tugas manajemen kesehatan anjing dan kucing

130
TUGAS MANAJEMEN KESEHATAN ANJING DAN KUCING “PENYAKIT INFECTIOUS DAN NON-INFECTIOUS PADA ANJING DAN KUCING” OLEH : YUNITA AMELIA NOPE (1309012024) FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2016

Upload: lianope

Post on 10-Jul-2016

228 views

Category:

Documents


55 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

TUGAS

MANAJEMEN KESEHATAN ANJING DAN KUCING

“PENYAKIT INFECTIOUS DAN NON-INFECTIOUS PADA ANJING DAN KUCING”

OLEH :

YUNITA AMELIA NOPE

(1309012024)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2016

Page 2: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

A. Penyakit Pada Anjing

1. Canine Distemper

Canine Distemper merupakan penyakit akut hingga subakut pada hewan,

menyerang saluran pencernaan, pernapasan dan sistem saraf pusat. Agen

penyababnya adalah Virus canine distemper, Virus ini dapat ditransmisikan

melalui aerosol (udara), dimana droplets tersebut berasal dari napas atau

sekresi nasal hewan penderita distemper.

Patogenesis :

• Virus distemper dapat menyebar melalui udara dan paparan terhadap droplet.

Perkembangan virus ini dalam tubuh sangat tergantung dari kondisi hewan yang

terinfeksi. Bila hewan telah memiliki kekebalan, maka hewan tersebut akan

menjadi subklinis dan sel yang telah terinfeksi akan lisis atau terjadi neutralisasi

virus.

• Bila respon imun gagal maka anjing yang terinfeksi akan mati dalam 2-4

minggu pasca infeksi Virus canine distemper.

• Jika respon imun hewan masih mampu melawan virus – virus akan bertahan

lama dan menyabar lebih dalam tubuh melalui jaringan limfatik (viremia) –

traktus respiratorius,gastrointestina,urogenital,dan saraf pusat – 6 hari post

infeksi hewan akan mengalami leleran dari hidung, depersi, dan anoreksia –

infeksi berlanjut dan kadang dapat diikuti dengan infeksi bakteri.

Pengobatan: Antibiotik , terapi cairan suportif termasuk cairan intravena untuk

mengoreksi dehidrasi, obat-obatan untuk mencegah muntah dan diare dan

antikonvulsan dan obat penenang untuk mengontrol kejang.

Pencegahan: Vaksinasi terhadap distemper hampir 100% melindungi. Semua

anak-anak anjing harus divaksinasi usia 8 minggu. Anjing betina yang hamil

harus diberikan DHPP (distemper, hepatitis, parvovirus, parainfluenza dan

kombinasi) suntikan booster dua sampai empat minggu sebelum melahirkan.

2. Parvovirus Canine

Parvovirus merupakan virus DNA rantai tunggal, berukuran kecil, dan tidak

berkapsul. Parvovirus yang menyerang anjing adalah Canine Parvovirus tipe 2

(CPV-2). CPV-2 berkerabat dekat dengan panleukopenia virus (FPV) dan mink

enteritis virus (MEV). CPV-2 bereplikasi pada sel-sel usus, sistem limfoid,

sumsum tulang dan jaringan fetus. Efek yang ditimbulkan oleh CPV pada

jaringan tersebut umumnya parah.

Patogensis : Patogenesis infeksi parvovirus anjing di anjing mirip dengan infeksi

virus panleukopenia kucing di kucing, tetapi tidak adanya cerebellar

Page 3: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

hypoplasia / atrofi dan terjadinya miokarditis di anak anjing yang membedakan

penyakit ini. Infeksi parvovirus miokardium dapat terjadi karena proliferasi

cepat dari miosit yang terjadi pada minggu pertama setelah lahir. Infeksi

menyebabkan nekrosis miokard dan peradangan pada anakan yang terkena

dampak, yang pada gilirannya menghasilkan edema paru dan / atau kemacetan

hati dari gagal jantung akut. hipertrofi eksentrik (dilated cardiomyopathy)

terjadi pada anak anjing yang bertahan untuk beberapa waktu, dengan terkait

miokarditis limfositik dan fibrosis miokard. infeksi parvovirus anjing

mengakibatkan infeksi sistemik entri berikut oropharyngeal virus (analog

dengan kucing infeksi virus panleukopenia). lesi usus pada anjing yang terkena

akibat dari infeksi dan penghancuran enterosit mengisi diabadikan usus, dengan

runtuhnya mukosa berikutnya, pencernaan dan malabsorpsi diare. Perdarahan

dapat terjadi pada organ lain, dan perdarahan pada sistem saraf pusat dapat

menyebabkan tanda-tanda neurologis, misalnya. jaringan limfoid juga

terpengaruh, dengan kehancuran yang luas dari limfosit, dan imunosupresi yang

dihasilkan dapat menyebabkan rentan terhadap infeksi sekunder.

Pengobatan: Anjing dengan penyakit ini memerlukan manajemen hewan

intensif. Dalam semua tetapi kasus yang paling ringan, rawat inap sangat penting

untuk memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi. Cairan infus

dan obat-obatan untuk mengontrol muntah dan diare sering diperlukan. Kasus

yang lebih parah mungkin memerlukan transfusi darah dan perawatan intensif

lainnya.

Anak anjing dan anjing tidak boleh makan atau minum sampai muntah berhenti

diperlukan dukungan cairan selama waktu itu. Antibiotik yang diresepkan 3 – 5

hari untuk mencegah komplikasi bakteri septikemia dan lainnya, yang

merupakan penyebab kematian biasa. Hasilnya tergantung pada virulensi dari

strain spesifik parvovirus, usia dan status kekebalan anjing, dan seberapa cepat

pengobatan dimulai. Kebanyakan anak anjing yang berada di bawah perawatan

hewan baik sembuh tanpa komplikasi.

Pencegahan: Sterilkan tempat dari hewan yang terinfeksi. Parvo merupakan

virus yang sangat kuat yang tahan pembersih rumah tangga dan yang paling

bertahan di tempat selama berbulan-bulan. Disinfektan yang paling efektif

adalah pemutih rumah tangga dalam pengenceran 1:32. Pemutih harus

dibiarkan pada permukaan yang terkontaminasi selama 20 menit sebelum

dibilas.

Page 4: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Vaksinasi :

dimulai dengan usia 8 minggu, akan mencegah sebagian besar (tetapi tidak

semua) kasus infeksi parvovirus. Selama minggu-minggu pertama kehidupan,

anak anjing dilindungi oleh antibodi ibu. Dari 2 - 4 minggu anak-anak anjing

rentan terhadap infeksi karena vaksinasi belum sepenuhnya berefek. Anjing

antara 6 dan 20 minggu usia dapat sangat rentan terhadap parvo. Vaksinasi

ulang setiap tiga tahun.

3. Rabies

Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang

disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat

ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu

gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar.

Etiologi : virus rabies merupakan virus RNA termaksuk dalam familia

Rhabdoviridae.

Penularan : ditularkan melalui salive penderita yang mengandung virus dan

terjadi karena gigitan, luka terbuka dikulit atau mukosa dapat menjadi pintu

masuk penularan virus ini. Secara aerogen, virus dapat pula menulari lewat

mukosa pernafasan atau mata bila udara mengandung virus. Penularan secara

trans-plasental juga mungkin terjadi.

Patogenesis : virus berhasil memasuki tubuh akan merambat melalui urat syaraf

menuju otak dan atau sumsum tulang belakang. Bagian otak yang terserang

adalah medulla oblongata dan ammon’s hoorn sehingga terjadi paralisis bulbar.

Didalam tubuh virus tersebar luas. Setelah dari otak virus disalurkan ke saliva,

cairan limfe, kemih, ais susu, kelenjar keringat, air mata dan semua organ tubuh,

misalnya paru-paru, hati, ginjal, kelenjar limfe, dan jantung.

Gejala klinis : anjing mudah marah, suka sembunyi,menyendiri, menjahui sinar

matahari, dan suara, kehiangan nafsu makan, ,mengigit apa saja, dan biasa benda

yang dikunyah ditelan, gangguan syaraf ditandai dengan kesulitan menelan

karena adanya peresis dari daerah mulut, Air liur keluar lebih banyak

(hipersalivasi), kelempuhan (3-4 hari post infeksi), mulut terbuka, lidah terjulur,

penglihatan kabur, ekor terkulai diantara kedua kaki belakang, dll

Terapi : untuk kasus rabies tidak dianjurkan untuk diobati.

Pencegahan : untuk anjing dilakukan tindakan vaksinasi pada anak anjing

berumur 3-4 bulan dan diulang 3-4 minggu kemudian dan booster dilakukan

lebih awal dari 1 tahun.

4. Leptospirosis

Page 5: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat

ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis).Leptospirosis

dikenal juga dengan nama Penyakit Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit

Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever), Demam Pemotong tebu (Cane-

cutter fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit Stuttgart, Demam

Canicola , penyakit kuning non-virus, penyakit air merah pada anak sapi, dan

tifus anjing.

Patogenesis :

• Setelah bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput

lendir, maka bakteri akan mengalami multiplikasi (perbanyakan) di dalam darah

dan jaringan. Selanjutnya akan terjadi leptospiremia, yakni penimbunan bakteri

Leptospira di dalam darah sehingga bakteri akan menyebar ke berbagai jaringan

tubuh terutama ginjal dan hati.Di ginjal kuman akan migrasi ke interstitium,

tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial (radang ginjal

interstitial) dan nekrosis tubular (kematian tubuli ginjal) --- Gangguan hati

berupa nekrosis sentrilobular dengan proliferasi sel Kupffer. ------ Leptospira

juga dapat menginvasi otot skeletal menyebabkan edema, vakuolisasi miofibril,

dan nekrosis fokal.

• Pada kasus berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler dan

radang pada pembuluh darah. Leptospira juga dapat menginvasi akuos humor

mata dan menetap dalam beberapa bulan, sering mengakibatkan uveitis kronis

dan berulang. Setelah infeksi menyerang seekor hewan, meskipun hewan

tersebut telah sembuh, biasaya dalam tubuhnya akan tetap menyimpan bakteri

Leptospira di dalam ginjal atau organ reproduksinya untuk dikeluarkan dalam

urin selama beberapa bulan bahkan tahun

Gejala klinis : Demam, sendi atau nyeri otot - ini dapat bermanifestasi sebagai

keengganan untuk bergerak, nafsu makan menurun, kelemahan, muntah dan

diare, cairan dari hidung dan mata, sering buang air kecil - bisa diikuti oleh

kurangnya buang air kecil, dan menguning pada gusi, membran di sekitar mata,

dan kulit (jaundice)

Mengobati Leptospirosis : Antibiotik digunakan untuk membunuh bakteri

Leptospira dan sering diberikan dalam dua tahap: satu jenis antibiotik untuk

mengobati infeksi awal, dan diikuti dengan berbagai jenis antibiotik untuk

memerangi penumpahan bakteri dalam urin. Setelah ginjal dan / atau gagal hati

hadir, prognosis untuk pemulihan agak sulit. Dalam kasus ini, pengobatan agresif

Page 6: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

sangat penting, termasuk cairan intravena, obat-obatan untuk mengurangi

muntah dan mengobati efek lain dari ginjal dan gagal hati, dan dialisis.

Namun, tergantung pada tingkat keparahan penyakit, pengobatan tidak selalu

berhasil bila kegagalan organ hadir.

5. Infeksi virus herpes

Etiologi : Canine herpees virus

Gejala klinis : anak anjing berusia 1-3 minggu terinfeksi kurang lebih 24 jam

langsung mati sedangkan pada anak ajing yang disapih bersifat subklinis.

Dengan infeksi buatan intranasal pada anak anjing yang baru lahir diketahui

masa inkubasi 3- hari. Pada yang lebih tua gejala rhinitis dan vaginitis ringan, dll

Terapi : pengobatan pada anak anjing yang terinfeksi CHV tidak dilakukan

karena proses penyakit yang demikian singkat pada anak anjing.

6. Parainfluenza

Etiologi : simian virus 5 (SV-5) yang termaksuk virus paramyxo. Virus

parainflunze terdiri dari 5 tipe namun yang menginfeksi anjing adalah SV-5.

Virus ini mengandung RNA berukuran 150-300 nm.

Epizootiologi : selain menyerang anjing virus ini juga mampu menyerang

manusia, rodensia, dan kera. Galur yang menyerang anjing berbeda dengan yang

mneyerang manusia, sehingga anjing tidak dapat menularkan pada manusia.

Tetapi, pada kucing terbukti dapat tertular SV-5. Dari anjing ke anjing lainnya

penularan sering terjadi karena masuknya anjing baru ke dalam kannel. Anjing

yang tertular selama 8-9 haru akan menjadi penyebar virus dan setelah itu akan

besifat laten.

Gejala klinis : anjing yang terinfeksi biasanya terjadi gangguan pernapasan,

kurang nafsu makan, demam, dll

Pencegahan : dilakukan vaksinasi

7. Salivary Mucocele

Salivary mucocele dikenal juga dengan sebutan sublingual gland and diet injury.

Salivary mucocele adalah pengumpulan mukus saliva yang disebabkan buntunya

saluran saliva atau kerusakan jaringan saliva akibat inflamasi. Salivary mucocele

ini dapat terjadi pada anjing dan kucing. Bangsa anjing yang sering menderita

adalah AGJ dan Poodle (toy, miniatur). Tidak ada kecenderungan terhadap jenis

kelamin dan masih belum ada laporan yang bersifat heriditer.

Etiologi : Traumatik dapat terjadi akibat penetrasi benda asing atau gigitan.

Sebab inflamasi biasanya berupa sialoadenitis atau adanya benda asing.

Page 7: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Sedangkan sebab sekunder, biasanya berasal dari carnassial abcess atau

neoplasia.

Gejala klinis : Gejala yang tampak bervariasi, berdasarkan tingkat keparahan

dan lokasi lesi. Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva yang sering

terkena. Kadang ditemukan rasa sakit, kadang tidak. Hewan bisanaya akan

mengalami disfagia, anoreksia, stridor hemoragi atau dispnea.

Diagnosis : Bedakan salivary mucocele dengan sialoadenitis, sialolith, neoplasia,

congenital bronchial cleft cyst atau lymphoadenopathy. Diagnosis dapat

ditegakkan dengan FNA (fine needle aspiration), biopsi atau sialografi. Uji

hematologi biasnya normal kecuali bila disertai inflamasi akan tampak

perubahan leukogram. Hasil FNA biasanya ditemukan warna grey gold dan

mukus disertai bercak darah. Pewarnaan mukus spesifik dapat membantu

(Periodik Acid Schiff).

8. Hepatitis

Etiologi : Hepatitis pada anjing disebabkan oleh virus 'Canine Adeno Virus-

1(CAV-1') yang menyerang hati atau lever, ginjal dan dinding pembulu darah

memalui urine, feses serta air liur.

Transmisi : Hepatitis pada anjing bebeda dengan hepatitis pada manusia,

hepatitis pada anjing hanya dapat menular pada anjing serta tidak menyebar

pada manusia.

Gejala klinis : Gejala yang di timbulkan berupa demam, tidak nafsu makan, lesu,

muntah,berak darah.

Pencegahan : pencegahan pada penyakit ini bisa menggunakan vaksinasi yang

sering di kombinasikan dengan vaksin distemper anjing.

9. Coronavirus

Etiologi : Penyakit Coronavirus disebabkan oleh "virus Corona" yang

menginfeksi saluran pencernaan serta menyebabkan 'enteristis' hebat. Infeksi

Corona biasanya hanya menyebabkan diare ringan, yang berbahaya jika virus ini

menyerang bersamaan dengan virus 'parvo' hingga dapat menyebabkan

kematian.

Gejala klinis : gejala yang di timbulkan biasanya nafsu makan hilang, lesu dan

diare yang disertai bau busuk pada feses/kotoran satwa.

Pencegahan : Pencegahan hanya dapat dilakukan dengan memberi vaksinasi

primary yang bertujuan guna meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh.

10. Pneumonia / Radang Paru-Paru

Page 8: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Etiologi : Penyakit pneumonia di sebabkan oleh beragam virus mulai dari

Parainfluensa, Bordetella bronchiseptica, Mycoplasma, Canine Herpes, Reovirus

dan Canine Adenovirus tipe-2. Virus virus ini menyerang saluran pernapasan,

terutama pada anjing berusia muda pada saat cuaca dingin dan berangin.

Gejala klinis : Gejala yang di timbulkan biasanya keluar cairan pada hidung,

batuk dan sesak napas.

Pencegahan : Pencegahan bisa dilakukan dengan menghidari anjing dari tempat

yang dingin, berangin, lembab dan basah, sediakan alas tidur yang kering, hangat

dan tebal serta berikan juga vakisnasi masing masing virus tadi. Untuk

penanggulangannya mesti di bawa ke dokter hewan atau klinik karena penyakit

ini tergolong berat.

11. Scabies

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes

scabiei yang dicirikan dengan adanya keropeng, kebotakan, dan kegatalan pada

kulit.

Etiologi : Sarcoptes scabiei adalah tungau dengan ciri-ciri berbentuk hampir

bulat dengan 8 kaki pendek, pipih, berukuran (300–600 ) x (250-400 ) padaμ μ

betina, dan (200- 240 ) x (150-200 ) pada jantan, biasanya hidup di lapisanμ μ

epidermis. Permukaan dorsal dari tungau ini ditutupi oleh lipatan dan lekukan

terutama bentuk garis melintang sehingga menghasilkan sejumlah skala segitiga

kecil. Selain itu, pada betina terdapat bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan

ke-4 sedangkan pada jantan, bulu cambuk hanya terdapat pada pasangan kaki

ke-3.

Gejala klinis :

Anjing menggaruk garuk hampir terus menerus .

Dibagian permukaan kulit terlihat berkelompok kutu yang sangat

halus seperti kutu air.

Bulu bulu menjadi rontok bahkan bisa merata dipermukaan kulit

Kulit terlihat berkerak pada beberapa bagian tubuh.

Apabila anjing dimandikan dan disikat dengan sikat gigi

kemerahan tersebut menghilang,akan tetapi setelah sehari timbul

kembali warna kemerahan tersebut yang berada dipermukaan

kulit tersebut.

Pengobatan : Berikan cairan asam benzoat atau menteteskan asam benzoat

dibagian kemerahan tersebut. Lakukan berulang atau setiap hari sampai terlihat

kerak kemerahan mengelupas dan kutu mati terangkat bersamaan kulit yang

Page 9: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

mengelupas. Berikan obat minum anti alergi agar anjing tidak terlalu menggaruk

yang menjadikan luka pada permukaan kulit. Apa bila sudah terlalu parah

berikan suntikan IVERMECTIN.0.2 ml/10 kg berat bdn. Tidak dapat Ivermectine

diberikan pada Anjing Collie Berikan antibiotic cefat/sipro 25 mg /kg brt. Bdn

untuk penyembuhan luka yang terjadi infeksi karna bakteri. Untuk memandikan

anjing tersebut gunakan shampo yang mengandung ketokonasol dicampur

dengan shampoo Hidrocortison

12. Demodekosis

Demodekosis adalah imfeksi parasit pada anjing dan jarang pada kucing yang

dicirikan dengan jumlah tungau demodex didalam folikel rambut yang memicu

terjadinya furunkulosis dan infeksi sekunder bakteri. Infeksi dapat terjadi lokal

maupun general diseluruh tubuh.

Etiologi : demodex (folliculorum) canis, hidup didalam folikel rambut dan

kelenjar minyak.

Gejala klinis : adanya area-area kebotakan terlokalosir atau general. Pada area

tersebut terjadi kebotakan, kemerahan, gatal, menebal, menghitam, bernanah,

erosi, dan berkerak. Daerah yang sering terinfeksi adalah permukaan muka dan

kaki namun seluruh tubuhpun dapat terinfeksi. Penularan dapat terjadi melalui

kontak langsung dengan anjing yang terinfeksi, pada saat menyusu dari induk

yang terinfeksi, dan lesio menular dari moncong, mata dan plantar kaki depan

dan akan meluas ke seluruh tubuh.

Pengobatan : ivermectin secara peroral selama 3-8 minggu atau melalui injeksi

subkutan tiap minggu, namun pada beberapa ras tidak bisa digunakan contoh

collie, sheepdog serta tidak digunakan pada anjing yang berumur dibawah 6

mingg. Lotion benzyl benzoat, shampoo benzoyl peroksida.

13. Anklilostomiasis

Etiologi : cacing anklilostoma

Patogenesis : oleh gigitan cacing dewasa yang sekaligus melakat pada mukosa,

segera terjadi perdarahan yang ditidak membeku karena toxin dari cacing.

Cacing dewasa biasa berpindah-pindah tempat gigitannya, hingga terjadi luka-

luka yang mengakibatkan perdarahan yang banyak. Setiap ekor cacing dewasa

A.caninum dapat menyababkan kehilangan darah 0,05 – 0,2 ml/hari. Darah akan

masuk ke dalam lumen dan keluar bersama tinja dan karena adanyan darah

tersebut, tinja berwarna hitam.

Page 10: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

infeksi anjing oleh a. braziliense dan U. stenocephala tidak mengakibatkan

perdarahan hebat seperti A.caninum namun cenderung hipoproteinemia,

radang usus, dan atrofi parsial vili intestinales.

Gejala klinis : perdarahan yang banyak, tinja bersifat lunak, berwarna gelap,

anemia, ikterus, dll.

Pengobatan : pemberian obat cacing disarankan umur 6-12 minggu, pengobatan

dilakukan setiap 2 minggu dan setelah itu secara teratur dilakukan dalam 2-4

bulan dengan menggunakan Canex atau telmin.

14. Askariasis

Etiologi : toxocara canis

Patogenesis :

a. infeksi langsung : telur infektif mengandung larva stadium ke -2 – anak anjing

– usus – menetas – migrasi kedalam hati dalam 2 hari – tumbuh menjadi larva

infektif stadium 3 – mingrasi keparu-paru - perjalanan larva infektif T.canis

melalui jaringan paru-paru dan hati dapat menyebabkan terjadinya edema pada

kedua organ tesebut. Paru-paru yang mengalami edema mengakibatkan batuk,

dispnea, dengan eksudat berbusa dan kadang mengandung darah. Perjalanan

larva ke lambung pada yang berat menyebabkan distensi lambung, diikuti

muntah, dan mungkin disertai keluarnya cacing yang belum dewasa dalam

muntahan tersebut.

b. infeksi intra – uterus, c.infeksi trans – mammaria d. infeksi pasca kelahiran

dan infeksi melalui hospes paratenik.

Gejala klinis : mata berair, lemah, mukosa mata dan mulut pucat, perut pada

hewan muda terlihat menggantung, batuk, dyspnea, radang paru-paru.

Pengobatan : piperazin, dietilkarbamasin, pyrantel pamoat, emboat, drontal,

fenbendazole, ilium pyraquantal.

15. Teaniasis

Etiologi : Teania ovis dan teania hydatigena

Patogenesis : cacing t.ovis didalam usus halus dapat tersusun atas 350 segmen,

dan tiap segmen mengandung rata-rata 88.800 telur.

• Telur yang termakan menetas didalam usus halus dan selanjunya onkosfer

menembus vena porta hepatis dan mecapai hati – onkosfer didalam hati lolos

masuk kedalam paru-paru, terus ke otot perifer dan berbentuk sebagai sista

cysticercus ovis – sista akan bersifat infektif untuk hospes defenitif setelah

jangka waktu 46 hari – membentuk progolit – menyebabkan gangguan

pencernaan dan diare

Page 11: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Diagnosa : diagnosa dilakukan berdasarkan temuan telur pada feses anjing dan

melakukan pemeriksaan pasca mati akan ditemukan cacing utuh dalam usus

anjing yang mati.

Pengobatan : piperazin, dietilkarbamasin, pyrantel pamoat, emboat, drontal,

fenbendazole, ilium pyraquantal.

16. Spirometrosis

Etiologi : spirometra spp

Patogenesis : hospes (tikus) termakan hospes (anjing )telur tertelan – masuk

menembus usus – bertumbuh dijaringan dibawah kulit atau jaringan ikat

dinatara otot sebagai larva kedua (spargana atau plerocercoid) – tumbuh

menjadi spirometra sp dewasa .

Pengobatan : piperazin, dietilkarbamasin, pyrantel pamoat, emboat, drontal,

fenbendazole, ilium pyraquantal.

17. Diphyllobotrhrium latum

Etiologi : Diphyllobotrhrium latum

Patogenesis : setelah lepas dari hospes defenitif anjing telur akan berkembang

dalam beberapa minggu dengan didalamnya berisi larva stadium pertaman yaitu

coracidum – termakan cyclops strenuus – menjadi procercoid dalam waktu 2-3

minggu – termakan ikan air tawar – masuk ke usus menuju organ lain dan

menjadi plerocercoid – ikan bertindak sebagai hospes kedua – ikan mentah

termakan oleh anjing – maka ikan yang mengandung plerocercoid akan

menembus usus dari anjing berkembang menjadi cacing dewasa dalam waktu 4

minggu

Pengobatan : piperazin, dietilkarbamasin, pyrantel pamoat, emboat, drontal,

fenbendazole, ilium pyraquantal.

18. Infeksi cacing spirocerca lupi

Etiologi : cacing spirocerca lupi

Patogenesis : telur termakan oleh kumbang tahi – bertumbuh menjadi larva

stadium ketiga dalam waktu 7 hari – kumbang termakan oleh anjing – membuat

liang dalam lambung anjing dan bermigrasi dalam lapisan luar arteri visceral

dan aorta sampai di dinding kerongkongan dan lambung

Gejala klinis : hilangnya nafsu makan, perdarahan, peradangan, muntah, tremor,

aneurisma aorta, rupture pembuluh darah, serta terjadinya osteoarthropati

paru-paru sekunder.

Page 12: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Pengobatan : penyutikan Disophenol dan pemberian dietikabarmasin dosis

tinggi 200-500 mg/kg selama 10 hari berturut-turut dapat memberikan

kesembuhan yang baik.

19. Trichuriasis

Etiologi : trichuris spp

Pathogenesis : telur termakan – melekat pada mukosa sekum dan usus besar –

peradangan – terjadi peningkatan peristaltic usus – kehilangan nafsu makan

kekurangan cairan – diare

Gejala klinis : diare, gejala syarat seperti eksitasi, ikterus, dll

Diagnosa : pemeriksaan laboratrium (pemeriksaan tinja)

Pengobatan : milbemycin. Fenbendazole, dischlophos, mebendazole,

dipthalofyne, pyratel pamoat.

20. Strongyloidosis

Etiologi : strongyloid spp

Pathogenesis

kebanyakan anjing terinfeksi melalui penetrasi kulit oleh larva infektif (stadium

ketiga) – infeksi melalui mulut juga dapat terjadi – larva berhasil masuk tubuh

anjing menembus kapiler dan venule serta lanjut ke paru-paru – masuk ke

alveoli – pangkal tenggorok – tertelan ke dalam lambung dan usus – dalam usus

menjadi dewasa – radang pada usus

Gejala klinis : gejala yang ditimbulkan :

o Fase invasi , yaitu saat larva filariform menembus kulit, yang

berakibat timbulnya radang kulit yang dintandai dengan

kemerahan kulit (eritema), rasa gatal, yang diperlihatkan dengan

gejala menggosokkan bagian kaki ke obyek yang keras

o Fase migrasi larva yaitu larva menembus paru-paru hingga

terjadi radang paru-paru dan bronchitis purulenta selain paru-

paru larva bermigrasi ke otak hingga mengakibatkan eksitasi

o Fase intestinal yaitu saat cacing membuat liang-liang dimukosa

usus hingga terjadi radang usus yaitu menyebabkan diare,

dehidrasi, perdarahan, anemia bahkan kematian

Pengobatan : Thiabendazole, fenbendazole, mebendazole, dan ivermectin

21. Infeksi oleh filaroides sp dan capillaria sp

Etiologi : filaroides osleri dan capillaria aerophila

Pathogenesis

Page 13: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

anjing memakan hospes antara – tertelan larva stadium pertama – dalam waktu

70 hari didalam batang tenggorok anjing – larva menjadi cacing dewasa – telur

yang ada menyebabkan batuk kering lalu masuk ke rongga mulut kemudia

tertelan kembali masuk kedalam saluran pencernaan anjing – keluar bersama

tinja

Gejala klinis : batuk kering, kekurusan, dispnea, kadang infeksi ringan tidak

menimbulkan gejala klinis , sedangkan yang berat terjadi bronco pneumonia.

Pengobatan : antelmitika yang efektif diusulkan adalah levamisol HCL dengan

dosis 8-10 mg/kg/hari selama 5 hari atau dengan fenbendazole 50 mg/kg

sebagai dosis tunggal. Selain itu dapat juga diberikan pengobatan dengan larutan

sodium yodida.

22. Infeksi oleh Angiostrongylus vasorum

Etiologi : Angiostrongylus vasorum

Patogenesis : masuk kedalam tubuh anjing kemudian menetas didalam kapiler

paru-paru mengakibatkan lesi (sklerosis perivaskuler) – menembus kapiler dan

memasuki rongga udara untuk selanjutnya terbawa dalam mulut - dan keluar

juga bersama dengan tinja.

Gejala klinis : adanya radang diparu-paru, dispena, batuk, demam. Gejala lain

terlihat kelemahan umum, malas bergerak, nafsu makan menurun dan

kekurusan. Gejala syaraf berupa kejang juga terlihat. Proses penyakit yang

berjalan kronis berakhir dengan kematian anjing yang terinfeksi.

Pengobatan : levimisol 10mg/kg/hari diberikan selama 3 hari.

23. Ancilostomiasis

Etiologi : Ancylostoma caninum, A. braziliensis, Bunostomum spp., Necatorspp.,

Uncinaria spp.. Cacing yang termasuk dalam Nematoda ini memiliki ciri spesifik

adanya kapsula bukalis dan gigi untuk menghisap darah.

Patogenesis

Berat ringannya penyakit dapat dikategorikan berdasarkan umur, misalnya pada

yang muda lebih peka. Pada anjing yang diberi makan dengan baik relattf tahan

terhadap infeksi. Apabila cadangan zat besi cukup, maka dapat terjadi anemia

normositik normokromik, tetapi bila tidak cukup maka anemia mikrositik

hipokromik. Infeksi per kutan dapat mengakibatkan gatal-gatal yang apabila

digaruk mengakibatkan eksem basah. Kutaneus tarva migran dapat

menimbulkan papula dan alur radang di kultt (pruritis). Cacing dewasa dapat

menghisap darah dengan rakus 0,8 ml/cacing/hari yang dapat mengakibatkan

kematian karena anemia dan diare berdarah. Pada kejadian kronis, terlihat

Page 14: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

anoreksia, pertumbuhan badan terhambat dan bulu jelek. Pada A. brazitiensis

tidak secara nyata nampak anemia, 0,001 ml/cacing/hari. Pada infeksi berat

dengan jumlah cacaing lebih 500 ekor cacing dewasa akan mengakibatkan

hipoproteinemia dan diare.

Gejala klinis : Gejala yang spesifik tidak nampak, namun hewan terlihat

mengalami dermatitis, diare dengan feses yang terkadang bercampur darah.

Pertumbuhan terhambat, bulu kering dan kasar. Pada membrana mukosa

terlihat pucat, kelemahan umum. Pada ja-c darah terlihat eosinofilia. Pada anak

anjing yang terinfeksi dapat secara prenata melalui kolostrum. Anemia yang

berat dapat terjadi kematian 3 minggu seteian kelahiran.

Diagnosa : Dapat dilakukan dengan melihat gejala-gejala klinis dan penemuan

telur cacingnya dalam pemeriksaan feses.

Terapi : Pengobatan dapat diberikan dengan memberi Tetrachioroethylene 0,2

ml/kg bb. Disophenol 7,5 mg/kg bb., Dtehlorvos 12-15 mg/kg bb. Tetramizole

7,5 -10 mg/kg bb, Mebendazole 40 mg/kg bb dan Nitroscanate 50 mg/kg bb.

Pencegahan dan pengendalian : Dapat dilakukan dengan cara memutus siklus

hidup, yaitu pada L1 dan L2 tidak tahan terhadap kekeringan, untuk ttu larrtai

selalu dijaga kebersihannya, feses sering dibersihkan. Lantai dibersihkan dengan

Sodium borate 2 kg/10 m2. Untuk pennanganan suportif, dapat diberikan

makanan yang kaya protein atau Iransfusi darah. Selain pemberian

anthelmintika sangat dianjurkan.

24. Konstipasi dan Obstipasi

Konstipasi adalah defekasi yang infrekuen, inkomplet atau mengalami kesulitan.

Obstipasi adalah konstipasi yang berkepanjangan disebabkan retensi feses yang

lama, keras dan kering dan hewan tidak bisa melakukan defekasi. Penyakit ini

dikenal juga sebagai fecal impaction.

Gejala Klinis : Anamnesis menunjukkan hewan mengalami tenesmus dengan

volume feses sedikit. Feses keras, kering. Defekasi tidak frekuen. Setelah

merejan lama baru keluar feses yang sedikit, kadang setelah itu masih merejam

lama. Beberapa penderita mengalami vomit dan depresi. Pemeriksaan fisik

menunjukkan feses masih di dalam kolon, hasil pemeriksaan yang lain

bergantung penyebab. Pemeriksaan rektal teraba adanya massa, striktura,

hernia perianal, penyakit anal sac, benda asing, pembesaran prostat, kanal pelvis

yang sempit.

Patogenesis : Konstipasi dapat terjadi dengan penyakit yang menyebabkan

gangguan aliran feses melalui kolon. Transit fekal yang tertunda, menyebabkan

Page 15: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

hilangnya garam dan air lebih banyak. Kontraksi peristaltik meningkat saat

konstipasi, namun motilitasnya terbatas karena degenerasi otot polos secara

sekunder akibat overdistensi kronis.

Diagnosis : Pemeriksaan laboratorium umumnya normal. Hemokonsentrasi dan

total plasma protein meningkat pada kasus dehidrasi. Lekositosis bila terjadi

abses, fistula perianal dan penyakit prostat. Pemeriksaan radiografi dapat

menunjukkan adanya benda asing, gumpalan feses, pembesaran prostat, fraktur

pelvis atau dislokasi panggul. USG juga dapat membantu melihat adanya massa

ekstraluminal dan pembesaran prostat.

Pengobatan : Feses dapat dikekularkan secara manual (digital) setelah hewan

disedasi atau anestesi. Bila masih kesulitan dapat dibantu dengan enema.

Gunakan air hangat dengan sedikit campuran sabun atau minyak sayur. Berikan

pakan yang dapat mengisi/membentuk feses, methyllcelulose atau campuran

labu. Berikan lubrikan, untuk memudahkan keluarnya feses. Berikan laxatif,

untuk membuat feses lebih lunak Kolinergik dapat digunakan untuk

meningkatkan motilitas, namun merupakan kontraindikasi bila terjadi obstruksi.

Antikolinergik juga menjadi kontraindikasi.

25. Stomatitis

Stomatitis adalah inflamasi pada mukosa mulut. Stomatitis bisa terjadi akibat

faktor lokal atau sistemik. Stomatitis lebih merupakan suatu gejala dibanding

bentuk penyakit spesifik.

Gejala Klinis : Halitosis, rasa sakit, mulut terbuka anoreksia, hipersalivasi.

Perdarahan dari gusi atau mulut. Inflamasi atau ulserasi pada rongga mulut.

Akumulasi palque atau tartar.

Diagnosis : Pemeriksaan laboratorium membantu untuk mendeteksi penyakit

sistemik. Kultur bakteri atau fungi. Uji imunologis, serologi. Serum protein

elektroforesis. Toksikologi. Radiografi membantu melihat adanya abnormalitas

dental atau tulang.

Terapi : Lakukan terapi cairan pada pasien yang mengalami anoreksia. Bila

masih bisa menelan berikan pakan yang lunak. Lakukan dental propilaksis,

terapi periodontal atau ektraksi gigi yang bermasalah.

26. Divertikulum Oesophagus

Suatu kondisi dimana esofagus mengalami ketidaknormalan anatomis,

pembesaran atau dilatasi sehinga terjadi ruang tempat berkumpul atau

akumulasi ingesta. Kondisi ini terbagi menjadi dua katagori bergantung

penyebab. Pulsi divertikulum suatu divertikulum yang sesungguhnya yang

Page 16: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

berkaitan dengan tekanan intraluminal yang tinggi menyebabkan herniasi pada

muskosa muskularis. Secara histologis sisa jaringan berupa epitelium dan

jaringan ikat. Divertikulum traksi disebabkan tarikan dari luar pada jaringan ikat

esofagus dan keempat lapisan penyusunnya (mukosa, submukosa, muskularis

dan adventitia) masih tetap ada. Sebanyak 50-70% divertikulum (terutama

pulsi) berkaitan dengan lesi yang lain dari esofagus atau diafragma. Kasus ini

sering ditemukan pada anjing atau kucing, baik kongenital atau perolehan. Tidak

ada predisposisi pada bangsa tertentu.

Gejala Klinis : Regurgitasi postprandial, disfagia, berat badan turun, anoreksia,

batuk atau distress respirasi.

Diagnosis : Hemogram pada umumnya normal. Gambaran radiografi

menunjukkan adanya udara atau massa jaringan lunak di kranial diafragma atau

kranial inlet toraks. Dengan kontras esofagus tampak daerah esofagus yang

mengalami dilatasi. Esofaguskopi dapat dilakukan untuk mengambil ingesta dan

mengevaluasi mukosa.

Terapi : Jika divertikulum kecil dan tidak menyebabkan gejala klinis, pasien

dapat diterapi secara umum dengan memberikan makan yang lunak dan

kemudian berikan air minum. Jika divertikulum besar dan menimbulkan gejala

klinis, pertimbangkan untuk dilakukan tindakan operatif. Kondisi ini menjadi

predisposisi terjadinya perforasi, fistula, striktura dan dehisensi pasca operasi.

Evaluasi harus dilakukan bila hewan mengalami peningkatan suhu tubuh,

dispnea, takipnea, leukogram meningkat atau sepsis.

27. Megaesophagus

Penyakit ini dikenal juga dengan achalasia, yaitu terjadinya dilatasi esophagus

dan hipomotilitas. Gangguan tersebut dapat terjadi akibat gangguan primer atau

sekunder. Gangguan sekunder bisa akibat dari obstruksi atau disfungsi

neuromuskular Congenital idiopathic megaesophagus is menurun pada anjing

Wire-haired fox terriers (simple autosomal recessive) dan Miniature schnauzers

(simple autosomal dominant atau 60% penetrance autosomal recessive). Lebih

sering terjadi pada anjing dibandingkan kucing. Familial predispossi terjadi pada

German shepherd, Newfoundland, Great dane, Irish setter, Sharpei, Pug,

Greyhound, and kucing Siamese. Congenital megaesophagus dengan gejala

regurgitasi pertama kali tampak pada saat sapih. Sedangkan bentuk dapatan

sering terjadi pada anjing muda hingga pertengahan umur.

Gejala : Biasanya ditemukan regurgitasi pakan dan minum, berat badan turun

atau pertumbuhan terhambat, hipersalivation, halitosis dan terdengar suara saat

Page 17: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

menelan. Ada rasa sakit saat dipalpasi pada servikal esophagus. Gejala lain yang

menyertai dan menjadi penyebab megaesophagus adalah kelemahan, paresis

atau paralisis, ataksia, gagging, disfagia, rasa sakit atau depresi. Mungkin juga

ditemukan batuk, discharge nasal mukopurulent dan dispnea akibat aspirasi

pneumonia. Perubahan lain berkaitan megaesophagus adalah respiratori

crackles, takipnea, pireksia, myalgia, lemah otot, atrofi otot, hiporefleksia, defisit

proprioceptive and postural, gangguan autonomik (mydriasis dengan tidak

adanya pupillary light reflex, nasal kering dan membrana mukosa okular,

diarrhea, bradikardi), defisit syaraf kranial (khususnya SK VI, IX, dan X), paresis

atau paralisis, and perubahan mental.

Diagnosis : Penyakit obstruksi pharyngeal (benda asing, inflamasi, neoplasia,

cricopharyngeal achalasia) and gangguan palatum akan menyebabkan

regurgitation dengan motilotas esophaguas normal. Rasa sakit faringeal dan

disfagia seringkali terjadi pada obstructive pharyngeal disease. Bedakan

regurgitasi dari disfagia and vomit. Titer reseptor antibody acetylcholine untuk

mengevaluasi terjadinya myasthenia gravis. Titer antibodi antinuclear untuk

mengevaluasi SLE. Stimulasi ACTH untuk mengevaluasi fungsi adrenal. Kadar

T4/TSH untuk mengevalausi fungsi tiroid. Tembaga dalam serum dan kadar

cholinesterase untuk mengevaluasi toksisitas.

Terapi : Sebagian besar dapat ditangani melalui rawat jalan. Pada kasus dengan

komplikasi aspirasi pneumonia, obstructive megaesophagus, atau penyakit

neurologis berat diperlukan rawat inap. Pada kasus aspirasi pneumonia dan

ataur dehidrasi diperlukan antibiotika and terapi cairan. Pemberian pakan

sebaiknya dengan memposisikan kepala 45–90° dari lantai biarkan begitu dalam

10–15 menit setelah pemberian pakan. Pemberian pakan dalam bentuk gruel

akan mengurangi regurgitasi. Meskipun demikian hal ini bersifat individual dan

kadang dilain waktu akan berubah.

28. Gastritis Kronis

Vomit intermiten lebih dari 1-2 minggu. Gastrik ulserasi atau erosi mungkin

terjadi bergantung pada penyebab dan durasi. Anjing yang menderita umumnya

berumur tua, breed kecil, dan kelamin jantan (Lhasa apso, Shih Tzu, Miniatur

poodle)

Gejala Klinis : Vomitus biasanya berwarna hijau (bercampur empedu) dan berisi

pakan yang belum tercerna, ada bercak darah, atau darah yang terdigesti (coffe

grounds). Frekuensi bervariasi secara intermiten (beberapa hari hingga minggu)

dan biasanya semakin parah (progresif). Kondisi tersebut diperparah dengan

Page 18: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

stimulasi makan atau minum. Gejala yang lain adalah berat badan turun,

anoreksia, melena dan diare.

Diagnosis : Umumnya pemeriksaan laboratorium normal. Hemokonsentrasi bila

terjadi dehidrasi. Hipoproteinemia bila terjadi kehilangan protein. Urinalisis

biasanya

normal. Radiografi dapat membantu untuk melihat benda asing, penebalan

dinding lambung atau usus, adanya obstruksi.

Terapi : Lakukan pengobatan ulser atau erosi pada lambung (lihat gastrik

ulserasi dan erosi) Glukokortikoid diberikan pada penderita yang diduga akibat

gangguan imunologi karena tidak ada respon dengan tatalaksana diet. Lakukan

terapi cairan bila terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan asambasa.

Berikan antiemetik bila kehilangan cairan banyak terjadi akibat vomit.

Metocloporamide untuk mempercepat pengosongan lambung atau terjadi

refluks duodenum. Metocloporamide tidak boleh digunakan bila terjadi

obstruksi lambung.

29. Kolitis dan Proctitis

Kolitis adalah inflamasi yang terjadi pada kolon, sedangkan proctitis adalah

inflamasi yang terjadi pada rektum. Kolitis dan proctitis terjadi sekitar 30% dari

anjing yang menderita diare kronis. Penyakiti ini dikenal juga sebagai Large

bowel disease atau Inflamatory bowel disease.

Gejala Klinis : Diare kronis disertai mukus dan darah. Bentuk feses bervariasi

lembek hingga cair. Frekuensi defekasi sangat tinggi dengan volume feses

sedikit. Kadang disertai vomit. Tenesmus masih terjadi hingga lama setelah

defekasi. Berat badan tidak banyak berubah, kondisi umum biasanya normal.

Anjing boxer umur 2 tahun biasanya mengalami kolitis histiositik ulseratif.

Terapi : Penderita kolitis akut, lakukan NPO dalam 24-48 jam. Berikan pakan

yang tidak

menimbulkan alergi. Suplementasi serat disarankan untuk menambah isi feses,

memperbaiki kontraktilitas otot kolon dan mengikat air untuk membentuk feses.

Antimikrobial

Berikan metronidazole 25 mg/kg q12 jam selama 5-7 hari untuk mengatasi

Entamoeba, Giardia, Trichomonas atau Balantidium. Albendazole 25 mg/kg q12

jam selama 2 hari digunakan untuk Giardia bila metronidazole tidak efektif.

Salmonella dapat diatasi dengan chloramphenicol, trimethoprim-sulfa atau

enrofloxacin. Campylobacter diatasi dengan erythromicin 30-40 mg/kg q24 jam

selama 5 hari atau Tylosin 45 mg/kg q24 jam selama 5 hari. Clostridium dapat

Page 19: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

diatasi dengan Metronidazole, Tylosin atau Penicillin dan derivatnya.

Histoplasma diatasi dengan ketoconazole. Anjing, 10-30 mg/kg q24 jam dosis

terbagi; kucing, 5-10 mg/kg q8-12 jam. Bisa juga diberikan itraconazole 5 mg/kg

q12 jam.

30. Prolapsus rektum

Prolapsus rektum adalah protrusio atau keluarnya satu atau lebih lapisan

rektum melalui anal orifisium. Prolapsus yang terjadi dapat bersifat parsial atau

komplet bergantung pada struktur yang terlibat. Pada prolapsus rektum parsial,

hanya lapisan mukosa yang keluar, sementara pada prolapsus rektum komplet

semua lapisan rektum ikut keluar. Prolapsus rektumini dapt terjadi pada semua

bangsa anjing dan tidak tergantung jenis kelamin. Sebagian besar kasus terjadi

pada hewan yang lebih muda.

Gejala Klinis : Hewan akan menunjukkan dyschezia, tenesmus yang berkaitan

dengan penyakit anorektal atau inflamasi kolon (typhlitis, colitis, proctitis). Pada

pemeriksaan fisik tampak adanya massa silindris panjang yang keluar dari

rektum, pada prolapsus rektum parsial hanya mukosa rektum yang keluar.

Terapi : Terapi dan prognosis bergantung penyebab, derajat prolapsus, lama

terjadinya prolapsus, viablitas jaringan. Pada prolapsus rektal atau anal

inkomplet, biasanya mudah dikoreksi secara manual menggunakan saline atau

lubrikan. Gunakan ikatan purse string agar rektum tidak mudah keluar kembali.

Berikan kortikosteroid topikal untuk mengatasi proctitis atau anusitis. Prolapsus

komplet ditandai lama terjadi yang singkat dan viabilitas jaringan masih bagus

sehingga lebih mudah dikoreksi. Pada kasus yang sering kambuh atau bila

koreksi secara manual tidak bisa dilakukan sebaiknya dilakukan colopexy. Bila

prolapsus telah lama terjadi maka viabilitas jaringan sangat rendah sehingga

diperlukan reseksi mukosa atau reseksi komplet dan dilakukan anastomosis.

Karena komplikasi terjadi pembentukan striktura pasca operasi, reseksi komplet

atau anastomosis tidak boleh dilakukan pada kucing. Kucing yang menderita

prolapsus rektum disarankan dilakukan colopexy. Selanjutnya diet yang

diberikan sebaiknya mengandung banyak serat dan laksatif untuk melunakkan

feses.

31. Gastrik Ulserasi dan Erosi

Gastrik erosi adalah terjadinya lesi erosi superfisial pada mukosa lambung, dan

dapat meluas hingga lapisan muskularis mukosa. Faktor risiko adalah

pemberian obat NSAID, glukokortikoid. Pada hewan dewasa atau tua biasanya

karena neoplasia.Gastrik ulserasi dan erosi dapat terjadi karena pemberian obat

Page 20: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

(NSAID, glukokortikoid), penyakit metabolik (penyakit hepar, ginjal atau

hipoadrenokortisism), Stress, Benda asing, Neoplasia, Helicobacter pylori,

Gastritis (Lymphocytic/plasmacytic gastroenteritis, eosinophilic

gastroenenteritis). Gastrik ulser dan erosi terjadi karena penyebab tunggal atau

multipel terhadap barrier mukosa. Faktor yang bekerja melindungi lambung dari

ulserasi dan erosi adalah lapisan mukus bikarbonat di atas sel-sel epitel, sel-sel

epitel gaster, aliran darah mukosa, pergantian sel-sel epitel, dan prostaglandin

yang diproduksi saluran cerna. Faktor yang menyebabkan mukosa rusak adalah

hambatan sel-sel epitel memperbaiki kerusakan, suplai darah mukosa

menurun,sekresi asam lambung meningkat. Risiko ulserasi dan erosi gaster

meningkat bila terjadi gangguan pada kemampuan melindungi dari mukosa

barrier.

Gejala klinis : Asipmtomatis pada beberapa penderita. Gejala yang tampak

adalah hematemesis. Vomit dengan vomitus ditemukan bercak darah atau tidak.

Melena, anoreksia, rasa sakit abdominal. Membrana mukosa pucat dan lemah

(bila terjadi anemia). Oedema (jika terjadi hipoproteinemia), depresi, kolaps,

mati mendadak (perforasi gastrik).Komplikasi yang mungkin terjadi adalah

perforasi gaster, kekurangan darah, sepsis dan encephalohepatik jika disertai

gangguan hepar.

Penanganan : Terapi cairan untuk mengatasi dehidrasi. Histamin antagonis

reseptor H2. Antiemetik. Metocloporamide atau chlorpromazine.

Chlorpromazine tidak boleh digunakan pada pasien yang menderita hipotensi

ataumengalami hipovolemia. Antibiotika dengan spektrum untuk mengatasi

enterikbakteri dan anaerobik serta mencegah sepsis karena kerusakan barrier

mukosa. Tindakan operatif dapat dipertimbangkan bila hemoragis tidak dapat

dikendalikan.

32. Gastric Dilation / Volvulus Syndrome

Gastric dilation dan volvulus syndrome (GDV) adalah suatu sindroma pada

anjing dimana lambung mengalami distensi dan berputar ataumelintir atau

torsio sehingga menimbulkan perubahan patologi kompleks lokal atau sistemik

dan perubahan fisiologis. Umumnya anjing tengah umur hingga tua yang sering

menderita GDV. Sedangkan bangsa anjing yang sering menderita adalah anjing

besar dengan postur dada lebar dan dalam seperti Herder, Great dane,

Rottweiller, Labrador retriever, Alaskan malamute, Saint Bernard.Penyebab

terjadi gastrik dilation adalah adanya obstruksi aliran pilorus, abnormalitas

myoelektrik gastrik, gerakan lambung setelah mengingesti pakan atau air,

Page 21: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

aerofagia. Faktor risiko adalah aktifitas menelan makan atau air dalam jumlah

besar dan aktifitas berat serta stress. Akumulasi cairan atau ingesta dalam

lambung akan berhubungan dengan obstruksi mekanis pada lubang pilorus.

Distensi lambung bersifat progresif dan potensial terjadi volvulus. Torsio

lambung dapat terjadi tanpa terjadi distensi. Saat anjing diposisikan dorsal

recumbency, lambung akanberputar searah jarum jam atau berlawanan jarum

jam. Yang sering terjadi adalah searah jarum jam, dengan duodenum berputar

dari kanan ke kiri. Rotasi terjadi dengan sumbu dari kardia hingga pilorus.

Rotasi dapat 90-360 derajat. Kerusakan lambung biasanya terjadi akibat iskemia

dan kerusakan reperfusi.

Gejala klinis : Hewan biasanya mengalami retching non produktif, hipersalivasi,

depresi, lemah dan distensi abdomen yang progresif. Pemeriksaan fisik

menunjukkan adanya takikardia, timpani abdomen bagian depan,

takipnea,gejala hipovolemik shock (pulsus lemah, CRT lambat, membrana

mukosa pucat), temperatur rektal bervariasi.

Penanganan : Pasien harus segera diterapi, utamanya memperbaiki fungsi

kardiovaskular dan dekompresi lambung. Dekompresi lambung dapat dilakukan,

menggunakan orogastric intubation. Cara lain adalah dengan trokarisasi dan

menggunakan kateter. Untuk mempertahankan proses dekompresi tetap

letakkan kateter atau pharyngogastric hingga tindakan operatif dilakukan.

Hindari aktifitas yang berat selama 10-14 hari pasca operatif. Pemberian cairan

isotonis 90 ml/kg pada 30-60 menitpertama untuk mengatasi kondisi

hipovolemik shock. Pemberian kortikosteroid digunakan untuk menstabilisasi

membran, membantu fungsi kardiovaskular, dan terapi reperfusi.

Dexamethasone sodium phosphate 5 mg/kg IV pelan atau Prednisone sodium

succinate 11 mg/kg IV. Pemberian antibiotika untuk mengatasi flora

gastrointestinal dan endoteksemia yang berkaitan dengan shock, kelemahan

gastrik dan kemungkinan kontaminasi pasca operasi. Hindari overingesti pakan

atau air minum. Berikan pakan dengan porsi sedikit namun lebih sering. Dan

hindari exercise post prandial atau setelah makan.

33. Enteritis kronis

Enteritis kronis adalah perubahan frekuensi, konsistensi dan volume feses lebih

dari 3 minggu atau berlangsung berulang secara periodik.Penyebab enteritis

kronis bisa berasal dari usus halus atau usus besar. Kejadian ini terjadi akibat

tingginya solut atau cairan sekresi, rendahnya solut atau absorbsi cairan,

Page 22: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

permiabilitas intestinal tinggi atau meningkat, motilitas gastrointestinal

meningkat.

Gejala klinis : Usus halus Kondisi tubuh buruk berkaitan dengan maldigesti,

malabsorbsi atau hilangnya protein entropati. Palpasi abdomen terasa

penebalanintestinal berkaitan dengan infiltrasi sel radang, efusi abdomen

karena hipoproteinemia akibat hilangnya protein enteropati atau massa

abdomen (benda asing, neoplastik, intususepsi atau pembesaran limfe nodus

mesenterika).

Usus besar : Palpasi rektal ditemukan adanya mukosa rektal yang tidak halus

dan menebal, striktura, massa intraluminal atau ekstraluminal, limfadenopati

sublumbal.

Penanganan : Secara umum bila mengalami dehidrasi lakukan terapicairan

menggunakan cairan seimbang dapat digunakan normal saline atau

larutanLactated Ringer’s. Pada lesi usus halus lakukan terapi pada penyebab.

Terapi umum ataupun simptomatis biasanya tidak berhasil pada kasus enteritis

kronis. Pada lesi usus besar, telur trichuris jarang ditemukan, namun karena

trichuris paling sering menyebabkan diare usus besar maka sebaiknya

dilakukan pengobatan dengan fenbendazole sebelum melakukan uji diagnosis

yang lain. Diet rendah lemak dan bahan mudah cerna 3-4 minggu akan cepat

mengatasi diare usus besar. Pada umumnya hewan akan sembuh secara

bertahap setelah terapi. Namun bila tidak ada respon, lakukan evaluasi kembali.

Kontraindikasi Antikolinergik akan memperparah enteritis kronis. Namun

kadang diperlukan pada kasus kram pada irritable bowel syndrome.

34. Anal Sac Disorder

Gangguan anal sac pada anjing tebagi menjadi tiga yaitu impaction, sacculitis dan

abses anal sac. Ketiga tipe tersebut dapat terjadi dalam satu proses dengan

berbagai tahapan. Tidak ada predisposisi jenis kelamin atau umur. Bangsa anjing

kecil sering mengalami problem anal sac yaitu miniatur poodle, toy poodle,

chihuahua. Problem anal sac jarang terjadi pada kucing.Penyebab gangguan anal

sac tidak dketahui dengan jelas namun diduga berkaitan dengan faktor feses

yang lunak, diare yang berlangsung kronis atau sekresi kelenjar anal yang

berlebihan dan tonus otot yang lemah. Sekresi yang mengalami retensi akan

mengakibatkan infeksi dan abses kelenjar anal.

Gejala Klinis : Hewan sering mengalami tenesmus, pruritus perianal,perubahan

perilaku, sulit duduk, gelisah, ekor biasanya ditekuk, discharge perianal bila

abses pecah, pyotraumatik dermatitis.

Page 23: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Penanganan : Dengan melihat cairan anal sac akan cukup menentukan diagnosis

dan menetapkan terapi. Berikan antibiotika sistemik dan pemberian kombinasi

antibiotika kortikosteroid secara topikal cukup membantu pada kasus infeksi

anal sac. Bila diperlukan, lakukan drainase dan bersihkan anal sac. Pada kasus

abses anal sac dan sering kambuh perlu dipertimbangkan untuk melakukan

insisi pada kelenjar anal. Abses anal sac harus diperiksa kembali setelah 3-7 hari

pasca terapi.

35. Enteritis akut

Diare adalah meningkatnya frekuensi dan bentuk feses. Kondisi ini

menggambarkanadanya gangguan umum penyakit intestinal. Hewan muda

biasanya menderita akibat makanan atau infeksi.

Patofisiologi : Diare terjadi bila absorbsi menurun atau sekresi meningkat atau

kombinasi keduanya. Diare osmotik Di dalam lumen bahan makanan tidak

terabsorbsi dengan baik. Hal ini bisa terjadi karena mengingesti bahan yang sulit

terabsorbsi (serat), malasimilasi bahanmakanan, kegagalan transpot bahan non

elektrolit (glukosa). Bahan-bahan tersebutbiasanya mudah menyerap air juga

menyebabkan air dari plasma masuk ke dalam lumen intestinal, sehingga

menambah jumlah air di dalam lumen. Diare osmotik ini akan berhenti bila

hewan dipuasakan. Hampir semua hewan yang mengalami diare osmotik

mengalami penyakit kronis. Diare sekretoris Cairan dan elektrolit disekresi oleh

sel sekretoris. Bahan yang disekresi berupa enterotoksin, hormon

gastrointestinal, prostaglandin, stimulasi parasimpatis, serotonin asam empedu,

asam lemak hidroksilat, laksatif. Diare sekretoris murni tidak berhenti bila

hewan dipuasakan.

Gejala Klinis : Kondisi ringan; alert, aktif, belum menunjukkan dehidrasi.

Umumnya frekuensi diare kurang 3-4 kali sehari dalam 24 jam terakhir dan

tidak menunjukkan adanya darah pada feses. Kondisi sedang-berat; gejala klinis

lebih tampak, dehidrasi, depresi, enggan bergerak, lemah. Frekuensi defekasi

lebih dari 6 kali sehari dan umumnya ditemukan bercak darah pada feses.

Diagnosis : Pada kondisi ringan, periksa feses terhadap infestasi parasit, periksa

antigen parvovirus. Pada kondisi sedang dan berat, periksa feses, CBC

(hemogram), elektrolit dan biokimia. Bila ditemukan azotemia, jumlah leukosit

meningkat, aktifitas enzim hepat meningkat diduga tidak hanya berkaitan

dengan masalah saluran gastrointestinal. Biasanya terjadi gangguan elektrolit

dan dehidrasi. Anjing penderita enteritis parvoviral biasanya mengalami

hipoproteinemia setelah rehidrasi.

Page 24: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

36. Kolitis dan Proctitis

Kolitis adalah inflamasi yang terjadi pada kolon, sedangkan proctitis

adalahinflamasi yang terjadi pada rektum. Kolitis dan proctitis terjadi sekitar

30% dari anjing yang menderita diare kronis. Penyakiti ini dikenal juga sebagai

Large bowel disease atau Inflamatory bowel disease.

Patofisiologi : Inflamasi kolon menyebabkan akumulasi sitokin, menyebabkan

kerusakan juctionantara sel-sel epitel, stimulasi sekresi kolon, stimulasi mukus

oleh sel goblet. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk

mengabsorbsi air dan menyimpan feses. Kondisi ini menyebabkan diare. Diare

yang terjadi biasanya disertai mukus dan darah.

Gejala Klinis : Diare kronis disertai mukus dan darah. Bentuk feses bervariasi

lembek hingga cair.Frekuensi defekasi sangat tinggi dengan volume feses sedikit.

Kadang disertaivomit. Tenesmus masih terjadi hingga lama setelah defekasi.

Berat badan tidakbanyak berubah, kondisi umum biasanya normal. Anjing boxer

umur 2 tahun biasanya mengalami kolitis histiositik ulseratif.

Diagnosis : Pemeriksaan laboratorium umumnya normal. Kadang ditemukan

neutrofilia left shift. Hiperglobulinemia pada kasus kronis. Mikrositik,

hipokromis anemia pada penderita yang disertai perdarahan kronis.

Diferensial diagnosis : Bedakan dengan diare usus halus.

37. Fistula perianal

Fistula perianal atau anal furunkulosis adalah kondisi yang ditandai adanya

sinusulserasi tunggal atau multipel yang terjadi hingga 360 derajat daerah

sekitar perianal.

Patofisiologi : Patofisiologi fistula perianal tidak diketahui dengan jelas. Anjing

gembala jermanatau Herder mempunyai risiko menderita fistula perianal karena

pangkal ekornya lebar dan ekor menggantung. Risiko yang lain adalah adanya

kelenjar apokrine di daerah kutaneus anal kanal yang sangat aktif. Bentuk ekor

yang demikian mengurangi ventilasi perianal dan menjadi predisposisi

akumulasi kelembaban, bakteria fekal, dan sekresi anal sac yang selanjutnya

mempermudah inflamasi daerah kelenjar apokrine. Faktor imunologis dan

disfungsi tiroid juga diduga menjadi penyebab fistula perianal. Menurunnya

jumlah limfosit, serum imunoglobulin sering ditemukan pada penderita fistula

perianal. Hipotiroidism diduga nejadi penyebab atau faktor risiko terjadinya

fistula perianal. Sebanyak 1 dari 33 anjing yang mengalami fistula perianal

mengalami hipotiroidism. Higienitas yang buruk juga menjadi predisposisi

penyakit ini.

Page 25: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Gejala klinis : Hewan umumnya mengalami tenesmus, dyschezia, hematochezia,

inkontinensiafekal. Hewan juga sering menjilati daerah anal. Gejala yang lain

adalah adanya perdarahan daerah anal, konstipasi dan discharge anorektal yang

berbau. Anoreksi dan berat badan turun juga dilaporkan pada penderita ulserasi

yang parah disertai infeksi. Secara umum juga terjadi perubahan perilaku.

Bangsa anjing besar sering menderita dan insidensi yang paling banyak adalah

anjing gembala jerman atau Herder dan Irish setter.

Diagnosis : Sejarah atau anamnesis dan gejala klinis cukup jelas untuk

menentukan diagnosis fistula perianal. Pemeriksaan daerah anorektum

membutuhkan sedasi atau anestesi karena rasa sakit yang sangat. Pemeriksaan

fisik ditemukan adanya fistula atau ulserasi tunggal atau multipel, saluran

fistula, eksudat purulen disertai darah. Palpasi anorektal ditemukan fistula

rectocutaneus multipel dan anal stenosis. Pemeriksaan laboratorium

menunjukkan leukositosis pada pemnderita yang mengalami inflamasi

Diferensial diagnosis : Bedakan ruptura abses anal sal dan perianal

adenocarcinoma. Pada ruptura absesanal sac, tampak saluran anal sac yang

pecah tampak unilateral yang terletak di ventrolateral anus. Selulitis dan

fistulasi berkaitan dengan ruptura abses anal sac tidak begitu ekstensif (luas)

dibanding fistula perianal. Perinal adenocarcinoma bersifat proliferatif, namun

ulserasi secara umum mirip dengan fistula perianal.

38. Spirocercaiasis

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing dari jenis Spiroserca lupi.

Cacing ini berasal dari kelas nematoda ordo spirurida. Cacing ini berhabitat di

esofagus, lambung, aorta dan memiliki inang antara kumbang tai.

Patogenesisnya : Cacing ini masuk secara peroral, selanjutnya bermigrasi ke

aorta sehingga menyebabkan hemorrhagi, peradangan, nodul, jaringan ikat, dan

necrosis

Gejala klinis : Disfagia, regurgitasi, vomit, stenosis aorta, aneurisma, ruptur

esofagus, obstruksi , kaheksia, sarkoma esofagus, Kematian mendadak

Penanganan : Pengobatan dapat diberikan dengan memberi

Tetrachioroethylene 0,2 ml/kg bb. Disophenol 7,5 mg/kg bb., Dtehlorvos 12-15

mg/kg bb. Tetramizole 7,5 -10 mg/kg bb, Mebendazole 40 mg/kg bb dan

Nitroscanate 50 mg/kg bb.

39. Toxocariasis

Page 26: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing dari jenis Toxocara canis, yang

berhabitat di usus halus. T. canis bersifat zoonotic visceral dan ocular larva

migrans terutama pada anak-anak.

Patogenesisnya : PERORAL : Pada anak anjing muda (Pup<1 mo) ingesti telur

infektif, L3 kemudia migrasi hepato-pulmonar. Di paru molting jd L4, keluar

dengan batuk dan tertelan. Dewasa di usus halus. Periode prepaten 28 hari. Pada

anak anjing yang lebih tua, larva dari paru menuju jaringan dan menunda

perkembangan.

PRENATAL : Reaktivasi larva T. canis di jaringan pada kebuntingan trimester

akhir. Migrasi ke paru-paru fetus, dan molting ke L4. Mature di usus halus pup

setelah kelahiran. Periode prepaten 3-5 minggu

TRANS MAMARIA: Reactivated larva menuju gl.mamaria. Prepaten 21 hari.

Gejala klinis : Sangat patogen pada anjing dan kucing, Gejala umumnya pada

anak hewan: diare, vomit, perut buncit, Stillbirth, Kematian neonatal, dan

Verminous pneumonia

Penanganan : Pemberian berbagai macam anthelmintik dapat diberikan.

Pemberian Fenbendazole dosis 50 mg/kg bb per hari hingga 2 minggu post

partum. Dengan Ivermectin, jumlah eating dapat menurun drastis dengan dosis

0,3 mg/kg bb sc.

40. Brucellosis

Merupakan penyakit pada anjing yang disebabkan oleh bakteri brucella canis.

Bakteri ini merupakan bakteri fakultatif intraseluler dan bersifat aerob. Secara

morfologi bakteri Brucella bersifat Gram negatif, dan tidak berspora berbentuk

kokobasilus (short rods) dengan panjang 0,6 - 1,5 µm dan tidak berkapsul.

Bakteri ini tidak berflagella sehingga tidak bergerak (non motil).

Patogenesis : Bagian pertama yang akan diinfeksi adalah permukaan mukosal

bakteri akan memulai proses attachment untuk memfagositosis. Dilanjutkan

dengan berbagai proses tubuh untuk survival. Brucella kemudian bergerak ke

regional limfa nodus dan berkembang dan memulai infeksi di daerah sekitarnya.

Dari regional limfa nodus, brucella menyebar ke sistem reticuloendotelial dan

saluran reproduksi. Pada saluran reproduksi dari induk bunting, lokalisasi

brucella lebih mungkin terjadi. Brucella dapat pula menginfeksi saluran

reproduksi dari hewan jantan meskipun mekanisme spesifiknya belum jelas.

Pada pejantan, epididimitis dan orchitis sering tampak dan menyebabkan

penurunan fertilitas.

Page 27: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Gejala klinis : Aborsi pada anjing yang terjadi sekitar 50 hri usia kebuntingan,

Terjadi pembengkakan pada skrotum karena akumulasi cairan di tunika,

Menyebabkan terjadinya meningoencephalitis, osteomyelitis, discopondylitis,

anterior uveilitis

41. Dirofilariasis

Penyakit ini disebabkan oleh cacing Dirofilaria imitis berlokasi di Ventrikel

sebelah kanan dari jantung dan arteria pulmonalis. Hospesnya pada Anjing,

kucing, bisa manusia, kuda, singa dan beruang. Cacing nematoda ini memifiki

panjang pada yang jantan 12-16 cm, sedang betina 25 -30 cm, langsing, pada

ujung posterior jantan ada spiral. Pada ekor terdapat aiae tateralis kecil. Pada

yang betina bersifat ovovivipar, mikrofilaria ada di darah setiap saat.

Patogenesis : Pada sikulusnya membutuhkan hospes intermedier nyamuk

seperti culex, aedes, anopheles, dan sebagatnya. Nyamuk menghisap darah dari

hospes defrnitif yang sakit, maka mikrofilaria akan terhisap masuk ke nyamuk,

menuju tubulus malphigi ke rongga tubuh dan fabium dan kemudian dapat

infektif selama 15-17 hari. Nyamuk dengan larva infektif akan menghisap darah

dan sekaligus memasukan mikrofilaria ke hospes, mengikuti aliran darah, ke

jantung, ke arteria pulmonalis.

Gejala klinis : Tergantung pada berat ringannya infeksi yang dapat

mengakibatkan simptomatis atau asimptomatis. Pada kasus kronis dapat terjadi

batuk, penurunan berat badan.

Penanganan : Pengobatan dapat diberikan dengan Levamizole yang efektif

terhadap mikrofilaria dengan dosis 10-15 mg/kg bb po selama 14 hari.

Ivermectin dapat berefek pada mikrofilaria, namun tidak untuk cacing dewasa.

Untuk dewasa, dapat diberikan Metersamin 2,5 mg/kg bb dengan jarak

pemberian 24 jam efektif untuk cacing filaria dewasa.

42. Melena

Melena adalah adanya darah yang telah tercerna di dalam feses. Umumnya feses

berwarna hitam atau coklat tua seperti tar. Faktor risiko penyakit ini adalah

pemberian kortikosteroid atau NSAID, misal untuk terapi arthritis.

Penyebab : Erosi atau ulserasi gastrointestinal Neoplasia (lymphosarcoma dan

adenocarcinoma), Infeksius (infeksi fungal atau parasit), Inflamasi (benda asing,

gastritis akut, gastroenteritis hemoragis), Obat-obatan (NSAID atau

kortikosteroid). Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan ulserasi

gastrointestinal Gagal ginjal, Penyakit Hepar, Pankreatitis, Hipoadrenokortisism,

Neoplasia (gastrioma dan tumor sel mast), Shock. Ingesti darah Diet, Lesi

Page 28: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

oesophagus (neoplasia, oesophagitis), Lesi oral atau faringeal (neoplasia atau

abses), Lesi nasal (neoplasia, rhinitis fungal), Lesi respirasi (torsio lobus pulmo,

neoplasia, hemoptysis, pneumonia) Koagulopati Trombositopenia, Faktor beku

abnormal (von Willebrnads disease, ingesti rodentisida, defisiensi faktor beku),

Disseminated Intravascular Coagulation

Patofisiologi : Melena umumnya terjadi akibat perdarahan pada gastrointestinal

bagian depan. Namun dapat juga terjadi bila hewan mengingesti darah dari

rongga mulut atau saluran respirasi.

Gejala Klinis : Melena biasanya berkaitan dengan vomit, anoreksia, berat badan

turun atau membrana mukosa pucat. Pemeriksaan fisik yang ditemukan

bergantung pada penyebab penyakit.

Diagnosis : Hemogram menunjukkan anemia mikrositik hipokromik bila pasien

mengalami

perdarahan yang kronis, neutrofilia atau trombositopenia. Gambaran biokimia

darah

menunjukkan penyebab melena ekstraintestinal (gagal ginjal atau penyakit

hepar). Urinalisis biasanya normal. Pemeriksaan lain profil koagulasi biasanya

abnormal. Pemeriksaan feses menunjukkan penyebab (parasit). Prognosis

sangat bergantung pada penyebab. Pada kasus ulserasi akibat obat, parasit,

benda asing, hipoadrenokortisism prognosisnya baik. Pada kasus gagal ginjal,

penyakit hepar atau DIC prognosisnya infausta bergantung terhadap respon

terapi. Pada kasus keracunan rodentisida prognosisinya baik.

Terapi : Diperlukan terapi cairan bila terjadi hipovolemia karena kehilangan

darah. Gunakan larutan elektrolit yang seimbang dengan suplementasi kalium.

Lakukan transfusi darah atau packed cell bila terjadi perdarahan yang hebat.

Lakukan transfusi darah atau plasma bila terjadi koagulopati. Bila pasien

mengalami ulserasi gastrik berikan protektan mukosa seperti H2 receptor

antagonis (Cimetidine, Ranitidine), Sucralfate.

43. Dyschezia dan Hematochezia

Dischezia adalah kesulitan defekasi yang disertai rasa sakit, sedangkan

hematochezia adalah adanya darah segar pada feses.

Penyebab : Penyakit rektum dan anus , Striktura, anal sacculitis atau abses,

fistula perianal, pseudocoprostasis, benda asing, prolapsus rektum, proctitis,

neoplasia, trauma (gigitan).Penyakit kolon, Neoplasia (adenocarcinoma dan

lymphosarcoma), idiophatic megacolon, inflamasi (inflamatory bowel disease),

konstipasi Penyakit-penyakit lain, Faktur pelvis atau kaki belakang, penyakit

Page 29: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

prostat, neoplasia intrapelvis Faktor risiko dyschezia atau hematochezia adalah

hewan mengingesti rambut, tulang atau benda asing yang memicu terjadinya

konstipasi dan menyebabkan dyschezia.

Patofisiologi : Ada keterkaitan dengan penyakit-penyakit pada daerah kolon,

rektum, anus. Gejala Klinis Tenesmus, feses sangat keras jika pasien mengalami

konstipasi. Pasien dengangejala hematochezia biasanya ditemukan adanya

massa atau polip melalui palpasi digital pada rektum.

Diagnosis : Diferensial diagnosis, bedakan dari dysuria dan stranguria.

Terapi : Berikan antibiotika untuk mengatasi infeksi bakterial. Berikan

antiinflamasi untuk

mengatasi kolitis (sulfasalazine atau prednisone). Berikan laksatif (lactulosa,

docusate, docusate calcium). Sebaiknya tidak memberikan bahan yang dapat

meningkatkan isi feses (serat) kecuali memang ada indikasi, seperti pada kasus

kolitis. Laksatif digunakan untuk memudahkan defekasi pada penderita penyakit

rektoanal. Penyakit rektoanal (fistula perianal atau hernia perinealis)

memputuhkan tindakan operatif. Pada penderita striktura dapat dilakukan

dengan baloon dilation.

44. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah inflamasi pada gaster atau lambung yang ditandai dengan

vomit kurang dari 7 hari, dan tidak menunjukkan gejala-gejala yang lain.

Penyakit ini dapat terjadi pada semua anjing dari segala umur. Hewan muda

biasanya mengalami masalah karena mengingesti benda asing.

Penyebab : Gastrik, Diet (makan basi, perubahan pakan mendadak, toksin

bakterial, alergi, diet lemak tingi pada hewan muda), ingesti benda asing,

tanaman, obat (NSAID) aspirin, phenylbutazone, ibuprofen, glukokortikoid, agen

infeksius (viral, bakterial), parasit. Non gastrik, Gagal ginjal, penyakit hepar,

sepsis, shock, stress, hipoadrenokortisism, penyakit neurologis.

Gejala Klinis : Vomit adalah gejala yang utama, biasanya segera pulih dalam 24-

48 jam setelah penyebab dihilangkan. Hewan mungkin anoreksia, depresi,

kadang disertai rasa sakit di abdomen. Retching atau vomit mungkin terjadi saat

dipalpasi abdomen. Derajat dehidrasi bervariasi. Umumnya pemeriksaan fisik

tidak menunjukkan banyak perubahan. Gejala sistemik akan ditemukan bila

gastritis merupakan gejala sekunder akibat penyakit lain .

Diagnosis : Bila penderita mengalami vomit akut dan tidak menunjukkan gejala,

hanya membutuhkan terapi simptomatis tanpa perlu uji-uji diagnostik. Namun

bila ditemukan indikasi gejala serius, tidak sembuh dalam 2-3 hari, atau semakin

Page 30: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

parah, diperlukan uji-uji diagnostik. Pada umumnya tidak terjadi perubahan

pada pemeriksaan laboratorium. PCV dan totoal protein akan meningkat bila

terjadi dehidrasi. Hipokalemia terjadi akibat anoreksia yang lama atau vomit

profus.

Terapi : NPO (nothing per os) jika vomitnya frekuen. Mulai berikan sedikit air

minum 12-24 jam setelah vomit berhenti. Jika vomit tidak frekuen dapat

diberikan sedikit air minum. Mulai berikan makan yang mudah dicerna dan

rendah protein atau lemak, 24-36 jam setelah vomit berhenti. Setelah 3-4 hari

berikan pakan secara bertahan hingga kembali ke diet normal. Umumnya tidak

membutuhkan antiemetik, namun bila diperlukan dapat diberikan

chlorpromazine atau metocloporamide. Pemberian gastrik protektan tidak

diperlukan dan kadang justru meningkatkan vomit karena iritasi lokal atau

distensi gastrik. Pemberian antibiotika tidak diperlukan. Pemberian antasida,

dapat diberikan pada gastritis yang berat menggunakan histamin antagonis

reseptor H2. Lakukan terapi cairan bila diperlukan. Larutan actated Ringer’s atau

normal saline umumnya dapat digunakan sebagai terapi cairan. Pemberian dapat

dilakukan secara subkutan. Berikan kalium klorida bila terjadi anoreksia, vomit

profus atau hipokalemia.

45. MEGACOLON PADA ANJING

DEFINISI

Megacolon adalah suatu gangguan fungsional dimana terjadi peningkatan

diameter (pelebaran) pada kolon atau usus besar. Perubahan struktur usus ini

menyebabkan fungsi usus menjadi abnormal, termasuk mengurangi motilitas

kolon dan konstipasi (sembelit) kronis. Kasus megacolon ini paling sering

ditemukan pada kucing dibanding anjing.

Penyebab : Beberapa penyebab megacolon diantaranya adalah adanya benda

asing yang bercampur dengan kotoran atau yang meyumbat bagian usus besar,

kurang gerak, adanya perubahan pada litter box (kotor, perubahan letak, ganti

dengan yang baru), stres, fraktur (patah) atau dislokasi tulang panggul, abses di

daerah perineal, tumor, atresia rektal, spinal cord disease (penyakit tulang

belakang), congenital spinal anomaly, paraplegia (paralisis/lumpuh bagian

tubuh belakang), central nervous system dysfunction, dysautonomia (gangguan

system syaraf autonom), idiophatic megacolon, hypokalemia, dehidrasi,

kelemahan otot yang ada kaitannya dengan penyakit lain, pemberian obat-

obatan seperti antikolinergik, antihistamin, diuretic, dan barium sulfate.

Page 31: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Patofisiologi : Kotoran (feses) dapat bertahan di usus besar selama beberapa

hari pada anjing dan kucing tanpa menimbulkan suatu kerusakan pada bagian

tersebut. Namun penahanan kotoran yang berkepanjangan akan mengganggu

proses penyerapan air sehingga feses menjadi lebih kering dan akan menjadi

sangat sakit atau sulit untuk dikeluarkan. Ketika kondisi ini semakin parah dan

dalam jangka waktu sangat lama maka akan menimbulkan perubahan dalam

motilitas usus besar.

Gejala klinis : kucing dan anjing yang mengalami megacolon akan menunjukkan

gejala mengalami kesulitan saat akan buang air besar, merejan kesakitan, dan

kotoran yang dikeluarkan sangat sedikit jumlahnya. Gejala lain yang muncul

antara lain menurunnya nafsu makan, depresi, penurunan berat badan, dan

muntah.

Diagnosa : Diagnosa pada kasus ini dapat diketahui dari anamnesa yang

diperoleh dan pemeriksaan fisik seperti perabaan pada bagian perut dimana

akan teraba bentuk feses yang keras atau bentuk abnormal seperti massa yang

menyumbat. Pemeriksaan yang lain meliputi laboratorium seperti hematologi,

kimia darah dan urinalisis, xray, USG, dan colonoscopy.

Pengobatan : Pengobatan diberikan berdasarkan tingkat keparahan kondisi dan

penyebab utamanya. Pemberian obat pencahar atau yang bersifat lubrikasi

seperti lactulose, microlax diharapkan dapat mengeluarkan kotoran (feses)

dengan lebih mudah. Bila pasien mengalami dehidrasi maka perlu diberikan

cairan infus. Pemberian makanan yang tinggi serat juga bisa membantu

meningkatkan motilitas dari usus besar. Namun bila terapi yang telah disebutkan

di atas tidak memberikan respon yang bagus maka harus dilakukan colectomy

yaitu pengangkatan sebagian ataupun seluruh bagian dari usus besar.

46. Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) pada Anjing

Definisi : Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung tidak

dapat berfungsi memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk

memenuuhi kebutuhan metabolisme jaringan, atau hanya dapat bekerja apabila

tekanan pengisian (filling presure) dinaikan.

Gejala klinis : Gejala klinis ditemukan adanya nafas abdominal, tachypnoe,

kaheksia, kelemahan otot serta daerah ekstremitas tubuh yang dingin. Distensi

abdomen akibat ascites terlihat cukup besar dengan isi cairan kental kemerahan

sebanyak 4,5 liter. Daerah thorak terlihat adanya ictus cordis. Auskultasi jantung

terdengar tachycardia serta arritmia.

Page 32: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Terapi : Penanganan medis pada kasus gagal jantung ditujukan dalam

mengurangi gejala dan disfungsi jantung karena mayoritas kasus, gangguan

jantung dan gagal jantung tidak dapat disembuhkan. Gejala kongesti dapat

diterapi dengan obat yang mengurangi cardiac filling pressure (penurun preload

seperti diuretik dan venodilator) dan obat yang memudahkan kinerja jantung

(ionotropik positif dan dilatator arteri) (Tilley et al. 2008).Terapi yang diberikan

meliputi pemberian obat ionotropik positif dan vasodilatator (pimobendan 0,25

mg/kg BID) yang dikombinasi dengan ACE-inhibitor (enalapril 0,5 mg/kg BID)

dan diuresis (Furosemid 2 mg/kg BID). Selain itu, terapi juga menggunakan

makanan diet khusus jantung, suplemen minyak ikan dan multivitamin. Selain

menggunakan terapi obat, terapi CHF juga dikombinasikan dengan makanan diet

khusus jantung.

47. Sebaceous Adenitis Pada Anjing

Definisi : Sebacous Adenitis (SA) adalah suatu penyakit kulit yang bersifat

idiopathic yang terjadi pada kelenjar sebaceous anjing (Marsella 2008). Terdapat

dua bentuk dari penyakit ini yaitu bentuk lokal dan bentuk General. Bentuk local

ditandai dengan area terbatas dengan gejala klinis berupa alopecia, erythrema

dan sisik (scale) berlebihan dengan karakteristik yang melekat pada rambut.

Inflamasi dan pruritus bisa terjadi khususnya yang disertai dengan pyoderma

superficial. Bentuk ini paling sering muncul pada anjing-anjing berbulu pendek

dan sering diawali dari kepala atau wajah dan bergerak ke caudal (White 2001).

Bentuk yang kedua adalah bentuk general. Bentuk ini ditandai dengan jumlah

sisik yang sangat berlebihan pada kulit, alopecia dan kulit teraba kering saat

disentuh. Bagian belakang punggung, medial pinnae dan liang telinga adalah

daerah yang paling sering terpengaruh dalam bentuk ini. Pruritus sangat

bervariasi tetapi mungkin terjadi, terutama apabila terjadi pyoderma yang

disertai dengan infeksi sekunder bakteri (White 2001).

Gejala Klinis : Gejala klinis yang muncul adalah kulit terlihat bersisik pada

daerah punggung mulai dari bagian bawah tengkuk hingga ujung ekor, alopecia

diseluruh bagian yang ditutupi sisik termasuk ekor (rat tail), dan beberapa

bagian muncul nodul yang berisi cairan purulent. Saat disentuh bagian kulit

anjing terlihat kesakitan, khususnya pada daerah yang mengalami kemerahan.

Dari hasil pengamatan dibawah wood lamp, beberapa kerak terlihat berpendar.

Tidak terlihat ektoparasit apapun dari pemeriksaan kerokan kulit.

muncul nodul yang berisi cairan purulent

Page 33: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Patogenesis : Teradapat empat teori yang menjelaskan penyebab dan patogenesa

dari penyakit ini, yang petama adalah penyakit keturunan yang menyebabkan

kerusakan dari kelenjar sebaceous. Kedua penyakit ini bisa juga disebabkan

akibat munculnya respon immune yang diperantarai sel terhadap kelenjar

sebaceous. Ketiga gangguan proses keratinisasi yang disebabkan karena

tersumbatnya saluran sebaceous yang disebabkan karena adanya peradangan

pada kelenjar tersebut. Keempat, penyakit ini dapat disebabkan oleh

abnormalitas dari produksi lipid pada kulit (dermal). Setelah menajalani

pengobatan selama 40 hari, terlihat perbaikan yang signifikan dari kulit Ubi.

Kulit terlihat tidak berkerak, tidak kemerahan dan tidak sakit saat disentuh

(gambar 1 kanan). Bulu-bulu halus juga mulai tumbuh dibeberapa bagian.

Omega 3 dan omega 6 merupakan asam lemak esensial yang memiliki banyak

fungsi. Salah satu fungsinya adalah sebagai antiinflamasi. Selain itu komponen

utama dari sebum adalah asam lemak, sehingga pemberian supplement omega 3

dan 6 sangat tepat dalam penangan kasus ini. Pemberian supplement yang

mengandung zinc pada kasus ini bertujuan untuk mempercepat persembuhan

luka dan regenerasi sel kulit mengingat fungsi Zinc yang erat hubungannya

dengan proses sintesis DNA. Selain itu perbaikan nutrisi dengan makanan yang

mendukung fungsi kulit juga berperan cukup besar dalam persembuhan

penyakit ini. Melihat perbaikan yang cukup baik tanpa memberikan obat-obatan

untuk penyakit yang bersifat autoimmune maka teori ketiga (gangguan

keratinisasi) dan teori keempat (abnormalitas produksi lipid) dapat dijadikan

kausa utama yang paling memungkinkan pada kasus Sebaceus Adenitis yang

dialami ubi.

Terapi : Terapi yang diberikan adalah suplemen omega 3 dan 6 bid (Megaderm®

Virbac), suplemen dengan kandungan zinc, selenium dan multivitamin bid, serta

liver protectant sid. Selain itu setiap harinya kulit bagian kerak digosok dengan

air yang sudah dicampur dengan shampoo yang mengandung chlorhexidine 3%

(Pyoderm ® Virbac Shampoo) dengan perbandingan 3:1 sid. Setiap 1 minggu

sekali anjing dimandikan dengan shampo yang mengandung keratolitic agent

(Sebolytic ® Virbac Shampoo). Anjing diberikan pakan khusus untuk menunjang

dan memperbaiki kualitas kulit.

48. Pyometra

Definisi : Pyometra, secara harfiah berarti nanah di dalam uterus, adalah

penyakit umum yang khas pada anjing betina yang belum di steril. Kejadian

pyometra biasanya terdiagnosa mulai dari 4 minggu sampai 4 bulan setelah

Page 34: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

estrus. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan yang tidak signifikan pada

stadium awal, oleh karena itu, pada prosesnya penyakit ini lambat terdiagnosa.

Anjing dengan pyometra dapat memiliki discharge vagina (open-cervix

pyometra) atau tanpa discharge vagina (closed-cervix pyometra) dan tidak

jarang juga disertai dengan terbentuknya kista. Closed-cervix pyometra adalah

kasus darurat yang membutuhkan penanganan cepat untuk mencegah sepsis

dan kemungkinan terjadinya kematian (Smith 2006).

Gejala Klinis : Gejala klinis yang tampak pada anjing yang menderita pyometra

adalah penurunan napsu makan, depresi, polidipsi, lemah, dan mengalami

distensi abdominal dengan atau tanpa discharge vagina. Discharge vagina, dapat

bersifat purulen, sanguinopurulen (mirip dengan sup tomat), mukoid atau

hemoragi akut. Pada gambaran hasil darah (laboratorium), biasanya akan

tampak peningkatan jumlah sel darah putih dan azotemia prerenal yang muncul

bersamaan dengan dehidrasi (hiperproteinemia dan hiperglobulinemia) (Smith

2006).

Patogenesis : Patogenesa pyometra pada anjing melibatkan stimulasi estrogen

pada uterus yang diikuti dengan interval progesteron dominan yang

diperpanjang. Ketika anjing betina semakin tua, stimulasi estrogen semakin

sedikit dan terjadi dominasi progesteron. Hasil dari dominasi progesteron ini

adalah proliferasi endometrium, peningkatan sekresi lendir uterus, dan

penurunan kontraksi myometrium. Karena myometrium mengalami penurunan

kontraksi dan sekresi lendir meningkat menyebabkan uterus kesulitan untuk

mengeluarkan lendir. Kesulitan pengeluaran lendir oleh uterus menyebabkan

bakteri yang terdapat di dalam vagina mudah untuk sampai ke dalam uterus.

Bakteri yang masuk ke dalam uterus akan bersatu dengan lendir yang terdapat

di uterus. Lendir tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan

bakteri, sehingga bakteri dapat berkembang biak dengan cepat. Hal ini terlihat

dengan semakin banyaknya akumulasi nanah di dalam uterus (Lopate 2010).

Diagnosa : Diagnosa terbaik untuk membuktikan terjadi atau tidaknya pyometra

adalah dengan melakukan ultasonografi dan radiografi. Apabila dilakukan

ultrasonografi, maka akan terlihat adanya cairan di dalam uterus, disertai

dengan terlihatnya dinding uterus yang menebal. Sedangkan penampakan

radiografi yang terlihat adalah adanya bentukan tubular yang terisi oleh cairan,

dan terletak diantara colon decenden dan vesica urinaria (Lopate 2010).

Pengobatan : Pengobatan pyometra pada anjing dapat dilakukan dengan 2

metode, yaitu metode operasi dan metode tanpa operasi (dengan obat-obatan).

Page 35: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Metode terbaik adalah dengan dilakukan operasi ovariohysterectomy. Teknik

ovariohysterectomy umum dilakukan pada pyometra jenis tertutup maupun

terbuka, ovariohysterectomy juga dapat mencegah kejadian pyometra berulang

pada anjing (Rootwelt-andersen dan Farstad 2006)

49. Gastric Dilatation Volvulus/ Torsio Lambung/Bloat

Definisi : Suatu keadaan dimana lambung mengembang berisi gas ( gastric

dilatation) yang dapat menyebabkan shock dan kematian. GDV bisa diartikan

lambung yang mengembang berisi udara dan terpuntir pada sumbu longitudinal

(volvulus).

Patofisiologi : Penyebab utama belum di ketahui tetapi di duga karena anjing

memakan dogfood kering dalam jumlah besar kemudian meminum banyak air

sehingga menyebabkan dogfood mengembang dan pada saat bersamaan hewan

tersebut melakukan aktifitas berlari atau melompat sehungga menyebabkan

lambung terpuntir. Ada teori yang menyatakan lambung kehilangan ritme

kontraksi reguler sehingga udara terjebak di dalamnya sehingga menyebabkan

lambung terpuntir. Jika lambung membesar isi udara menyebabkan tekanan

pada vena besar pada abdomen yang membawa darah kembali ke jantung,

akibatnya adanya kekurangan dari output darah dari jantung. Pengurangan

darah pada lambung menyebabkan jaringan akan kekurangan darah dan

oxygen, jika tidak segera di tangani akan menyebabkan rupturnya dinding

lambung. Digesti juga terhenti saat terjadi sumbatan pada lambung sehingga

toxin akan terakumulasi yang mengakibatkan peradangan serta terserapnya

toksin ke dalam sirkulasi darah, dan terjadi DIC (disseminated intravascular

coagulation)

Gejala Klinis : Breed pre disposisi : pada anjing dengan dada yang dalam dan ras

besar atau raksasa ( Great danes, Irish, German Shepherds, Bassett Hounds,

Afgan Hounds)

Lambung terlihat besar melewati tulang iga, palpasi lambung berisi udara (dari

sebelah kiri) Anjing gelisah dan stress, nafas sesak .Hewan shock

Terapi : cairan intravena Tekanan udara dalam lambung harus segera di

keluarkan, memasukan stomach tube dari mulut ke lambung atau menusukkan

jarum besar dari kulit luar ke lambung.

Operasi pengembalian posisi lambung, dan gastropexy ( menggantungkan

lambung ke dinding perut agar kejadian ini tidak terulang)

50. Atopic Dermatitis

Page 36: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Atopic Dermatitis adalah penyakit kulit pada anjing yang disebabkan karena

alergi.

Etiologi: Atopic Dermatitis disebabkan oleh berbagai macam, mulai dari pakan,

lingkungan, serbuk bunga, debu, dan lain-lain. Atopic dermatitis umumnya

diderita oleh anjing yang mulai beranjak usia 1-3 tahun.

Patogenesis: Anjing yang peka (seperti Boston terrier, Cairn Terrier, Dalmatian,

Westland High Terrier, Scottish Terrier, Golden Retriever, Lha apsos, Pug,

English bulldog) akan menjadi tersensitisasi oleh alergen lingkungan dengan

memproduksi IgE-specific allergen yang akan mengikat reseptor mast cell

cutaneous. Eksposur allergen yang lebih lanjut, via perinhalasi atau percutan,

akan menyebabkan degranulasi mast cell dan basofil yang akan menyebabkan

hypersensitivitas cepat (Tipe I) dan akan menghasilkan pelepasan histamin,

heparin, dan enzim proteolitik dan berbagai mediator kimia lain.

Gejala Klinis: Gejala yang paling sering karena penyakit ini antara lain gatal-gatal,

menggigit-gigit dan menjilat kaki (foot licking/rubbing) dimana gejala pertama

terlihat dimulai dari usia 1-3 tahun. Gejala lain yaitu infeksi kulit (Pyoderma)

dan jamur yang selalu berulang dan kambuhan. Lokasi gatal dan lesi biasanya

tersebar di daerah wajah, kaki depan, ketiak, bawah leher dan bawah abdomen.

Gejala lain yang khas adalah respon positif dengan obat kortikosteroid.

Penanganan dan Pencegahan:

Terapi untuk Atopic Dermatitis yaitu dengan menjauhkan bahan alergen

yang menyebabkan pasien menjadi alergi. Terapi asam lemak EPA & DHA yang

terkandung dalam minyak ikan menunjukkan hasil yang signifikan bila

diminumkan lebih dari 8 minggu.

Terapi obat-obatan bisa dengan kortikosteroid, imunosupresan atau

antihistamin untuk mengurangi sensasi alergi. Di luar negeri sudah mencoba

terapi dengan Allergen Specific Immunotherapy.

51. Dysphagia

Dysphagia merupakan gejala kesulitan menelan yang dapat disebabkan oleh

ketidakmampuan untuk mengunyah makanan serta tidak dapat membentuk

dan . Gejala klinis yang timbul yaitu berupa Hipersalivasi, gagging, berat badan

turun, berusaha menelan berulang-ulang,menelan dengan posisi leher abnormal,

regurgitasi, batuk (aspirasi), sakit saat menelan.

Patogenesis : terjadi obstruksi mekanis pada mulut atau faring terjadi disfungsi

neuromuskular sehingga menyebbkan ggerakan menelan yang lemah dan

inkoordinasi rasa sakit saat mastikasi atau menelan.

Page 37: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Pengobatan : terapi Suport nutrisi .Pada disfagia oral, pasien dapat menelan bila

bolus makan ditempatkan pada kaudal faring. Hal ini dilakukan secara berhati-

hati agar tidak terjadi aspirasi pneumonia. Kepala dan leher dinaikkan akan

mempermudah proses menelan pada pasien disfagia faringeal atau

krikofaringeal. Jika tidak, lakukan terapi cairan secara parenteral. Disfagia tidak

mudah diatasi,pengobatan disphagia sebaiknya diarahkan pada penyebab

penyakit, atau dapat diberikan antibiotika spektrum luas dan kortikosteroid

sebagai antiinflamasi bila tidak ditemukan penyakit yang spesifik.

52. Salivary mucocele

Salivary mucocele dikenal juga dengan sebutan sublingual gland and diet injury.

Salivary mucocele adalah pengumpulan mukus saliva yang disebabkan buntunya

saluran saliva atau kerusakan jaringan saliva akibat inflamasi. Salivary mucocele

ini dapat terjadi pada anjing dan kucing. Bangsa anjing yang sering menderita

adalah AGJ dan Poodle (toy, miniatur). Tidak ada kecenderungan terhadap jenis

kelamin dan masih belum ada laporan yang bersifat heriditer. Penyebabnya bisa

bermacam-macam. Traumatik dapat terjadi akibat penetrasi benda asing atau

gigitan. Sebab inflamasi biasanya berupa sialoadenitis atau adanya benda asing.

Sedangkan sebab sekunder, biasanya berasal dari carnassial abcess atau

neoplasia.

Gejala klinis yang dapat ditimbulkan yaitu : bervariasi, berdasarkan tingkat

keparahan dan lokasi lesi. Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva yang

sering terkena. Kadang ditemukan rasa sakit, kadang tidak. Hewan bisanay akan

mengalami disfagia, anoreksia, stridor hemoragi atau dispnea. Pada prinsipnya

tidak obat yang dapat digunakan. Terapi yang disarankan adalah operatif.

Lakukan drainage atau lancing dengan tujuan untuk mengurangi atau

membuang hasil produksi saliva sehingga dapat keluar dari kelenjar. Bisa juga

dengan melakukan drainage secara periodik.

Tindakan definitif adalah dengan melakukan drainage atau reseksi mucocele.

Biasanya kelenjar submandibula dan sublingual secara bersama-sama direseksi.

Langkah alternatif adalah melakukan reseksi marsupialisasi atau redireksi aliran

saliva. Namun langkah ini masih sering menyebabkan kambuh. Amati

abnormalitas pasca operasi. Disfungsi episodik jarang terjadi dan biasanya

bersifat transient. Kambuh umumnya dibawah 5% dan lebih disebabkan reseksi

yang tidak total, reseksi pada kelenjar yang salah atau adanya kerusakan

kelenjar akibat penanganan (iatrogenik). Prognosis baik pada kasus yang tidak

disertai penyakit lain.

Page 38: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

53. Hepatozoon

Patogenesis: Merogoni terjadi dalam limpa dan sumsum tulang. Ada beberapa

tipe meront yaitu makro meront dan mikromeront. Mikromerozoit masuk

kedalam leukosit dan membentuk gamont yang dikelilingi kapsul lebut. Vektor

dari penyakit ini adalah caplak Rhipicephalus sanguineus. Nimfa juga dapat

menularkan infeksi. Anjing terinfeksi karena memakan caplak yang terinfeksi.

Gejala klinis: Gejala klinis dari hepatozoon adalah demam, kurus, anemia Dan

limpa membesar. Anjing dapat mati pada umur 4-8 minggu.

Pengendalian dan Pencegahan: Pengendaliannya dilakukan dengan mencegah

infestasi caplak.

54. Otodectes cynotis (Ear Mite)

Tungau telinga adalah parasit. Tungau telinga merupakan parasit yang sangat

kecil yang hidup di telinga anjing dan kucing, dimana pakan tungau tersebut

adalah darah, yang menghasilkan kotoran pada telinga, dan minyak kulit. Tungau

telinga pada anjing dan kucing adalah Otodectes cynotis yang biasanya

menghabiskan seluruh siklus hidup di dalam dan di sekitar saluran telinga.

Pathogenesis : Awal infeksi ada eksudat seperti lilin berwarna coklat, menjadi

berkerak, tungau hidup didalam kerak diatas kulit, jika ada infeksi bakteri

sekunder otitis yang purulen.

Gejala Klinis : Gejala- gejala yang timbul adalah kebanyakan hewan akan

menggosok dan menggaruk telinga sesering mungkin, tergantung tingkat

keparahan. Daerah rambut akan rontok dan bisa menyebabkan aural hematoma

karena melepuh darah banyak oleh pecahnya pembuluh darah kecil antara kulit

dan tulang rawan dari telinga yang disebabkan oleh menggaruk telinga. Dalam

kondisi parah kanal telinga akan berdarah, baik darah segar atau kering akan

muncul di dalam kanal. Darah kering menyerupai bubuk kopi. Apabila semakin

dibiarkan akan timbul bakteri dan ragi dapat memperburuk peradangan saluran

telinga. Tungau telinga sangat umum, tetapi bisa menjadi penyakit serius. Jika

tidak diobati, tungau akan merusak saluran telinga dan gendang telinga sehingga

dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen.

Diagnosa : Mendiagnosa tungau telinga terlebih dahuiu dengan pemeriksaan

fisik kemudian diperiksa dengan menggunakan otoscopic untuk melihat kondisi

telinga hewan kesayangan anda. Setelah itu dapat dilakukan dengan swab

kotoran dalam telinga untuk diuji di bawah mikroskop.

Pencegahan dan Pengobatan : untuk pengobatan tungau dapat dilakukan dengan

membersihkan telinga hewan kesayangan anda setiap hari dan pemberian obat

Page 39: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

untuk membunuh tungau telinga tersebut. Obat yang diberikan adalah obat tetes

telinga yang mengandung antiparasit seperti pyrethrins; ivermectin;

thiabendazole; rotenone dan selamectin. Pencegahan penyakit ini adalah telinga

hewan kesayangan anda rajin dibersihkan setiap hari, amati tingkah laku mereka

yang suka menggaruk-garuk telinga. Apabila rambut hewan kesayangan panjang

dapat dipotong agar lubang telinga tidak lembab.

55. Meliodosis

Melioidosis adalah suatu penyakit yang menyerupai glanders, menyerang

berbagai jenis hewan dan manusia. Pertama kali dilaporkan oleh Whitmore dan

Krishnaswani di Rangon pada tahun 1912. Gambaran umum penyakit ini adanya

septisemia, pyemia dan pembentukan granuloma yang khas pada hampir semua

bagian tubuh. Di daerah endemis, Melioidosis adalah penyakit penting pengebab

sakit dan kematian pada manusia dan hewan. Bersifat epizootik pada marmot

dan kelinci. Penyakit ini juga menyerang tikus liar yang diduga merupakan

reservoar penyakit. Manusia tertular karena gigitan kutu tikus Xenosylla

cheopsis atau nyamuk Aedes aegypti. Serum pasien dapat mengaglutinasi bakteri

pada pengenceran 1:2.560. Gambaran nekropsi dan klinisnya adalah serupa

dengan Malleus (Glanders) pada kuda.

Kasus penyakit pernah dilaporkan terjadi pada rodentia, kelinci, burung

rnerpati, hewan-hewan di kebun binatang termasuk rusa, anjing, kucing, kuda,

kerbau, sapi, domba, kambing dan babi. Penyakit ini dapat dibuat secara

eksperimental pada tikus besar (rat), tikus kecil (mice) dan hamster. Penyakit

dapat juga terjadi pada manusia.

Pengobatan

Hanya sedikit informasi yang ada tentang pengobatan yang memuaskan

terhadap melioidosis. Pengobatan dengan pemberian antibiotik. Uji in-vitro

menunjukkan bahwa oxytetracycline, novobiosin, chloramphenicol dan

sulphadiazine mungkin sangat bermanfaat dan diantaranya oxytetracycline

adalah yang terbaik. Penicillin, streptomycin, chlortetracycline dan polymixin

tidak efektif dalam pengobatan melioidosis. Chloromycetin sudah terlihat efektif

untuk pengobatan pada kuda. Rifampicin, chloramphenicol dan tetracycline

paling efektif, sedang ampicillin dan kanamycin kurang efektif. Kanamycin dan

sulfadiazine mengurangi aktifi tas pengobatan pertama bila dikombinasi dengan

chloramphenicol atau tetracycline.

56. Seborrhea

Page 40: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Seborrhea menyebabkan kulit anjing jadi berminyak dan menyebabkan

ketombe. Pada beberapa kasus seborrhea merupakan penyakit genetik yang

terjadi pada anak anjing dan menetap seumur hidupnya.tetapi kebanyakan anak

anjing terserang ketombe karena komplikasi penyakit lain seperti alergi dan

kelainan hormon.

57. Alopesia

Alopesia atau kerontokan rambut adalah penyakit yang menyebabkan rontoknya

rambut lebih dari biasanya. Penyebabnya adalah stres, kurangnya nutrisi dan

usia dari anjing tersebut.

58. Mites

Mange merupakan kelainan pada permukaan kulit yang disebabkan oleh tungau

mites. Sarcptic mange menyebar dengan mudah tetapi tidak dapat bertahan

hidup lama.

Gejalanya adalah rasa gatal yang berlebihan, kulit yang memerah,sakit dan

rontoknya bulu. Daerah yang paling diserang adalah telinga, wajah dan kaki.

59. Acral Lick Granuloma

Merupakan kondisi yang menyebabkan anjing mengalami stres, untuk menjilati

suatu daerah secara terus menerus(biasanya bagian baawah kaki depan).area

tersebut tidak dapat sembuh dan menyebabkan gatal.

60. Tumor Kulit

Tumor kulit merupakan tonjolan keras pada permukaan kulit anjing. Cara

mendiagnosa tumor tersebut melalui biopsi tumor.

B. Penyakit Pada Kucing

1. Feline Panleukopenia Virus

Semua anggota keluarga Felidae mungkin rentan dengan infeksi virus

kucing panleukopenia, yang terjadi di seluruh dunia. Panleukopenia kucing bisa

sangat parah dan menyebabkan tingginya mortalitas pada hewan yang rentan.

Epidemiologi dan Gejala klinis

Virus panleukopenia kucing sangat menular. Virus dapat diperoleh

melalui kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi atau melalui fomites

(muntahan); kutu dan manusia dapat bertindak sebagai vektor mekanik. Virus

terdapat dalam tinja, muntahan, urine, dan air liur, dan sangat stabil di

lingkungan.

Gejala klinis yang timbul akibat terinfeksi virus ini yaitu : demam (lebih

dari 40 ° C), yang dapat bertahan selama 24 jam atau lebih. Kematian dapat

terjadi pada fase ini jika merupakan gejala perakut. Gejala lainnya adalah

Page 41: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

dehidrasi ( faktor utama pada infeksi fatal ), kelelahan, inappetence atau

anorexia, bulu kasar, dan sering muntah. Kucing akan duduk di dekat air atau

tempat minumnya, seperti haus, tetapi tidak minum, kucing menggigit ekornya

sendiri, bulu kusam, punggung bawah dan punggung kaki dan anemia. Diare

berdarah juga dapat terjadi pada kucing yang bertahan dari fase perakut yaitu

pada hari ke-3 atau ke-4.

Patogenesis

Virus masuk ke dalam tubuh replikasi awal virus di jaringan limfoid

faring Viremia (akumulasi virus dalam darah) menyebar ke seluruh tubuh

dan menginfeksi sel-sel yang memiliki reseptor yang sesuai leukosit perifer

dirangsang oleh virus untuk berpoliferasi sehingga membantu virus dapat

kembali bereplikasi dalam sel kematian sel dan penghancuran elemen sel

darah putih virus ini karena viremia maka akan menyerang sel pada kripta

usus kegagalan absorbsi diare lama kelamaan menyebabkan dehidrasi

kematian.

2. Dermatophytosis Pada Kucing

Dermatophytosis, secara awam dikatakan sebagai penyakit kulit yang

disebabkan oleh jamur, tanpa harus mengetahui spesies jamur kulit tersebut.

Dermatophytosis pada kucing umumnya zoonotik dan sangat tinggi

penularannya. Penanganan penyakit ini cukup sulit karena sering terjadi

reinfeksi disamping membutuhkan waktu dan biaya tinggi. Sporan jamur akan

menetap dalam periode yang lama dalam lingkungannya, melalui spora penyakit

dapat menular tidak saja lewat kontak terhadap hewan yang terinfeksi juga

dapat melalui kandang yang pernah digunakan hewan terinfeksi, lewat sisir

grooming, collar, dan bulu kucing.

Epidemiologi

Pada umumnya kasus dermatophytosis pada kucing disebabkan oleh

jamur Microsporum canis, microsporum gypseum dan Trichophyton. Sebaiknya

untuk kucing-kucing yang diduga terinfeksi jamur, dilakukan pengujian

laboratorium kerokan untuk diisolasi jenis jamurnya. Penyakit FIV (Feline

Immune deficiency Virus) dapat timbul bersamaan dengan dermatophytosis.

Beberapa kejadian tersebut diatas diperkirakan faktor kerentanan penyakit ini

juga ada kaitannya dengan pengaruh genetik, baik pada manusia maupun kucing.

Faktor-faktor predisposisi kucing yang mudah terkena infeksi jamur ini

adalah :

Iklim yang lembab dan hangat

Page 42: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Kesehatan yang memburuk

Rendahnya nilai kesadaran akan pentingnya kesehatan hewan

Kesayangannya untuk tingkat sosial tertentu

Buruk sanitasi kandang per grup, kucing liar yang tidak

terkontrol karena dibebaskan keluar rumah

Berhubungan atau berdekatan dengan sejumlah kucing liar atau

kelompok kucing yang berjumlah besar (misalnya ditempat

penitipan)

Kucing dari segala umur, namun di tempat klinik sering

ditemukan pada usia mudan dan kucing tua

Kucing dengan bulu panjang

Gejala Klinis

Gejala klinis dari dermatophytosis berhubungan dengan pathogenesisnya,

dermatophytosis memnginvasi rambut dan epitel tanduk. Jamur akan merusak

rambut, dan mengganggu keratinisasi kulit normal, secara klinis bulu rontok,

timbul kerak, sehingga dapat juga terinfeksi dengan kuman lain :

Gatal

Bulu rontok dan pitak bisa sebagian kecil simetris ataupun

asimetris dengan peradangan maunpun tanpa peradangan

Kerak-kerak, kemerahan, sampai lecet dapat berkembang di

daerah muka, pipi, telinga, kuku, kaki depan, ekor dan sebagian

badan.

Hyperpigmemtasi walaupun jarang terjadi

Kucing dengan dermatophytosis yang parah dan sistemik kadang

disertai dengan muntah, konstipasi atau hairball.

3. Feline Infectious Peritonitis (FIP)

FIP adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Feline Coronavirus

(FcoV), yang termasuk ke dalam golongan virus RNA, yang mudah bermutasi.

Ada dua tipe dari FcoV yaitu Feline Enteric Coronavirus (FECV) dan Feline

Infectious Peritonitis Virus (FIPV). Pada dasarnya kedua tipe tersebut secara

genetik tidak ada perbedaan, naum menimbulkan akibat yang berbeda pada

kucing yang terinfeksi.

FECV biasanya menginfeksi bagian sel epitel usus dan dikeluarkan melalui

kotoran, air liur, maupun bentuk sekresi yang lain. Virus FECV bertahan lama di

lingkungan, ± 6 minggu. Litter box atau debu yang terkontaminasi berperan

dalam penyebaran virus ini. Uniknya untuk kucing yang terinfeksi FECV tetap

Page 43: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

terlihat sehat, tidak menunjukan gejala sakit apapun. Namun dalam beberapa

kasus, kucing yang terinfeksi FECV akhirnya akan mengalami infeksi FIPV

karena FECV akan bermutasi menjadi FIPV.

FIPV biasanya akan menginfeksi monosit dan makrofag dan tidak bertahan lama

pada sistem pencernaan, sehingga jarang ditemukan pada kotoran.

Gejala klinis yang umum muncul pada kasus ini adalah lethargy, anoreksia, berat

badan yang menurun drastis, demam yang naik turun, pertumbuhan yang tidak

normal dari kitten dan ikhterus.

Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang tergolong dalam family Coronaviridae.

Virus ini berbentuk pleomorfik dan berdiameter 100 nm. Virus FIP erat

hubungannya dengan coronavirus anjing dan coronavirus 229E pada manusia.

Cara penularan

Infeksi virus FIP hanya ditemukan pada kucing dan umumnya ditemukan secara

sporadik. Mengenai cara infeksi terjadi sesungguhnya belum jelas. Virus

ditemukan dalam darah dan eksudat kucing sakit. Sebagian besar infeksi

berlangsung secara subklinis.

Pada kucing yang terinfeksi ditemukan antibodi spesifik dengan titer tinggi,

disamping itu kucing memperlihatkan hipergammaglobulinemia. Pada penyakit

ini mungkin kompleks antigen-antibodi dan komplemen memegang peranan.

Gejala Klinis

Mungkin sekali waktu inkubasi pada infeksi alami berlangsung beberapa bulan.

Sesudah infeksi secara eksperimental waktu inkubasi biasanya lebih pendek.

Penyakit mulai dengan gejala-gejala tidak khas, kehilangan nafsu makan, lesu,

suhu tinggi dan kemudian terjadi asites.

Palpasi abdomen tidak menimbulkan gejala nyeri walaupun peritonitis telah

berkembang. Sekali-kali terjadi pleuritis dengan pembentukan cairan dalam

toraks sehingga kucing sesak nafas. Gejala saraf biasanya terlihat seperti paresis,

ataksis, gangguan koordinasi, hiperestesi dan kekejangan. Biasanya kucing mati

dalam 1-8 minggu sesudah terlihat gejala-gejala jelas.

Diagnosa

Diagnosa ditetapkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan histopatologis dan

pemeriksaan laboratorium. Pada kasus-kasus klasik, diagnosa tidak sulit. Bila

kucing di punksi maka dari ruang abdomen keluar cairan berlendir dan sebagian

akan membeku bila kena udara luar. Secara histopatologi ditemukan lesi

Page 44: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

berbentuk granuloma dan biasanya nekrosa ditemukan pada serosa dan alat-alat

tubuh.

Pemeriksaan laboratorium dengan tes imunoflouresensi indirek dilakukan

untuk membuktikan adanya antibodi. Pada kucing yang secara klinis kelihatan

sehat dapat ditemukan badan-badan penangkis. Titer yang sangat tinggi hanya

terlihat pada kucing yang klinis menderita FIP.

Diagnos Banding

Penggumpalan cairan dalam rongga perut dan dada menimbulkan dugaan

mengenai adanya gangguan jantung, tumor, piometra, sobek kandung kencing

dan peritonitis oleh infeksi bakteri dan jamur.

Kelainan-kelainan pada mata selain pada FIP juga ditemukan pada

toksoplasmosis dan leksosis. Gejala saraf ditemukan pada toksoplasmosis,

infeksi mikotis, dan ensefalopati bacterial.

Pencegahan dan Pengobatan

Bila diagnosa FIP sudah ditentukan maka prognosanya sulit. Untuk pencegahan,

vaksinasi belum ada. Kucing yang terinfeksi sebaiknya disingkirkan/musnahkan.

Jaga kebersihan kandang & peralatan, dicuci dengan sabun, deterjen atau

desinfektan. Bahan yang murah meriah & cukup efektif adalah larutan

kaporit/pemutih + 3 %. Jaga kesehatan kucing dengan pemberian nutrisi yang

cukup dan baik. Vaksin FIP pertama digunakan tahun 1991 di USA. Sampai saat

ini efektivitas vaksin masih diperdebatkan. Sampai saat ini Vaksin FIP belum

tersedia Di Indonesia.

4. Feline Leukemia (Feline Lymphosarcoma atau Lekosis)

Yang dimaksud lekosis kucing adalah proliferasi ganas sistem

hemopoietis pada kucing. Penyakit ini mungkin sekali tersebar di seluruh dunia,

dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan terbatas. Lekosis kucing dan yang

menginfeksi lembu sangat berguna sebagai model untuk mempelajari gerak

sebab leukemia pada manusia.

Etiologi

Penyakit leukemia kucing disebabkan oleh retrovirus atau dikenal sebagai feline

lekosis virus (FeLV) yang tergolong dalam keluarga (subfamily) retroviridae.

Pada kucing ditemukan dua kelompok retrovirus. Satu dari dua kelompok itu

dapat menyebabkan lekosis. Kelompok kedua terdiri dari satu atau lebih

retrovirus yang bersifat endogen (hidup laten dalam sel) dan xenotroop (dapat

bereplikasi dalam sel biakan spesies lain dan tidak menimbulkan lekosis pada

kucing.

Page 45: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Cara Penularan

Virus FeL tersebar melalui kontak. Kucing terinfeksi mengeluarkan virus melalui

air liur. Kucing yang pada pemeriksaan darah dengan tes imunoflouresensi nyata

membawa antigen virus hendaknya dimusnahkan.

Lekosis kucing dapat dipindahkan pada kucing muda melalui infeksi hewan mati

atau material yang telah disaring.

Gejala Klinis

Lekosis pada kucing ditemukan pada kucing semua umur, tetapi yang paling

banyak ditemukan pada kucing berumur muda atau di bawah 5 tahun.

Inkubasi penyakit ini sangat panjang yaitu berbulan-bulan hingga bertahun-

tahun. Umumnya gejala klinis tidak ditemukan atau kurang khas. Kucing sakit

menderita demam dan anemia yang bersifat progresif. Pada palpasi abdomen

limpa dan hati yang bengkak.

FeLV juga dapat menimbulkan bermacam-macam gambaran penyakit seperti

limfosarkoma, leukemi disertai anemia progresif dan terjadi atrofi timus pada

anak kucing dengan gejala yang menyerupai panlekopenia pada kucing muda.

Jangka waktu penyakit bervariasi antara 2-6 bulan. Lekosis pada kucing

dianggap sebagai tumor yang terbanyak ditemukan pada kucing.

Diagnosa

Diagnosa ditetapkan berdasarkan gejala klinis dilengkapi dengan pemeriksaan

laboratorium, memeriksa material hewan atau biakan sel kucing terinfeksi. Tes

imunoflouresensi dapat digunakan untuk memeriksa sediaan ulas darah dan

sumsum tulang. Kucing yang pada pemeriksaan positif mempunyai prognosa

jelek walaupun masih sehat pada waktu pemeriksaan.

Diagnosa Banding

Demam, anemia, bengkak limpa dan kalenjar dapat ditemukan pada anemia

menular (disebabkan oleh Haemobartonella felis), toxoplasmosis, peritonitis

menular, infeksi bakterial menahun dan tumor ganas dapat menimbulkan gejala

yang sama.

Penanganan

Kucing yang positif terinfeksi virus ini sebaiknya dimusnahkan meskipun

kelihatannya sehat untuk menghindari penularan lebih lanjut terhadap kucing-

kucing lain yang sehat.

5. Rhinotracheitis

Page 46: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Rhinotracheitis dikenal juga sebagai penyakit bersin atau Feline Viral

Rhinotracheitis (FVR) adalah penyakit akut pada bagian muka jalan respirasi

kucing. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia di mana ada kucing dipelihara.

Etiologi

Penyakit bersin kucing ini disebabkan oleh Herpesvirus golongan A. Virus ini

termasuk virus DNA beruntai ganda, bersimetri ikosahedral dan mempunyai

selubung protein.

Cara Penularan

Feline Viral Rhinotracheitis (FVR) baru dikenal sebagai penyakit sendiri sewaktu

banyak kucing dipelihara bersama. Infeksi diduga terjadi per inhalasi. Virus

bereplikasi dalam epitel jalan hawa muka, konjunktivita dan mengakibatkan

nekrosa lokal. Pengeluaran virus terjadi antara lain melalui sekret hidung,

konjunktivita dan urin.

Penularan dapat berjangkit dalam satu koloni kucing secara laten. Hewan yang

sembuh masih dapat peka lagi terhadap infeksi virus ini. Perubahan lingkungan

diduga dapat mengaktifkan infeksi. Kucing dapat ditulari lewat berbagai jalan

antara lain intranasal dan per vaginam.

Gejala Klinis

Masa inkubasi berlangsung antara 2-5 hari. Semua umur kucing peka terhadap

infeksi virus ini dan kucing berumur muda biasanya berjalan lebih parah.

Pada sebagian kasus penyakit khususnya kucing yang lebih tua lebih ringan.

Gejala klinis pertama ialah bersin dan hipersalivasi, kemudian terlihat produksi

air mata berlebihan. Terjadi laryngitis, faryngitis dan tracheitis yang

menyebabkan kucing batuk-batuk. Selaput lender hidung dan kerongkongan

kelihatan terlalu merah diikuti membengkaknya tonsil.

Sekali-kali terlihat oedema menyolok pada membrana niktitans. Demam dapat

mencapai suhu di atas 40 °C, kucing memperlihatkan depresi dan tidak mau

makan dan minum.

Pada kucing muda yang sesudah lahir langsung diinfeksi (secara intrauterine)

maka infeksi dapat bergeneralisasi dan kucing mati dalam beberapa hari. adanya

infeksi sekunder seperti Pasteurellosis dapat mempercepat kematian.

Diagnosa

Diagnosa didasarkan atas pemeriksaan klinis, pemeriksaan histopatologi dan

pemeriksaan laboratorium. FVR tidak dapat dibedakan dari keadaan menular

pada jalan pernafasan yang disebabkan oleh calicivirus. Keduanya berlangsung

dengan bersin, batuk-batuk, dan pengeluaran eksudat.

Page 47: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Diagnosa Banding

Infeksi Calicivirus dan Panlekopenia merupakan dua penyakit yang dapat

dijadikan diagnosa banding. Pada Panlekopenia gejala yang terlihat adalah

gejala-gejala dari traktus digestivus, muntah-muntah dan diare. Pada

Panlekopenia ditemukan lekopeni yang parah sedangkan pada FVR sekali-kali

ditemukan lekositosis.

Pada infeksi Calicivirus maka rhinitis biasanya bersifat mucus dan jarang

berubah menjadi purulen. Diferensiasi secara virologist dapat dilakukan.

Penanganan

Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi terhadap kucing.

Vaksinasi dilakukan secara intranasal atau intramuskuler pada umur 9-12

minggu. Vaksin FVR dapat dikombinasikan dengan pemberian vaksin untuk

melawan infeksi Calicivirus.

6. Feline caliciviral disease (FCD)

Penyakit FCD disebabkan oleh infeksi calicivirus, yaitu virus RNA yang duu juga

dikenal sebagai picornavirus, biasa menyerang paru-paru dan lidah, hingga

menyebabkan “tongue and lung” disease. Meskipun hana dikenal satu serotipe

saja, virus memiliki galur yang bervariasi keganasannya.

Masa inkubasi penyakit kurang dari 48 jam, dan bila tidak diikuti infeksi

sekunder, berlangsung 5-7 hari. Berbagai galur virus mungkin memiliki cakupan

yang luas dalam menyebabkan perubahan patologi, mulai dari bentuk lepuh

sampai radang bronchus bernanah.

Gejala-gejala

Gejala FCD sangat mirip dengan gejala FVR (Feline viral rhinotracheitis). Gejala

hipersalivasi dan anoreksia merupakan gejala utama dari adanya radang mulut

ulseratif.

Gejala klinis muncul dari 2 samapi 8 hari setelah infeksi virus, dan mencapai

puncaknya dalam 10 hari setelah gejala klinis teramati. Pada yang berlangsung

akut karena saluran nafas tertutup lendir yang mengental, dehidrasi dan tidak

adanya makanan yang masuk (anoreksia) segera mengakibatkan kelemahan

yang sngat dan akhirnyadiikuti kematian.

Gangguan pada mata selain epifora, blepharospasmus juga terjadi chemosis,

yaitu membengkaknya palpebra sebelah dalam hingga mata nampak membesar

oedematous. Pada penderita yang melanjut menjadi kronis, gejalanya ringan

atau tidak ada sama sekali. Status karier berlangsung selama beberapa tahun dan

virus dibebaskan lewat oropharynx.

Page 48: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Pencegahan

Vaksin calicivirus dapat mencegah beberapa variant FCV. Galur yang resisten

selalu ada dan tidak dpat diatasi oleh vaksin yang digunakan. Hewan yang sudah

divaksin masih dapat menjadi karier dan bahaya bagi hewan disekitarnya.

Vaksin polivalen yang mengandung virus FRC, FCV dan panleukopenia

digunakan untuk mencegah FCD.

7. Viral Feline Immuodeficiency

Virus penyebab FIV adalah single stranded RNA virus dalam keluarga lentivirus.

Virus bersifat host spesifik sehingga hanya spesies kucing yang peka dan dapat

terinfeksi. Secara genetik dan antigenetik virus jelas berbeda dari Human

Immunodeficiency Virus (HIV) yang merupakan penyebab penyakit AIDS pada

manusia dan bangsa kera.

Patogenesis

Infeksi virus terdiri dari beberapa stadium :

a. Stadium awal yang berlangsung 4-6 minggu pascainfeksi dengan gejala klinis

yang tidak terlihat atau hanya bersifat ringan. Kelenjar limfe regional

membengkak, tidak begitu menyolok. Dalam pemeriksaan darah ditemukan

leukopenia.

b. Stadium laten yang tidak memperlihatkan gejala klinis dan oleh aktifitas virus

FIV jumlah sel T helper menurun sehingga tidak terbentuk immunoglobulin.

Sejalan dengan menurunnya sel tersebut gejala klinis penyakit mulai terlihat.

c. Stadium kronis ditandai dengan gejala penurunan kekebalan yang secara klinis

gejalanya dapat bervariasi tergantung pada organ infeksi sekunder dan organ

utama yang menderita.

Secara umum gejala klinis berupa anoreksia, demam kronis, anemi, infeksi kulit,

diare kronis dan gejala syaraf. Penderita mudah sekali terinfeksi oleh

toxoplasma gondii. Dalam stadium akhir, penderita jadi lemah sekali dan

biasanya berakhir dengan kematian.

Penularan

Virus ditularkan melalui berbagai cara. Penderita FIV membebaskan virus dalam

jumlah banyak dalam salivanya. Luka gigitan sebagai akibat dari berkelahi

merupakan jalan masuk virus. Infeksi janin di dalam kandungan, meskipun kecil

kemungkinannya, juga dapat terjadi. Penularan secara kontak seksual meskipun

mungkin tetapi kejadiannya sangat jarang.

Gejala Klinis

Page 49: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Gejala pada stadium kronis : infeksi gastrointestinal dan paru-paru,penurunan

berat badan, anoreksia dan demam yang berlangsung lama (400C atau lebih).

Penderita mudah mengalami infeksi jamur, kuman dan sebagainya. Radang

mulut dan lidah sering diamati dan menyebabkan rasa sakit pada saat makan.

Kucing penderita FIV mengalami infeksi virus di dalam tubuhnya selama hidup.

Pengobatan

Pengobatan ditujukan untuk memperkuat tubuh dan mencegah infeksi sekunder.

Pemberian obat antibiotika untuk melawan infeksi kuman dan jamur. Pemberian

steroid anabolik kadang diperlukan untuk mencegah penurunan berat badan

maupun kelemahan umum. Obat pemacu pembentukan immunoglobulin dapat

dicoba, misalnya Immunoregulin dan Acemannan.

8. CHLAMYDIA

Feline chlamydiosis (Chlamydophila), dikenal juga dengan sebutan feline

pneumonitis (Radang paru-paru pada kucing), biasanya menyebabkan gangguan

saluran pernafasan bagian atas yang relatif ringan tetapi kronis (lama). Penyakit

ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia psitacii. Tanda-tanda utama penyakit ini

biasanya radang/sakit pada mata, disertai cairan kotoran mata berlebihan.

Infeksi ini juga menyebabkan pilek, bersin dan kesulitan bernafas yang

disebabkan radang paru-paru. Bila tidak diobati, infeksi bisa menjadi kronis dan

berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.

Selain bakteri Chlamydia, virus feline rhinotracheitis dan feline calicivirus

termasuk organisme yang menyebabkan penyakit gangguan pernafasan bagian

atas pada kucing. Chlamydia menyebabkan sekitar 10-15 % dari total kasus

gangguan pernafasan pada kucing.

Penyebaran & Penularan

Bakteri Chlamydia terdapat di seluruh dunia dan menyebabkan penyakit pada

sekitar 5 - 10 % dari seluruh populasi kucing. Penyakit ini sering menyerang

kucing muda (kitten umur 2 - 6 bulan), tempat penampungan hewan atau

tempat dengan populasi kucing lebih dari satu. Wabah sering terjadi pada

pemeliharaan kucing yang terlalu padat, nutrisi yang kurang baik dan

tempat/kandang dengan ventilasi yang kurang.

Bakteri yang menyebabkan chlamydiosis menular ke kucing lain melalui cairan

pilek atau kotoran mata, penularan biasanya melalui beberapa cara sebagai

berikut :

Kontak dengan objek yang terkontaminasi bakteri seperti kandang, makanan,

tempat makan/minum, pakaian pemilik dan tangan pemilik.

Page 50: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Kontak dengan mulut, hidung atau kotoran mata kucing yang terinfeksi.

Bersin dan batuk yang bisa menyebarkan virus dalam radius 3.5 meter

Selaput lendir mata bengkak (conjunctivitis) pada kucing yang terserang

Chlamydia (Chlamydophila)

Gejala klinis

Secara umum kucing terinfeksi secara subklinis. Berdasarkan sejarah penyakit

gejala klinis yang terlihat yaitu adanya infeksi pada saluran pernafasan atas

seperti bersin, mata berair, dan batuk. Beberapa kucing yang terinfeksi juga

mengalami kejadian sulit bernafas dan anorexia. Sedangkan berdasarkan

physical examination gejala yang terlihat yaitu konjungtivitis, umumnya

granular, awalnya terjadi secara unilateral tetapi dapat berkembang menjadi

bilateral. Selain itu gejala lain yaitu lakrimasi, fotofobia, blepharospasmus,

rhinitis disertai discharge ringan pada hidung, dan pneumonitis.

Differensial diagnosa

Differensial diagnosa dari kasus Chlamydiosis pada kucing adalah feline viral

rhinotracheitis, infeksi oleh feline calicivirus, feline reoviral, dan bronchial

pneumonia. Pada kasus feline viral rhinotracheitis masa inkubasi lebih pendek,

yaitu sekitar 4-5 hari, kejadian konjungtivitis terjadi secara bilateral, adanya

bersin dan keratitis ulseratif. Pada kasus infeksi oleh feline calicivirus masa

inkubasi pendek yaitu 3-5 hari, gejala yang tampak yaitu adanya stomatitis

ulseratif dan pneumonia. Gejala klinis yang terlihat pada infeksi feline reovirus

yaitu adanya infeksi saluran pernafasan atas ringan. Sedangkan kejadian

bronchial pneumonia gejala klinis yang disebabkan oleh Bordetella

bronchoseptica spesifik terjadi pada paru-paru.

Pencegahan

Vaksinasi dengan vaksin inaktif dan vaksin aktif yang telah dimodifikasi dapat

menurunkan keganasan dan durasi dari infeksi Chlamydophila felis meskipun

tidak dapat mencegah infeksi. Pada daerah endemik atau beresiko tinggi kucing

harus sudah divaksinasi 2x yaitu pada umur 8-10 minggu dan 12-14 minggu,

kemudian diulang setiap tahun.

Terapi

Pada kasus infeksi chlamydiosis sistemik diberikan tetracycline dengan dosis 22

mg/kg bb 3x sehari selama 3-4 minggu. Apabila infeksi lokal di daerah mata

maka cukup diberikan tetes mata yang mengandung tetracycline 3x sehari.

9. Scabiosis

Page 51: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Scabies adalah penyakit menular pada kulit yang disebabkan oleh tungau, suatu

parasit yang sangat kecil yang dinamakan, Sarcoptes scabei. Penyakit ini sering

menyerang anjing, kucing, kelinci dan dapat juga menular ke manusia.

Tungau Notoedres cati, Siklus hidup dan Cara penularan

Scabiesis pada kucing lebih sering disebabkan notoedres cati, seperti halnya

sarcoptes scabiei yang lebih sering menyerang anjing. Tungau ini berukuran

sangat kecil (0.2-0.4 mm), hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau kaca

pembesar. Seluruh siklus hidup tungau ini berada di tubuh induk semangnya.

Tungau betina menggali dan melubangi kulit kemudian bertelur beberapa kali

sambil terus menggali saluran-saluran dalam kulit induk semangnya. Lubang-

lubang dalam kulit yang digali seekor tungau betina dapat mencapai panjang

beberapa centimeter.

Setelah bertelur beberapa kali, tungau betina mati. Dalam waktu 3-8 hari telur

menetas menjadi larva berkaki enam. Larva yang telah dewasa berubah menjadi

nimfa yang mempunyai delapan kaki. Nimfa dewasa berganti kulit menjadi

tungau dewasa. Dalam saluranyang telah digali tungau betina tersebut, tungau

dewasa melakukan perkawinan dan proses daur hidup berulang kembali. Satu

siklus hidup memerlukan waktu 2-3 minggu.

Scabiesis dapat menyerang kucing pada semua umur, baik jantan maupun

betina. Penularan penyakit kulit ini terjadi melalui kontak fisik antar kucing atau

kontak dengan alat-alat yang tercemar tungau seperti sisir, kandang, dll.

Tanda & gejala terserang Scabies

Tanda-tanda awal terkena penyakit ini biasanya berupa rontok dan gatal

disekitar telinga. Dipinggiran daun telinga terlihat ada kerak berwarna putih.

Penyakit dapat menyebar dengan cepat ke daerah sekitar wajah, leher, hidung

dan kelopak mata. Kadang-kadang tungau juga dapat menyebar hingga ke

daerah perut dan telapak kaki .

Rasa gatal yang timbul menyebabkan kucing sering menggaruk-garuk. Infeksi

kronis/lama dapat menyebabkan penebalan dan keriput pada kulit ditutupi oleh

kerak-kerak berwarna abu-abu kekuningan. Infeksi yang parah mengakibatkan

luka dan berkembang menjadi infeksi sekunder.

Diagnosa

Penyakit ini sering tertukar dengan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur

(ringworm). Diagnosa penyakit biasanya dilakukan dengan cara memeriksa

kerokan kulit dibawah mikroskop. Biasanya dalam kerokan kulit tersebut

ditemukan banyak tungau.

Page 52: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Pengobatan

Obat klasik yang sering digunakan untuk mengatasi penyakit ini adalah

sulfur/belerang. Sulfur juga merupakan obat klasik penyakit kulit yang

disebabkan oleh ringworm/jamur. Mandikan kucing dengan shampoo/sabun

yang mengandung sulfur, kemudian dicelup (dip) dengan cairan sulfur 2-3 %.

Mandi dan dip sulfur dilakukan setiap tujuh hari sampai sembuh. Setidaknya

diperlukan 6-8 kali mandi hingga penyakit sembuh.

Cara lain yang sering digunakan adalah injeksi obat golongan avermectin seperti

ivermectin, doramectin atau selamectin. Suntikan inilah yang sering salah

kaprah disebut sebagai suntik jamur, seperti juga kesalahan diagnosa scabies

yang sering salah kaprah disebut sebagai jamur. Setidaknya diperlukan dua kali

suntikan ivermectin dengan selang waktu 2 minggu, agar penyakit dapat

sembuh total.

Bila dalam satu rumah terdapat beberapa ekor kucing, Pengobatan yang sama

juga harus diakukan terhadap kucing lain. Karena bila tidak diobati, ada

kemungkinan terjadi infeksi ulang dari kucing lain yang tidak diobati, akibatnya

penyakit ini tidak pernah sembuh secara tuntas.

Pencegahan

Pencegahan bisa dilakukan dengan cara menghindari kontak dengan kucing liar

atau kucing yang telah terkena penyakit ini. Kucing yang tinggal di dalam rumah

biasanya jarang sekali terkena penyakit ini.

Cuci dan desinfeksi alat-alat grooming seperti sisir, sikat, dll setelah digunakan

pada kucing yang terkena penyakit ini.

Hindari penitipan hewan atau tempat grooming yang tidak mempunyai

sanitasi/kebersihan yang baik. Perhatikan juga apakah alat-alat grooming di

desinfeksi sebelum digunakan terhadap kucing lain.

10. Otitis pada kucing

Banyak sekali berbagai macam kondisi dan sebab yang dapat mengakibatkan

terjadinya radang  telinga (otitis) pada kucing. Mulai  dari tungau telinga (ear

mite), bakteri, jamur, kanker, alergi, gangguan sistem kekebalan tubuh, luka, dll.

Secara umum telinga terbagi menjadi tiga bagian, bagian luar (eksternal), tengah

dan dalam (internal). Otitis dapat terjadi pada  salah satu atau ketiga bagian

telinga tersebut. Otitis yang terjadi pada telingan bagian dalam biasanya bersifat

parah dan fatal, dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan mendengar secara

permanen.

Page 53: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Otitis yang tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat menyebabkan radang

berlangsung lama/kronis. Pada beberapa kondisi radang kronis ini dapat

menyebabkan tumbuhnya polip. Lebih lanjut lagi polip ini dapat berkembang

menjadi tumor/kanker dan menutup saluran telinga, akibatnya kucing tidak

dapat mendengar suara dengan baik lagi.

Tanda/Gejala klinis otitis

Kebanyakan kucing yang mempunyai masalah dengan telinga terlihat tidak

nyaman dan sering kali menggoyang/menggeleng-gelengkan kepala, mencakar-

cakar telinga atau menggosok-gosokkan telinga/kepala pada dinding, atau atau

benda lain. Dari dalam telinga bisa saja muncul cairan kotor dan kadang-kadang

disertai bau tidak sedap.

Cakaran atau goyangan kepala yang terus menerus dalam jangka waktu lama

dapat menyebabkan hematoma pada telinga (aural hematoma). Hematoma

adalah penggumpalan atau penumpukan darah di telinga akibat pecahnya

pembuluh darah yang terdapat pada daun telinga. Telinga yang mengalami

hematoma terlihat dari tanda-tanda seperti bengkak, dan terasa hangat bila

diraba dan terasa ada penumpukan cairan di bawah kulit telinga.

Lebih lanjut, otitis dapat berkembang lebih parah dan mempengaruhi syaraf

pendengaran dan syaraf lainnya. Tanda-tanda lain yang dapat terlihat bisa

berupa posisi kepala atau wajah yang selalu miring-miring dan tidak mampu

berjalan mengikuti garis lurus.

Diagnosa penyakit

Metoda yang paling sering dan mudah digunakan adalah memeriksa telinga

dengan menggunakan alat yang disebut otoskop. Dengan alat ini dokter hewan

dapat melihat keadaan telinga bagian luar dan tengah termasuk saluran telinga.

Tes lain bisa saja dilakukan dengan cara mengambil kotoran yang terdapat di

dalam telinga, kemudian diperiksa menggunakan mikroskop. Dari kotoran

tersebut di diketahui kondisi dan penyebab radang telinga.

Pengobatan

Tindakan pengobatan yang dilakukan berbeda-berda tergantung penyebab

otitisnya. Obat tetes telinga yang mengandung antbiotik dan anti radang bisa

diberikan bila terjadi infeksi bakteri dan pembengkakan.

Obat tetes telinga yang mengandung anti ektoparasit atau injeksi obat golongan

avermectin (ivermectin, selamectin, dll) bisa diberikan bila otitis disebabkan

oleh ear mite atau ekto parasit lain. Pemberian obat-obatan ini harus mengikuti

siklus hidup parasit tersebut.

Page 54: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Untuk kasus tumor atau polip, diperlukan tindakan operasi/bedah untuk

mengangkat jaringan yang abnormal.

Otitis yang disebabkan oleh alergi dan gangguan hormon memerlukan tindakan

pengobatan secara menyeluruh dan sistematis. Seringkali pengobatan hanya

bersifat mengurangi efek/sakitnya saja, karena penyebab utamanya (alergi atau

gangguan hormon) memang relatif sulit disembuhkan.

Pencegahan

Selalu memeriksa kebersihan telinga kucing secara teratur. Bersihkan telinga

kucing secara rutin. Cairan telinga normal berwarna bening-kuning kecoklatan.

Bila berwarna coklat tua atau berbau busuk, kemungkinan besar kucing

menderita otitis.

11. Ringworm

Ringworm disebabkan oleh jamur yang hidup di kulit dan bulu. Ada beberapa

spesies jamur yang hidup di kulit dan bulu, salah satu spesies yang cukup bandel

dan sering menyerang kucing & anjing adalah Microsporum canis. Tanda-tanda

hewan terserang ringworm adalah :

Bulu rontok dan patah-patah, kadang disertai sisa-sisa kulit kering yang

menyerupai ketombe.

Kulit kering yang mengelupas kadang menyerupai sisik.

Daerah kerontokan bulu biasanya berbentuk lingkaran (circular).

Kadang hewan yang terserang hanya mengalami sedikit

kerontokan/bulu patah di bagian wajah dan telinga.

Biasanya puncak kerontokan pada kucing terlihat dalam waktu 5 minggu

sejak kontak dengan Microsporum canis.

Beberapa hewan (terutama kucing) dapat terinfeksi dan menjadi carrier,

menularkan jamur pada hewan lain. Pada kucing berbulu pendek dan

mempunyai kekebalan tubuh yang baik, Ringworm dapat sembuh sendiri dalam

waktu 4-6 bulan. Kucing dengan sistem kekebalan tubuh yang baik dapat

terinfeksi tetapi sama sekali tidak menunjukan gejala tertular. Namun tidak ada

jaminan kucing ini tidak menjadi carrier.

Penanganan

Berbagai cara membasmi ringworm bertujuan menghilangkan jamur dan spora

jamur dari tubuh kucing dan lingkungan sekitar (kandang, lantai, peralatan

kucing, dll). Menghilangkan jamur penyebab ringworm dari tubuh kucing

Page 55: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

gampang-gampang susah dan dibutuhkan teknik kerajinan tersendiri agar jamur

tidak muncul kembali.

Cara menghilangkan jamur penyebab ringworm dari tubuh kucing yang paling

baik adalah dengan kombinasi 2 cara pengobatan, yaitu pengobatan secara

topikal (pengobatan luar : salep, obat gosok, shampoo) dan obat oral (makan).

Salep dan obat gosok bisa digunakan untuk menyembuhkan ringworm yang

terlokalisasi (terpusat). Sedangkan untuk membasmi spora dan ringworm yang

luas daerahnya atau carrier, sebaiknya ditambah dengan penggunaan shampoo

anti jamur. 

Banyak pilihan obat anti jamur yang dapat diberikan pada kucing. Karena sifat

jamur yang agak bandel, obat oral pun diberikan untuk jangka waktu agak lama.

Tergantung jenis obatnya, jangka waktu pemberian obat bervariasi mulai dari

beberapa minggu hingga beberapa bulan. Sayangnya sebagian besar obat oral

mempunyai efek samping kurang baik, apalagi bila digunakan untuk jangka

panjang. Beberapa reaksi buruk terhadap obat bisa saja muncul, oleh karena itu

pemberian obat harus diawasi dengan seksama oleh dokter hewan. 

12. Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD)

Feline Urologic Syndrome (FUS) merupakan penyakit saluran urinasi bagian

bawah yang dapat terjadi karena cystitis, urethritis, obstruksi persial atau

komplit sampai penyumbatan urethra serta dapat juga karena abnormalitas

anatomi urethra seperti striktura (penyempitan) dan tekanan periurethral.

Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) merupakan masalah kesehatan

yang sering terjadi pada kucing terutama kucing jantan. FLUTD biasanya terjadi

pada bagian vesika urinaria (VU) dan uretra kucing serta dapat menyebabkan

gangguan pada organ tersebut. Gangguan pada uretra terjadi disebabkan oleh

struktur uretra kucing jantan yang berbentuk seperti tabung memiliki bagian

yang menyempit sehingga sering menimbulkan penyumbatan urin dari VU ke

luar tubuh. Feline lower urinary tract disease (FLUTD) dapat meliputi beberapa

kondisi yang terjadi pada saluran urinaria kucing.

Kucing jantan dan betina sama-sama beresiko menderita FLUTD, namun kucing

jantan beresiko lebih besar terhadap obstruksi yang mematikan karena uretra

jantan lebih kecil dibandingkan betina dan memiliki bagian yang mengecil

sehingga penyumbatan lebih mudah terjadi. Faktor-faktor predisposisi dari

penyakit FLUTD di antaranya:

Page 56: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Jenis kelamin. Penyakit ini lebih sering menyerang hewan jantan

daripada betina karena struktur anatomi urethra dari jantan panjang

dan sempit sedangkan urethra betina pendek dan lebar.

Ras. Lebih sering terjadi pada kucing ras seperti persia atau angora

daripada kucing siam karena kucing ras lebih malas beraktivitas dan

selalu urinasi pada pasir khusus sehingga apabila pasirnya kotor kucing

ini cendrung menahan urinasinya.

Pakan. Pemberian pakan dengan kandungan magnesium dan fosfor yang

tinggi beresiko dalam pembentukan kristal dalam urin.

Temperatur. Suhu yang rendah menyebabkan kucing malas minum

sehingga intake air dalam tubuh kurang.

Umur. Hewan dengan umur 1-10 tahun merupakan hewan yang paling

rentan terserang FLUTD dengan frekuensi yang lebih tinggi pada usia 3,5

tahun.

Gejala klinis

Manifestasi klinis awal pada kucing yang menderita Feline lower urinary tract

disease (FLUTD) merupakan hasil dari iritasi yang disebabkan oleh kristal yang

terbentuk di dalam vesika urinaria atau uretra kucing. Biasanya kucing yang

menderita Feline lower urinary tract disease (FLUTD) akan menunjukkan gejala

klinis sebagai berikut:

Kesulitan urinasi (disuria). Biasanya urinasi dalam waktu yang lama

dengan hanya mengeluarkan urin dalam jumlah sangat sedikit dan

kucing merejan saat buang air kecil (kadang disertai suara tangisan)

Peningkatan frekuensi urinasi (pollakisuria)

Kucing sering buang air kecil tidak pada tempatnya

Sering menjilat daerah genital

Kadang-kadang terdapat darah pada urin (haematuria)

Urin berbau busuk dan keruh

Kucing tidak nafsu makan

Pada keadaan yang lebih serius, dimana terjadi obstruksi pada saluran

urinari komplit yang biasanya terjadi pada kucing jantan dapat

mengakibatkan kucing tidak dapat urinasi. Selain itu juga menunjukkan

gejala muntah, kelemahan, serta perut yang menegang dan sakit.

Diagnosa

Page 57: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Diagnosa FLUTD didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan urinalisis.

Pada kasus yang sudah parah dapat dipalpasi pembesaran dan rasa sakit pada

vesika urinaria. Jika diduga terjadi infeksi pada vesika urinaria, maka kultur urin

dapat dilakukan. Kucing yang mengalami obstruksi saluran urinaria memiliki

tingkat enzim ginjal yang tinggi (blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin) dalam

darah. Berikut ini beberapa pengujian yang perlu dilakukan untuk mendiagnosa

FLUTD yaitu sebagai berikut:

Pengujian darah

Perhitungan sel darah lengkap (complete blood cell count/CBC) dan

kimia darah/kimia dalam serum (serum chemistries)

Urinalisis lengkap

Kultur urine dan tes sensitivitas antibiotik

Radiografi abdomen (X-ray)

Ultrasonografi (USG) abdomen

Cystoscopy atau pemeriksaan endoskopik pada uretra dan vesika

urinaria

Biopsi vesika urinaria

Pengobatan

Pengobatan terhadap Feline lower urinary tract disease (FLUTD) tergantung dari

penyebab yang mendasari terjadinya FLUTD dan kondisi dari kucing. Kristal

mineral atau batu yang terbentuk pada saluran urinari kucing harus dieliminasi.

Adapun pengobatan yang perlu diberikan pada kasus FLUTD yaitu :

Eliminasi kristal mineral atau batu pada saluran urinari kucing dapat

dilakukan melalui diet atau makanan khusus yang dapat melarutkan

kristal mineral atau batu tersebut serta dapat juga melalui operasi

pengeluaran kristal mineral atau batu pada saluran urinari kucing. Dalam

beberapa kasus tindak bedah diperlukan selain untuk menghilangkan

sumbatan pada uretra, juga untuk mencegah terjadinya pengulangan

timbulnya kristal mineral.

Pada kasus obstruksi uretra oleh kristal mineral atau batu (blocked

urethra), memerlukan perawatan darurat yang meliputi pembilasan

(flushing) atau kateterisasi uretra untuk mengeluarkan urin dan kristal

pada vesika urinaria. Sebelum dilakukan pembilasan (flushing) atau

Page 58: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

kateterisasi uretra, kucing terlebih dahulu diberikan anestesi umum yang

kerjanya singkat.

Penyuntikan cairan fisiologis secara intravena diperlukan ketika sindrom

uremia terjadi (depresi, muntah, dehidrasi) dengan tujuan mengganti

cairan tubuh dan menstabilkan pH cairan tubuh.

Pemberian antibiotik diperlukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh

bakteri.

Sediaan obat parasimpatomimretik juga dapat diberikan untuk

menstimulasi otot vesika urinaria berkontraksi dan relaksasi uretra

diperlukan.

Pencegahan

Tindakan pencegahan terjadinya FLUTD pada kucing dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

FLUTD dapat dicegah melalui pemberian pakan khusus yang rendah Mg,

tinggi Na atau pakan yang mempunyai pH cukup rendah (acidified diets).

Pakan yang rendah pH ini akan meningkatkan absorbsi Na dan

meningkatkan pengeluaran phospat sebagai unsur pembentuk batu

ginjal.

Selain diet, diupayakan agar kucing diberiakan pakan yang basah,

penyediaan air segar sebagai sumber air minumnya yang cukup setiap

hari.

Kucing harus dibiasakan dengan aktifitas fisik (exercise) dan hindari

kondisi obesitas serta pembersihan kandang dan liternya secara rutin.

Diet khusus yang diberikan pada kucing biasanya mengandung beberapa

formula yang penting untuk mencegah pembentukan kristal mineral,

yaitu:

Mengontrol level kalsium, magnesium, fosfor, dan oksalat untuk

membatasi pebentukan kristal dan batu pada vesika urinaria

Page 59: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Kandungan kalium sitrat berguna untuk menghentikan pembentukan

batu pada vesika urinaria

Kandungan kaya vitamin B6 membantu mengurangi pembentukan

oksalat

13. Dyspagia

Dysphagia merupakan gejala kesulitan menelan yang dapat disebabkan oleh

ketidakmampuan untuk mengunyah makanan serta tidak dapat membentuk dan

. Gejala klinis yang timbul yaitu berupa Hipersalivasi, gagging, berat badan turun,

berusaha menelan berulang-ulang,menelan dengan posisi leher abnormal,

regurgitasi, batuk (aspirasi), sakit saat menelan. Patogenesis : terjadi obstruksi

mekanis pada mulut atau faring terjadi disfungsi neuromuskular sehingga

menyebbkan ggerakan menelan yang lemah dan inkoordinasi rasa sakit saat

mastikasi atau menelan.

Pengobatan

terapi Suport nutrisi .Pada disfagia oral, pasien dapat menelan bila bolus makan

ditempatkan pada kaudal faring. Hal ini dilakukan secara berhati-hati agar tidak

terjadi aspirasi pneumonia. Kepala dan leher dinaikkan akan mempermudah

proses menelan pada pasien disfagia faringeal atau krikofaringeal. Jika tidak,

lakukan terapi cairan secara parenteral. Disfagia tidak mudah diatasi,pengobatan

disphagia sebaiknya diarahkan pada penyebab penyakit, atau dapat diberikan

antibiotika spektrum luas dan kortikosteroid sebagai antiinflamasi bila tidak

ditemukan penyakit yang spesifik.

14. Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira sp

bersifat aerobik,motil serta bergram negatif dan dapat menginfeksi hewan

maupun manusia serta bersifat zoonosis. Penyakit ini juga dikenal sebagai

penyakit tifus pada anjing, penyakit air merah pada anak sapi. Penyakit ini dapat

mengifeksi secara subakut dan akut. Infeksi sub akut tidak terlalu

memperlihatkan gejala klinis yang khas tetapi pada infeksi akut enunjukan gejala

klinis berupa radang, radang pada hati, anemia hemolitik dan pada hewan

bunting dapat mengakibatkan abortus. (Wikipedia)

Gejala Klinis

Infeksi leptospira pada hewan sering terjadi secara subklinis atau tidak

menunjukan gejala klinis yang tampak. Sehingga bakteri ini akan bertahan dalam

ginjal hewan dan akan keluar bersama-sama dengan air kencing. Bakteri ini

Page 60: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

dapat ditularkan melalui air yang terkontaminasi, air kencing dari hewan yang

sakit. Di indonesia, penyebaran sering terjadi pada musim hujan saat banjir

melalui tikus.

Pencegahan

Pencegahan bisa dilakukan dengan membersihkan lingkungan sekitar tempat

tinggal maupun kandang kucing, menyimpan makanan dan minuman yang akan

dikonsumsi oleh manusia dan kucing dengan baik agar tidak terkontaminasi

dengan tikus. Pengobatan dapat dilakukan secara dini sebelum penyakit berjalan

secara kronis dengan pemberian antibiotik seperti Peniciline, streptomycine,

tetracycline.

Patogenesis

Pada saat musim hujan Air kencing tikus penderita terbawa bersamaan

dengan banjir masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan yang meminum air

melalui kulit yang terbuka,selaput lendir mata dan hidung bermultiplikasi

di dalam darah dan jaringan terjadi leptospiremia bakteri menyebar

terutama ke Hati dan Ginjal

pada ginjal migrasi ke bagian intestinum,tubulus renal, dan tubular renal

sebabkan nefritis intertitial dan nekrosis tubular tubular rusak gagal ginjal.

Sedangkan pada infeksi di hati sebabkan nekrosis sentrilobular dan

proliferasi sel kupfer terjadi perbanyakan sel kupfer didalam hati.

15. Stomatitis

Stomatitis adalah inflamasi pada mukosa mulut. Stomatitis bisa terjadi akibat

faktor lokal atau sistemik. Stomatitis lebih merupakan suatu gejala dibanding

bentuk penyakit spesifik. Gejala Klinis berupa Halitosis, rasa sakit, mulut terbuka

anoreksia, hipersalivasi. Perdarahan dari gusi atau mulut. Inflamasi atau ulserasi

pada rongga mulut. Akumulasi palque atau tartar.

Pengobatan

Lakukan terapi cairan pada pasien yang mengalami anoreksia. Bila masih bisa

menelan berikan pakan yang lunak. Lakukan dental propilaksis, terapi

periodontal atau ektraksi gigi yang bermasalah. Antimikrobial Terapi untuk

infeksi bakterial primer atau sekunder. Amoxicillin 12.5-25 mg/kg q12 jam PO,

Clindamycin 11 mg/kg q12 jam PO, Metronidazole 10 mg/kg q12 jam PO atau 30

mg/kg q24 jam PO. Anti-inflamasi Untuk membuat hewan nyaman (tidak merasa

sakit) sehingga mau makan. Prednison 0,5-1 mg/kg q12-24 jam PO kemduian

diturunkan hingga q48 jam. Topikal dengan Larutan atau gel chlorhexidine 2-3

kali sehari, larutan atau gel zinc organic acid mampu menghilangkan plaque dan

Page 61: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

mempercepat kesembuhan jaringan. Imunosupresif Untuk penyakit yang

berkaitan dengan imunologis, bergantung pada penyakit spesifik.

Patogenesisnya

pada kejadian primer agen penyebab radang akan membentuk lesi pada selaput

lendir mulut, karena adanya terjaddi kebengkakan disertai dengan nyeri. Hal

tersebut akan merangsang keluarnya air liur yang berlebihan. Juga karena rasa

nyeri nafsu makan akan tertekan. Pada radang yang bersifat sekunder,

patogenesinya belum diketahui secara pasti .

16. Salivary mucocele

Salivary mucocele dikenal juga dengan sebutan sublingual gland and diet injury.

Salivary mucocele adalah pengumpulan mukus saliva yang disebabkan buntunya

saluran saliva atau kerusakan jaringan saliva akibat inflamasi. Salivary mucocele

ini dapat terjadi pada anjing dan kucing. Bangsa anjing yang sering menderita

adalah AGJ dan Poodle (toy, miniatur). Tidak ada kecenderungan terhadap jenis

kelamin dan masih belum ada laporan yang bersifat heriditer. Penyebabnya bisa

bermacam-macam. Traumatik dapat terjadi akibat penetrasi benda asing atau

gigitan. Sebab inflamasi biasanya berupa sialoadenitis atau adanya benda asing.

Sedangkan sebab sekunder, biasanya berasal dari carnassial abcess atau

neoplasia.

Gejala klinis yang dapat ditimbulkan yaitu : bervariasi, berdasarkan tingkat

keparahan dan lokasi lesi. Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva yang

sering terkena. Kadang ditemukan rasa sakit, kadang tidak. Hewan bisanay akan

mengalami disfagia, anoreksia, stridor hemoragi atau dispnea. Pada prinsipnya

tidak obat yang dapat digunakan. Terapi yang disarankan adalah operatif.

Lakukan drainage atau lancing dengan tujuan untuk mengurangi atau

membuang hasil produksi saliva sehingga dapat keluar dari kelenjar. Bisa juga

dengan melakukan drainage secara periodik.

Tindakan definitif adalah dengan melakukan drainage atau reseksi mucocele.

Biasanya kelenjar submandibula dan sublingual secara bersama-sama direseksi.

Langkah alternatif adalah melakukan reseksi marsupialisasi atau redireksi aliran

saliva. Namun langkah ini masih sering menyebabkan kambuh. Amati

abnormalitas pasca operasi. Disfungsi episodik jarang terjadi dan biasanya

bersifat transient. Kambuh umumnya dibawah 5% dan lebih disebabkan reseksi

yang tidak total, reseksi pada kelenjar yang salah atau adanya kerusakan

kelenjar akibat penanganan (iatrogenik). Prognosis baik pada kasus yang tidak

disertai penyakit lain.

Page 62: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

17. Diverticulum Oesophagus

Suatu kondisi dimana esofagus mengalami ketidaknormalan anatomis,

pembesaran atau dilatasi sehinga terjadi ruang tempat berkumpul atau

akumulasi ingesta. Kondisi ini terbagi menjadi dua katagori bergantung

penyebab. Pulsi divertikulum suatu divertikulum yang sesungguhnya yang

berkaitan dengan tekanan intraluminal yang tinggi menyebabkan herniasi pada

muskosa muskularis. Secara histologis sisa jaringan berupa epitelium dan

jaringan ikat. Divertikulum traksi disebabkan tarikan dari luar pada jaringan ikat

esofagus dan keempat lapisan penyusunnya (mukosa, submukosa, muskularis

dan adventitia) masih tetap ada. Sebanyak 50-70% divertikulum (terutama

pulsi) berkaitan dengan lesi yang lain dari esofagus atau diafragma. Kasus ini

sering ditemukan pada anjing atau kucing, baik kongenital atau perolehan. Tidak

ada predisposisi pada ras tertentu.

Gejala Klinis berupa Regurgitasi postprandial, disfagia, berat badan turun,

anoreksia, batuk atau distress respirasi. Terapinya dapat berupa: Jika

divertikulum kecil dan tidak menyebabkan gejala klinis, pasien dapat diterapi

secara umum dengan memberikan makan yang lunak dan kemudian berikan air

minum. Jika divertikulum besar dan menimbulkan gejala klinis, pertimbangkan

untuk dilakukan tindakan operatif. Kondisi ini menjadi predisposisi terjadinya

perforasi, fistula, striktura dan dehisensi pasca operasi. Evaluasi harus dilakukan

bila hewan mengalami peningkatan suhu tubuh, dispnea, takipnea, leukogram

meningkat atau sepsis. Berikan antagonis histamin H2 (Cimetidine, Ranitidine)

bila hewan mengalami esofagitis kambuhan. Berikan antibiotika bila hewan

mengalami aspirasi pneumonia.

18. Infeksi Cacing Hati Pada Kucing

Pathogenesis

Cacing dewasa yang hidup di bagian proksimal dari saluran empedu, ductus

choledochus, menyebabkan terjadinya radang cholecystitis, yang disertai

pengelupasan mukosa saluran. Karena berada di bagian sempit dari ductus

choledochus, bila jumlah cacing cukup banyak dapat mengakibatkan sumbatan

saluran, hingga memmicu terjadinya bilirubinemia atau ikterus. Jaringan saluran

mengalami proliferasi papillomatous atau adenomatous, diarenngi terjadinya

pengerasan bagian tepi dari hati. Di dalam hati mungkinterbentuk kantong atau

sista yang berisi telur maupun cacing.

Gejala Klinis

Page 63: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Penderita jadi kurus karena anoreksia, muntah, dan kadang-kadang diare. Proses

yang berlangsung kronik biasanya diikuti ikterus dan akhirnya kematian

Pencegahan

Pemberian pakan secara teratur pada hewan untuk mencegah hewan

mengonsumsi pakan secara sembarangan. Selain itu, pemilik juga

memperhatikan kebersihan lingkungan disekitar hewan untuk mencegah infeksi

dari cacing. kucing hanya diberikan makanan yang telah masak sempurna dan

membatasi gerak kucing hingga tidak berkeliaran.

Penanganan

Pengobatan dengan sodium antimony tartrate, atau tartarus emeticus, dan

klorokuin difosfat pernah dianjurkan untuk mengirango jumlah telur yang

dihasilkan. Dithiazine yodida telah pula dicoba dan berhasil, apabila infeksinya

tidak berat. Waktu akhir-akhir ini yang dianjurkan adalah praziquantel dengan

dosis 20 mg/kg, diberikan selama 3 hari berturut-turut.

19. Keracunan amitraz

Amitraz merupakan salah satu obat kimia yang diguankan untuk mencegah

infeksi parasit khususnya kutu. Obat ini biasanya diberikan secara topikal

maupun diping tau perendaman. Kasus keracunan ini lebih sering terjadi pada

anjng dibandingkan kucing. Kasus pada kucing biasanya terjadi akibat

penggunaan produk-produk anjing yang mengandung amitraz pada kucing.

Obat amitraz yang digunakan untuk pencegahan kutu dapat bersifat toxic.

Patogenesis

Kasus keracunan dapat terjadi saat kucing menelan produk-produk seperti obat-

obatan maupun makanan yang mengandung amitraz atau kucing kontak dengan

anjing yang masih memiliki sisa-sisa amitraz dikulitnya akibat perendaman,

amitraz dapat masuk dalam tubuh kucing dan beredar dalam darah. Diagnosa

keracunan ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah kucing yang

mengandung amitraz didalamnya, disertai dengan hiperglicemia.

Gejala klinis

Depresi, kelemahan otot, inkoordinasi, berbaring dan jarang bergerak,

penurunan detak jantung, penurunan suhu tubuh, muntah, diare, urinasi, dan

kematian.

Penanganan

Jika amitraz terakumulasi dirambut atau kulit maka kucing harus dimandikan

atau dibersihkan menggunakan detergen atau shampo unuk menghilangkan

residu kemudian dicuci dengan air hangat. Terapi supportive menggunakan

Page 64: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

cairan intravena, mempertahankan suhu tubuh kucing, serta memberikan

asupan nutrisi yang cukup.

Pencegahan:

Memastikan tidak ada amitraz atau obat-obatan keras lainnya disekitar tempat

kucing bermain. Jauhi kucing dari hewan lain yang terinfeksi kutu dan diberi

penanganan menggunakan amitraz terlebih secara diping atau perendaman.

20. Infeksi oleh Aelurostrongylus abstrassus pada kucing

Pathogenesis

Cacing dewasa hidup dalam bronchioli dan dalam saluran alveolus. Cacing sksn

melatakan telur dalam saluran alveoli dan membentuk nodul pada saluran

alveoli. Telur kan menetas dan larva akan bebas menuju saluran pernafasan,

tenggorokan, dan akan meyeberang ke faring dan akan menuju ke saluran

penvernaan. Larva jga akan menembus kerongkongan, lambung dan usus serta

akan beredar mengikuti aliran darah menuju ke organ – organ tubuh lainnya.

Nodul berukuran 1-10 mm yang terdapat dijaringan subpleura yang bersifat

keras, berwarna bau-abu dan berisikan telur dan cacing, yang pada suatu waktu

dapat mengganggu saluran pernafasan. Kadang-kadang nodul dengan jumlah

yang banyak dapat bersifat fatal bagi penderita. Adanya nodul dapat

mengganggu proses pernafasan yang dapat menghasilkan gejala-gejala berupa

dispnea, batuk, dan sebagainya.

Gejala Klinis

Gejala yang dapat diamati yaitu penderita akan memperlihatkan gejala radang

paru-paru berupa batuk, suhu tubuh yang meningkat, dan keluarnya cairan

eksudat dari hidung serta gejala bersin. Penderita akan menjadi kurus secara

progresif. Kadang terjadi gejala diare, kesembuhan spontan dapat terjadi

terutama pada penyakit yang kronis. Timbunan telur dan cacing dalam saluran

pernafasan dapat menyebabkan kematian mendadak.

Pencegahan

Pemberian pakan secara teratur pada hewan untuk mencegah hewan

mengonsumsi pakan secara sembarangan. Selain itu, pemilik juga

memperhatikan kebersihan lingkungan disekitar hewan untuk mencegah infeksi

dari parasit ini.

Penanganan

Dapat dilakukan pengobatan suportif, pengobatan dangan larutan NaI 20% yang

diuntikan 3 kali dengan interval 5 hari dapat menghilangkan larva dalam tinja.

Pemberian dietilkarbamasin dapat menurunkan jumlah larva dan feses.

Page 65: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Pengobatan juga dapat dilakukan dengan pemberia levamisol 8-10 mg/kg

selama 3 hari, seperti pada penanganan untuk cacring pada saluran pernafasan..

dapat juga diberikan ivermektin dengan dosis 0,4 mg/kg disuntikan secara

subkutan.

21. Helminthiasis Pada Sistem Peredaran Darah (Dirofilariasis) Pada Anjing Dan

Kucing

Pathogenesis

Adanya cacing jantung menyababkan anjing dan kucing dapat menderita

berbagai gangguan yang semuanya berasal dari gangguan dalam pengaliran

darah serta kelemahan jantung. Gangguan sirkulasi yaitu terjadi obstruksi oleh

cacing, terjadinya radang arteri dan penyempitan karena terjadi fibrosis.

Gangguan pernafasan berupa emboli pulmoner, infark, dan hemosiderosis.

Adanya cacing dalam ventrikel kanan, dapat mengakibatkan terjadinya

hambatan pengaliran darah. Gangguan dalam aliran darah dapat berakibatkan

gangguan hati dan juga dapat terjadi ascites.

Gejala Klinis

Penderita akan kehilangan berat badan secara progresif. Hewan akan cepat lelah

setelah beraktifitas yang tidak berat, dan diikuti batuk dan dispnea. Suhu tubuh

normal atau tinggi karena terjadi radang antara lain radang pada paru-paru.

Terjadi hipoproteinemia. Terjadi gangguan sirkulasi dari selaput lendir ata yang

sianotik. Penderita akan kehilangan kesadaran. Terjadi gangguan hati akut

karena obstruksi vena cava posterior yang dikenal sebagai posterior caval

syndrome yang ditandai dengan hemoglobinemia dan kematian mendadak

dalam waktu 24 jam.

Pencegahan

Pemberian pakan secara teratur pada hewan untuk mencegah hewan

mengonsumsi pakan secara sembarangan. Selain itu, pemilik juga

memperhatikan kebersihan lingkungan disekitar hewan untuk mencegah infeksi

dari parasit ini

Penanganan

Dapat dilakukan operasi pengambian cacing dari ventrikel kanan dan dari vena

cava posterior. Dan dapat dengan menggunakan obat seperti Thiacetarsamide

dengan dosis 2,2 mg/kg, diberikan 2 kali sehari selama 2-4 hari dengan cara

pemberian secara injeksi intravena. Dapat juga diberikan Levamisol untuk

cacing dewasa dan larva cacing, dengan dosis yang dianjurkan 10-15 mg/kg

diikuti dengan 2,5 mg/kg selama 2 minggu. Dapat juga menggunakan

Page 66: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Melarsomine (Immiticide) untuk membunuh cacing dewasa dengan dosis yang

dianjurkan 2,5 mg/kg, dan diberikan secara injeksi intramuscular di daerah

lumbar dan diulangi setelah 24 jam.

22. Polycystic Kidney Disease Yang Progresi Pada Kucing Persia

Polycystic kidney disease (PKD) merupakan penyakit ginjal bawaan yang

diwariskan melalui gen autosomal dominan (Hosseininejad et al. 2009) dan

umumnya ditemukan pada kucing Persia dan persilangan Persia (Fischer 2001).

Patofisiologi terjadinya kista tidak diketahui dengan jelas. Kista renal

merupakan ruang-ruang kosong (vesikel) berisi cairan yang dilapisi oleh epitel,

umumnya berasal dari nefron sehingga dapat muncul di korteks maupun medula

ginjal. Ukuran kista bervariasi dari 1 mm sampai lebih dari 1 cm dan bertambah

jumlah dan ukurannya seiring dengan waktu. Akhir dari pembesaran kista yang

progresif akan menekan parenkim ginjal di sekitarnya dan menyebabkan fungsi

ginjal terganggu dan terjadi gagal ginjal, terutama jika sebagian besar jaringan

terkena (Chandler et al. 2008). Gagal ginjal dapat terjadi pada semua umur

kucing yang terkena PKD meskipun biasanya baru terjadi pada kisaran umur 7

tahun (Chandler et al. 2008; Hosseininejad et al. 2009)

Karakteristik PKD ditandai dengan terbentuknya multipel kista pada kedua

ginjal. Ginjal mengalami pembesaran sangat nyata disertai dengan bentuk yang

tidak beraturan. Tidak ada terapi yang spesifik untuk PKD dan terapi lebih

ditujukan untuk mengatasi gagal ginjal kronis yang terjadi (Chandler et al.

2008).

Gejala Klinis : Gejala klinis yang tampak pada pemeriksaan fisik awal adalah

kaheksia, lethargy, selaput lendir pucat, turgor buruk, dehidrasi, palpasi daerah

epigastrium dorsal menunjukkan pembesaran ginjal, dengan bentuk permukaan

tidak rata dan terasa krepitasi. Selama perawatan kondisi terus menurun, suhu

subnormal, refleks menelan semakin buruk, pilek purulent, nausea, dan muntah.

Hasil Uji Pendukung Pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan ultrasonografi

(USG), fine needle aspirate (FNA), pemeriksaan hematologi, kimia darah, sitologi

cairan (efusi) bilateral ginjal, kultur identifikasi bakteri dan uji resistensi

terhadap antibiotik, serta pemeriksaan patologi anatomi.

Terapi : Terapi yang telah diberikan berupa terapi cairan infus Ringer Lactate

dan NaCl 0.9%, antibiotik ceftriaxone, vitamin neurobion, dan antimuntah

cimetidine. Semua obat-obatan diberikan secara parenteral (intravena). Terapi

nutrisi diberikan Hill’s Prescription Diet k/d.

23. Urolithiasis / kencing batu pada kucing

Page 67: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Urolithiasis adalah penyakit yang disebabkan adanya urolit (batu) atau calculi

atau kristal yang berlebihan dalam saluran urinaria. Sama seperti batu manusia

batu kristal ini bisa berada dimanapun dalam saluran urinasi di anjing, meliputi

ginjal, uretra, atau bisa ditemukan di kandung kemih (Anonim b, 2006); Fossum

1992). Saat urin mengalami tigkat kejenuhan yang tinggi, yang disertai dengan

kelarutan garam, garam tersebut mengalami presipitasi dan membentuk kristal

(crystalluria). Jika kristal itu tidak dikeluarkan maka akan terbentuk agregat

yang disebut dengan kalkuli (Fossum, 1992). Urolith terbentuk karena banyak

kristal-kristal yang saling bergabung menjadi satu. Terdapat beberapa jenis batu

ginjal yang berbeda, di mana perawatan dan pencegahanya berbeda pula.

Kejadian ini sangat menyakitkan dan membutuhkan pertolongan medis.

Diagnosis

urolithiasis dibuat berdasar hasil anamnesa (riwayat kasus), pemeriksaan fisik,

radiografi, ultrasonografi dan urinalisis (Anonim b, 2006).

Tanda-tanda klinis urolithiasis tergantung pada letak urolith, derajad dan lama

obstruksi atau iritasi dinding mukosa traktus urinarius yang disebabkan oleh

urolith, kristal atau karena infeksi traktus urinarius. Gejala klinis yang nampak

pada anjing yang menderita urolithiasis menurut Osborne (1999) adalah sebagai

berikut :

Gejala klinis yang terlihat apabila terjadi obstruksi pada urethra adalah ;

Sering berusaha urinasi, namun urin yang dikeluarkan sedikit atau hanya

menetes

Terlihat tegang saat urinasi (dysuria/stranguria).

Tidak mampu untuk urinasi (anuria) jika terjadi obstruksi sempurna

Hematuria

Vesica urinaria menggelembung karena penuh urin

Terjadi ruptur di vesica urinaria yang dapat mengakibatkan terjadinya

ascites

Gejala klinis bila terjadi cystic calculi (urolithiasis pada vesica urinaria) ;

Dysuria/stranguria

Hematuria

Gejala sistemik biasanya tidak nampak

Gejala klinis bila terjadi renal atau ureteral kalkuli antara lain ;

Kesakitan pada bagian abdominal

Hematuria

Page 68: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Hydronephrosis mengakibatkan terjadinya pembesaran ginjal, apabila

kalkuli menghambat aliran urin

Nampak gejala sistemik, terjadi anorexia, depresi dan demam

Diagnosa

Pemeriksaan fisik, pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan radiografi, dan

urinalisis yang bertujuan untuk mengetahui jenis urolith pada kucing tersebut.

24. Glomerulonephritis pada kucing

Glomerulonephritis atau juga yang dikenal sebagai glomerulus nefritis (GN)

adalah jenis penyakit ginjal yang ditandai dengan peradangan pada glomeruli

yang merupakan struktur kecil di ginjal yang berfungsi untuk memfiltrasi darah.

Organ target adalah glomerulus dan nefron.

Gejala Klinis

Gejala klinis non-spesifik meliputi anoreksia, muntah, penurunan berat badan

dan lemah, acites dan oedem, hipoalbuminemia, azotemia, poliuria

Diagnosa

Pemeriksaan ultrasnografi, pemeriksaan radiografi, uji titer antibodi, ELISA, dan

biopsi ginjal.

25. Pyelonephritis

Infeksi dan peradangan jaringan ginjal dan renal pelvis (ruang yang terbentuk

dari perluasan ujung atas ureter tubulus yang menyalurkan urin ke kandung

kemih). Infeksi ini biasanya disebabkan karena bakteri. Kelainan ginjal yang

paling sering terjadi, pyelonephritis dapat menjadi kronis dan akut.

Pyelonephritis yang sudah akut biasanya menyerang satu daerah pada ginjal,

dan tidak menyerang bagian yang lain. Pada banyak kasus, pyelonephritis dapat

berkembang tanpa adanya penyebab yang jelas.

26. Cryptococcus Pada Kucing

Jamur ini berukuran sangat kecil dan tidak terlihat mata telanjang, tetapi koloni

yang berkembang biasanya terlihat seperti lapisan berwarna krem-coklat dan

berlendir. Kapang C.neoformans berada dimana-mana, biasanya tumbuh dan

berkembang di kotoran burung dan tumbuhan yang membusuk. C. neoformans

sering menyerang pada kucing, terutama saluran pernafasannya. Penyebaran

dimulai dari hidung, melalui aliran darah dapat menyebar ke otak,mata dan

paru-paru. Tetapi umumnya menyerang bagian hidung, tenggorokan, jaringan

wajah, mata dan otak.

Tanda-tanda kucing terkena C. neoformansKucing yang terkena biasanya

mengalami pembengkakan hidung, pilek berat, luka pada hidung yang bengkak,

Page 69: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

suara nafas berat, kadang-kadang disertai demam, pengelupasan kulit di sekitar

wajah dan kepala, pembengkakan kelenjar getah bening,gangguan syaraf dan

mata.

Menular ke manusia & lama sembuhnya

Segera periksakan kucing anda ke dokter hewan terdekat, informasikan pula

pada dokter hewan tersebut kemungkinan terkena penyakit jamur C.

neoformans ini. Dokter hewan anda akan memberikan obat yang sesuai.Perlu

diperhatikan pula kalau penyakit ini bersifat kronis, lama sembuhnya dan

memerlukan pengobatan selama 1-2 bulan atau lebih. Proses penyembuhan

sangat tergantung terhadap parah-tidaknya penyakit dan pemberian obat yang

teratur.Yang tidak kalah penting penyakit ini bersifat zoonosis, yaitu dapat

menyerang manusia. Penularan dapat terjadi melalui kucing, anjing ataupun

langsung dari lingkungan, Jadi cucilah tangan setelah mengobati kucing

kesayangan Anda.

27. Penyakit Respirasi Kompleks Pada Kucing

Penyakit ini dikatakan kompleks karena dalam satu hewan yang menderita

mungkin ditemukan campuran keadaan konjungtivitis, lakrimasi, salivasi dan

ulserasi oral. Penyebab yang paling sering menyebabkan masalah seperti di atas

adalah feline viral rhinotracheitis (FVR), feline calicivirus infection (FCV), feline

pneumonitis (Chlamydia psittaci)dan Mycoplasma.EtiologiInfeksi saluran

respirasi atas sekitar 40-45 % disebabkan oleh FVR dan FCV dan sisanya

disebabkan oleh Chlamydia psittaci, Mycoplasma dan reovirus.

Cara Penularan

Penularan penyakit umumnya melalui aerosol droplet, muntahan, pemeliharaan

yang tercemar hewan sakit kemudian secara tidak langsung menularkan ke

kucing sehat.

Masa inkubasi infeksi FVR dan FCV berkisar 2-6 hari, sedangkan pneumonitis 5-

10 hari. Adanya stress yang terjadi pada hewan penderita kemungkinan dapat

menyebabkan terjadinya infeksi ikutan.

Gejala Klinis

Infeksi FVR ditandai dengan demam sampai 40,5°C, kucing sering bersin.

Konjungtivitis dan rhinitis yang timbul didahului oleh leleran serous, kemudian

berubah menjadi mukopurulen. Kucing tampak depresi dan anoreksia.

Diagnosa

Diagnosa penyakit berdasarkan tanda-tanda berupa bersin, konjungtivitis,

rhinitis, lakrimasi, salivasi, ulkus mulut dan dispnoea. Pada FVR cenderung

Page 70: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

menimbulkan gangguan pada konjungtiva dan saluran hidung, virus calici

menyebabkan gangguan pada mukosa mulut dan saluran respirasi bagian

bawah. Chlamydia menimbulkan konjungtivitis ringan yang kronis. Diagnosa

yang tepat terhadap penyakit ini dengan melakukan isolasi dan identifikasi agen.

28. Penyakit Dengan Tanda Kuning (Jaundice /Icterus) Pada Kucing

Berbeda penyakit kuning antara anjing yang dicurigai leptosipira, kucing sangat

jarang dilaporkan terjangkit leptospirosis. Jaundice atau kuning yang terlihat

pada mucosa/selaput lendir sclera, telinga, gusi dan kulit . Penyakit kuning bisa

timbul akibat kerusakan pada organ sebelum hati (prehepatic), pada hati itu

sendiri (hepatic) dan setelah organ hati (posthepatic).

Gejala klinis : Kucing yang menderita post hepatic selain kuning , tidak nafsu

makan, depresi, sakit pada abdomen, dan demam. Namun demikian kejadian

obstuksi empedu pada kucing sangat jarang. Yang paling sering terjadi karena

hepatolipidosis, infeksi FIP dan kelaianan darah (autoimmune hemolitic).

Patogenesis : Pada hewan sehat, system ketahanan tubuh (immune system)

berfungsi mengusir segala macam benda asing seperti bakteri yang masuk

dalam tubuh. Pada hewan dengan masalah autoimmune immune system

menyerang sel dalam pembuluh darah , proses ini akan berakibat intravascular

hemolysis, salah satu tanda akan terlihat plasma menjadi agak pink sampai

merah. Urine positif hemoglobinuria, tanda lain dengan kecurigaan tersebut

adalah dalam pemeriksaan ulas darah ditemukan spherocyte bentukan seperti

bola dan lebih kecil dari RBC normal), ditemukan sel anisocytosis. Bilirubin yang

berlebihan dalam darah menimbulkan warna kuning pada bagian tubuh

sebagaimana terlihat pada daerah daerah tersebut diatas.

Pengobatan : untuk kasus lipidosis dengan memutus siklus energy intake yang

tidak cukup dan mobilisasi lemak dengan makan paksa ( bisa diilakukan

oesophagustomy selama 7 hari maksimum 10 hari) sambil tetap dilihat ada

kemauan makan sendiri. Peradangan pada hati sering dijumpai pada kucing

muda dan usia tua (> 8 th)biasanya diikuti dengan gejala klinis tidak nafsu

makan, depresi, dan demam. Dengan kimia darah sama dengan pada kasus

lipidosis, tetapi kebanyakan lekocytosis. Peradangan hati dapat juga disebabkan

efek obat griseofulvin, ketokonazole, alfatoxin dan phenol. Infeksi bakteri bisa

diobati dengan antibiotik amoxilin, ampicilin atau metronidazole. Disarankan

diberikan sampai 6-8 minggu. Urdafalk (ursodeoxycholoic acid) adalah suatu

obat untuk menstimulasi aliran cairan empedu, tetapi sangat kontradiksi jika

Page 71: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

diberikan untuk kasus obstruksi pada saluran empedu. Berikan juga force

feeding , berikan infus dan juga beri sedikit penghangat.

29. Pulmonary carcinoma pada kucing

Tumor paru primer jarang terjadi pada kucing jika dihitung maka hanya <1%

dari semua tumor. Usia rata-rata adalah sekitar 11-12 tahun. Tidak ada

penelitian yang signifikan telah terbukti tumor paru memiliki hubungan dengan

infeksi FeLV. Biasanya terbentuk adenokarsinoma untuk 70% sampai 80% dari

neoplasia paru primer pada kucing; karsinoma kurang umum termasuk

karsinoma sel skuamosa dan karsinoma adenosquamous. Fibrosarcomas,

osteosarkoma, chondrosarcomas, hemangiosarcomas, granulomatosis

lymphomatoid (limfoma sel-T angioinvasive), sarkoma histiocytic, dan adenoma

adalah neoplasma primer lainnya yang telah didokumentasikan dalam paru-

paru kucing.

Metastasis tumor paru primer pada kucing dapat terjadi ke area lain dari paru-

paru, diantaranya tulang panjang, hati, limpa, pankreas, ginjal, kelenjar adrenal,

otak, kerongkongan, kelenjar getah bening abdominal, dan mata.

Kebanyakan kucing dengan neoplasia paru menunjukkan tanda-tanda berupa

batuk, intoleransi latihan, dyspnea, kepincangan (dari metastasis atau osteopati

paru hipertrofik, yang lebih umum pada anjing dari pada kucing), penurunan

berat badan, anoreksia, dan kelesuan. Diagnosis biasanya ditegakkan

berdasarkan radiografi, pemeriksaan sitologi, dan pemeriksaan histopatologi.

30. Bronchopneumonia pada kucing

Disebabkan oleh infeksi bakteri maupun agen penyakit lain. Namun belakangan

penelitian menunjukkan bahwa salah satu bakteri yang menyebabkan terjadinya

bronchopneumonia pada kucing adalah Bordetella Bronchoseptica.

Gejala Klinis

Pernapasan cepat

Gangguan pernapasan

Batuk

Demam

Depresi

Mukopurulen eksudat hidung (cairan)

Anorexia

Kelesuan

Diagnosa

Chest X-rays

Page 72: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Complete blood count (CBC)

Airway cytology

Culture (tracheal wash cytology and culture and sensitivity)

Kucing yang hadir dengan perusahaan massa jaringan lunak harus memiliki

neoplasia paru metastasis ditambahkan ke daftar diagnosis diferensial.

31. Infeksi oleh Taenia taeniaformis pada Kucing

Cacing ini hidup dalam usus halus kucing dan karnivora terkait lainnya termasuk

serigala, lynx, dan bangsa lingsang atau berang-berang, terdapat diberbagai

negara. Cacing ini memiliki ukuran panjang 50-60cm, berbentuk unik yaitu tidak

memiliki leher, serta proglotid posteriornya berbentuk mirip genta.

• Patogenesis : cacing dewasa menembus mukosa usus demikian dalamnya,

meskipun ini jarang terjadi, hingga dapat menyebabkan perforasi usus. Cacing

dewasa dapat mengganggu pencernaan makanan yang serius. Strobilocercus

sendiri, setidaknya untuk hospes antara tidak menimbulkan gangguan.

• Gejala klinis : gangguan pencernaan makanan akan mengakibatkan kekurusan,

tumbuh kedengkik, diare dan dehidrasi. Bila terjadi perforasi hewan dapat mati

mendadak.

• Penanganan : penggunaan obat-obat antihelmintik untuk mengatasi cacing

pipih.

• Pencegahan : Pemberian pakan secara teratur pada hewan untuk mencegah

hewan mengonsumsi pakan secara sembarangan.

32. Infeksi oleh Spirometra spp.

Cacing pipih Spirometra spp. Yang menyerang anjing, serigala, dan kucing

diberbagai negara berbeda-beda spesiesnya. Di asia Tenggara cacing sp mansoni

lebih banyak ditemukan dan di Australia sp. Erinacei lebih dominan. Cacing sp

erinacei dewasa dalam usus halus dapat mencapai panjang 100cm. Skoleknya

memiliki lengkungan sempit yang disebut bothria dan skoleksnya tidak memiliki

kait. Dalam setiap segmen atau proglotid terdapat organ reproduksi hemaprodit

yang lubang kelaminnya terletak ditengah.

• Patogenesis : anjing penderita spirometrosis maupun hospes definitif lainnya,

termasuk kucing tidak tidak memperlihatkan gejala-gejala sakit yang jelas. Larva

stadium ke 2 yang berbentuk kista dapat menyebabkan sparganosis mungkin

karena mengonsumsi secara tidak sengaja hospes prtama misalnya lalat air yang

mengandung procercoid. Ataupun tertular oleh adanya spargana dalam daging

misalnya daging babi yang tidak matang. Selain itu, dapat juga melalui transver

larva langsung melalui luka atau konjungtiva mata.

Page 73: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

• Penanganan : penggunaan obat-obatan antihelmintik untuk membasmi cacing.

• Pencegahan : Pemberian pakan secara teratur pada hewan untuk mencegah

hewan mengonsumsi pakan secara sembarangan.

33. Infeksi oleh Diphyllobothrium latum

Cacing pipih Diphyllobothrium latum hidup dalam usus halus berbagai spesies

mamalia, manusia, anjing, babi, kucing, serigala, beruang serta hewan pemakan

ikan. Cacing dewasa berukuran 2-10m terdiri dari 3000 segmen atau lebih.

Cacing berwarna abu-abu kekuningan dengan bagian tengah gelap karena

adanya uterus dan telur yang banyak jumlahnya.

• Patogenesis : parasit yang hidup didalam tubuh anjing dan kucing kurang

memiliki arti patologik. Kecuali pertumbuhan penderita yang terhambat.

Lainhalnya dengan parasit yang berada dalam tubuh manusia. Pada manusia

cacing menyebabkan anemia yang parah. Cacing memanfaatkan vitamin B12

berlebihan hingga menusia penderita akan mengalami anemia pernisiosa.

• Penanganan : untuk manusia penggunaan obat Quinacrine Hcl memerikan hasil

baik. Yomesan juga memberikan hasil baik. Untuk anjing, obat baku yang

dianjurkan untuk mengatasi kasus ini harus memiliki efektifitas tinggi, termasuk

Arecolin HBr.

• Pencegahan : tidak memberikan ikan mentah kepada anjing dan kucing sebagai

pakan.

34. Infeksi Oleh cacing Spirocerca Lupi

Cacing Spirocerca Lupi ditemukan dalam tumor kerongkongan, lambung, dan

aorta anjing dan berbagai hewan pemakan daging. Cacing dapat ditemukan

diberbagai negara baik tropis termasuk Indonesia maupun subtropis. Cacing

dewasa berukuran 3-8cm, berwarna merah, dan terdapat melingkar didalam

tumor jaringan ikat pada dinding kerongkongan atau organ lainnya. telur cacing

berdinding tebal, oval, dan dinding lateral yang hampir paralel.

• Patogenesis : telur yang dibebaskan bersama tinja akan menetas bila dimakan

oleh kumbang. Didalam tubuh kumbang, larva akan berkembang hingga

mencapai stadium ke3 dalam waktu 7 hari. Bila kumbang dimakan oleh hewan

pengerat sebagai hospes paratenik, larva akan membentuk kista dalam jaringan

tubuh. Infeksi pada anjing terjadi jika anjing mengonsumsi larva stadium ke 3

dalam kotoran kumbang atau memakan hospes paratenik. Larva yang termakan

akan membuat lubang dalam lambung anjing dan bermigrasi pada lapisan arteri

dan aorta sampai didinding kerongkongan dan lambung. Dijaringan terakhir ini

Page 74: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

cacing dewasa dapat menghasilkan telur dan siklusnya akan erjadi terus-

menerus.

• Gejala Klinis : larva yang bermigrasi menyebabkan pendarahan dan radang.

Infeksi Spirocerca Lupi menyebabkan hilangnya nafsu makan, munta, dan oleh

iritasi cacing menyebabkantremor, aneurisma aorta, bahkan ruptur pembuluh

darah serta terjadinya osteoarthropati paru-paru sekunder.

• Penanganan : mengingat cacing ada didalam tumor dikerongkongan dan

lambung sedangkan obat cacing untuk dapat berfungsi harus mencapai usus

dahulu, pengobatan menjadi sulit. Penyuntikan disophenol dan pemberian dietil

karbamasin dosis tinggi selama 10 hari berturut-turut terbukti meberikan hasil

yang baik.

• Pencegahan : memberikan pakan yang baik dan tercukupi untuk hewan agar

hewan tidak memakan makanan secara sembarangan.

35. Infeksi oleh cacing cambuk (Trichuriasis)

Cacing cambuk Trichuris spp berukuran 4-7,5 cm hidup pada mukosa sekum

dan usus besar dari berbagai ternak, anjing dan serigala. Spesies anjing dan

serigala terinfeksi cacing cambuk Trichuris vulpis. Cacing ini secara morfologi

berbentuk seperti cambuk. Cacing ini tidak ditemukan pada kuda. Bagian

anterior cacing panjang dan langsing sedangkan bagian posteriornya pendek

dan tebal.

• Patogenesis : dengan melekat eratnya cacing pada mukosa sekum dan usus

besar terjadilah radang yang dapat meningkatkan peristaltik. Rasa sakit perut

juga menghilangkan nafsu makan dan kehilangan cairan lewat tinja maupun

keringat hingga penderita akan kekurangan cairan. Diare yang berlangsung tidak

beraturan berupa tinja kehitaman, abu-abu seperti lumpur, dan tinja bercampur

darah. Adanya cacing T. Vulpis juga mendorong kemungkinan terjadi infeksi oleh

organisme lainnya baik parasit, maupun bakteri.

• Gejala klinis : sakit perut, peningkatan peristaltik usus, anorexia, diare.

• Penanganan : pemberian obat-obatan anthelmintik seperti Fenbendazole,

Mebendazole, Dipthalofyne,dll yang diberikan dalam jangka waktu 10 minggu.

• Pencegahan : memberikan pakan yang baik dan tercukupi untuk hewan agar

hewan tidak memakan makanan secara sembarangan.

36. Hernia inguinalis di Kucing

Hernia inguinalis adalah suatu kondisi di mana isi perut menonjol melalui

kanalis inguinalis atau cincin inguinal, pembukaan yang terjadi pada dinding otot

di daerah selangkangan. hernia inguinalis dapat terjadi di kedua anjing dan

Page 75: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

kucing. Jika Anda ingin belajar bagaimana jenis hernia mempengaruhi anjing,

silakan kunjungi halaman ini di perpustakaan kesehatan petMD.

Gejala

Hernia inguinalis mungkin tidak rumit atau rumit. Hernia rumit adalah satu di

mana isi rongga perut telah melewati pembukaan dan menjadi terperangkap.

Gejala terlihat dengan hernia inguinalis tidak rumit adalah:

Sebuah pembengkakan lembut di area selangkangan, yang dapat terjadi

pada satu atau kedua sisi tubuh

Gejala terlihat dengan hernia inguinal rumit mungkin termasuk:

Pembengkakan di daerah selangkangan, yang mungkin menjadi

menyakitkan dan hangat saat disentuh

muntah

Rasa sakit

upaya sering buang air kecil

kencing berdarah

Kurang nafsu makan

Depresi

37. Demensia (Geriatri) di Kucing

Dengan usia lanjut datang banyak komplikasi dan gangguan. sindrom disfungsi

kognitif adalah salah satu kondisi tersebut yang langsung berhubungan dengan

penuaan otak kucing; akhirnya menyebabkan perubahan kesadaran, defisit

dalam belajar dan memori, dan penurunan respon terhadap rangsangan.

Meskipun gejala awal dari gangguan ringan, mereka secara bertahap memburuk

dari waktu ke waktu, juga dikenal sebagai "penurunan kognitif."

Gejala

Disorientasi / bingung

Kecemasan / kegelisahan

lekas marah yang ekstrim

Penurunan keinginan untuk bermain

menjilati berlebihan

Tampak mengabaikan aturan pelatihan atau rumah dipelajari

sebelumnya

Lambat untuk mempelajari tugas baru

Ketidakmampuan untuk mengikuti rute familiar

Kurangnya diri grooming

Inkontinensia tinja dan urin

Page 76: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Kehilangan nafsu makan ( anoreksia )

Perubahan siklus tidur (yaitu, malam bangun, tidur siang hari)

38. Infeksi oleh Aelurostrongylus abstrassus pada kucing

Pathogenesis

Cacing dewasa hidup dalam bronchioli dan dalam saluran alveolus. Cacing sksn

melatakan telur dalam saluran alveoli dan membentuk nodul pada saluran

alveoli. Telur kan menetas dan larva akan bebas menuju saluran pernafasan,

tenggorokan, dan akan meyeberang ke faring dan akan menuju ke saluran

penvernaan. Larva jga akan menembus kerongkongan, lambung dan usus serta

akan beredar mengikuti aliran darah menuju ke organ – organ tubuh lainnya.

Nodul berukuran 1-10 mm yang terdapat dijaringan subpleura yang bersifat

keras, berwarna bau-abu dan berisikan telur dan cacing, yang pada suatu waktu

dapat mengganggu saluran pernafasan. Kadang-kadang nodul dengan jumlah

yang banyak dapat bersifat fatal bagi penderita. Adanya nodul dapat

mengganggu proses pernafasan yang dapat menghasilkan gejala-gejala berupa

dispnea, batuk, dan sebagainya.

Gejala Klinis

Gejala yang dapat diamati yaitu penderita akan memperlihatkan gejala radang

paru-paru berupa batuk, suhu tubuh yang meningkat, dan keluarnya cairan

eksudat dari hidung serta gejala bersin. Penderita akan menjadi kurus secara

progresif. Kadang terjadi gejala diare, kesembuhan spontan dapat terjadi

terutama pada penyakit yang kronis. Timbunan telur dan cacing dalam saluran

pernafasan dapat menyebabkan kematian mendadak.

Pencegahan

Pemberian pakan secara teratur pada hewan untuk mencegah hewan

mengonsumsi pakan secara sembarangan. Selain itu, pemilik juga

memperhatikan kebersihan lingkungan disekitar hewan untuk mencegah infeksi

dari parasit ini.

Penanganan

Dapat dilakukan pengobatan suportif, pengobatan dangan larutan NaI 20% yang

diuntikan 3 kali dengan interval 5 hari dapat menghilangkan larva dalam tinja.

Pemberian dietilkarbamasin dapat menurunkan jumlah larva dan feses.

Pengobatan juga dapat dilakukan dengan pemberia levamisol 8-10 mg/kg

selama 3 hari, seperti pada penanganan untuk cacring pada saluran pernafasan..

dapat juga diberikan ivermektin dengan dosis 0,4 mg/kg disuntikan secara

subkutan.

Page 77: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

39. Hemangiosarcoma dari Bone di Kucing

Hemangiosarcoma adalah tumor menyebar cepat dari sel-sel endotel, yang garis

permukaan interior pembuluh darah tubuh, termasuk arteri, vena, saluran usus,

dan bronkus paru-paru.

Integritas tulang dapat dikompromikan oleh tumor, dan patah tulang di tulang,

absen kecelakaan trauma yang berhubungan dengan tubuh, merupakan ciri khas

dari kanker tulang. Paling umum, jenis tumor ditemukan pada tungkai atau

tulang rusuk, tetapi dapat terjadi di lokasi lain juga.

40. Ulseratif Keratitis di Kucing

Kornea - bagian transparan mata - membentuk penutup atas iris dan pupil. Hal

ini juga mengakui cahaya ke dalam mata, membuat visi mungkin. Sebuah ulkus

kornea terjadi ketika lapisan yang lebih dalam dari kornea hilang; borok ini

diklasifikasikan sebagai dangkal atau mendalam. Jika kucing Anda menyipitkan

atau mata yang merobek berlebihan, ada kemungkinan dari ulkus kornea

(keratitis atau ulseratif).

Gejala

Merah, mata menyakitkan

mata berair

menyipitkan mata

Kepekaan terhadap cahaya

Menggosok di mata dengan satu kaki

Mata mungkin tetap tertutup

debit mata

Film atas mata

41. Fistula oronasal di Kucing

Sebuah fistula ditandai sebagai lorong normal antara dua bukaan, organ

berongga, atau gigi berlubang. Mereka terjadi sebagai akibat dari cedera, infeksi,

atau penyakit. Sebuah berkomunikasi, lorong vertikal antara mulut dan rongga

hidung disebut fistula oronasal. fistula oronasal jarang pada kucing, tetapi

mereka terjadi.

Jenis fistula disebabkan oleh kondisi sakit dari setiap gigi di rahang atas. Lokasi

yang paling umum untuk fistula oronasal sinilah akar dari premolar keempat

pada rahang atas memasuki langit-langit. Kondisi ini akan membutuhkan

operasi untuk dikoreksi untuk mencegah makanan dan air dari melewati dari

mulut ke rongga hidung. Jika ini harus terjadi, itu akan menyebabkan iritasi

hidung, pilek, radang sinus, infeksi, dan mungkin pneumonia.

Page 78: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Gejala dan Jenis

Gejala fistula oronasal termasuk pilek kronis, dengan atau tanpa pendarahan,

dan bersin terus-menerus.

Pengobatan

Operasi pengangkatan gigi, dan penutupan lorong adalah pengobatan pilihan.

Sebuah penutup kulit akan ditempatkan di kedua mulut dan di rongga hidung

selama penutupan.

42. Arteriovenous Fistula di Kucing

Sebuah rendah, koneksi perlawanan yang abnormal antara arteri dan vena

disebut fistula arteriovenosa. Jika cukup besar, fistula dapat menyebabkan fraksi

yang signifikan dari total curah jantung untuk melewati kapiler, sehingga

sehingga jaringan menerima sedikit atau tidak ada oksigen. Jantung, pada

gilirannya, mencoba untuk mengkompensasi kekurangan oksigen dengan

memompa darah ke tubuh pada tingkat yang lebih cepat, yang dapat

menyebabkan "output tinggi" gagal jantung kongestif.

Lokasi arteriovenous fistula bervariasi; situs dilaporkan termasuk kepala, leher,

telinga, lidah, badan, sayap, sumsum tulang belakang, otak (bagian dari otak),

paru-paru, hati, vena cava (vena utama mengarah kembali ke jantung), dan

saluran pencernaan.

Gejala dan Jenis

Gejala yang berhubungan dengan fistula arteriovenosa akhirnya akan tergantung

pada ukuran dan lokasi fistula. Biasanya, ada hangat, non-menyakitkan di lokasi

fistula. Jika lesi pada tungkai, kucing mungkin menampilkan:

Pembengkakan di mana Anda dapat menyentuh anggota tubuh dan kesan

ujung jari yang tersisa dalam (edema pitting) kulit

Ketimpangan

Koreng

Scabbing

Batuk

Kesulitan bernapas (dyspnea)

Peningkatan denyut jantung (takipnea)

intoleransi latihan

Jika arteriovenous fistula menyebabkan kegagalan organ, kucing Anda mungkin

menampilkan:

Distensi abdomen (liver)

Kejang (otak)

Page 79: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Kelemahan atau kelumpuhan (sumsum tulang belakang)

Kucing dengan tanda-tanda klinis harus menjalani operasi untuk membagi dan

menghapus koneksi yang abnormal antara pembuluh darah. Namun, operasi bisa

sulit dan padat karya dan mungkin memerlukan transfusi darah. Juga, meskipun

sering sukses, arteriovenous fistula bisa kambuh bahkan setelah operasi.

Beberapa kucing bahkan mungkin memerlukan amputasi embel yang terkena.

Sebuah pilihan pengobatan yang lebih baru yang disebut transkateter embolisasi

melibatkan menggunakan kateter untuk memblokir pembuluh darah. Metode ini

sangat menguntungkan karena relatif non-invasif dan menyediakan akses ke lesi

jarak jauh melalui pembuluh darah

43. Entropion di Kucing

Entropion adalah suatu kondisi genetik di mana sebagian dari kelopak mata

terbalik atau dilipat ke arah dalam bola mata. Hal ini menyebabkan iritasi dan

goresan ke kornea - permukaan depan mata - mengarah ke ulserasi kornea, atau

perforasi kornea. Hal ini juga dapat meninggalkan jaringan parut berwarna gelap

untuk membangun di atas luka (pigmen keratitis). Faktor-faktor ini dapat

menyebabkan kerugian atau penurunan penglihatan.

Umumnya, hanya keturunan yg mempunyai kepala yg pendek dan lebar dari

kucing, seperti Persia, beresiko. Entropion hampir selalu didiagnosis sekitar

waktu kucing mencapai tahun kedua usia.

Gejala dan Jenis

Gejala umum biasanya termasuk kelebihan robek (epifora) dan / atau

peradangan mata bagian dalam (keratitis). Mata mungkin tampak merah, atau

kulit di sekitar rongga mata dapat kendur. Dalam beberapa kasus lendir dan /

atau debit nanah dari sudut luar mata akan tampak, menandakan infeksi

mungkin.

Pengobatan

Jika kondisi ini ringan dan kornea tidak ulserasi, air mata buatan dapat

digunakan untuk melumasi mata. kornea ulserasi dapat diobati dengan salep

antibiotik antibiotik atau tiga. Operasi seringkali diperlukan. Hal ini dilakukan

oleh sementara memutar kelopak mata dalam atau ke luar (everting) melalui

penjahitan. Operasi ini dilakukan pada kasus-kasus sedang, dan ketika kucing

dewasa yang tidak memiliki riwayat kondisi pameran entropion. Dalam kasus

yang parah rekonstruksi wajah diperlukan, tetapi umumnya dihindari sampai

kucing mencapai ukuran dewasa.

Page 80: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Manajemen

Entropion membutuhkan perawatan tindak lanjut rutin, dengan obat yang

diresepkan oleh dokter hewan. Mereka mungkin termasuk antibiotik untuk

mengobati atau mencegah infeksi, dan tetes mata atau salep. Dalam kasus solusi

non-bedah sementara, mungkin ada kebutuhan untuk mengulangi prosedur

hingga masalah teratasi, atau sampai kucing Anda cukup tua untuk solusi yang

lebih permanen. Jika kucing Anda menderita sakit, gatal atau iritasi mata lainnya,

Anda akan perlu untuk kita kerah Elizabeth untuk mencegah kucing dari goresan

di mata dan membuat masalah lebih buruk.

Pencegahan

Sebagai entropion biasanya disebabkan oleh kecenderungan genetik, dapat

benar-benar dicegah. Jika kucing Anda adalah dari generasi yang dikenal akan

terpengaruh oleh entropion, Anda akan perlu untuk mencari pengobatan medis

yang segera segera setelah Anda telah memperhatikan komplikasi.

44. Rectoanal Polip di Anjing

Polip Rectoanal ditandai dengan pertumbuhan tonjolan flap-seperti di dinding

dubur dan dubur. Polip dapat langsung melekat pada dinding usus (sessile), atau

melekat melalui koneksi silinder tangkai-seperti. Kebanyakan polip rectoanal

adalah non-kanker, dan hanyalah perpanjangan dari lapisan jaringan terdalam

dari dinding usus. Dan sementara sebagian besar kasus polip biasanya terisolasi,

ada kesempatan anjing menderita beberapa polip.

Gejala dan Jenis

Anjing yang menderita kondisi ini akan menunjukkan tegang atau sakit

sementara lewat tinja. Tinja mungkin bernoda darah dan / atau ditutupi dengan

lendir.

Pengobatan

Pembedahan biasanya diindikasikan untuk manajemen yang efektif dari polip.

Polip dapat dihapus melalui pembukaan dubur, setelah pembukaan dubur akan

ditutup dengan jahitan. operasi pengangkatan yang sama dapat dilakukan

endoskopi, atau dengan menggunakan jarum listrik atau penyelidikan. Beberapa

obat yang mungkin diresepkan adalah:

penghilang rasa sakit non-steroid

Antibiotik (terutama sebelum operasi untuk mencegah infeksi)

pelunak feses

Page 81: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Kemungkinan komplikasi termasuk kambuh polip dan penyempitan pembukaan

dubur karena jaringan parut dan / atau peradangan.

45. Sinus Bradikardia di Kucing

Sebuah tingkat yang lebih lambat dari normal impuls di sinus node secara medis

disebut sebagai bradikardia sinus (SB). Juga disebut node sinoatrial (SAN), sinus

node memulai impuls listrik dalam jantung, memicu jantung untuk mengalahkan

atau kontrak. Dalam kebanyakan kasus, lambat sinus impuls listrik jinak dan

bahkan mungkin bermanfaat; Namun, hal itu juga dapat menyebabkan hilangnya

kesadaran jika dibawa oleh penyakit yang mendasari yang mengganggu saraf

otonom jantung, yang bertindak sebagai sistem kontrol jantung. SB kurang

umum pada kucing dibandingkan dengan anjing. Selain itu, tingkat detak jantung

akan tergantung pada lingkungan ukuran hewan.

Gejala dan Jenis

Kucing Anda mungkin tidak menunjukkan gejala apakah itu sangat aktif atau

terlibat dalam pelatihan atletik. Biasanya, bradikardia sinus (detak jantung lebih

lambat dari 120 denyut per menit, meskipun tergantung pada lingkungan dan

ukuran hewan) adalah yang paling jelas ketika kucing Anda sedang beristirahat.

Beberapa gejala umum lainnya yang terkait dengan bradikardia sinus meliputi:

Kelesuan

Kejang

intoleransi latihan

Hilang kesadaran

inkoordinasi otot episodik (ataxia)

bernapas terlalu lambat (hipoventilasi), terutama di bawah anestesi

Pengobatan

Pengobatan dan pendekatan terapi akan ditentukan oleh penyakit yang

mendasari untuk SB, tingkat ventrikel, dan keparahan gejala klinis. Namun,

banyak kucing tidak menunjukkan tanda-tanda klinis dan tidak memerlukan

pengobatan.

Jika kucing Anda dalam kondisi kritis, mungkin diperlakukan sebagai pasien

rawat inap, di mana terapi cairan intravena dapat diberikan. Pembatasan

kegiatan tidak akan dianjurkan kecuali kucing Anda memiliki SB gejala yang

berhubungan dengan penyakit jantung struktural; maka pembatasan latihan

akan direkomendasikan sampai intervensi medis dan / atau pembedahan dapat

menyelesaikan masalah.

46. Distokia di Kucing

Page 82: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Kesulitan melahirkan ini biasa disebut sebagai distokia dan menurut

penyebabnya distokia bisa digolongkan ke dalam dua golongan : sebab maternal

dimana problem berasal dari induknya dan sebab fetal dimana problem berasal

dari anaknya.

Gejala Klinis

• Kebuntingan lebih dari 70 hari

• Tahapan Pertama berlangsung lebih dari 24 jam

• Mengejan hebat lebih dari 30 menit tanpa melahirkan

• Jarak antar kelahiran lebih dari 2 jam

• Temperature rektal diatas 39°C

• Induk menjerit kesakitan dan terus menjilati kelaminnya

• Apabila fetus sudah terlihat di saluran kelahiran dan mengejan

10 menit

• Induk terlihat depresi

• Adanya leleran cairan bercampur darah dan berbau busuk

sebelum keluarnya anak pertama atau antar kelahiran anak.

• Tidak muncul refleks ferguson dimana ketika dirangsang pada

bagian atas vagina tidak ada respon, hal ini menunjukkan adanya

inertia uterina atau rahim tidak mampu berkontraksi.

Penyebab

Janin

janin kebesaran

presentasi yang abnormal, posisi, atau postur janin di jalan lahir

kematian janin

Induk

kontraksi uterus miskin

tekan perut tidak efektif

Peradangan rahim (biasanya disebabkan oleh infeksi)

Kehamilan toksemia (keracunan darah), diabetes gestasional

Abnormal kanal panggul dari cedera sebelumnya panggul, konformasi

normal, atau ketidakdewasaan panggul

panggul kongenital kecil

Kelainan kubah vagina

Kelainan pembukaan vulva

Cukup dilatasi serviks

Kurangnya pelumasan yang memadai

Page 83: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

uterine torsi

ruptur uteri

Penanganan

Manipulasi dengan jari bisa dilakukan untuk membetulkan posisi fetus yang

tidak tepat. Apabila keadaan sangatlah buruk misalnya fetus tidak bisa

dikeluarkan setelah lebih dari 30 menit, kemungkinan harus dilakukan operasi

sesar terhadap sang induk.

47. Katarak dari Lens Eye di Kucing

Katarak mengacu pada kekeruhan pada lensa kristal mata, bervariasi dari

lengkap untuk opacity parsial. Ketika lensa mata (terletak tepat di belakang iris)

adalah tutul, mencegah cahaya dari melewati ke retina, yang dapat

menyebabkan kehilangan penglihatan. Sebagian besar kasus katarak yang

diwarisi; misalnya, kucing Persia, Birmans, dan Himalayans semua cenderung

untuk katarak.

Gejala Klinis

Gejala biasanya berhubungan dengan tingkat gangguan penglihatan. Kucing

dengan kurang dari 30 persen opacity lensa, misalnya, menampilkan gejala

sedikit atau tidak ada, sedangkan orang-orang dengan lebih dari 60 persen

opacity dari lensa mungkin menderita kehilangan penglihatan atau memiliki

kesulitan melihat di daerah remang-remang.

Penyebab

Meskipun sebagian besar kasus katarak diwariskan, berikut ini adalah penyebab

lain dan faktor risiko yang terkait dengan kondisi:

Diabetes mellitus

Usia tua

Sengatan listrik

Peradangan uvea mata (uveitis)

tingkat abnormal rendah kalsium dalam darah (hypocalcemia)

Paparan radiasi atau racun zat (misalnya, dinitrophenol, naftalena)

Pengobatan

Salah satu teknik bedah modern yang katarak, fakoemulsifikasi, melibatkan

emulsifikasi lensa mata dengan handpiece ultrasonik. Setelah lensa emulsi dan

disedot, bercita-cita cairan diganti dengan larutan garam seimbang. Juga, untuk

mencegah rabun jauh ekstrim, lensa intraokular dapat ditanamkan selama

operasi. Fakoemulsifikasi telah menunjukkan lebih dari tingkat keberhasilan 90

persen pada kucing.

Page 84: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

48. Hemangiosarcoma dari Bone di Kucing

Hemangiosarcoma adalah tumor menyebar cepat dari sel-sel endotel, yang garis

permukaan interior pembuluh darah tubuh, termasuk arteri, vena, saluran usus,

dan bronkus paru-paru. Integritas tulang dapat dikompromikan oleh tumor, dan

patah tulang di tulang, absen kecelakaan trauma yang berhubungan dengan

tubuh, merupakan ciri khas dari kanker tulang. Paling umum, jenis tumor

ditemukan pada tungkai atau tulang rusuk, tetapi dapat terjadi di lokasi lain

juga. Seperti banyak jenis kanker, hemangiosarcoma biasanya didiagnosis pada

kucing yang lebih tua dari 17 tahun.

Gejala Klinis

Jika tumor di kaki, ketimpangan dan / atau pembengkakan

Fraktur karena kelemahan pada tulang

Bengkak di situs yang terkena

sulit bernapas mungkin hadir jika tumor melibatkan tulang rusuk

membran mukosa pucat (yaitu, hidung, bibir, telinga, alat kelamin)

Anemia karena kehilangan darah dari tumor pecah

Penyebab

Penyebab yang tepat untuk hemangiosarcoma tulang masih belum diketahui.

Pengobatan

Operasi agresif tetap metode pilihan dalam pengobatan tumor ini. Tumor, dan

mungkin daerah sekitarnya, akan perlu dihapus seluruhnya. Jika tumor ini

terjadi pada tungkai, anggota badan yang terkena akan paling mungkin harus

diamputasi, operasi yang paling kucing pulih dari baik. Sebuah tumor aksial -

salah satu yang mempengaruhi area kepala atau batang - mungkin lebih sulit

untuk mengobati. Kemoterapi bersama dengan operasi adalah rencana

pengobatan yang dianjurkan.

49. Fraktur maxilari dan mandibulari

fraktur maxilari dan mandibulari adalah kerusakan pada tulang maxilla dan

mandibula yang seringkali terjadi akibat adanya trauma, periodontitis maupun

neoplasia. Periodontitis adalah reaksi peradangan pada jaringan disekitar gigi

yang terkadang berasal dari peradangan gingivitis didalam periodontium.

Pathofisiologi

fraktur pada maxilari dan mandibular seringkali disebabkan oleh adanya trauma

kepala yang disertai dengan luka serius sehingga menyebabkan kerusakan pada

os mandibula, maxilla, system pernafasan atas, system syaraf pusat,

pneumothorax, contusions pulmonary dan miocardytis traumatic. Trauma yang

Page 85: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

terjadi termasuk di dalamnya adalah tertabrak kendaraan bermotor, berkelahi

anatar hewan, luka tembak, terjatuh dari ketinggian yang biasa terjadi pada

kucing. Fraktura symphisea mandibular dan fraktur palate seringkali terjadi

pada kucing yang terjatuh dari ketinggian atau biasa disebut “high-rise

syndrome”. Sedangkan kerusakan yang terjadi secara tidak langsung misalnya

adanya pencabutan gigi dengan disertai periododental atau disertai dengan

gangguan metabolism yang menyebabkan osteoporosis. Ketidaknormalan ini

sering terjadi secara akut sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat dan

tepat. Jika treatment yang diberikan kurang tepat akan menyebabkan

abnormalitas permanen pada bentuk tulang yang dapat berdampak pada

menurunya fungsi sebenarnya. Penanganan sebaiknya dilakukan sebelum tulang

yang telah mengalami kelainan atau abnormal bertaut atau membentuk jaringan

ikat antara tulang-tulang abnormal. Seringkali kasus fraktur mandibula diawali

dengan hilangnya tulang akibat periodontitis.

Gejala klinis

Bervariasi dan termasuk adanya krepitasi ketika dilakukan manipulasi pada

mandibula pada saat palpasi. Terasa sakit ketika mulut dibuka dan dagu

dipegang. Asymetri dari bentuk dagu. Hidung atau mulut mengeluarkan darah.

Terjadi kerusakan pada bagian hidung.

Terapi

Treatment metode penanggulangan fraktur mandibula dan maxilla tergantung

dari tingkat keparahan dan lokasi fraktura. Treatment dengan menggunakan

balutan otot atau pengikatan gigi dapat dilaukan pada kasus fraktur tertentu.

50. KARANG GIGI

Plak adalah timbunan berwarna kuning yang terdiri dari sisa-sisa makanan,

jaringan mulut yang sudah mati dan bakteri pembusuk. Semua bahan-bahan

tersebut menempel dan menumpuk di sekitar permukaan gigi. Lama kelamaan

jumlahnya semakin banyak kemudian mengeras dan membentuk karang

gigi/tartar. Pada awalnya pembentukan karang gigi terjadi dibagian dasar gigi,

kemudian semakin menyebar dan dapat menutupi seluruh permukaan gigi.

Gejala Klinis

nafas kucing yang berbau tidak sedap/busuk. Lebih lanjut, tartar dapat

menyebabkan sakit dan peradangan pada gusi, akibatnya kucing Mengalami

kesulitan pada saat makan atau bahkan dapat menghilangkan nafsu makan.

Page 86: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

Jika kucing anda meneteskan liur berlebihan, menggoyang-goyangkan kepala

atau mencakar-cakar mulutnya, ada kemungkinan kucing tersebut mengalami

gangguan pada mulut atau giginya.

Patofisiologi

Bakteri yang terdapat didalammnya akan menyerang jaringan gusi disekitarnya

menyebabkan radang dan sakit. Radang pada gusi sering disebut gingivitis.

Infeksi pada gusi dapat menyebar ke akar gigi. Nanah yang terbentuk akibat

infeksi bisa saja menumpuk di sekitar akar gigi dan menyebabkan abses yang

sangat menyakitkan. Jika dibiarkan, penyakit akan berkembang, gigi menjadi

goyah dan mudah lepas. Belum lagi masalah lain yang disebabkan hilangnya

nafsu makan akibat rasa sakit pada gigi & gusi. Bakteri dan racun/toksin yang

diproduksi bakteri dapat masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan

organ-organ lain seperti hati, ginjal dan jantung.

Pencegahan dan Pengobatan

Teeth Cleaning adalah pembersihan karang/plak pada gigi. Menyikat gigi kucing

sama pentingnya dengan mencegah pembentukan tartar. Idealnya seekor kucing

harus mulai dibiasakan disikat giginya sejak masih kecil.

Sikat kecil untuk bayi, dengan bulu sikat yang lembut dapat digunakan untuk

menyikat gigi kucing. Sikat gigi khusus kucing dapat dibeli di petshop-petshop.

Jangan gunakan pasta gigi manusia untuk membersihkan gigi kucing. Pasta gigi

manusia mengandung menthol yang dapat menyebabkan kucing tidak nyaman.

Gunakan gel atau pasta gigi khusus kucing/anjing yang dapat ditemukan di

petshop-petshop. Pasta gigi jenis ini aman bila ditelan oleh kucing atau anjing.

Dalam keadaan terpaksa, dapat digunakan pasta gigi untuk bayi. Cari yang rasa

mentholnya tidak terlalu menyengat/tanpa menthol sama sekali. Selalu

bersihkan pasta gigi yang tersisa di mulut. Lain halnya dengan pasta gigi khusus

kucing/anjing, biasanya tidak perlu dibersihkan karena aman bila ditelan (Selalu

baca petunjuk penggunaan pasta gigi khusus untuk hewan).

Page 87: Tugas Manajemen Kesehatan Anjing Dan Kucing

DAFTAR PUSTAKA

Subronto. . 2006. Penyakit infeksi parasit dan mikroba pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta.

Indonesia

Triakoso Nusdianto.2006.Penyakit Sistem Digesti Veteriner II. Bagian Klinik Veteriner Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.Surabaya

http://www.petmd.com/dog/conditions/

http://pdhbvet.com/category/education/