tugas khusus aplikasi mixing pada water treatment.docx
TRANSCRIPT
Nama : Hamdani
NIM : 03111003032
Aplikasi fluid mixing pada water treatment plant
Pengadukan(mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua
atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen. Pada media fase cair
pengadukan ditujukan untuk memperoleh keadaan yang turbulen (bergolak).
Aplikasi pada bidang teknologi lingkungan, pengadukan digunakan untuk
proses fisika seperti pelarutan bahan kimia dan proses pengentalan (thickening),
proses kimiawi seperti koagulasi, flokulasi, dan disenfeksi proses biologis untuk
mencampur bakteri dan air limbah.
Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dan partikel dalam air
dengan menggunakan bahan kimia (koagulan yang menyebabkan pembentukan
inti gumpalan(prespitat). Proses koagulasi hanya dapat berlangsung apabila ada
pengadukan. Flokulasi merupakan proses penggambungan inti flok menjadi flok
dengan ukuran yang lebih besar. Suatu larutan koloidal yang mengandung
partikel-partikel kecil dan koloid dapat dianggap stabil bila :
1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang
pendek (beberapa jam)
2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi
partikel yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan
elektrostatis antara partikel satu dengan lainnya.
Koagulan yang dapat digunakan antara lain:
1. Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3), atau dikenal dengan nama tawas, merupakan
koagulan yang sering digunakan karena harganya murah dan mudah
diperoleh. pH optimum untuk proses koagulasi dengan tawas adalah sekitar
6,5-7,5. Bila pH air yang akan dikoagulasi lebih kecil dari 6,5 atau lebih besar
dari 7,5, perlu dilakukan penaikkan atau penurunan pH terlebih dahulu,
misalnya dengan penambahan kapur.
2. Senyawa besi, seperti FeCl3 dan FeSO4. FeCl3 dapat digunakan untuk air yang
mengandung hidrogen sulfida.
3. PAC (Poli Alumunium Chloride)
Dengan pembubuhan koagulan, maka stabilitas larutan koloidal yang
mengandung partikel-partikel kecil dan koloid akan terganggu karena molekul-
molekul koagulan dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan
elektrisnya. Misalnya molekul Al pada alum yang bermuatan positif, akan
menetralkan muatan koloid yang biasanya bermuatan negatif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses koagulasi :
1. Kualitas air
2. Jumlah dan karakteristik partikel koloid
3. pH
4. Pengadukan cepat, waktu pengadukan, dan kecepatan paddles
5. Temperatur
6. Alkalinitas
7. Karakteristik dari ion-ion di dalam air
Tujuan dari koagulasi dan flokulasi adalah untuk mengubah partikel-
partikel kecil seperti warna dan kekeruhan menjadi flok yang lebih besar, baik
sebagai presipitat ataupun partikel tersuspensi. Flok-flok ini kemudian
dikondisikan sehingga dapat disisihkan dalam proses berikutnya. Secara teknis,
koagulasi berlaku bagi penyisihan dari partikel koloid yaitu partikel yang biasanya
berukuran 0,001-1 µm seperti asam humus, tanah liat, virus dan protein.
Pengadukan pada proses koagulasi dan flokulasi merupakan pemberian
energi agar teradi tumbukan antar partikel tersuspensi dan koloid agar terbentuk
flok sehingga dapat dipisahkan melalui proses pengendapan dan penyaringan.
Proses pembentukan flok adalah sebagai berikut :
1. Destabilisasi partikel koloid
2. Pembentukan mikroflok
3. Penggabungan mikroflok
4. Pembentukan makroflok
Faktor penting pada proses koagulasi-flokulasi adalah pengadukan.
Berdasarkan kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi dua,yaitu pengadukan
cepat danpengadukan lambat. Kecepatan pengadukan dinyatakan dengan gradient
kecepatan(G), yang merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):
G=√ ρμ .V
(1)
Keterangan:
P = suplai tenaga ke air (N.m/detik)
V = volume air yang diaduk, m3
m = viskositas absolut air, N.detik/m2.
Pengadukan cepat adalah pengadukan yang dilakukan dengan gradien
kecepatan besar (300 sampai 1000 detik-1), sementara pengadukan lambat
merupakan pengadukan yang dilakukan dengan gradien kecepatan kecil (20
sampai 100 detik-1). Waktu pengadukan juga berbeda. Pada pengadukan cepat,
waktu yang diperlukan tidak lebih dari 1 menit, sementara pengadukan lambat
membutuhkan waktu 15 hingga 60 menit.
Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang
sudah terdestabilisasi supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun
makroflok yang secara teknis dapat diendapkan. Berbeda dengan proses koagulasi
dimana faktor kecepatan tidak menjadi kendala, pada flokulator terdapat batas
maksimum kecepatan untuk mencegah pecahnya flok akibat tekanan yang
berlebihan. Tenaga yang dibutuhkan untuk pengadukan secara lambat dari air
selama flokulasi dapat diberikan secara mekanis maupun hidrolis . Tingkat
keselesaian dari proses flokulasi bergantung pada kemudahan dan kecepatan
mikroflok kecil bersatu menjadi flok yang lebih besar dan jumlah total terjadinya
tumbukan partikel selama flokulasi.
Tabel 1. Parameter kondisi pada flokulasi
Pengadukan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara mekanis, cara
hidrolis, dan cara pneumatis.
1. Pengadukan mekanis
Pengaduk mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan alat pengaduk
berupa impeller yang digerakkan dengan motor bertenaga listrik. Umumnya
pengadukan mekanis terdiri dari motor, poros pengaduk, dan gayung pengaduk
(impeller). Pengadukan lambat secara mekanis umumnya memerlukan tiga
kompartemen dengan ketentuan G di kompartemen I lebih besar daripada G di
kompartemen II dan G di kompartemen III adalah yang paling kecil.
2. Pengadukan hidrolis
Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan gerakan air
sebagai tenaga pengadukan. Sistem pengadukan ini menggunakan energi hidrolik
yang dihasilkan dari suatu aliran hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi
gesek, energi potensial (jatuhan) atau adanya lompatan hidrolik dalam suatu
aliran. Beberapa contoh pengadukan hidrolis adalah terjunan, loncatan hidrolis,
parshall flume, baffle basin, perforated wall, gravel bed dan sebagainya.
3. Pengadukan pneumatis
Pengadukan pneumatic adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas)
berbentuk gelembung yang dimasukkan ke dalam air sehingga menimbulkan
gerakan pengadukan pada air .Injeksi udara bertekanan ke dalam suatu badan air
akan menimbulkan turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan
air. Makin besar tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang dihasilkan
makin besar dan diperoleh turbulensi yang makin besar pula.
Hasil dari unit koagulasi-flokulasi akan diteruskan ke unit sedimentasi.
Sedimentasi adalah suatu proses yang dirancang untuk menghilangkan sebagian
besar padatan yang dapat mengendap dengan pengendapan secara gravitasi. Hasil
yang tersisa adalah berupa cairan jernih dan suspensi yang lebih pekat.
Sedimentasi adalah salah satu unit proses yang paling umum digunakan
dalam proses pengolahan air. Partikel akan mengendap dalam salah satu dari 4
cara, bergantung pada konsentrasi dari suspensi tersebut dan sifat-sifat flokulasi
dari partikel. 4 cara pengendapan tersebut adalah :
1. Pengendapan Tipe 1, untuk menghilangkan partikel diskret
2. Pengendapan Tipe 2, untuk menghilangkan partikel non diskret
3. Pengendapan Tipe 3, disebut juga Zone Settling
4. Pengendapan Tipe 4, disebut juga Compression
Tangki sedimentasi yang ideal terdiri dari :
1. Zona inlet, dimana air didistribusikan sepanjang bagian yang menyilang.
2. Zona pengendapan, dimana partikel tersuspensi diendapkan dan air berada
dalam keadaan diam.
3. Zona lumpur, dimana partikel yang mengendap dikumpulkan.
4. Zona outlet, adalah bagian untuk menyalurkan air yang sudah tidak
mengandung partikel yang dapat diendapkan keluar dari tangki.
Aliran pada tangki sedimentasi dapat horizontal maupun vertikal. Bentuk
tangki dapat berupa lingkaran, persegi panjang, ataupun segiempat sama sisi.
Kedalaman tangki berkisar antara 2 sampai 5 meter. Rata-rata dibuat tangki
dengan kedalaman 3 meter. Tangki persegi panjang dapat berukuran panjang
hingga 30 meter dan lebar 10 meter. Ukuran dari scrappers mekanik juga
mempengaruhi ukuran bak. Kemiringan dasar tangki berkisar antara 2 sampai 6
persen.
Lumpur yang terkumpul pada dasar tangki dikeluarkan dengan
membilasnya ke dalam suatu wadah atau mengumpulkannya ke dalam hopper dan
kemudian mengambilnya secara gravitasi atau menggunakan pompa. Lumpur juga
dapat dikeluarkan dibawah tekanan hidrostatik air pada tangki sedimentasi.
Untuk memperbaiki kinerja dari bak sedimentasi dapat digunakan tube
settler ataupunplate settler. Tube settler tersedia dalam 2 konfigurasi dasar, yaitu
horizontal tubes dansteeply inclined. Horizontal tubes dioperasikan dalam
sambungan dengan unit filtrasi yang mengikuti unit sedimentasi. Tube-tube
tersebut akan terisi zat padat dan dibersihkan dengan backwash dari filter.
Horizontal tubes settlers digunakan pada instalasi dengan kapasitas kecil. Steeply
inclined tube settlersmembersihkan lumpur secara kontinu melalui pola aliran
yang dibuat. Karena kedalaman yang dangkal dari steeply inclined tube
settlers dan pembersihan lumpur yang kontinu, ukuran instalasi menjadi tidak
terbatas.
Daftar Pustaka
Anonym.2011.pengolahan air bersih. sumber: http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp
-=1940.diakses tanggal 15 Maret 2014.
Taty.alfiah.2009.water treatment unit. Sumber: http://tatyalfiah.files.wordpress
-.com/pengolahan-fisik-kimia.pdf.diakses tanggal 15 Maret 2014.