tugas kuliah kriminologi

Upload: anugrah-r-alfani

Post on 16-Jul-2015

265 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tugas kuliah KriminologiPerspektif Aliran Klasik dan Positivis a. Aliran Klasik (1600-1850) Aliran ini dipengaruhi oleh penjelasan natural2 tentang kejahatan yang menyatakan bahwa manusia bisa berbuat baik atau buruk atau cenderung mengejar keuntungan sendiri3. Dasar pemikiran dari aliran klasik ini yaitu setiap orang (individu) memiliki free will (kehendak bebas), artinya setiap orang dapat memilih secara bebas untuk melakukan sesuatu secara rasional didukung oleh intelegensi yang dimilikinya. Dengan intelegensi yang dimiliki manusia, maka manusia mengetahui apa saja hal yang terbaik bagi dirinya yang didapat dari perbuatan yang dipilihnya secara bebas dan rasional. Ketika seseorang memilih untuk melakukan suatu kejahatan, maka lahirnya kejahatan yang dilakukan tersebut dianggap sebagai produk dari free choice (pilihan bebas) oleh setiap individu sehingga dilakukan atau tidaknya suatu kejahatan oleh setiap individu bukan atas pertimbangan baik dan buruknya moral individu tersebut, namun- sekali lagi ditegaskan-hanya semata-mata dikarenakan proses rasionalisasi yang menimbulkan free choice dan menghasilkan keputusan untuk berbuat kejahatan. Aliran klasik memandang kejahatan sebagai pelanggaran terhadap perjanjian sosial yang antara lain diimplementasikan dalam suatu undang-undang hukum pidana sehingga setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadapnya akan disebut sebagai penjahat. Dengan adanya pandangan terhadap pendefinisian kejahatan tersebut, maka secara rasional seseorang yang telah memilih untuk melakukan kejahatan akan memaksimalkan keuntungan dan menekan kerugian yang ditimbulkan dari kejahatan yang dilakukannya (plain/pleasure calculation). Dalam hal ini kriminologi dipandang sebagai alat untuk menguji sistem hukuman yang dapat meminimalkan kejahatan sehingga tujuan dari penerapan suatu hukuman dapat tercapai, yaitu untuk mencegah timbulnya kejahatan di kemudian hari. Salah satu tokoh dalam aliran ini adalah Cesare Beccaria (17381794). Pengaruh Beccaria terhadap penganut aliran klasik ini nampak melalui prinsip- prinsip yang dikemukakannya dalam sebagai berikut4 : 1) Pembuat hukum seharusnya mendefinisikan kejahatan dan hukumannya secara jelas. Peran hakim seharusnya menentukan kesalahan seseorang. 2) Seriusitas kejahatan seharusnya ditentukan oleh derita yang muncul bagi masyarakat. 3) Hukuman seharusnya proporsional terkait seriusitas kejahatan dan bertujuan pencegahan. 4) Penghukuman itu tidak adil bila deritanya lebih dari cukup untuk menangkal kejahatan kembali. 5) Derita penghukuman yang berlebih malah akan meningkatkan kejahatan. 6) Penghukuman seyogyanya cepat dan pasti sekali lagi ditegaskan-hanya semata-mata dikarenakan proses rasionalisasi yang menimbulkan free choice dan menghasilkan keputusan untuk berbuat kejahatan. Aliran klasik memandang kejahatan sebagai pelanggaran terhadap perjanjian sosial yang antara lain diimplementasikan dalam suatu undang-undang hukum pidana sehingga setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadapnya akan disebut sebagai penjahat. Dengan adanya pandangan terhadap pendefinisian kejahatan tersebut, maka secara rasional seseorang yang telah memilih untuk melakukan kejahatan akan memaksimalkan keuntungan dan

menekan kerugian yang ditimbulkan dari kejahatan yang dilakukannya (plain/pleasure calculation). Dalam hal ini kriminologi dipandang sebagai alat untuk menguji sistem hukuman yang dapat meminimalkan kejahatan sehingga tujuan dari penerapan suatu hukuman dapat tercapai, yaitu untuk mencegah timbulnya kejahatan di kemudian hari. Salah satu tokoh dalam aliran ini adalah Cesare Beccaria (17381794). Pengaruh Beccaria terhadap penganut aliran klasik ini nampak melalui prinsip- prinsip yang dikemukakannya dalam sebagai berikut4 : 1) Pembuat hukum seharusnya mendefinisikan kejahatan dan hukumannya secara jelas. Peran hakim seharusnya menentukan kesalahan seseorang. 2) Seriusitas kejahatan seharusnya ditentukan oleh derita yang muncul bagi masyarakat. 3) Hukuman seharusnya proporsional terkait seriusitas kejahatan dan bertujuan pencegahan. 4) Penghukuman itu tidak adil bila deritanya lebih dari cukup untuk menangkal kejahatan kembali. 5) Derita penghukuman yang berlebih malah akan meningkatkan kejahatan. 6) Penghukuman seyogyanya cepat dan pasti. 7) Penghukuman seyogyanya tepat dan tertentu. 8) Hukum seyogyanya dibuat untuk mencegah kejahatan terjadi. b. Aliran Positivis (1850-1920) Aliran positivis dalam kriminologi memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor diluar kontrolnya-baik yang berupa faktor biologis maupun kultural-yang dapat mempengaruhi manusia untuk berbuat sesuatu di luar kuasanya, artinya manusia dipandang tidak memiliki kebebasan untuk mengikuti dorongan keinginannya dan intelegensinya dalam menentukan pilihan untuk berbuat sesuatu secara rasional sebagaimana pandangan menurut aliran klasik, akan tetapi manusia dipandang sebagai mahluk yang dibatasi atau ditentukan oleh berbagai faktor di luar dirinya yang berupa perangkat biologisnya dan situasi kulturalnya dalam berbuat sesuatu-baik yang berupa kebaikan ataupun kejahatan-sehingga menurut aliran ini, proses berpikir secara rasional dipandang hanya sebagai proses justifikasi atas sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya5. Aliran ini memandang bahwa faktor-faktor yang ada diluar diri seseorang tersebut sebagai unsur utama yang mempengaruhi perbuatan seseorang. Oleh karena itulah, apabila didapati fenomena kejahatan yang dilakukan seseorang, maka aliran ini akan mengatakan bahwa terjadinya kejahatan tersebut dikarenakan pelaku kejahatan mendapat pengaruh dari faktor-faktor tertentu diluar Aliran positivis dalam kriminologi memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor diluar kontrolnya-baik yang berupa faktor biologis maupun kultural-yang dapat mempengaruhi manusia untuk berbuat sesuatu di luar kuasanya, artinya manusia dipandang tidak memiliki kebebasan untuk mengikuti dorongan keinginannya dan intelegensinya dalam menentukan pilihan untuk berbuat sesuatu secara rasional sebagaimana pandangan menurut aliran klasik, akan tetapi manusia dipandang sebagai mahluk yang dibatasi atau ditentukan oleh berbagai faktor di luar dirinya yang berupa perangkat biologisnya dan situasi kulturalnya dalam berbuat sesuatu-baik yang berupa kebaikan ataupun kejahatan-sehingga menurut aliran ini, proses berpikir secara rasional

dipandang hanya sebagai proses justifikasi atas sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya5. Aliran ini memandang bahwa faktor-faktor yang ada diluar diri seseorang tersebut sebagai unsur utama yang mempengaruhi perbuatan seseorang. Oleh karena itulah, apabila didapati fenomena kejahatan yang dilakukan seseorang, maka aliran ini akan mengatakan bahwa terjadinya kejahatan tersebut dikarenakan pelaku kejahatan mendapat pengaruh dari faktor-faktor tertentu diluar dirinya yang menyebabkan pelaku tersebut melakukan kejahatan, antara lain menurut Guerry, yaitu faktor kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan dan kesempatan serta menurut Quetelet, yaitu faktor rendahnya tingkat pendidikan, penyakit moral, kemiskinan, pengangguran dan kesempatan yang minim. Namun, jika didapati fakta berupa fenomena dimana terdapat seseorang yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut tetapi tidak melakukan kejahatan, maka menurut aliran ini, hal tersebut dapat dikatakan sebagai pengecualian karena konsep yang dianut aliran ini yaitu sebagian besar orang akan berbuat jahat manakala dipengaruhi faktor-faktor dimaksud6. Pelopor aliran positivis ini adalah Cesare Lombrosso (1835-1909), yaitu seorang dokter dari itali yang mendapat julukan Bapak Kriminologi Modern melalui teorinya yang terkenal yaitu Born Criminal. Teori Born Criminal ini dilandasi oleh teori evolusi dari Darwin. Dengan teorinya tersebut Lombrosso membantah mengenai free will yang menjadi dasar aliran klasik dan mengajukan konsep determinisme (penelitian ilmiah). Inti dari ajaran Lombrosso yaitu : 1) Penjahat adalah orang yang memiliki bakat jahat; 2) Bakat jahat tersebut diperoleh dari kelahiran (born criminal); 3) Bakat jahat dapat dilihat dari ciri-ciri biologis (Atavistic Stigmata) seperti dahi yang sempit dan melengkung kebelakang; rahang yang besar dan gigi taring tajam; berbadan tegap; tangan lebih panjang; bibir tebal; hidung tidak mancung; dan lain-lain. Lombrosso ini membagi penjahat dengan empat golongan, yaitu Born Criminal (orang yang memang sejak lahir berbakat menjadi penjahat), Insane Criminal (orang termasuk dalam golongan orang idiot, embisil,dan paranoid), Criminaloid (pelaku kejahatan yang berdasarkan pada pengalaman yang terus menerus sehingga mempengaruhi pribadinya) dan Criminal of Passion (orang yang melakukan kejahatan karena cinta, marah atapun karena kehormatan)7. 2.Studi Kasus Kejahatan berdasarkan Perspektif Aliran Klasik dan Positivis Sebuah kasus kejahatan apabila dianalisis berdasarkan perspektif aliran klasik dan positivis akan membuahkan hasil analisis yang berbeda tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sedemikian rupa sehingga seseorang melakukan kejahatan (berperilaku jahat). Sebagai studi kasus dalam penulisan ini, penulis akan melakukan analisis terhadap kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, seorang pengguna narkoba ilegal dikategorikan sebagai pelaku kriminal dan diancam dengan hukuman penjara8. Namun hal tersebut tidak lantas menjadikan seorang pecandu Stigmata) seperti dahi yang sempit dan melengkung kebelakang; rahang yang besar dan gigi taring tajam; berbadan tegap; tangan lebih panjang; bibir tebal; hidung tidak mancung; dan lain-lain. Lombrosso ini membagi penjahat dengan empat golongan, yaitu Born Criminal (orang yang memang sejak lahir berbakat menjadi penjahat), Insane Criminal (orang termasuk dalam golongan orang idiot, embisil,dan paranoid), Criminaloid (pelaku kejahatan yang berdasarkan pada pengalaman yang terus menerus sehingga mempengaruhi pribadinya) dan Criminal of Passion (orang yang melakukan kejahatan karena cinta, marah atapun karena kehormatan)7. 2.Studi Kasus Kejahatan berdasarkan Perspektif Aliran Klasik dan Positivis

Sebuah kasus kejahatan apabila dianalisis berdasarkan perspektif aliran klasik dan positivis akan membuahkan hasil analisis yang berbeda tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sedemikian rupa sehingga seseorang melakukan kejahatan (berperilaku jahat). Sebagai studi kasus dalam penulisan ini, penulis akan melakukan analisis terhadap kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, seorang pengguna narkoba ilegal dikategorikan sebagai pelaku kriminal dan diancam dengan hukuman penjara8. Namun hal tersebut tidak lantas menjadikan seorang pecandu narkoba berhenti mengkonsumsi narkoba secara ilegal bila menurut pertimbangan dan/atau persepsi pecandu tersebut bahwa dengan menggunakan narkoba akan mendapatkan keuntungankeuntungan tertentu, seperti merasakan kenikmatan narkoba (sensasifly), dianggap sebagai kaumgaul (baca : banyak teman), dan lain-lain. Sedangkan untuk kerugian yang mungkin dipertimbangkan oleh pecandu narkoba tersebut mungkin saja hanya kerugian dari sisi materi (uang) sebagai biaya pembelian narkoba dan tidak mempertimbangkan kerugian yang lebih besar yaitu resiko rusaknya kesehatan mental maupun fisik bahkan mengakibatkan kematian. Hal ini selaras dengan perspektif aliran klasik bahwa dengan pertimbangan atas keuntungan yang lebih besar daripada kerugian yang akan didapat oleh seorang pecandu narkoba, maka pecandu narkoba tersebut akan terus melakukan penyalahgunaan narkoba sehingga untuk menghentikannya harus dikenai suatu hukuman yang dimaksudkan dengan hukuman tersebut dapat mencegah kejahatan yang sama di kemudian hari, baik oleh pecandu narkoba itu sendiri maupun orang lain yang belum melakukannya. Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), yang meliputi upaya pre- emtif, preventif dan represif dalam menanggulangi permasalahan narkoba di Indonesia. III. KESIMPULAN Berdasarkan perbandingan antara aliran klasik dan positivis tersebut diatas, maka dapat disimpulkan perbedaannya antara lain sebagai berikut11 : 1.Aliran klasik tidak dapat menjelaskan sebab-sebab dilakukannya kejahatan oleh seseorang karena dalam aliran klasik kejahatan dipandang sebagai konsekuensi logis dari sifat alami manusia yang memiliki kehendak bebas sehingga manusia melakukan kejahatan karena kemauan dan kepentingannya sendiri. Sedangkan aliran positivis justru sebaliknya, sebab-sebab dilakukannya kejahatan oleh seseorang dapat dijelaskan sebagai pengaruh dari adanya faktor-faktor yang berada di luar kontrolnya. 2.Aliran klasik lebih berfokus membahas tentang aturan-aturan (normatif) yang seharusnya diberlakukan untuk memelihara ketertiban dan kedamaian dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan aliran positivis lebih menekankan pada upaya yang bersifat ilmiah dalam mencapai tujuan memelihara ketertiban yaitu melalui pelaksanaan studi ilmiah terhadap tingkah laku manusia. 3.Aliran klasik memiliki pandangan bahwa metode penghukuman (pidana) kepada seseorang (penjahat) sebagai satu-satunya jalan keluar yang harus ditempuh untuk menanggulangi pelanggaran-pelanggaran terhadap perjanjian sosial sehingga penghukuman disini dianggap sebagai pembalasan atas perbuatan jahat seseorang. Sementara itu, aliran positivis berpendapat lain, yaitu dalam rangka mendapatkan jalan keluar guna mengatasi terjadinya pelanggaran adalah bukan dengan sekedar membalasnya dengan penghukuman sebagaimana menurut aliran klasik tetapi sedapat mungkin dilakukan dengan melakukan pencegahan melalui perbaikan atas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku jahat seseorang (kondisi abnormal). 4.Konsep-konsep dalam aliran klasik lebih relevan dengan perkembangan hukum pidana. Sementara itu, konsep-konsep aliran positivis relevan bagi perkembangan studi kejahatan (kriminologi).

5. Aliran klasik sepenuhnya menerima definisi tentang kejahatan dari segi hukum, sedangkan aliran positif menolaknya dan menerima definisi tentang kejahatan dari segi psikologi. Baik aliran klasik maupun positivis, walaupun keduanya memiliki perbedaan cara pandang terhadap kejahatan menurut disiplin ilmu kriminologi, namun disatu sisi juga terdapat persamaan cara pandang diantara keduanya, sebagai berikut : 1.Keduanya sebenarnya sama-sama berupaya mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku jahat yang dilakukan manusia 2hasil identifikasi atas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku jahat akan diwujudkan sebagai rekomendasi-rekomendasi, baik konseptual maupun praktis, guna mencegah dan memberantas kejahatan. 3.Keduanya memandang bahwa sebenarnya perilaku jahat (penjahat) dapat diperbaiki. Aliran dalam KriminologiTerdapat banyak sekali aliran atau dikenal dengan istilah schooldalam kriminologi, akan tetapi ada beberapa sajayang berkembang dan memiliki banyak pengikut.AliranKriminologiTeoriHuman NatureTeoriSosiologiAliranKlasik(16001850)AliranPositivis(1850-1920)PembentukanSosiologi(19001950)PerkembanganSosiologi(1950)BeccariaJeremyBenthamBiologiPositivis(Lombrosso)PsikologiPositivi s(Sigmund Freud)SosiologiPositivis(E.Durkheim)AliranChicagoDifferential Association(E. Sutherland)Strain(R. K.Merton)KontrolSosialLabellingKriminologiKritisAliran KlasikDipelopori oleh Cesare Beccaria dan Jeremy Bentham yang berkembang sekitar abad 18.Secara sederhana aliran atau inti ajaran klasik menyatakan bahwa manusia melakukan kejahatan karena kemauandan kepentingannya sendiri.Kejahatan merupakan konsekuensi logis dari sifat alami manusia yang memiliki kehendak bebas. Aliran PositivisAliran Positivis menolak pendapat aliran klasik yang menyatakan, kejahatan adalah pilihan manusia dan konsekuensilogis dari sifat dasar manusia.Aliran positivis memiliki kaitan secara ilmiah dalam menyelidiki kejahatan dari faktor individu pelaku kejahatan.Pembagian Aliran PositivisAliran Positivis memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang penyebab kejahatan. Aliran Positivis diklasifikasikanmenjadi: Biologi Positivis Psikologi Positivis Sosiologi PositivisBiologi Positivis Pendiri aliran ini adalah Cesare Lombrosso yang diikuti oleh muridya Enrico Ferri dan memiliki banyak pendukungseperti Carles Goring, William Sheldon dan lain sebagainya.Inti dari biologi positivis adalah, bahwa pelaku kejahatanmemiliki perbedaan karakterisitik secara fisik dibandingkan manusia yang lain.Biologi Positivis di Italia disebutsebagai mahzab ItaliaPsikologi PositivisBerbeda dengan biologi positivis, psikologi positivis menekankan, bahwa kejahatan terjadi karena perbedaan tingkatpsikologis manusia.Sigmund Freud adalah tokoh aliran ini yang membagi manusia dalam tiga golongan secara psikologis yaitu ego, superego dan orang yang tidak punya naluriAliran Neo KlasikAliran Neo Klasik adalah penerus ajaran para utilitarian seperti Jeremy Bentham dan Cesare Lombrosso.Pertanyaan besar yang dipertanyakan oleh aliran ini adalah apakah benar hukuman itu merupakan penghalangterjadinya kejahatan lain yang efektif?Travis Hirschi dan David Matza adalah tokoh-tokoh yang mendukung aliran ini.Selain tiga aliran yang sudah disebutkan,masih banyak aliran yang ada dalamperkembangan kriminologi diantaranya: Posmodernisme Feminisme Kriminologi Marxis Realisme kanan Realisme kiri dan lain sebagainya Pengantar Kriminologi.Pendahuluan.Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang sifatnya masih baru apabila kita ambildefinisinya secara etimologis berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan dan logos yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan, sehingga kriminologi adalah ilmu /pengetahuan tentang kejahatan. Istilah kriminologi untuk pertama kali (1879) digunakan oleh P. Topinard,ahli dari perancis dalam bidang antropologi, sementara istilah yang sebelumnya banyak dipakai adalah antropologi criminal.Menurut E.H.

Sutherland, kriminologi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajarikejahatan sebagai fenomena social, termasuk didalamnya proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang.Bonger mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejahatanseluas-luasnya.Sejarah kriminologi.Meskipun Kriminologi bisa dianggap sebagai ilmu pengetahuan baru yang diakui baru lahir pada abad ke-19 ( sekitar tahun 1850 )bersamaan dengan ilmu sosiologi tetapi karangan-karangan tentang kriminologi bisa ditemukan pada zaman kuno yaitu zaman Yunani dimulaidengan karangan Plato dalam Republiek menyatakan antara lain bahwa emas , manusiaadalah sumber dari banyak kejahatan sedangkan Aristotelis menyatakan bahwa kemiskinanadalah sumber dari kejahatan.Kemudian abad pertengahan Thomas Aqunio menyatakan bahwa orang kaya memboros- boroskan kekayaanya disaat dia jatuh miskin maka dia akan mudah menjadi pencuri Perkembangan hukum pidana pada Akhir abad ke 19 yang dirasakan sangat tidak memuaskanmembuat para ahli berfikir mengenai efektifitas hukum pidana itu sendiri, Thomas Mooremelakukan penelitian bahwa sanksi yang berat bukanlah faktor yang utama untuk memacuefektifitas hukum pidana buktinya lewat penelitiannya ditemukan bahwa para pencopet tetap beraksi disaat dilakukan hukuman mati atas 24 penjahat di tengah-tengah lapangan. Inimembuktikan bahwa sanksi hukum pidana tidak berarti apa-apa. Ketidakpuasan terhadaphukum pidana, Hukum acara pidana dan sistem penghukuman menjadi salah satu pemicutimbulnya kriminologiPerkembangan ilmu statistik juga mempengaruhi timbulnya kriminologi. Statistik sebagai pengamatan massal dengan menggunakan angka-angka yang merupakan salah satu pendorong perkembangan ilmu sosial.Quetelet (1796-1829) ahli statistik yang pertama kali melakukan pengamatan terhadapkejahatan. Dialah yang pertama kali membuktikan bahwa kejahatan adalah fakta yang adadimasyarakat, dalam penelitiannya Quetelet menemukan bahwa kejahatan memiliki pola-polayang sama setiap tahunnya maka beliau berpendapat bahwa kejahatan dapat diberantasdengan meningkatkan/ memperbaiki kehidupan masyarakat.Sarjana lain yang menggunakan statistik dalam pengamatan terhadap kejahatan adalah G VonMayr ( 18411925) ia menemukan bahwa perkembangan antara tingkat pencurian dengantingkat harga gandum terdapat kesejajaran (positif). Bahwa tiap-tiap kenaikan harga gandum5 sen dalam tahun 1835 1861 di bayern. Jumlah pencurian bertambah dengan 1 dari antara100.000 penduduk. Dalam perkembangannya ternyata tingkat kesejajaran tidak selalutampak. Karena adakalanya berbanding berbalik ( invers) antara perkembangan ekonomidengan tingkat kejahatan.Sebutan kriminologi sendiri diperkenalkan oleh Topinard ( 1830-1911) seorang ahliantropologi dari perancis.Aliran Pemikiran Dalam KriminologiYang dimaksud dengan aliran pemikiran disini adalah cara pandang (kerangka acuan,Paradigma, perspektif) yang digunakan oleh para kriminolog dalam melihat, menafsirkan,menanggapi dan menjelaskan fenomena kejahatan.