tugas makalah prngetahuan bahan agroindustri · cakupan yang sangat luas. ... kepulauan bangka...

14
TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI “POTENSI KOMODITI DAGING SEBAGAI BAHAN AGROINDUSTRI YANG MENGANDUNG LEMAKDisusun Oleh: Ramadhani Savitri 135100307111058 Eko Widartiningsih 135100300111029 Sello Conni Prayudha 135100301111079 Muhammad Khoirul Anam 135100301111091 El Poput Jis Popinoring 135100301111061 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Upload: hoanghanh

Post on 07-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI

“POTENSI KOMODITI DAGING SEBAGAI BAHAN AGROINDUSTRI

YANG MENGANDUNG LEMAK”

Disusun Oleh:

Ramadhani Savitri 135100307111058

Eko Widartiningsih 135100300111029

Sello Conni Prayudha 135100301111079

Muhammad Khoirul

Anam

135100301111091

El Poput Jis Popinoring 135100301111061

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sub sektor peternakan dalam mewujudkan program pembangunan peternakan

secara operasional diawali dengan pembentukan kawasan melalui pendekatan

sistem dan usaha agribisnis. Pembangunan kawasan agribisnis berbasis

peternakan merupakan salah satu alternative program terobosan yang diharapkan

dapat menjawab tantangan dan tuntutan pembangunan peternakan yaitu

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Mandaka dan Hutagaol,

2005).

Pembangunan peternakan sebagai bagian dari pembangunan pertanian akan

terkait dengan reorientasi kebijakan pembangunan pertanian. Pembangunan

peternakan mempunyai paradigma baru, yakni secara makro berpihak kepada

rakyat, adanya pendelegasian tanggung jawab, perubahan struktur dan

pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, perlu diformulasikan suatu strategi

dan kebijakan yang komprehensif, sistematis, terintegrasi baik vertikal maupun

horizontal, berdaya saing, berkelanjutan, dan terdesentralisasi (Bamualim et al.

2008).

Kebutuhan daging sapi terus meningkat seiring makin baiknya kesadaran

masyarakat akan pentingnya gizi yang seimbang, pertambahan penduduk, dan

meningkatnya daya beli masyarakat. Salah satu upaya untuk memenuhi

kebutuhan daging dalam negeri yaitu dengan meningkatkan populasi, produksi,

dan produktivitas sapi potong. Indonesia dengan jumlah penduduk hampir 223

juta orang dengan laju pertumbuhan 1,01%/tahun merupakan pasar potensial bagi

produk peternakan. Volume impor sapi potong dan produk olahannya cukup

besar, setara dengan 600−700 ekor/tahun (Bamualim et al. 2008).

Dalam makalah ini membahas tentang potensi daging sapi di Indonesia.

Selain itu, juga membahas kandungan gizi yang terdapat pada daging sapi.

Page 3: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

Komposisi daging sapi terdiri atas air, lemak, protein, mineral dan karbohidrat.

Produk olahannya juga banyak, misalnya abon.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana potensi daging sapi di Indonesia?

2. Bagaimana kandungan daging sapi?

3. Bagaimana pohon industri daging sapi?

4. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada daging sapi?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui potensi daging sapi di Indonesia.

2. Mengetahui kandungan yang terdapat pada daging sapi.

3. Mengetahui pohon industri daging sapi.

4. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada daging sapi.

Page 4: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Daging Sapi di Indonesia

Industri peternakan sapi potong sebagai suatu kegiatan agribisnis mempunyai

cakupan yang sangat luas. Rantai kegiatan tidak terbatas pada kegiatan produksi

di hulu tetapi juga sampai kegiatan bisnis di hilir dan semua kegiatan bisnis

pendukungnya. Kita memimpikan mempunyai suatu industri peternakan sapi

potong yang tangguh dalam arti sebagai suatu industri peternakan yang

mempunyai daya saing yang tinggi dan mampu secara mandiri terus tumbuh

berkembang di era persaingan dalam ekonomi pasar global (Boediyana, 2008)

Ditinjau dari sisi potensi yang ada, Indonesia selayaknya mampu memenuhi

kebutuhan pangan asal ternak dan berpotensi menjadi pengekspor produk

peternakan. Hal tersebut dimungkinkan karena didukung oleh ketersediaan

sumber daya ternak dan peternak, lahan

dengan berbagai jenis tanaman pakan, produk sampingan industri pertanian

sebagai sumber pakan, serta ketersediaan inovasi teknologi. Jika potensi lahan

yang ada dapat dimanfaatkan 50% saja maka jumlah ternak yang dapat ditampung

mencapai 29 juta satuan ternak (ST). Belum lagi kalau padang rumput alam yang

ada diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya dengan menggunakan rumput unggul

sehingga daya tampungnya meningkat secara nyata (Bamualim et al. 2008).

Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lambat, yaitu 4,23% pada

tahun 2007 (Direktorat Jenderal Peternakan 2007). Kondisi tersebut

menyebabkan sumbangan sapi potong terhadap produksi daging nasional

rendah (Mersyah 2005; Santi 2008) sehingga terjadi kesenjangan yang makin

lebar antara permintaan dan penawaran (Setiyono, 2007). Pada tahun 2006,

tingkat konsumsi daging sapi diperkirakan 399.660 ton, atau setara dengan

1,702 juta ekor sapi potong (Koran Tempo 2008), sementara produksi hanya

288.430 ton (Badan Pusat Statistik 2005).

Page 5: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

Produksi Daging Sapi (Ton) 2007-2013

Provinsi

Sapi

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013*

Aceh 12146 7322 7614 7914 8303 6569 7478

Sumatera Utara 9341 16261 13261 14256 18299 24547 32171

Sumatera Barat 14774 16026 18322 20442 20287 22638 23543

Riau 5640 6222 7294 10950 12658 11317 11473

Kepulauan Riau 776 794 579 450 532 585 592

Jambi 3164 3558 3868 6349 6515 6507 8034

Sumatera Selatan 8887 9630 12482 12703 13601 14649 16114

Kepulauan Bangka

Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209

Bengkulu 1388 1905 2411 2691 3276 3761 4183

Lampung 3155 10670 10694 9527 10064 9833 9226

DKI Jakarta 7051 8562 5657 6058 9413 12206 12847

Jawa Barat 50646 70010 70662 76066 78476 74312 81254

Banten 14875 25882 18728 20326 25806 36121 31914

Jawa Tengah 46855 45736 48340 51001 60322 60893 62720

DI Yogyakarta 4924 4628 5384 5690 7657 8896 10408

JawaTimur 81538 85173 107768 109016 112447 110762 118363

Bali 5875 8356 6283 6238 8081 8759 8832

Nusa Tenggara Barat 7609 6767 6567 9287 10958 11228 11565

Nusa Tenggara Timur 5898 8134 6486 4507 8668 13595 13595

Kalimantan Barat 5532 6767 6567 7074 10437 7263 13375

Kalimantan Tengah 4779 4898 2564 5224 3116 4154 4322

Kalimantan Selatan 5475 5796 5946 7058 8459 9610 9678

Kalimantan Timur 6973 7147 6729 7530 8240 8069 8473

Sulawesi Utara 4242 4326 4571 4386 4446 4501 4568

Gorontalo 2909 2892 3063 3926 3985 4347 4419

Sulawesi Tengah 3265 2640 3359 3672 3058 4250 5126

Sulawesi Selatan 11160 9504 11323 9056 11026 12725 12979

Sulawesi Barat 544 1594 1361 1795 3917 3053 3202

Sulawesi Tenggara 3148 3555 3737 3902 2709 3328 3428

Maluku 1450 1261 1338 1420 1320 1496 1699

Maluku Utara 859 1110 223 243 274 578 562

Papua 2145 2133 2427 2770 2737 2903 3116

Papua Barat 828 1594 1696 1899 2316 2533 3153

Indonesia 339480 392511 409308 436450 485335 508905 545621

Page 6: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

2.2 Kandungan Daging Sapi

Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan

gizi. Secara umum, komposisi daging terdiri atas air, lemak, protein, mineral dan

karbohidrat. Kandungan gizi yang lengkap dan keanekaragaman produk

olahannya menjadikan daging sebagai bahan pangan yang hampir tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia, namun demikian kualitas daging yang

beredar di masyarakat seringkali tidak terjamin dengan baik. Bagian terpenting

yang menjadi acuan konsumen dalam pemilihan daging adalah sifat fisik

(Prasetyo, 2013).

Sifat fisik memegang peranan penting dalam proses pengolahan dikarenakan

sifat fisik menentukan kualitas serta jenis olahan yang akan dibuat. Sifat fisik

sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebelum pemotongan dan setelah

pemotongan. Faktor penting sebelum pemotongan adalah perlakuan istirahat yang

dapat menentukan tingkat cekaman (stres) pada ternak. Ternak yang tidak

diistirahatkan akan menghasilkan daging yang berwarna gelap, bertekstur keras,

kering, memiliki nilai pH tinggi dan daya mengikat air tinggi. Faktor setelah

pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging adalah metode pelayuan,

metode pemasakan, tingkat keasaman (pH) daging, bahan tambahan (termasuk

enzim daging), lemak intramuskular (marbling), metode penyimpanan dan

pengawetan macan otot daging, serta lokasi otot (Prasetyo, 2013).

Kualitas kimia daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah

pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas

daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan

dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta keadaan stres. Faktor

setelah pemotongan meliputi kualitas kadar air, kadar lemak, dan kadar protein.

Rata-rata komposisi kimia daging sapi yaitu protein bervariasi antara l6-22%,

lemak 1,5- l3%, senyawa nitrogen non protein l,5%, senyawa anorganik l%,

karbohidrat 0,5%, dan air antara 65-80% (Soeparno, 2005).

Kandungan Gizi Daging Sapi (per 100gr) (Suprapti, 2003):

Page 7: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

No Unsur Gizi Sapi Muda Sapi Dewasa

Kurus Sedang Gemuk Kurus Sedang Gemuk

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Kalori (kal)

Air (g)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

Mineral (g)

Kalsium (mg)

Fosfor (mg)

Zat Besi (mg)

Vitamin B1 (mcg)

Vitamin B2 (mg)

Vitamin C (mg)

168,00

69,00

19,60

10,00

-

1,40

11,00

201,00

2,90

6,00

0,08

-

184,00

64,00

19,10

12,00

-

0,90

11,00

193,00

2,90

12,00

0,14

-

219,00

64,00

18,80

16,00

-

1,20

10,00

200,00

2,20

12,00

0,13

-

168,00

69,00

19,60

10,00

-

1,40

11,00

181,00

2,90

6,00

0,08

-

201,00

66,00

18,80

14,00

-

1,20

11,00

170,00

2,80

9,00

0,08

-

268,00

60,00

17,50

22,00

-

0,50

10,00

150,00

2,60

12,00

0,08

-

2.3 Pohon Industri

Page 8: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

2.4 Perubahan yang Terjadi

2.4.1 Pascapanen

Daging sangat memenuhi syarat untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan

mikroorgansime, karena mempunyai kadar air atau kelembaban yang tinggi, adanya

oksigen, tingkatkeasamandankebasaan (pH) sertakandungannutrisi yang tinggi.

Karena itu daging sangat mudah mengalami kerusakan apabila disimpan pada suhu

kamar. Sel-sel yang terdapat dalam daging mentah masih terus mengalami proses

kehidupan, sehingga di dalamnya masih terjadi reaksi-reaksi metabolisme. Kecepatan

proses metabolism tersebut sangat tergantung pada suhu penyimpanan. Semakin

rendah suhu semakin lambat proses tersebut berlangsung dan semakin lama daging

dapat disimpan. Di samping itu suhu penyimpanan yang rendah juga menghambat

pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri pembusuk yang terdapat pada

permukaan. Daging segar atau mentah tanpa pendinginan yang disimpan pada suhu

kamar (27®C) hanya dapat bertahan selama 25 jam dan lebih dari itu sudah

menunjukkan adanya pembusukan pada daging tersebut. Daging segar dalam suhu

kamar hanya mampu bertahan 1 – 2 hari. Olehkarena itu bila masih ingin disimpan

selama 1 minggu makadaging tersebut harus diolah untuk menghasilkan berbagai

bentuk baru atau dilakukan pengawetan dengan menggunakan bahan pengawet kimia.

Dengan demikian proses kerusakan dapat dihambat dan usia simpan dapat

diperpanjang melalui penyimpanan yang sesuai untuk daging olahan, seperti dendeng

daging sapi, agar kualitasnya dapat dipertahankan pada penyimpanan suhu kamar.

Penyimpanan bahan makanan merupakan satu dari 7 prinsip higiene dan sanitasi

makanan. Penyimpanan bahan makanan yang tidak baik, terutama dalam jumlah yang

banyak (untuk katering dan jasa boga) dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan

tersebut.

2.4.2 Selama Proses

Daging sapi digiling dengan chopper pada suhu rendah sehingga selama

penggilingan, suhu dapat dipertahankan tetap di bawah 16°C. Hal tersebut dilakukan

dengan menambahkan es batu atau air dingin.Hasil gilingan berupa daging cincang

yang masih kasar.Setelah dicincang, daging dimasukkan ke dalam mixer untuk

mencampur daging, bumbu, dan bahan lainnya menjadi adonan yang homogen.Agar

emulsi tetap terjaga stabilitasnya, pencampuran harus dilakukan pada suhu rendah

(10-16°C) (Wagiyono. 2003).

Emulsi daging yang telah terbentuk selanjutnya diisikan ke dalam kaleng yang

sebelumnya telah disterilkan dengan panas.Pengisian dilakukan dengan menyisakan

Page 9: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

sedikit ruang kosong di dalam kaleng, disebut head space. Kaleng yang telah diisi,

kemudian divakum (exhausting) dengan cara melewatkannya melalui ban berjalan ke

dalam exhauster box bersuhu 90-95°C selama 15 menit. Setelah keluar dari exhauster

box, kaleng dalam keadaan panas langsung ditutup dengan mesin penutup kaleng

(Wagiyono. 2003).Setelah ditutup, kaleng beserta isinya disterilisasi dengan cara

memasukkan kaleng ke dalam retort dan dimasak pada suhu 120°C dan tekanan 0,55

kg/cm2, selama 15 menit. Agar daging tidak mengalami pemanasan yang berlebihan,

kaleng yang telah disterilkan harus segera didinginkan di dalam bak pendingin yang

berisi air selama 20-25 menit.Setelah permukaan kaleng dibersihkan dengan lap

hingga kering, produk siap untuk diberi label dan dikemas (Wagiyono. 2003).

a. Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

Pembersihan dilakukan dengan menggunakan air bersih yang mengalir, guna

menghilangkan kotoran yang menempel pada bahan. Selain itu menghilangkan

bagian-bagian yang tidak bisa dimakan.

b. Chopping

Daging sapi digiling dengan chopper pada suhu rendah sehingga selama

penggilingan, suhu dapat dipertahankan tetap di bawah 16°C. Hal tersebut dilakukan

dengan menambahkan es batu atau air dingin. Hasil gilingan berupa daging cincang

yang masih kasar.

c. Curing

Setelah dicincang, daging dimasukkan ke dalam mixer untukmencampur

daging, bumbu, dan bahan lainnya menjadi adonan yang homogen yang disebut

dengan curing. Agar emulsi tetap terjaga stabilitasnya, pencampuran harus dilakukan

pada suhu rendah (10-16°C). Menurut Soeparno (2005) curing adalah cara processing

daging dengan menambahkan beberapa bahan seperti garam NaCl, Na-nitrat dan atau

Na-nitrit dan gula (dekstrosa atau sukrosa), serta bumbu-bumbu. Maksud curing

antara lain untuk mendapatkan warna yang stabil, aroma, tekstur dan kelezatan yang

baik, dan untuk mengurangi pengerutan daging selama processing serta

memperpanjang masa simpan produk daging.

d. Filling

Emulsi daging yang telah terbentuk selanjutnya diisikan ke dalam kaleng yang

sebelumnya telah disterilkan dengan panas. kemudian ditimbang dengan timbangan

kasar. Pengisian dilakukan dengan metode hot filling. Hot filling adalah kombinasi

proses pengawetan dengan pemanasan (pasteurisasi) dengan metode lainnya

Page 10: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

(pengawetan sekunder) untuk memberikan tingkat keamanan produk yang diinginkan.

Produk pangan diisikan ke dalam kemasan dalam keadaan panas (hot fiiling),

umumnya pada suhu 180°F. Pemanasan yang diberikan tidak membunuh spora dan

pada proses pendinginan terbentuk kondisi vakum (anaerobik).. Setelah dilakukan

filling, kaleng disusun dalam nampan dan diletakkan ke atas conveyor belt. Lalu

dalam perjalanannya menuju ke exhauster box, kaleng-kaleng tersebut ditimbang

kembali dengan timbangan digital yang lebih akurat. Beratnya bervariasi tergantung

jenis kaleng yang digunakan. Pengisian dilakukan dengan menyisakan sedikit ruang

kosong di dalam kaleng, disebut head space. Ukuran head space bervariasi, umumnya

kurang dari ¼ tinggi kaleng.

e. Exhausting

Kaleng yang telah diisi, kemudian divakum (exhausting) dengan cara

melewatkannya melalui ban berjalan ke dalam exhauster box bersuhu 90-95°C

selama 15 menit.

f. Seaming

Setelah keluar dari exhauster box, kaleng dalam keadaan panas langsung

ditutup dengan mesin penutup kaleng. Semakin tinggi suhu penutupan ka-leng, maka

semakin tinggi pula tingkat kevakumannya (semakin rendah tekanannya). Proses

penutupan kaleng juga merupakan hal yang sangat penting karena daya awet produk

dalam kaleng sangat tergantung pada kemampuan kaleng (terutama bagian-bagian

sambungan dan penutupan) untuk mengisolasikan produk di dalamnya dengan udara

luar. Penutupan yang baik akan mencegah terjadinya kebocoran yang dapat

mengakibatkan kerusakan.

g. Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang tercecer di

permukaan kaleng akibat proses filling. Apabila kotoran tidak dibersihkan,

dikhawatirkan mikroba akan dapat tumbuh dan mengkontaminasi produk setelah

dibuka, karena proses sterilisasi hanya difokuskan pada produk yang berada dalam

kaleng.

h. Sterilisasi

Setelah ditutup, kaleng beserta isinya disterilisasi dengan cara memasukkan

kaleng ke dalam retort dan dimasak pada suhu 120°C dan tekanan 0,55 kg/cm2,

selama 15 menit.

Page 11: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

i. Cooling

Agar daging tidak mengalami pemanasan yang berlebihan, kaleng yang telah

disterilkan harus segera didinginkan di dalam bak pendingin yang berisi air selama

20-25 menit. Pendinginan pasca sterilisasi menjadi penting karena timbul perbedaan

tekanan yang cukup besar yang dapat menyebabkan rekontaminasi dari air pendingin

ke dalam produk. Perlu dipastikan bahwa air pendingin yang digunakan memenuhi

persyaratan mikrobiologis. Untuk industri besar, proses pendinginan biasanya

dilakukan secara otomatis di dalam retort, yaitu sesaat setelah katup uap dimadkan

maka segera dibuka katup air dingin. Untuk ukuran kaleng yang besar, maka tekanan

udara dalam retort perlu dikendalikan sehingga tidak menyebabkan terjadinya kaleng-

kaleng yang menggelembung dan rusak.

2.4.3 Setelah Proses

Syarat mutu daging kornet telah ditentukan berdasarkan Standar Nasional

Indonesia (SNI).Namun, dalam praktiknya masih ada produk yang tidak sesuai

dengan standar tersebut. Membaca secara seksama label pada kemasan produk

merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.Komposisi zat gizi kornet dalam

kaleng sangat beragam, tergantung pada jenis daging yang digunakan, mutu bahan

baku sebelum diolah, cara pengolahan, cara dan lama penyimpanan produk serta

kondisi kaleng selama penyimpanan. Secara umum dapat dikatakan bahwa daging

kornet dalam kaleng mempunyai nilai gizi yang cukup baik, khususnya protein,

vitamin, dan mineral (SNI. 2006).

Ciri-ciri Kerusakan Kornet

Daging kornet yang ada di pasaran umumnya dikemas dengan kaleng.Kaleng

mempunyai sifat yang baik sebagai pengemas karena mampu menahan gas, uap air,

jasad renik, debu, dan kotoran.Kaleng juga memiliki kekuatan mekanik yang tinggi,

tahan terhadap perubahan suhu yang ekstrem, dan toksisitasnya relatif rendah. Umur

simpan daging kornet dalam kaleng dapat mencapai 2 tahun atau lebih, tergantung

proses pengolahan, jenis kaleng, penyimpanan, dan distribusi (Astawan. 2012).

Kebusukan kornet dalam kaleng dapat disebabkan oleh proses pembuatan

yang tidak benar, kebocoran wadah karena penutupan yang kurang baik, atau

penyimpanan pada suhu yang tidak tepat dan terlalu lama. Kebusukan tersebut tidak

selalu dapat dideteksi dari penampakan wadah karena tidak selalu diikuti oleh

perubahan bentuk wadah (Astawan. 2012).Secara umum, ciri-ciri yang dapat

digunakan untuk menilai kualitas kornet dalam kaleng menurut Astawan (2012)

adalah sebagai berikut:

Page 12: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

•Flat Sour

Apabila produk di dalam kaleng memberikan cita rasa asam karena adanya aktivitas

mikroba tanpa memproduksi gas, kebusukan tersebut dikenal dengan sebutan flat

sour (kaleng tetap datar, tidak menggembung, tetapi produk menjadi asam). Jenis

kebusukan ini disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak

terhancurkan selama proses sterilisasi. Hal tersebut bisa terjadi akibat sanitasi selama

pengolahan yang buruk atau karena proses pengolahan tidak tepat.

•Penggembungan Kaleng (Swells)

Kaleng yang gembung dapat terjadi akibat terbentuknya gas di dalam wadah

karena adanya pertumbuhan dan aktivitas mikroba.Adanya gas tersebut menyebabkan

meningkatnya tekanan di dalam kaleng, sehingga kaleng menjadi gembung pada

bagian tutup dan dasar kaleng.Kaleng yang gembung dapat juga disebabkan oleh

penuhnya pengisian kornet, sehingga tidak cukup adanya ruang kosong di dalam

kaleng.

•StackBurn

Stack burn terjadi akibat pendinginan yang tidak sempurna, yaitu kaleng yang

belum benar-benar dingin sudah disimpan. Biasanya produk di dalam kaleng menjadi

lunak, berwarna gelap, dan menjadi tidak dapat dikonsumsi lagi.

•Kaleng yang penyok

Kaleng yang penyok dapat mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil

yang merupakan sumber masuknya mikroba pembusuk. Penyoknya kaleng dapat

disebabkan oleh benturan-benturan mekanis akibat perlakukan kasar, baik selama

proses pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, atau pemasaran. Sebagai konsumen

yang kritis, sebaiknya Anda tetap waspada dengan tidak memilih sotiap produk yang

kalengnya dalam keadaan tidak normal.

•Kaleng yang bocor dan berkarat

Bocornya kaleng disebabkan deh sambungan kaleng yang kurang rapat,

penyolderan kurang sempurna, atau tertusuk oleh benda tajam.Kaleng yang bocor

ditandai dengan tumbuhnya mikroba dan timbulnya bau kurang sedap.Kaleng oval

umumnya lebih jarang mengalami kebocoran daripada yang berbentuk silinder.

Kaleng yang berkarat dapat mencerminkan bahwa produk tersebut telah lama

diproduksi atau disimpan pada tempat yang kurang tepat (keadaan lembab).

Page 13: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Indonesia.Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Bamualim, A.M., B. Trisnamurti, dan C. Thalib. 2008. Arah penelitian

pengembangan sapi potong di Indonesia. hlm. 4−12. Dalam A.L. Amar, M.H.

Husain, K. Kasim, Marsetyo, Y. Duma, Y. Rusyantono, Rusdin, Damry, dan B.

Sundu (Ed). Pengembangan Sapi Potong untuk Mendukung Percepatan

Pencapaian Swasembada Daging Sapi 2008− 2010. Prosiding Seminar

Nasional, Palu, 24 November 2008. Kerja Sama antara Universitas Tadulako,

Sub Dinas Peternakan dan Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan

Sulawesi Tengah.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal

Peternakan. Jakarta.

Koran Tempo. 2008. Indonesia belumsiapimporsapi Brazil. Edisi Senin, 13 Oktober

2008.Jakarta.

Mandaka, S. dan M. P. Hutagaol. 2005. Analisis fungsi keuntungan, efisiensi ekonomi

dan kemungkinan skema kredit bagi pengembangan skala usaha peternakan

sapi perah rakyat di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi

23: 191-208.

Mersyah, R. 2005. Desain system budidaya sapi potong berkelanjutan untuk

mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan.

Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nugroho, B.A. 2006. Pengembangan agribisnis peternakan pola bantuan usaha

ekonomi produktif (Studi di Provinsi Sulawesi Utara). hlm. 162−172. Dalam B.

Suryanto, Isbandi, B.S. Mulayatno, B. Sukamto, E. Rianto, dan A.M. Legowo.

Pemberdayaan Masyarakat Peternakan di Bidang Agribisnis untuk Mendukung

Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional 2006, Semarang. Universitas

Diponegoro.

Prasetyo, Heru dkk. 2013. Kajian Kualitas Fisika Kimia Daging Sapi Di Pasar Kota

Malang. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol. 8, No. 2.

Page 14: TUGAS MAKALAH PRNGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI · cakupan yang sangat luas. ... Kepulauan Bangka Belitung 1628 1658 2004 3024 3932 2917 3209 ... Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

Santi, W.P. 2008. Respons Penggemukan Sapi PO dan Persilangannya sebagai Hasil

IB terhadap Pemberian Jerami Padi Fermentasi dan Konsentrat di Kabupaten

Blora. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Setiyono, P.B.W.H.E., Suryahadi, T. Torahmat,dan R. Syarief. 2007. Strategi

suplementasi protein ransum sapi potong berbasis jerami dan dedak padi.

Jurnal Ilmu Pengetahuan danTeknologi Peternakan 30(3): 207−217

Soeparno. 2005. Komposisi Karkas dan Teknologi Daging. Fakultas Peternakan.

Pascasarjana UGM. Yogyakarta.

Suprapti, Lies. 2003. MembuatBaksoDaging&BaksoIkan. Yogyakarta: Kanisius

Tawaf, R. dan S. Kuswaryan. 2006. Kendala kecukupan daging 2010. hlm. 173−185.

Dalam B. Suryanto, Isbandi, B.S. Mulayatno, B. Sukamto, E. Rianto, dan A.M.

Legowo (Ed.). Pemberdayaan Masyarakat Peternakan di Bidang Agribisnis

untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional 2006,

Semarang. Universitas Diponegoro.