tugas lp pteregium dr yap wulan gege

7
A. Pengertian Pterigium berasal dari kata Yunani “pterygos” yang berarti “sayap kecil” (Aminlari dkk, 2010). Pterigium adalah suatu pertumbuhan dari epitel konjungtiva bulbaris dan jaringan ikat subkonjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif yang terdapat dicelah kelopak mata bagian medial atau nasal berbentuk segitiga, dengan puncaknya mengarah kebagian tengah dari kornea. Pterigium ini lebih sering tumbuh di bagian nasal daripada dibagian temporal, namun dapat juga terjadi pertumbuhan nasal dan temporal pada satu mata disebut double pterigium. Pterigium dapat mengenai kedua mata dengan derajat pertumbuhannya yang berbeda (Erry dkk, 2011). B. Etiologi Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasama, radang, dan degenerasi (Ilyas, 2009). C. Epidemiologi Distribusi pterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah dengan sinar matahari

Upload: ratnaindriyani

Post on 16-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lp

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Lp Pteregium Dr Yap Wulan Gege

A. Pengertian

Pterigium berasal dari kata Yunani “pterygos” yang berarti “sayap

kecil” (Aminlari dkk, 2010). Pterigium adalah suatu pertumbuhan dari epitel

konjungtiva bulbaris dan jaringan ikat subkonjungtiva yang bersifat

degeneratif dan invasif yang terdapat dicelah kelopak mata bagian medial

atau nasal berbentuk segitiga, dengan puncaknya mengarah kebagian tengah

dari kornea. Pterigium ini lebih sering tumbuh di bagian nasal daripada

dibagian temporal, namun dapat juga terjadi pertumbuhan nasal dan temporal

pada satu mata disebut double pterigium. Pterigium dapat mengenai kedua

mata dengan derajat pertumbuhannya yang berbeda (Erry dkk, 2011).

B. Etiologi

Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar

matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan

diduga merupakan suatu  neoplasama, radang, dan degenerasi (Ilyas, 2009).

C. Epidemiologi

Distribusi pterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di

daerah dengan sinar matahari yang tinggi dan udara yang kering serta tingginya

angin dan debu yang merupakan karakteristik dari daerah di sekitar

khatulistiwa.(Saerang, 2013)

Prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, karena

laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas di luar ruangan sehingga lebih

sering berhubungan dengan faktor risiko terjadi pterigium seperti sinar

ultraviolet, debu, angin dan udara yang kering . Jarang sekali orang menderita

pterygia umurnya di bawah 20 tahun. Untuk pasien umurnya diatas 40 tahun

mempunyai prevalensi yang tertinggi, sedangkan pasien yang berumur 20-40

tahun dilaporkan mempunyai insidensi pterygia yang paling tinggi. (Erry dkk,

2011).

Page 2: Tugas Lp Pteregium Dr Yap Wulan Gege

D. Patofisiologi

Ada beberapa teori penyebab terjadinya pterigium, salah satunya teori

penyinaran sinar ultraviolet, terutama UV-B. (Aminlari dkk, 2010).

Pterigium ini biasanya bilateral, karena kedua mata mempunyai

kemungkinan yang sama untuk kontak dengan sinar ultraviolet, debu dan

kekeringan. Semua kotoran pada konjungtiva akan menuju ke bagian nasal,

kemudian melalui pungtum lakrimalis dialirkan ke meatus nasi inferior

(Soewono dkk, 2006).

E. Gejala dan Tanda

Pasien yang menderita pterygia sering mempunyai berbagai macam

keluhan, yang mulai dari tidak ada gejala yang berat, mata kering sampai mata

menjadi merah sekali, pembengkakan mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan

kabur disertai dengan jejas pada konjungtiva yang membesar dan kedua mata

terserang penyakit ini. (Aminlari dkk, 2010). Pada selaput bias mata terdapat

gumpalan bening dan terasa perih jika diberi obat tetes mata. (Inascrs, 2011).

Derajat pertumbuhan pterigium ditentukan berdasarkan bagian kornea

yang tertutup oleh pertumbuhan pterigium, dan dapat dibagi menjadi 4

(Gradasi klinis menurut  Youngson )

1. Derajat 1: Jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea

2. Derajat 2: Jika pterigium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih

dari 2 mm melewati kornea

3. Derajat 3: Jika pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak melebihi

pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar

3-4 mm)

4. Derajat 4: Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga

mengganggu penglihatan (Inascrs, 2011).

F. Penatalaksanaan

Bila pterygium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata

dekongestan. Pengobatan pterygium adalah dengan sikap konservatif atau

Page 3: Tugas Lp Pteregium Dr Yap Wulan Gege

dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya

astigmatisme ireguler atau pterygium yang telah menutupi media penglihatan.

Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara

kering dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata

buatan dan bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea)

beri air mata buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokontriktor maka perlu

kontrol 2 minggu dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan dihentikan.

(Soewono dkk, 2006).

G. Diagnosa Keperawatan

Preoperasi

1. Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan gangguan penerimaan

sensori akibat pterigium.

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur

invasive (bedah) yang akan dilaksanakan.

Post operasi

1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan trauma jaringan

sekunder terhadap operasi transplantasi kornea.

2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur (invasif) bedah.

3. Resiko terhadap injury (cidera) yang berhubungan dengan perubahan

ketajaman penglihatan.

4. Perubahan dalam pesepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post

operasi.

Page 4: Tugas Lp Pteregium Dr Yap Wulan Gege

H. PATHWAYS

Sinar matahari, debu dan udara panas

Pterigium

Perubahan bentuk kornea Pembuluh darah

melebar

Mata kering Iritasi

Mata merah

Pembedahan

Ggn. Sensori penglihatan

Resiko tinggi infeksi

Ggn. Rasa nyaman : Nyeri

Page 5: Tugas Lp Pteregium Dr Yap Wulan Gege

DAFTAR PUSTAKA

Aminlari, A., Singh, R., liang, D., 2010. Management of Pterygium 37–38.

Erry, Mulyani, U.A., Susilowati, D., 2011. Distribusi dan Karakterisitik Pterigium

di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Buletin Penelitian Sistem

Kesehatan 14, 84–49.

Ilyas, S., 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta.

Saerang, J.S.M., 2013. Vascular Endothelial Growth Factor Air Mata sebagai

Faktor Risiko Tumbuh Ulang Pterygium. J Indon Med Assoc Volum: 63, 100–

105.

Soewono, W., Oetomo, M.M., Eddyanto, 2006. Pterigium, in: Pedoman Diagnosis

dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata Edisi III 2006. pp. 102–104.