun, dalam hal presensi kehadiran ditandatangani
setiap datang dan pulang belum ada karena perawat hanya
menandatangani daftar hadir dan tidak mengisi jam datang dan jam
pulang, serta status pasien masih kurang lengkap.
Kepuasan Pasien
Tabel 33
Tingkat Kepuasan Pasien
Di Ruang Anggrek RSUD Setjonegoro
N
O
ITEM Prosentase rata - rata
P KP TP
1 Kepedulian perawat terhadap pasien 97,9 2,08 0
2 Kecepatan perawat dalam melayani pasien 99,4 0,6 0
3 Sopan santun perawat dalam melayani
pasien
100 0 0
4 Kesiapan perawat dalam melayani pasien 96 4 0
5 Penjelasan perawat waktu melaksanakan
tindakan pada pasien ( Pasang infuse,
injeksi, dll)
91,7 8,3 0
6 Kebersihan alat tenun pasien 95,2 4,8 0
7 Penampilan perawat waktu melayani pasien 100 0 0
8 Ketrampilan perawat waktu melayani pasien 98,7 1,3 0
9 Kecepatan perawat IGD dalam melayani
pasien
88,75 9,16 2,08
10 Keramahan perawat saat melayani pasien 98,7 1,3 0
Rata – rata keseluruhan 96,64 3,16 0,2
92
Analisa Data :
Tingkat kepuasan pasien sudah baik, diatas standart yaitu 96,64%, tetapi
yang menjadi item dalam kepuasan pasien masih kurang lengkap, yaitu
belum ada pertanyaan yang menanyakan tentang fasilitas ruangan,
kebersihan ruangan, masalah gizi. Ada banyak kemungkinan kepuasan
pasien akan menurun jika pertanyaan itu masuk dalam item tersebut
karena Ruang Anggrek adalah ruang VIP tetapi fasilitas masih belum
sesuai.
Pemberian informasi tentang penyakit pada pasien ( Health
Education)
Tabel 34.Pelaksanaan Pemberian Health Education
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo November 2011
No Kegiatan PelaksanaanYa Tidak
1 Persiapana. Menyiapkan ruangan khusus yang rapi dan
tenang untuk memberikan informasi bagi pasien / keluarga
b. Menyiapkan SAPc. Mengajak pasien/ keluarga ke ruangan yang
telah dipersiapkan untuk mendapatkan informasid. Mempersilahkan pasien/ keluarga duduk
berhadapan dengan perawate. Melakukan kontrak waktu dengan pasien
√
√√
√
√
2. Pelaksanaan a. Mengucapkan salamb. Memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan pemberian informasic. Menggali pengetahuan pasien dan keluargad. Menjelaskan materi secara urut sesuai pedomane. Memberi kesempatan pasien/ keluarga untuk
bertanyaf. Menyimpulkan dan mengakhirinya dengan salam
√
√√
√ √
√
92
3 Pendokumentasiana. Menuliskan kegiatan yang telah dilaksanakan
pada lembar catatan perawatan pasienb. Menuliskan hasil yang telah dicapai c. Menandatangani
√
√√
JUMLAH 3 11Persentase 21,4 78,6
Sumber : Data primer Observasi tanggal November 2011
Analisa Data:
Dari hasil observasi, pelaksanaan pemberian health education
dengan hasil kurang yaitu 21,4 %., masih ada sekitar 78,6%
kegiatan yang belum dilakukan, yaitu dalam tahap persiapan
dan pelaksanaan masih belum dilakukan dengan baik.
1) Compensatory reward
Kajian data
a) Penilaian kinerjaTabel 35.
Penilaian Kinerja PerawatDi Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
No. Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1.Ada jadwal penilaian kinerja perawat
1Sudah ada jadwal penilaian kinerja perawat
92
2.Penilaian kinerja dilakukan sesuai jadwal
1Penilaian kinerja sudah dilakukan sesuai jadwal
3.Ada pendokumentasian hasil penilaian kinerja
1Sudah ada pendokumentasian hasil penilaian kinerja
4.Penilaian kinerja ditindak lanjuti dalam bentuk pembinaan staf
1Penilaian kinerja sudah ditindak lanjuti dalam bentuk pembinaan staf
Total Skor 4Persentase 100%
Sumber : Data primer observasi dan wawancara tanggal November 2011
Analisa Data
Penilaian Kinerja perawat di Ruang Anggrek baik yaitu dengan
persentase 100%. Dalam kinerja perawat sudah ada jadwal penilaian,
dilakukan sesuai jadwal dan sudah ada ada pendokumentasian hasil
penilaian kerja.
b) Universal PrecautionTabel 36.
Pelaksanaan Universal PrecautionDi Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo
November 2011 (N=10)
NOASPEK YANG DINILAI
PELAKSANAANSL SR KD TP
1. Perawat cuci tangan ketika akan kontak dengan pasien atau melakukan tindakan pada pasien
0 6 4 0
2. Perawat cuci tangan ketika selesai kontak dengan pasien atau selesai melakukan tindakan terhadap pasien
10 0 0 0
3. Perawat mencuci tangan dengan sabun/ 10 0 0 0
92
detergen/ desinfektan 4. Perawat mencuci tangan ditempat air mengalir
(wastafel)10 0 0 0
5. Perawat menggunakan sarung tangan ketika kontak/ melakukan tindakan dengan pasien
10 0 0 0
6. Perawat menggunakan masker ketika melakukan tindakan kepada pasien
10 0 0 0
7. Perawat menggunakan baju pelindung ketika melakukan tindakan kepada pasien
0 0 0 10
8. Perawat menggunakan alat-alat steril untuk satu pasien
0 0 0 10
9. Perawat menggunakan alat-alat disposable hanya untuk sekali pakai
10 0 0 0
10. Setelah menggunakan alat-alat non-disposabel perawat mencucinya dengan larutan disinfektan
10 0 0 0
11. Perawat mensterilkan alat-alat steril di instalasi sterilisasi sentral
10 0 0 0
12. Perawat menyiapakan alat-alat kesehatan ditempat khusus
10 0 0 0
13. Perawat membuang benda-benda tajam ditempat khusus benda-benda tajam
10 0 0 0
14. Perawat membuang sampah-sampah medis ditempat sampah medis
10 0 0 0
15. Perawat membuang sampah non-medis ditempat sampah non-medis
10 0 0 0
Jumlah 120 6 4 20Persentase 80 4 2,7 13,3
Sumber : Data primer observasi tanggal November 2011
Analisa data
Hasil observasi yang dilakukan di Ruang Anggrek pelaksanaan Universal
Precaution dilakukan dengan baik, dilihat dari hasil penilaian yaitu 80%
perawat melaksanakan universal precaution dalam melaksanakan
tindakan keperawatan
Profesional Relationship
Kajian data
Sudah dilaksanakan rapat keperawatan di Ruang Anggrek BRSD
Setjonegoro Wonosobo.
92
Analisa Data Sudah disusun jadwal rapat keperawatan di Ruang Anggrek yaitu setiap 1
bulan sekali.
2) Patient Care Delivery
Discharge Planning
Kajian data
Tabel 37.Penilaian Discharge Planning
Di Ruang Anggrek RSUD KRT. Setjonegoro WonosoboNovember 2011 ( n= 10 )
No Aspek yang dinilai Ya Tidak Ket1. No rekam medik di isi 10 0 Rekam medik sudah di
isi2. Identitas pasien di isi 10 0 Identitas pasien sudah
diisi3. Keterangan lama perawatan
pasien10 0 keterangan lama
perawatan pasien sudah diisi.
4. Keadaan saat pulang (kesadaran dan TTV) diisi
10 0 Keadaan saat pulang (kesadaran dan TTV) sebagian kecil sudah diisi dan masih ada yang tidak diisi
5 Diit/saran tentang gizi saat pulang diisi
0 10 Mobilisasi saat pulang tidak diisi
6. Masalah keperawatan yang masih ada saat pulang diisi
5 5 Masalah keperawatan yang masih ada saat pulang sudah diisi
7. Tindakan keperawatan yang diberikan dirumah diisi
0 10 Tindakan keperawatan yang diberikan dirumah tidak ada
8. Obat-obatan yang dibawa pulang (lengkap)
0 10 obat-obatan yang dibawa pulang sudah diisi
9. Hasil pemeriksaan yang dibawa pulang diisi
0 10 Hasil pemeriksaan yang dibawa pulang sudah diisi
10. Saran control di poli diisi 0 10 Saran kontrol di poli tidak diisi
JumlahPersentase 45% 55%
Sumber : Data primer angket tanggal November 2011
Analisa data
92
Pengkajian discharge planning di Ruang Anggrek didapatkan
hasil hanya 45 % yang dilakukan, ini menandakan pengkajian
discharge planning di Ruang Anggrek masih kurang.
H. Identifikasi Masalah dan Analisa Data
Dari hasil pengkajian yang dilakukan selanjutnya data – data tentang manajemen
keperawatan di Ruang Anggrek di identifikasi dan di analisis untuk merumuskan
masalah manajemen. Analisa data hasil pengkajian dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 38
Analisa Data Masalah Manajemen
Ruang Anggrek RSUD Setjonegoro
No Data Fokus Masalah
1 Wawancara :
Perawat mengatakan bahwa dalam pe nulisan
ASKEP hanya sekedarnya saja.
Observasi :
Dari hasil study dokumentasi rekam medik
didapatkan data pendokumentasian ASKEP
40%
Rendahnya
pendokumentasian
ASKEP
2 Wawancara :
Kegiatan penyuluhan hanya sekilas saja
tanpa perencanaan dan hanya dilakukan
sambil melakukan tindakan.
Observasi :
Dari hasil studi dokumentasi, didapatkan
data tentang pemberian Health Education
Rendahnya tingkat
pengetahuan pasien
92
hanya 21,4%
3. Wawancara :
Pelaksanaan yang ada masih fungsional
Observasi :
Struktur organisasi menunjukkan bahwa
metode pembagian tugasnya adalah metode
tim
Belum optimalnya
metode tim
4. Wawancara :
Belum adanya pendokumentasian
kegiatan yang sudah dilakukan
Pre dan post conference dilakukan tapi
tidak didokumentasikan
Observasi :
Buku catatan INOS ada tetapi data tidak
bisa dibaca karena hanya menerangkan
jumlah pasiennya saja
Tidak ada buku agenda kegiatan untuk
mendokumentasikan setiap kegiatan yang
dilakukan
Belum lengkapnya
pendokumentasian
kegiatan di
ruangan
5. Wawancara :
SOP dan SAK sudah ada dan lengkap tetapi
tidak semua perawat mengetahui, memahami
dan melaksanakan tindakan sesuai SOP.
Observasi :
Kurang optimalnya
tindakan
keperawatan yang
sesuai protap/SOP
92
Hasil pelaksanaan komunikasi theurapeutik
baru mencapai 41,6% padahal untuk semua
tindakan harus ada komunikasi teurapeutik
Dari hasil analisis data diatas, maka masalah manajemen yang
dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya Pendokumentasian ASKEP
2. Rendahnya tingkat pengetahuan pasien
3. Belum optimalnya metode tim
4. Belum lengkapnya pendokumentasiankegiatan diruangan
5. Kurang optimalnya tindakan keperawatan yang sesuai protap/SOP
I. Prioritas Masalah
Dari masalah – masalah yang sudah diidentifikasi, kemudian diprioritaskan
menggunakan kriteris penapisan atau penilaian untuk menetukan masalah utama
yang akan diselesaikan. Hasil proses penilaian tersebut dapat lihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 39
Prioritas Masalah Manajemen
Ruang Anggrek RSUD Setjonegoro
92
N
o
Masalah Prioritas Masalah T R Jumlah Priority
Importancy
P S PC DU Pc I x T x R
1 Rendahnya tingkat
pengetahuan pasien
4 4 3 3 3 2 5 170 V
2 Belum optimalnya
metode tim
3 3 3 3 3 3 5 225 III
3 Rendahnya
pendokumentasian
ASKEP
4 3 3 4 3 3 4 204 IV
4 Kurang optimalnya
tindakan
keperawatan yang
sesuai protap/SOP
5 3 3 3 3 4 4 272 II
5 Belum lengkapnya
pendokumentasian
kegiatan di ruangan
5 3 3 4 3 5 4 360 I
Keterangan :
1. Importancy (I) : Pentingnya masalah
a. Prevalency (P) : Masalah lebih banyak serius
b. Severity (S) : Akibat yang ditimbulkan lebih serius
c. Public Concern (PC) : Perhatian masyarakat
d. Degree of Unmeetneed (DU) : Tingkat keinginan yang
tidak terpenuhi untuk selesainya masalah
e. Political climate (Pc) : Dukungan iklim politik
92
2. Technology (T) : Teknologi yang tersedia
3. Resource ( R ) : Sumber daya yang tersedia ( Manusia, dana, alat, dll)
Rentang nilai prioritas masalah :
a. Importancy (I)
1 = Tidak pernah ditemukan
2 = Jarang sekali ditemukan
3 = Jarang ditemukan
4 = Sering ditemukan
5 = Sering sekali ditemukan
b. Severity (S)
1 = Sangat tidak serius
2 = Tidak serius
3 = Kurang serius
4 = Serius
5 = Sangat serius
c. Rate of Increase (RI)
1 = Sangat tidak cepat
2 = Tidak cepat
3 = Kurang cepat
4 = Cepat
5 = Sangat cepat
d. Public Concern (PC)
1 = Sangat tidak memperhatikan
2 = Tidak memperhatikan
3 = Kurang memperhatikan
4 = Memperhatikan
5 = Sangat memperhatikan
e. Degree of Unmeetneeds (DU)
1 = Sangat rendah
2 = Rendah
3 = Cukup
92
4 = Tinggi
5 = Sangat tinggi
f. Political Climate (Pc)
1 = Sangat tidak mendukung
2 = Tidak mendukung
3 = Kurang mendukung
4 = Mendukung
5 = Sangat mendukung
g. Technology (T)
1 = Sangat tidak tersedia
2 = Tidak tersedia
3 = Kurang tersedia
4 = Tersedia
5 = Sangat tersedia
h. Resource (R)
1 = Sangat tidak memenuhi
2 = Tidak memenuhi
3 = Kurang memenuhi
4 = Memenuhi
5 = Sangat memenuhi
92
1. Kurangnya pengetahuan pasien
Sarana Metode
Blm adanya leaflet,dll - Belum ada acuan utk Di ruangan sbg media melaksanakan HE
penyuluhan
Manusia Lingkungan
- Tugas Katim blm optimal - Budaya kerja bersifat rutinitasDlm merencanakan HE
- Kurangnya motivasi perawat dalam memberikan HE
92
Kurangnya pengetahuan pasien
2. Kurang optimalnya tindakan keperawatan yg sesuai protap
Sarana & Fasilitas Metode
SOP & SAK hanya mengacu Teknis pelaksanaan
Pada RS tindakan berdasar
Kebiasaan/pengalaman
Manusia Lingkungan
Tidak semua perawat - Supervisi & bimbingan dari
Mengetahui, memahami atasan kurang maksimal
Isi SOP & SAK - Budaya kerja bersifat rutinitas
92
Kurang optimalnya
Tindakan kep yg
Sesuai protap
3. Rendahnya pendokumentasian ASKEP
Sarana Metode
- Blm ada petunjuk pengisian Blm ada SAK 10 besar pykt Format ASKEP
- Blm lengkapnya format ASKEPDana :
Sumber dana cukup
Manusia Lingkungan
- Kurangnya motivasi perawat - Belum ada evaluasi secara berkala
- Belum adanya reward & Punishmen yg efektif
92
Rendahnya pendokumentasian ASKEP
80
4. Belum lengkapnya pendokumentasian di ruangan
Sarana Metode - Belum adanya buku agenda - Belum ada kebijakan Karu
Dana : Sumber dana ckp
Manusia Lingkungan
- Kurangnya kesadaran - Pre dan post conference dianggap hal
Bahwa dokumentasi itu hal biasa yang tidak perlu didokumentasikan
yang penting
92
Belum adanya pendokumentasian kegiatan diruangan
80
5. Belum optimalnya metode tim
Sarana Metode - Pre & post conference blm terlaksana - Operan jaga blm optimal
Manusia Lingkungan- Katim blm melaksanakan - Perawat melaksanakan tugas
Tugas dg optimal hanya rutinitas saja
92
Belum optimalnya metode tim
0
J. Planning of Action (POA)
1. Belum lengkapnya pendokumentasian kegiatan di ruangan
a. Tujuan Umum
Setiap kegiatan yang ada diruangan didokumentasikan
b. Tujuan Khusus
1) Sepuluh besar penyakit terdokumentasi
2) Kejadian INOS terdokumentasi
3) Pre & Post conference terdokumentasi
4) Kegiatan lain dalam ruangan terdokumentasi
No Rencana Tindakan Metode Sasaran Waktu Tempat Sumber Dana Penanggung Jawab
1 1) Pelaksanaan
sosialisasi
pentingnya
pendokumentasian
2) Mengusulkan
pengadaan buku
Diskusi,
brainstorming,
studi pustaka,
role play
Karu, katim
dan perawat
Akhir minggu kedua
sampai minggu
ketiga dan awal
minggu ke empat
Ruang
Anggrek
0
1
agenda pre dan post
conference serta
kegiatan yang lain
3) Menyarankan untuk
melengkapi data
yang sudah ada
4) Menyarankan untuk
mengisi data
dengan benar
1
2
2. Kurang optimalnya tindakan keperawatan yang sesuai SOP/ Protap
a. Tujuan Umum
Pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)
b. Tujuan Khusus
1) Teridentifikasi tindakan yang sering dilakukan di Ruang Anggrek
2) Perawat memahami isi SOP
3) Perawat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai SOP
No Rencana Tindakan Metode Sasaran Waktu Tempat Sumber Dana Penanggung Jawab
1 5) Pelaksanaan
sosialisasi SOP
6) Pengusulan ALKES
yang belum ada
atau sudah rusak di
ruang Anggrek
7) Membuat job
description
8) Mengkaji metode
penugasan yang
Diskusi,
brainstorming,
studi pustaka,
role play
Karu, katim
dan perawat
Akhir minggu kedua
sampai minggu
ketiga dan awal
minggu ke empat
Ruang
Anggrek
2
3
tepat
9) Menerapkan
metode penugasan
yang telah
disepakati
3. Belum optimalnya metode tim
1) Tujuan Umum
3
4
Terlaksananya metode tim di Ruang Anggrek RSUD Setjonegoro Wonosobo.
2) Tujuan Khusus
a. Terlaksananya sosialisasi metode TIM di Ruang Anggrek RSUD Setjonegoro Wonosobo.
b. Terlaksananya pembuatan struktur organisasi sesuai dengan model metode TIM. Di Ruang Anggrek
RSUD Setjonegoro Wonosobo
c. Terlaksananya penyusunan SOP operan jaga, preconfrence, dan post conference di Ruang Anggrek RSUD
Setjonegoro Wonosobo.
d. Terlaksananya role play metode TIM di Ruang Anggrek RSUD Setjonegoro Wonosobo.
e. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan role play oleh petugas Ruang Anggrek RSUD Setjonegoro
Wonosobo
No Rencana Tindakan Metode Sasaran Waktu Tempat Sumber Dana Penanggung Jawab
1 10) Pelaksanaan
sosialisasi metode
TIM
11)Restrukturisasi
Ruang Anggrek
RSUD Setjonegoro
Diskusi,
brainstorming,
studi pustaka,
role play
Karu, katim
dan perawat
Akhir minggu kedua
sampai minggu
ketiga dan awal
minggu ke empat
Ruang
Anggrek
4
5
12)Penyusunan SOP,
operan jaga, pre
confrent, dan post
confrence
13)Pelaksanaan role
play metode tim di
Ruang Anggrek
RSUD Setjonegoro
Wonosobo
14)Melaksanakan
evaluasi
pelaksanaan role
play di Ruang
Anggrek
5
6
4. Rendahnya pendokumentasian ASKEP
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengembangan buku panduan asuhan keperawatan diharapkan pengisian format pendokumentasian Askep
dapat berpedoman pada buku panduan asuhan keperawatan dengan tepat dan benar sesuai dengan Standar dokumentasi
asuhan keperawatan di Ruang Anggrek RSUD Setjonegoro Wonosobo.
b. Tujuan Khusus
1) Terlaksananya penyusunan panduan asuhan keperawatan.
2) Terlaksananya diskusi rancangan panduan asuhan keperawatan bersama kepala ruang.
3) Terlaksananya sosialisasi hasil analisis panduan asuhan keperawatan.
4) Terlaksananya modifikasi pengisian format pendokumentasian Askep dengan berpedoman pada panduan asuhan
keperawatan.
5) Terlaksananya sosialisasi petunjuk pengisian format pendokumentasian Askep dengan berpedoman pada panduan asuhan
keperawatan.
6) Terlaksananya uji coba (role play) pengisian format pendokumentasian dengan panduan asuhan keperawatan di Ruang
Anggrek tepat dan benar sesuai dengan standar.
7) Terlaksananya evaluasi serta menetapkan Rencana Tindak Lanjut
6
7
No Kegiatan Tujuan Metode Sasaran Waktu TempatSumber
Dana
Penanggung
Jawab
1 Menyusun panduan
asuhan keperawatan
Sebagai panduan atau
acuan untuk perawat
dalam
mendokumentasikan
asuhan keperawatan
Diskusi dengan
kepala ruang dan
atau perawat
ruangan
Karu, Katim November
2011
Ruang
Anggrek
Mahasiswa
2 Mendiskusikan
rancangan panduan
asuhan keperawatan di
Ruang Anggrek
Perawat Ruang
Anggreklamboyan
berpartisipasi dalam
pembuatan panduan
asuhan keperawatan
Diskusi dengan karu
dan atau expert yang
ahli di bidang ini
Karu, Katim
dan Perawat
pelaksana
November
2011
Ruang
Anggrek
Mahasiswa
3 Mensosialisasi hasil
analisis panduan
asuhan keperawatan
Perawat di Ruang
Anggrek mengetahui
tentang panduan
asuhan keperawatan
yang dapat dijadikan
Diskusi dengan
perawat Ruang
Anggrek
Katim dan
Perawat
pelaksana
November
2011
Ruang
Anggrek
Mahasiswa
7
8
acuan dalam penulisan
pendokumentasian.
4 Memodifikasi
pengisian format
pendokumentasian
Askep dengan
berpedoman pada
panduan asuhan
keperawatan
Format
pendokumentasian
asuhan keperawatan
yang telah tersusun
dapat menjadi
pertimbangan untuk
diterapkan di ruangan
Diskusi dengan
kepala ruang
Katim dan
perawat
pelaksana
November
2011
Ruang
Anggrek
Mahasiswa
5 Mensosialisasi
petunjuk pengisian
format
pendokumentasian
Perawat Ruang
Anggrek. Mengetahui
cara pengisian
pendokumentasian
asuhan keperawatan di
Ruang Anggrek
Diskusi dengan
perawat ruangan
(karu, katim dan
perawat pelaksana)
Katim dan
perawat
pelaksana
November
2011
Ruang
Anggrek
Mahasiswa
6 Melakukan uji coba
(role play) pengisian
Untuk mengetahui
keberhasilan petunjuk
Diskusi dengan
perawat ruangan
Katim dan
perawat
November
2011
Ruang
Anggrek
Mahasiswa Mahasiswa
8
9
format
pendokumentasian
dengan panduan
asuhan keperawatan
kerja
pendokumentasian
Asuhan keperawatan
yang telah dibuat
pelaksana
7 Melakukan evaluasi
pelaksanaan kegiatan
pendokumentasian
serta menetapkan
rencana tindak lanjut
Untuk mengetahui
apakah petunjuk kerja
yang telah dibuat
sudah baik ataukah
masih butuh revisi
Diskusi dengan
perawat ruangan
(karu, katim dan
perawat pelaksana)
Katim dan
perawat
pelaksana
November
2011
Ruang
Anggrek
Mahasiswa
5. Rendahnya tingkat pengetahuan pasien
a. Tujuan umum
9
10
Pengetahuan pasien meningkat setelah keluar dari RS
b. Tujuan Khusus
1) Katim melaksanakan tugasnya untuk merencanakan adanya pendidikan kesehatan
2) Katim menugaskan perawat untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pada pasien
3) Tersedianya alat – alat pendukung pendidikan kesehatan
No Rencana Tindakan Metode Sasaran Waktu Tempat Sumber Dana Penanggung Jawab
1 1) Pelaksanaan
sosialisasi
pentingnya
peningkatan
pengetahuan pasien
2) Menganjurkan
katim
melaksanakan
tugasnya untuk
merencanakan
adanya pendidikan
kesehatan pada
Diskusi,
brainstorming,
studi pustaka,
role play
Karu, katim
dan perawat
Akhir minggu kedua
sampai minggu
ketiga dan awal
minggu ke empat
Ruang
Anggrek
10
11
pasien
3) Menganjurkan
katim untuk
menugaskan
perawat untuk
memberikan
pendidikan
kesehatan pada
pasien
4) Mengusulkan
pengadaan leaflet /
lembar balik
sebagai media
penkes
5) Mengusulkan
pembuatan
rancangan SOP
pemberian
11