kelayakan proyek pembangunan jaringan gas kota...

9
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, peningkatan produk domestik bruto (PDB) dan jumlah penduduk di Indonesia maka konsumsi bahan bakar minyak (BBM) akan semakin meningkat, baik untuk kegiatan produksi maupun transportasi. Dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan, maka terjadi peningkatan kebutuhan akan barang-barang produksi yang akhirnya memicu kegiatan produksi oleh produsen. Selain itu mobilitas masyarakat semakin tinggi dan berdampak pada meningkatnya kebutuhan sarana transportasi, energi untuk listrik, telepon dan fasilitas umum lainnya. Berdasarkan laporan BP Statistical Review (2015) seperti yang disajikan pada Gambar 1, mengenai perkembangan konsumsi minyak mentah yang terjadi selama ini di Indonesia. Di era tahun 1970-an, konsumsi minyak hanya dikisaran 6.8 juta ton. Namun, dari tahun ke tahun konsumsi terus meningkat dan tumbuh di kisaran 6.1 % per tahun selama periode 1970 hingga 2015. Sumber : BP Statistical Review (2015) Gambar 1 Pertumbuhan konsumsi dan produksi minyak Indonesia tahun 1970- 2015 Kondisi yang bertolak belakang terjadi antara kinerja produksi dan konsumsi minyak dan pada akhirnya membuat Indonesia mengalami defisit minyak. Pada tahun 2004 Indonesia mengalami defisit sekitar 6.5 juta ton, kemudian terus meningkat hingga tahun 2015 mengalami defisit sebesar 33.6 juta ton. Konsekuensi defisit membuat Indonesia harus impor baik dalam bentuk minyak mentah maupun hasil olahan (bensin, solar dan minyak tanah) dan ketika impor meningkat maka akan berdampak pada neraca perdagangan berjalan Indonesia. Menurut data Pertamina (2015) seperti yang disajikan pada Gambar 2, laju konsumsi BBM/LPG terus meningkat dan sudah melebihi produksi minyak mentah sejak 2001. Hal ini yang menyebabkan Indonesia memutuskan untuk impor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan BBM/LPG tersebut. Alternatif -40 -20 0 20 40 60 80 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Juta Ton Surplus/Defisit Konsumsi Minyak Mentah

Upload: others

Post on 17-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelayakan proyek pembangunan jaringan gas kota …repository.sb.ipb.ac.id/2917/5/E50-05-Auguar-Pendahuluan.pdfminyak mentah maupun hasil olahan (bensin, solar dan minyak tanah) dan

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, peningkatan produk

domestik bruto (PDB) dan jumlah penduduk di Indonesia maka konsumsi bahan

bakar minyak (BBM) akan semakin meningkat, baik untuk kegiatan produksi

maupun transportasi. Dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan,

maka terjadi peningkatan kebutuhan akan barang-barang produksi yang akhirnya

memicu kegiatan produksi oleh produsen. Selain itu mobilitas masyarakat

semakin tinggi dan berdampak pada meningkatnya kebutuhan sarana transportasi,

energi untuk listrik, telepon dan fasilitas umum lainnya. Berdasarkan laporan BP

Statistical Review (2015) seperti yang disajikan pada Gambar 1, mengenai

perkembangan konsumsi minyak mentah yang terjadi selama ini di Indonesia. Di

era tahun 1970-an, konsumsi minyak hanya dikisaran 6.8 juta ton. Namun, dari

tahun ke tahun konsumsi terus meningkat dan tumbuh di kisaran 6.1 % per tahun

selama periode 1970 hingga 2015.

Sumber : BP Statistical Review (2015)

Gambar 1 Pertumbuhan konsumsi dan produksi minyak Indonesia tahun 1970-

2015

Kondisi yang bertolak belakang terjadi antara kinerja produksi dan

konsumsi minyak dan pada akhirnya membuat Indonesia mengalami defisit

minyak. Pada tahun 2004 Indonesia mengalami defisit sekitar 6.5 juta ton,

kemudian terus meningkat hingga tahun 2015 mengalami defisit sebesar 33.6 juta

ton. Konsekuensi defisit membuat Indonesia harus impor baik dalam bentuk

minyak mentah maupun hasil olahan (bensin, solar dan minyak tanah) dan ketika

impor meningkat maka akan berdampak pada neraca perdagangan berjalan

Indonesia. Menurut data Pertamina (2015) seperti yang disajikan pada Gambar 2,

laju konsumsi BBM/LPG terus meningkat dan sudah melebihi produksi minyak

mentah sejak 2001. Hal ini yang menyebabkan Indonesia memutuskan untuk

impor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan BBM/LPG tersebut. Alternatif

-40

-20

0

20

40

60

80

1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014

Juta

To

n

Surplus/Defisit

Konsumsi Minyak Mentah

Page 2: Kelayakan proyek pembangunan jaringan gas kota …repository.sb.ipb.ac.id/2917/5/E50-05-Auguar-Pendahuluan.pdfminyak mentah maupun hasil olahan (bensin, solar dan minyak tanah) dan

2

lain yang bisa dikembangkan adalah sumber energi lainnya selain minyak karena

Indonesia juga memiliki sumber energi primer lainnya yang tidak kalah dalam hal

nilai kalori dan keekonomiannya seperti gas, batu bara, coal bed methane (CBM),

dan energi terbarukan seperti panas bumi, surya, dan angin. Menurut Iskandar et

al. (2016) Indonesia saat ini masuk sebagai negara net importir migas, meskipun

sebelumnya sempat menjadi salah satu negara eksportir migas dan menjadi

anggota dari Organization Petroleum Exporting Countries (OPEC)

Sumber : Pertamina (2015) Gambar 2 Produksi minyak dan konsumsi BBM/LPG Indonesia tahun 1965-2014

Terkait gas bumi, Indonesia mempunyai catatan yang sangat baik dimana

sejak tahun 1970 sampai dengan 2012, Indonesia merupakan negara produsen

terbesar gas bumi di Asia Pasifik dengan angka 1.909 Juta Ton Equivalent Oil (JT

EO), meskipun pada tahun 2015 menempati posisi 2 terbesar setelah China

sebagai negara produsen gas bumi di Asia Pasifik dengan produksi 67.5 JT EO.

Hal ini disajikan dalam Gambar 3 berdasarkan data dari BP Statistical Review

(2015) mengenai total produksi gas alam Asia Pasifik periode 1970-2015.

Sumber : BP Statistical Review (2015)

Gambar 3 Produksi gas alam Asia Pasifik dan posisi Indonesia tahun 1970-2015

-

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

19

65

19

67

19

69

19

71

19

73

19

75

19

77

19

79

19

81

19

83

19

85

19

87

19

89

19

91

19

93

19

95

19

97

19

99

20

01

20

03

20

05

20

07

20

09

20

11

20

13

10

00

ba

rre

l/h

ari

Produksi dan Konsumsi Minyak Mentah Indonesia

Produksi MM/LPG

Konsumsi BBM/LPG

1070.9

334.8

387.5

1494.0

687.9

1908.9

1199.5

189.8

795.7

563.9

99.7

439.6

Australia

Bangladesh

Brunei

China

India

Indonesia

Malaysia

Myanmar

Pakistan

Thailand

Vietnam

Other

TOTAL PRODUKSI GAS ALAM1970-2015 (JTEO)

124.2

67.5

61.4

60.3

37.7

35.8

26.3

24.9

24.1

17.6

11.4

9.6

China

Indonesia

Malaysia

Australia

Other

Pakistan

India

Vietnam

Bangladesh

Myanmar

Brunei

Thailand

TOTAL PRODUKSI GAS ALAM2015 (JTEO)

Page 3: Kelayakan proyek pembangunan jaringan gas kota …repository.sb.ipb.ac.id/2917/5/E50-05-Auguar-Pendahuluan.pdfminyak mentah maupun hasil olahan (bensin, solar dan minyak tanah) dan

3

Hingga saat ini produksi gas Indonesia sudah sangat besar, tetapi Indonesia

diperkirakan masih memiliki potensi sumber gas yang cukup besar. Sesuai data

yang disajikan dalam Gambar 4, Facts Global Energy (2012) memperkirakan

bahwa produksi kotor gas Indonesia masih di atas 8.300 million standard cubic

feet per day (MMSCFD), bahkan diperkirakan dapat di atas 9.000 MMSCFD

pada tahun 2020. Namun Indonesia belum mampu menikmati produksi gas secara

maksimal untuk kebutuhan domestik. Gas cenderung diexpor untuk kepentingan

luar negeri dan tidak menutup kemungkinan termasuk potensi produksi di masa

yang akan datang. Karena itu sudah harus dimulai perencanaan untuk

pemanfaatan gas secara skala besar untuk kebutuhan industri dan rumah tangga,

dalam rangka mengurangi pemakaian bahan bakar minyak dan LPG.

Sumber : Facts Global Energy (2012)

Gambar 4 Perkiraan konsumsi dan produksi Gas Indonesia tahun 1995-2030

Indonesia hingga saat ini belum menikmati gas secara optimal meskipun

harga gas lebih murah dibanding dengan BBM/LPG. Hal ini terlihat dari

pemakaian bauran sumber energi di Indonesia pada tahun 2015 seperti yang

disajikan pada Gambar 5. Berdasarkan data dari BP Statistical Review (2015)

dimana Indonesia masih mengandalkan minyak mentah dengan persentase sebesar

37%, kemudian gas 18%, dan batu bara 40%. Bandingkan dengan negara-negara

lainnya yang sudah menggunakan gas dalam skala yang lebih besar seperti China,

India dan Korea dan ini menjadi semacam ironi dimana Indonesia sebagai negara

penghasil gas terbesar ke 2 di kawasan Asia Pasifik tetapi pemakaian gas masih

relatif kecil dibanding negara-negara lainnya.

Seiring dengan harga minyak mentah yang mulai meningkat, gas mulai

menjadi perhatian pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan program konversi

BBM ke gas alam. Namun program ini dapat dikatakan tidak berjalan dengan

lancar dikarenakan beberapa kendala antara lain keberadaan infrastruktur

transmisi dan ditribusi gas yang masih kurang dan harga BBM/LPG yang menjadi

lebih murah karena adanya subsidi. Infrastruktur diakui memang kurang memadai

dan terbatas karena selama ini pemerintah terfokus pada BBM, sehingga kurang

adanya perencanaan di sektor gas. Terkait dengan harga BBM/LPG yang murah

juga berpengaruh terhadap masyarakat dalam memilih alternatif bahan bakarnya

Page 4: Kelayakan proyek pembangunan jaringan gas kota …repository.sb.ipb.ac.id/2917/5/E50-05-Auguar-Pendahuluan.pdfminyak mentah maupun hasil olahan (bensin, solar dan minyak tanah) dan

4

dan BBM/LPG yang murah mengurangi daya saing gas di masyarakat. Dengan

pemakaian gas yang semakin besar, akan menekan laju konsumsi BBM/LPG dan

pada akhirnya akan mengurangi beban pemerintah dalam memberikan subsidi.

Subsidi ini bisa dialihkan untuk sektor lain yang jauh lebih produktif, salah

satunya adalah pembangunan pengembangan fasilitas infrastruktur gas untuk

keperluan rumah tangga atau yang disebut gas kota (city gas).

Sumber : BP Statistical Review (2015)

Gambar 5 Bauran energi primer Indonesia dan konsumsi gas dunia tahun 2015

Pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan UU No. 30/2007 tentang

diversifikasi energi yaitu penganekaragaman pemanfaatan sumber energi. Salah

satu program diversifikasi energi adalah penggunaan BBM ke gas untuk sektor

transportasi yang diperlukan untuk mengurangi penggunaan minyak bumi. Selain

itu pemerintah juga mengeluarkan Perpres No. 5/2006 tentang kebijakan energi

nasional yaitu target bauran energi ke arah peningkatan penggunaan gas dan

mengurangi pemakaian BBM.

Target bauran energi primer Indonesia pada tahun 2025 seperti yang

disajikan pada Gambar 6 terlihat bahwa pemakaian gas akan meningkat dari 286

Million Barrels Oil Equivalent (MBOE) pada tahun 2013 menjadi 628 MBOE

pada tahun 2025 atau naik hingga 220%. Pada rentang waktu yang sama

pemakaian BBM juga mengalami kenaikan dari 550 MBOE pada tahun 2013

menjadi 714 MBOE pada tahun 2025 atau mengalami kenaikan hingga 130%.

Pemerintah berusaha menahan laju pertumbuhan pemakaian BBM dengan

melakukan konversi dengan sumber energi lainnya, salah satunya adalah dengan

memperbesar pemakaian gas. Dengan asumsi perbedaan harga gas dan BBM

adalah USD 6 per MMBTU, maka penghematan pemakaian BBM untuk

pembangunan ruas pipa ini sekitar USD 1.6 juta pertahun dan seiring dengan

pertumbuhan jaringan pipa gas kota, Indonesia akan mengurangi ketergantungan

terhadap BBM impor.

Minyak

Gas Alam

Batu bara

RenewablesHydro electric

199.4JTEO

177.6

102.1

47.6

45.5

39.2

39.0

35.8

35.8

30.9

24.1

16.5

10.2

9.6

7.1

4.1

3.0

2.9

China

Japan

Thailand

India

South Korea

Pakistan

Indonesia

Malaysia

Australia

Bangladesh

Taiwan

Singapore

Vietnam

Other Asia …

New Zealand

Philippines

China HK SAR

KONSUMSI GAS ALAM2015 (JTEO)

Page 5: Kelayakan proyek pembangunan jaringan gas kota …repository.sb.ipb.ac.id/2917/5/E50-05-Auguar-Pendahuluan.pdfminyak mentah maupun hasil olahan (bensin, solar dan minyak tanah) dan

5

Sumber : Indonesia Oil and Gas Development Plan (2015)

Gambar 6 Target bauran energi primer Indonesia pada tahun 2025

Perumusan Masalah

Pengguna utama gas di Indonesia adalah sektor industri, transportasi, rumah

tangga dan komersial. Pada penelitian ini gas kota dikaitkan dengan kebutuhan

gas untuk sektor rumah tangga dan komersial. Gas kota adalah salah satu program

yang bisa dikembangkan untuk mengatasi gap antara peningkatan pertumbuhan

konsumsi energi masyarakat dibandingkan dengan produksi minyak dalam negeri

yang semakin tinggi. Sekaligus untuk menekan laju pertumbuhan impor bahan

bakar yang tentu saja membebani neraca ekonomi Indonesia.

PT ABC Niaga berencana mengembangkan jaringan gas kota untuk

kegiatan komersial dan rumah tangga, salah satunya dengan memanfaatkan pipa

distribusi yang dibangun dari Beji (Depok) hingga ke Blok M. Pipa sepanjang 22

km itu diharapkan dapat memasok gas untuk kegiatan komersial dan rumah

tangga yang berada di area tersebut hingga wilayah Serpong, Tangerang.

Jaringan gas kota adalah rantai nilai akhir pasokan gas dari sumber gas ke

konsumen akhir (end users). Gas dikirimkan melalui jaringan pipa transmisi ke

jaringan pipa distribusi setelah melewati city gate station untuk selanjutnya

didistribusikan ke konsumen akhir. Untuk sampai ke konsumen akhir, perlu

dibangun infrastruktur distribusi gas kota (city gas distribution) seperti jaringan

pipa, stasiun regulator dan stasiun meter atau gabungannya. Pembangunan

infrastruktur distribusi gas kota memerlukan biaya yang harus dihitung secara

cermat dan komponen-komponen biaya untuk pembangunannya harus memenuhi

syarat keekonomian.

Jaringan pipa distribusi Beji-Blok M dibangun oleh PT ABC, pengelolaan

dan operasionalnya juga dilakukan oleh PT ABC atau afiliasinya. Dengan

demikian, maka ada dua misi yang dapat dipenuhi oleh PT ABC. Pertama, PT

ABC menjalankan misi pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Presiden RI

Page 6: Kelayakan proyek pembangunan jaringan gas kota …repository.sb.ipb.ac.id/2917/5/E50-05-Auguar-Pendahuluan.pdfminyak mentah maupun hasil olahan (bensin, solar dan minyak tanah) dan

6

nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional, yaitu penggunaan energi

alternatif sebagai substitusi BBM untuk menekan laju subsidi BBM. Langkah-

langkah strategik pemerintah dalam upaya pemanfaatan energi alternatif

pengganti BBM adalah meningkatkan penggunaan bahan bakar gas bumi untuk

sektor rumah tangga dan pelanggan kecil. Kedua, PT ABC melalui PT ABC

Niaga, adalah badan usaha yang harus tetap menjalankan misi bisnisnya sehingga

harus ada perhitungan profit cost ratio atau nilai keekonomian tertentu dalam

pembangunan infrastruktur distribusi gas kota. Menurut Adsera dan Vinolas

(2003) penilaian perusahaan dapat dilakukan melalui pendekatan keuangan dan

ekonomi sehingga bisnis gas kota juga merupakan pengembangan bisnis yang bisa

dilakukan oleh PT ABC Niaga dan bisa memberikan kontribusi penerimaan bagi

perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan.

Studi kelayakan adalah suatu kegiatan analisis yang cermat, sistematis dan

menyeluruh mengenai faktor-faktor atau aspek yang dapat mempengaruhi

kemungkinan berhasilnya pelaksanaan gagasan suatu usaha. Berdasarkan batasan

tersebut, dapat dimengerti bahwa studi tersebut harus membahas semua aspek

yang dapat menentukan layak tidaknya gagasan usaha. Penyusunan studi

kelayakan suatu usaha adalah merupakan langkah terakhir yang perlu dilakukan

sebelum suatu usaha mulai dilaksanakan hingga sampai kepada keputusan bahwa

gagasan usaha tersebut dapat dilaksanakan atau dibatalkan. Suatu gagasan yang

tertuang dalam rencana suatu proyek akan dilaksanakan atau tidak, tentu pihak

pengusaha atau calon pengusaha yang harus melakukan studi yang cermat dan

menyeluruh. Adapun yang menjadi fokus utama bagi analis untuk melakukan

studi kelayakan adalah mengenai analisis biaya dan manfaat.

Untuk sampai pada perhitungan nilai keekonomian tertentu, diperlukan

data dan informasi besarnya potensi demand dari konsumen yang menjadi target,

agar biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur distribusi gas kota

memenuhi syarat kelayakan yang diharapkan. Saat ini data-data mengenai potensi

demand dan konsumen yang menjadi target tersedia di PT ABC Niaga, sehingga

data tersebut dapat dikembangkan menjadi suatu penelitian dalam menentukan

kelayakan investasi pipa yang akan dibangun dengan menggunakan metode net

present value (NPV), internal rate of return (IRR), payback period (PP) dan

profitability index (PI).

Setelah dilakukan evaluasi kelayakan investasi dan investasi dinyatakan

layak untuk dijalankan maka tahapan selanjutnya adalah dirumuskan strategi yang

tepat agar pembangunan gas kota ini bisa tumbuh menjadi bisnis yang bisa

diandalkan oleh korporasi, berjalan sesuai dengan keekonomian dan kelayakan

usaha yang sudah disusun dan ditetapkan dalam rencana bisnis, mendatangkan

keuntungan yang diharapkan, sekaligus bisa berkembang ditengah kompetisi yang

ada. Langkah pertama yang akan dilakukan adalah analisis faktor-faktor eksternal

dan internal yang mempengaruhi performa bisnis, lalu analisis matriks internal

dan eksternal serta SWOT untuk menentukan alternatif-alternatif strategi.

Langkah terakhir adalah analisis penentuan prioritas strategi yang akan dilakukan

dengan menggunakan metode quantitative strategic planning matrix (QSPM).

Dalam pelaksanaan strategi diperlukan sistem kontrol strategis yang dapat

memastikan strategi dapat di terjemahkan ke dalam tindakan atau implementasi

(Atkinson 2006).

Page 7: Kelayakan proyek pembangunan jaringan gas kota …repository.sb.ipb.ac.id/2917/5/E50-05-Auguar-Pendahuluan.pdfminyak mentah maupun hasil olahan (bensin, solar dan minyak tanah) dan

7

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah:

1. Sejauh mana kelayakan investasi pembangunan jaringan gas kota ini dari

aspek pembelanjaan perusahaan?

2. Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi performa dari

bisnis gas kota?

3. Apa saja alternatif strategi bagi bisnis gas kota dan bagaimana urutan

prioritasnya?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis kelayakan investasi rencana pembangunan jaringan gas kota

dari aspek pembelanjaan perusahaan.

2. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

performa bisnis gas kota.

3. Merumuskan alternatif strategi untuk pengembangan bisnis gas kota dan

urutan prioritasnya.

Manfaat Penelitian

Melalui penulisan tesis ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat atau

sumbangsih antara lain kepada:

1. PT ABC Niaga

Menjadi salah satu bahan rujukan bagi PT ABC dan PT ABC Niaga dalam

pengambilan keputusan dan pengembangan investasi pembangunan

jaringan gas kota.

2. Akademisi

Menambah pengetahuan dalam pelaksanaan investasi pembangunan dan

bisnis gas kota, tata kelola bisnisnya, penilaian kelayakan proyek dari sisi

pembelanjaan perusahaan, mengetahui faktor-fator internal dan eksternal

yang mempengaruhi performa bisnis gas kota berikut merumuskan

alternatif strategi dan urutan prioritasnya.

3. Pemerintah Indonesia

Menjadi salah satu pertimbangan pemerintah dalam memutuskan

pendanaan yang bisa diambil dari APBN untuk pembangunan infrastruktur

gas kota di Indonesia dalam rangka menekan besaran subsidi.

4. Agroindustri

Dengan tersedianya gas yang merupakan sumber energi bersih, maka akan

meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dari sektor agroindustri

misalnya pabrik makanan atau pabrik susu dan olahannya, karena

kemungkinan kontaminasi produk akan semakin kecil dibandingkan

dengan penggunaan BBM. Selain itu dengan harga gas yang relatif lebih

murah dibandingkan dengan BBM maka akan meningkatkan efisiensi

biaya produksi dan daya saing produk agroindustri Indonesia.

Page 8: Kelayakan proyek pembangunan jaringan gas kota …repository.sb.ipb.ac.id/2917/5/E50-05-Auguar-Pendahuluan.pdfminyak mentah maupun hasil olahan (bensin, solar dan minyak tanah) dan

8

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada aspek keuangan yang diterapkan untuk dijadikan

panduan agar masalah serta pembahasan tetap fokus pada permasalahan yang

diangkat menjadi topik dalam tesis ini. Batasan-batasan tersebut antara lain:

1. Proyek yang akan dibahas dalam tesis ini adalah merupakan program PT

ABC dan PT ABC Niaga dalam pembangunan jaringan gas kota .

2. Perhitungan dan analisis hanya dibatasi pada proyek ini saja, dengan

asumsi single project sehingga perhitungan pengembangan kapasitas dan

area di masa yang akan datang, sesudah jangka proyek ini berakhir tidak

dianalisis.

3. Penelitian dilakukan untuk menganalisis faktor eksternal dan internal yang

mempengaruhi performa bisnis gas kota, berikut alternatif-alternatif

strategi dan urutan prioritasnya.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Investasi secara umum dapat diartikan sebagai segala bentuk kegiatan

menanamkan dana baik oleh perorangan maupun perusahaan untuk memperoleh

pendapatan dan peningkatan dari investasi yang telah dilakukan. Harianto dan

Sidomo (1998) mendefinisikan investasi sebagai suatu kegiatan untuk

menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu

dengan harapan dapat memperoleh pendapatan dan atau peningkatan nilai

investasi.

Investasi dapat pula diartikan sebagai penanaman modal suatu kegiatan

yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha.

Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu,

baik bersifat fisik maupun non fisik. Dalam prakteknya jenis investasi dapat

dibagi 2 macam, yaitu:

1. Investasi nyata (real investment), yang merupakan investasi yang dibuat

dalam harta tetap (fixed asets) seperti tanah, bangunan, peralatan, atau

mesin-mesin.

2. Investasi finansial (financial investment), yang merupakan investasi dalam

bentuk kontrak kerja, pembelian saham, atau surat berharga lainnya.

Dalam pengertian investasi terkandung dua makna penting, yaitu adanya

resiko dan tenggang waktu. Masalah dalam investasi adalah rencana investasi

yang dianalisis merupakan rencana di masa yang akan datang, sehingga tidak ada

jaminan bahwa arus kas yang diharapkan akan benar-benar terealisir sesuai

dengan harapan. Selalu ada unsur ketidakpastian dan resiko yang menyertai suatu

investasi. Karena itu dalam rangka meminimalisasi resiko yang mungkin terjadi,

sebelum proyek investasi dilaksanakan investor harus berusaha untuk melakukan

analisis perhitungan estimasi mengenai kondisi di masa mendatang.

Menurut Gitman (2006) secara garis besar terdapat dua macam resiko yang

dihadapi oleh perusahaan yaitu:

Page 9: Kelayakan proyek pembangunan jaringan gas kota …repository.sb.ipb.ac.id/2917/5/E50-05-Auguar-Pendahuluan.pdfminyak mentah maupun hasil olahan (bensin, solar dan minyak tanah) dan

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB