tugas lpp intan

19
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesenjangan pendidikan masih menjadi momok yang menakutkan di Indonesia. Tak bisa dipungkiri, kualitas yang berbeda antar sekolah menjadikan tidak semua tunas bangsa memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh akses pendidikan. Berdasarkan statusnya, secara umum sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri merupakan sekolah yang penyelenggaraanya dilakukan oleh pemerintah, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sebaliknya, sekolah swasta, sesuai dengan namanya merupakan sekolah yang penyelenggaraanya dilakukan oleh swasta/non pemerintah, biasanya dalam bentuk yayasan Perbedaan yang mencolok sebenarnya hanyalah pada penyelenggaranya saja. Sekolah negeri di urus oleh pemerintah. Sedangkan sekolah swasta, berdasarkan Pasal 27 UU Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diberikan kesempatan 1

Upload: intan-buhati-asfyra

Post on 27-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas LPP intan

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesenjangan pendidikan masih menjadi momok yang menakutkan di

Indonesia. Tak bisa dipungkiri, kualitas yang berbeda antar sekolah

menjadikan tidak semua tunas bangsa memiliki kesempatan yang sama dalam

memperoleh akses pendidikan.

Berdasarkan statusnya, secara umum sekolah dapat diklasifikasikan

menjadi dua macam, yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri

merupakan sekolah yang penyelenggaraanya dilakukan oleh pemerintah,

mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA), hingga Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sebaliknya,

sekolah swasta, sesuai dengan namanya merupakan sekolah yang

penyelenggaraanya dilakukan oleh swasta/non pemerintah, biasanya dalam

bentuk yayasan

Perbedaan yang mencolok sebenarnya hanyalah pada

penyelenggaranya saja. Sekolah negeri di urus oleh pemerintah. Sedangkan

sekolah swasta, berdasarkan Pasal 27 UU Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional diberikan kesempatan seluas-luasnya dalam proses

penyelenggaraan pendidikan. Perbedaan inilah yang kemudian membentuk

perbedaan dalam berbagai hal lainnya di kedua jenis sekolah ini, yaitu dalam

hal fasilitas, kualitas proses pembelajaran, profesionalisme tenaga pengajar,

kenyamanan hingga akses pendukung lainnya.

Pertama, dalam masalah fasilitas, beberapa sekolah swasta yang

mempunyai modal besar mampu memberikan fasilitas yang jauh lebih

lengkap dibanding sekolah negeri yang kebanyakan terdapat di negeri ini.

Mulai dari gedung yang megah, ruangan kelas yang menyediakan air

conditioner(ac), penyertaan infokus dalam penyampaian materi ajar,

laboratorium dan segala peralatannya yang lengkap, hingga fasilitas

1

Page 2: tugas LPP intan

penunjang lainnya seperti jaringan koneksi internet wi-fi yang turut

disediakan di komplek sekolah. Beberapa hal yang tak akan sanggup

disediakan oleh sekolah swasta dengan modal pas-pasan

Sebaliknya, sekolah negeri hanya menunggu kemurahan hati dari

pemerintah. Beberapa diantaranya menjadi lebih beruntung karena mendapat

perhatian lebih. Tentu kita sering mendengar istilah sekolah unggul, sekolah

percontohan, sekolah rintisan berstandar internasional, atau bahkan sekolah

berstandar internasional.

Dari segi proses belajar-mengajar, sekolah swasta dan sekolah negeri

yang relatif sudah maju lebih interaktif dibanding sekolah pada lain

umumnya, baik swasta maupun negeri. Di sini, proses belajar tidak lagi

berjalan se arah. Peserta didik dilibatkan lebih intensdibanding sekolah lain–

yang lebih miskin- pada umumnya. Peran guru dapat dimaksimalkan lebih

hanya sebatas sebagai pembimbing atau pengarah. Siswa menjadi lebih aktif

serta tak jarang dalam pelajaran tertentu membentuk (atau dibentuk oleh

gurunya) kelompok belajar. Kadang juga peserta didik dituntut untuk

membuat makalah dan kemudian mempresentasikannya di depan kelas.

Intinya, peran guru tidak lagi sedominan seperti di sekolah yang saya sebut

standar Indonesia tadi.

Hal inilah yang sangat sulit kita jumpai di sekolah negeri kebanyakan-

serta beberapa sekolah swasta yang kualitasnya dibawah sekolah negeri

kebanyakan-. Proses belajarnya terlalu monoton dengan guru sebagai pelakon

tunggal. Peserta didik hanya menjadi pemain figuran, datang, duduk, diam,

dengar (lebih seringnya ribut gak jelas dalam kelas), bolos sekolah, dan

kemudian pulang.

Hal lainnya adalah mengenai profesonalisme tenaga pengajar. Di

sekolah maju (swasta maupun negeri), kualitas tenaga pengajar tidak perlu

dipertanyakan lagi. Guru mengajar sesuai bidang keilmuan yang dimilikinya.

Bahkan, tidak jarang sekolah seperti ini mempunyai guru lulusan pascasarjana

(S2). Namun, hal sebaliknya harus terjadi di sekolah-sekolah negeri

2

Page 3: tugas LPP intan

kebanyakan. Lebih tragis, di beberapa sekolah di pedalaman tak jarang kita

jumpai guru yang merangkap mata pelajaran demi menutupi

kekosongan stockguru yang ada. Bayangkan saja, jika anak anda harus

mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia, Agama, dan Muatan Lokal pada

seorang lulusan sarjana Matematika.

Terakhir, sekolah yang telah relatif maju, baik swasta maupun negeri

juga menyediakan berbagai akses pendukung lainnya yang dapat memberikan

kenyamanan dan daya tarik tertentu bagi calon peserta didik.

Kegiatan ekstrakurikuler yang beragam misalnya, dapat memberikan ruang

bagi peserta didik untuk tidak hanya mengembangkan diri dalam dunia

akademik, melainkan juga mengembangkan minat dan bakat sesuai

keinginannya masing-masing.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Apa yang menyebabkan terjadinya kesenjangan pendidikan di Indonesia?

2. Bagaimana solusi untuk mengatasi kesenjangan pendidikan di Indonesia?

3

Page 4: tugas LPP intan

PEMBAHASAN

Perdebatan masalah kualitas sekolah negeri atau swasta belum jeda hingga

saat ini. Masyarakat di setiap daerah mempunyai persepsi yang berbeda tentang

sekolah negeri dan swasta, karena menyangkut sifat kedaerahan yang unik dan

perbedaan pengelolaan di masing-masing sekolah. Namun bisa disimpulkan bahwa

konsentrasi masyarakat dalam memilih sekolah masih bertumpu pada dua hal, yaitu

kualitas dan biaya.

Ada sekolah negeri bagus dan murah,  ada sekolah swasta bagus dan mahal,

ada juga sekolah swasta dan negeri kualitas menengah dan ada sekolah swasta yang

kualitasnya buruk (dan belum tentu murah) sehingga tak mendapatkan siswa.

Biasanya kualitas yang bagus berbanding lurus dengan biaya yang tinggi dengan

alasan untuk peningkatan mutu sekolah. Namun tidak semua sekolah swasta

kekurangan siswa. Banyak juga sekolah swasta yang justru menolak siswa karena

kelebihan kuota.

Mengapa masyarakat masih mencari sekolah negeri? Faktor ekonomi, dimana

masih banyak penduduk berpenghasilan menengah ke bawah menyebabkan mereka

memilih sekolah negeri yang lebih murah biayanya dibandingkan sekolah swasta.

Apalagi saat ini Dinas Pendidikan terus menambah daya tampung tiap tahun. Sekolah

negeri umumnya  mendapat bantuan dana dari pemerintah, sehingga biaya yang

dikeluarkan lebih sedikit dari pada sekolah swasta. Sementara, sekolah swasta untuk

membiayai seluruh elemen sekolah, baik guru maupun fasilitas sekolah berasal dari

iuran siswa. Karena itu, saat ini pemerintah daerah berusaha memberikan bantuan

dana (meskipun tidak banyak) kepada sekolah swasta sehingga dapat menurunkan

biaya sekolah yang dibebankan kepada siswa disamping juga harus berpacu

meningkatkan kualitas.

Selain masalah kualitas dan biaya, Beberapa kondisi yang umum terjadi dan

menjadi pembeda di sekolah negeri dan sekolah swasta adalah sebagai berikut :

4

Page 5: tugas LPP intan

1. Kurikulum dan bahasa pengantar

Sekolah swasta dinilai lebih dinamis dibandingkan sekolah negeri

karenakan sekolah swasta mengacu pada manajemen masing-masing yayasan,

sementara sekolah negeri mengacu pada kurikulum yang telah dibuat oleh

Kementerian Pendidikan Nasional.  Buku ajar di sekolah negeri buku ajar

telah diseragamkan sehingga setiap sekolah menggunakan buku ajar yang

sama, yang beda hanyalah buku pengayaan (buku penunjang). Sedangkan di

sekolah swasta buku ajar setiap sekolah cenderung berbeda. Terkait bahasa,

sekolah negeri sudah jelas menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar,

ditunjang dengan bahasa daerah sebagai sarana pergaulan. Sementara di

sekolah swasta, selain menggunakan bahasa Indonesia juga menggunakan

bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Bahasa daerah biasanya dengan

sendirinya jarang digunakan dalam pergaulan karena keberagaman siswa.

http://www.anakciremai.com/2011/07/makalah-permasalahan-efisiensi -

di.html

2. Tingkat perhatian guru terhadap siswa di kelas

Banyak kenyataan dijumpai pada sekolah negeri yang jumlah siswa

per kelas berkisar antara 30-45 orang, sedangkan sekolah swasta jumlah siswa

per kelas 15-30 orang.  Hal ini mengakibatkan guru di sekolah negeri tidak

dapat memperhatikan tiap siswanya secara baik, sehingga guru tidak dapat

mengakomodir satu persatu permasalahan siswa di sekolah.

http://www.anakciremai.com/2011/07/makalah-permasalahan-efisiensi -

di.html

3. Cara belajar

Siswa sekolah swasta banyak melakukan diskusi, presentasi, dan

berargumen. Berbeda dengan siswa di sekolah negeri yang banyak belajar

dengan cara menghafal dan memahami materi dengan mendengarkan guru

dan membaca buku. Tak heran jika siswa sekolah swasta pandai dalam

5

Page 6: tugas LPP intan

bernalar dan berpendapat  sedangkan siswa sekolah negeri lebih mudah

mengingat sesuatu (hapal).

http://www.anakciremai.com/2011/07/makalah-permasalahan-efisiensi-

di.html

Pada dasarnya baik sekolah negeri dan swasta bertujuan untuk mencerdasakan

kehidupan bangsa, namun demikian pada kenyataannya dilapangan banyak sekolah

swasta yang tidak dapat perhatian dari pemerintah hal ini dapat dibuktikan bahwa

pemerintah menanggung 100% anggaran sekolah negeri sedangkan sekolah swasta

hanya mendapat bantuan BOS dan dana subsidi pendidikan gratis. Tunjangan untuk

guru negeri yang belum sertifikasi 250.000/bulan sedangkan untuk guru swasta

100.000/bulan ,dana itupun pembayarannya kurang jelas. Pelatihan pengembangan

kompetensi Guru hanya untuk guru di sekolah negeri saja dan sangatlah

langka pelatihan yang dapat melibatkan sekolah swasta. Pada Pasal 55 Ayat 4 UU

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Pada ayat tersebut

disebutkan, lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat  memperoleh bantuan

teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan

atau pemerintah daerah.

(Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Kata dapat disini menunjukan bahwa pemerintah sama sekali tidak acuh

terhadap sekolah swasta. Kebijakan yang diskriminatif ini menjadikan eksistensi

sekolah swasta yang kian tidak menjanjikan bagi masa depan. Sebagian masyarakat

justru berbondong-bondong untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri

dibanding kesekolah swasta, perbandingan yang mereka utamakan adalah masalah

keuangan karena sekolah negeri lebih murah daripada swasta dan bahkan bisa gratis.

Apalagi sekarang ada sekolah negeri yang berlomba-lomba menjadikan sekolahnya

sebagai SBI dimana mereka melakukan start lebih awal dalam melakukan penerimaan

siswa barunya sehingga sekolah swasta yang pendanaannya kurang kuat akan

kekurangan murid, bisa jadi justru tidak diminati. Sekolah swasta yang pendanaannya

lebih kuat dan biaya tinggi banyak juga diminat iterutama oleh anak-anak orang

tuanya cukup mapan dan berduit. Orang tuapun tak segan-segan merogoh kocek

6

Page 7: tugas LPP intan

untuk menyekolahkan anaknya disekolah yang memiliki fasilitas lengkap dan guru-

guru yang lebih professional.

Hal-hal yang demikianlah justru pendidikan dinegeri ini akan terkotak-kotak

dimana anak-anak orang kaya akan bersekolah disekolah yang memiliki fasilitas

lengkap dan guru yang baik, dengan kata lain yang kaya dapat bersekolah yang

miskin walaupun pandai tidak bisa sekolah. Demikian juga sekolah negeri yang sudah

berstatus SBI juga butuh mengeluarkan biaya yang cukup mahal sehingga banyak

anak pandai yang orang tuanya tidak mampu secara financial enggan untuk

bersekolah disekolah ini. Kalau kita melihat kenyataan seperti ini berati sejak awal

pola kebijakkan pendidikan kita sudah mengkotak-kotakkan anak didik dimana anak

orang kaya dan anak orang miskin tidak bisa bersekolah disekolah yang memiliki

fasilitas yang sama. Walaupun ada kebijakan beasiswa untuk anak miskin tapi hanya

siswa tertentu saja yang betul-betul pandai yang bisa sekolah disekolah tersebut. Pada

proses awal penerimaan siswa baru anak-anak miskin sudah kalah duluan dalam

persaingan, karena mereka menyadari bila disekolah SBI atau sekolah yang

berkualitas bagus orang tuanya jelas tidak mampu membiayai. Di Indonesia yang

mayoritas penduduknya dibawah garis kemiskinan mereka justru berlomba-

lomba untuk menyekolahkan anaknya disekolah negeri yang biayanya murah dan

kalau bisa gratis.

Pemerintah tidak bisa lepas tangan didalam pengelolaan pendidikan baik itu

untuk kalangan sekolah swasta ataupun sekolah negeri dan perlu kebijakan yang adil

terhadap keduanya. Karena tidak mungkin bahwa sekolah swasta yang ada dinegeri

ini juga banyak dan itu pun bertujuan untuk mencerdaskan bangsa ini. Oleh karena itu

perlu adanya kebijakan pemerintah yang lebih solutif terhadap sekolah negeri dan

sekolah swasta tidak setiap ganti menteri ganti aturan baru yang terkadang tidak

melanjutkan dengan kebijakan sebelumnya. Misalkan saja kebijaksanaan pemerintah

yang tidak adil yaitu membunuh sekolah swasta secara sistematis adalah pelaksanaan

pendirian SD inpres dipelosok negeri mereka tidak memperhatikan disitu telah ada

SD swasta sehingga banyak sekali SD swasta yang gulung tikar waktu

7

Page 8: tugas LPP intan

itu .Seharusnya desa yang telah memiliki SD swasta tidak perlu didirikan SD Inpres

tetapi diberi bantuan untuk pengembangannya .Hal sama juga dilakukan dengan

mendirikan Unit Sekolah Baru (USB) untuk tingkat SMP dan SMA dimana didirikan

didekat sekolah Swasta hal yang demikian juga mematikan keberadaan sekolah

Swasta karena tidak mungkin siswa lebih berminat disekolah negeri yang notabene

biaya lebih murah. Seharusnya yang perlu dilakukan adalah mendirikan USB yang

jauh dari sekolah Swasta dan memberikan subsisdi kepada sekolah swasta.

Demikian juga pada pada Kementerian pendidikan / Dinas pendidikan

Kabupaten harus memiliki dierektur/sesi khusus yang menangani sekolah swasta

sehingga memeiliki induk yang jelas bila memiliki masalah. Persoalan yang baru

adalah kebijakan dengan menarik guru PNS dimana kebanyakan mereka yang

mengabdi disekolah swasta dan sudah senior. Selain itu juga menarik guru calon PNS

ke sekolah negeri.

Tampaknya pemimpin kita lupa akan sejarah bangsa ini bahwa keberadaan

sekolah swasta baik itu dibawah naungan Muhammmadiyah, Nahdlatul Ulama,

Tamansiswa ,yayasan Kristen, Katolik maupun lainya telah ada jauh sebelum

Indonesia merdeka. Kelahirannya pun merupakan bagian dari perjuangan

kemerdekaan. PerguruanTamansiswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara

(1922), misalnya, sebagai sarana untuk  perjuangan politik mewujudkan Indonesia

merdeka. Kelak, setelah merdeka, banyak lulusan Perguruan Tamansiswa yang

turut mengisi kemerdekaan secara positif. Oleh karena itulah para pengambil

kebijakan perlu lebih memperhatikan sejarah, keadilandan keberlangsungan

pendidikan seutuhnya, karena pada dasarnya pendidikan adalah tiang dari  Negara.

Dan semua kebijakan tidak perlu memetingkan salah satu pihak karena pada

dasarnyakecerdasan adalah untuk penerus bangsa,karena negeri ini sebenarnya masih

banyak yangmembutuhkan pendidikan, banyak sekali anak-anak yang dipelosok desa

kurang mengenyam pendidikan terkadang sekolah swasta saja yang didirikan tapi

banyak juga pondok-pondok  pesantren yang didirikan perorangan untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan dimana perhatian pemerintah tidak dapat menjangkau anak-

8

Page 9: tugas LPP intan

anak sekolah yang ada dipelosok desa ataupun didaerah-daerah terpencil, oleh karena

itulah perlu kerjasama dari semua pihak dalam mencerdaskan bangsa ini dan tak luput

juga bagi pemegang kebijakan untuk memberikan kebijakan yang lebih adil dibidang

pendidikan yang tidak hanya dalam mengambil keputusan melihat daerah di Jawa

saja atau di kota-kota besar tapi perlu juga didaerah tertinggal dan dipelosok-pelosok

desa yang sulit transportasinya.

Kita sangat berharap pemerintah seharusnya membantu sekolah swasta dan

negeri untuk membantu penuntasan pendidikan dasar untuk anak-anak terutama dari

masyarakat menengah ke bawah dan didaerah-daerah terpencil yang kurang

terjangkau. Diantaranya menggangarkan lebih banyak dalam APBN Pendidikan

karena masih banyak sekolah yang tidak layak pakai baik negeri maupun swasta.

Oleh sebab sedikit banyak, fasilitas sangat mendukung keberhasilan sistem

pendidikan. Semua bisa diatasi dengan mengesampingkan dikotomi sesat sekolah

negeri dan sekolah swasta. Kebijakan yang nantinya dikeluarkan harus betul-betul

merefleksikan nilai-nilai pendidikan untuk semua. Karena masalah utama adalah

keterjangkauan akses-biaya pendidikan- dan output pendidikan.

Output pendidikan dalam arti kualitas nilai akademik siswa yang dihasilkan

oleh sekolah swasta biasanya-kita tidak perlu menutup mata akan hal ini- lebih baik

dibandingkan dengan sekolah negeri. Sekolah-sekolah andalan peraih medali dalam

olimiade sains internasional mayoritas dari sekolah swasta dengan budaya akademik

yang kuat. Lantas apa yang mesti dilakukan? Pemerintah bekerjasama dan

memfasilitasi sekolah negeri dan sekolah swasta dengan mengadakan pelatihan-

pelatihan, atau juga penggodokan kurikulum terpadu atapun sistem belajar mengajar

yang ada oleh karena sekolah swasta terbukti ‘lebih bisa’ dalam menerapkan

pendidikan humanis dan holisitik integratif. Apalagi dengan dikeluarkannya

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

Sehingga pelayanan pendidikan bagi semua masyarakat bisa berjalan maksimal demi

mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang andal dan berkualitas.

9

Page 10: tugas LPP intan

Dari pembahasan di atas, penulis akan membahas tentang Landasan Hukum

Pendidikan terhadap kesenjangan pendidikan Indonesia:

UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003, pasal 4 ayat 1 tentang penyelenggaraan

pendidikan:

“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural, dan kemajemukan bangsa.”

Hal ini bertentangan karena masih ada diskriminatif antara sekolah swasta dan

sekolah negeri, misalnya pada penyaluran dana pendidikan yang tidak merata untuk

sekolah swasta dan sekolah negeri.

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 5 ayat 1:

“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang

bermutu”

Tetapi pada faktanya banyak penduduk Indonesia tidak mendapatkan pendidikan

bermutu, yang kaya mendapatkan pendidikan bermutu sedangkan yang miskin

mendapatkan pendidikan seadanya bahkan ada juga yang tidak berpendidikan.

Pada Pasal 55 Ayat 4 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

“Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat  memperoleh bantuan teknis,

subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan atau

pemerintah daerah.”

Kata dapat disini telah diganti menjadi harus, karena kalau dapat berarti pemerintah

acuh tak acuh terhadap pendidikan yang berbasis masyarakat termasuklah sekolah

swasta.

10

Page 11: tugas LPP intan

KESIMPULAN

Perbedaan yang mencolok dari sekolah swasta dan sekolah negeri adalah

Sekolah negeri di urus oleh pemerintah. Sedangkan sekolah swasta, berdasarkan

Pasal 27 UU Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diberikan

kesempatan seluas-luasnya dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Perbedaan

inilah yang kemudian membentuk perbedaan dalam berbagai hal lainnya di kedua

jenis sekolah ini, yaitu dalam hal fasilitas, kualitas proses pembelajaran,

profesionalisme tenaga pengajar, kenyamanan hingga akses pendukung lainnya

Banyak terdapat pertentangan antara undang-undang yang dibuat pemerintah

dengan fakta yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan pendidikan membuat

kesenjangan antara sekolah swasta dan sekolah negeri.

11

Page 12: tugas LPP intan

DAFTAR PUSTAKA

Ciremai, Anak. “ Permasalahan Efisiensi Sekolah Menengah Atas.”http://www.anakciremai.com/2011/07/makalah-permasalahan-efisiensi-di.html (diakses tanggal 23 November 2011)

Januar, Ardhana . “Permasalahan Pemerataan Pendidikan di Indonesia.”http://dhanaunair.blogspot.com/2011/05/permasalahan-pemerataan pendidikan-di.html (diakses tanggal 23 November 2011)

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

12