tugas kelompok 5 ahmad dwi nuryawan_115020307111016_kasus 1

8
Kelompok 5 Kasus 1 Analisis atas Calon Klien Aufit Potensial LATIHAN 1) Faktor resiko yang mungkin dihadapai KAP Adi Susilo dan Rekan saat menerima  perikatan audit dengan dengan PT Maju Makmur (Berdasarkan PSA No.70 Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan) a) Inisiatif untuk memberikan sistem bonus atau insentif tunai selama tahun 2009 dan 2010.  b) Rencana pemilik perusahaan, Langgeng Santoso untuk mengubah jenis usaha  perusahaan menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya diperdagangkan di lantai  bursa guna mendapatkan tambahan dana publik c) Langgeng Santoso merasa opini yang dikeluarkan oleh KAP Umar dan Rekan sebagai sesuatu yang menghambat rencana pengembangan perusahaan untuk menjadi  perusahaan terbuka di masa yang akan d atang. d) Kepentingan perusahaan untuk mendapatkan pendanaan dari bank. e) Dominasi manajemen oleh Langgeng Santoso sebagai pemegang saham terbesar dalam menjalankan kegiatan operasi bisnis sehari-hari. Tujuh grup investor lainnya walaupun tinggal di sekitar kota Surabaya tidak turut serta dalam pengambilan keputusan terkait operasional perusahaan. f) Optimisme Langgeng Santoso akan pertumbuhan investasi finansial yang tidak terbatas di setiap toko perusahaan melalui hubungan distributor dengan produsen alat elektronik berkualitas tinggi, Samsang. g) Ketidakpuasan Langgeng Santoso atas hasil audit KAP Umar dan Rekan terhadap laporan keuangan tahun pembukuan 2008 dan 2009. h) Tingginya tingkat kompetisi dengan merk internasional lainnya berdampak pada  penurunan tren penjualan. i) Menurunnya industri dengan kebangkrutan toko yang berlokasi di Mojokerto pada semester pertama tahun 2009 serta kondisi penurunan penjualan yang tajam yang dialami oleh toko cabang Sidoarjo.  j) Tekanan untuk mendapatkan suntikan sumber daya/pendanaan untuk memacu  pertumbuhan usaha perusahaan.

Upload: waone-adn

Post on 10-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

riset kelompok

TRANSCRIPT

Kelompok 5Kasus 1 Analisis atas Calon Klien Aufit Potensial

LATIHAN

1) Faktor resiko yang mungkin dihadapai KAP Adi Susilo dan Rekan saat menerima perikatan audit dengan dengan PT Maju Makmur (Berdasarkan PSA No.70 Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan)a) Inisiatif untuk memberikan sistem bonus atau insentif tunai selama tahun 2009 dan 2010. b) Rencana pemilik perusahaan, Langgeng Santoso untuk mengubah jenis usaha perusahaan menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya diperdagangkan di lantai bursa guna mendapatkan tambahan dana publikc) Langgeng Santoso merasa opini yang dikeluarkan oleh KAP Umar dan Rekan sebagai sesuatu yang menghambat rencana pengembangan perusahaan untuk menjadi perusahaan terbuka di masa yang akan datang.d) Kepentingan perusahaan untuk mendapatkan pendanaan dari bank.e) Dominasi manajemen oleh Langgeng Santoso sebagai pemegang saham terbesar dalam menjalankan kegiatan operasi bisnis sehari-hari. Tujuh grup investor lainnya walaupun tinggal di sekitar kota Surabaya tidak turut serta dalam pengambilan keputusan terkait operasional perusahaan.f) Optimisme Langgeng Santoso akan pertumbuhan investasi finansial yang tidak terbatas di setiap toko perusahaan melalui hubungan distributor dengan produsen alat elektronik berkualitas tinggi, Samsang.g) Ketidakpuasan Langgeng Santoso atas hasil audit KAP Umar dan Rekan terhadap laporan keuangan tahun pembukuan 2008 dan 2009.h) Tingginya tingkat kompetisi dengan merk internasional lainnya berdampak pada penurunan tren penjualan.i) Menurunnya industri dengan kebangkrutan toko yang berlokasi di Mojokerto pada semester pertama tahun 2009 serta kondisi penurunan penjualan yang tajam yang dialami oleh toko cabang Sidoarjo.j) Tekanan untuk mendapatkan suntikan sumber daya/pendanaan untuk memacu pertumbuhan usaha perusahaan.k) Tidak terdapat unit pengawas internal perusahaan.l) Kas hasil penjualan barang elektronik cukup besarm) Karakteristik persediaan berupa barang elektronik dengan ukuran kecil, bernilai tinggi, mudah dijual, dan tidak adanya identifikasi kepemilikan.n) Lokasi toko penjualan jauh dari kantor pusat di Surabaya, yaitu di Mojokerto, Gresik, dan Kediri.Tindakan lanjutan auditor atas faktor resiko kecurangana) Mempelajari laporan audit KAP Umar dan Rekan terutama terkait efektivitas Sistem Pengendalian Intern.b) Modifikasi prosedur audit untuk memperoleh bukti yang lebih andal atau untuk memperoleh informasi penguat tambahan dalam hal prosedur audit sebelumnya dianggap tidak memadai untuk menanggapi faktor resiko yang terdeteksi.c) Surprise audit baik atas stock opname ataupun cash opname perusahaan.d) Konfirmasi lisan sebagai penguat jawaban atas konfirmasi tertulise) Melaksanakan prosedur analitik substantif pada tingkat rinci. Sebagai contoh, membandingkan pendapatan penjualan dan biaya penjualan (cost of sale) menurut lokasi dan kelompok bisnis dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor.f) Wawancara dengan personel yang terkait dengan bidang yang di dalamnya terdapat risiko salah saji material sebagai akibat clan kecurangan, untuk memperoleh wawasan tentang risiko dan apakah terdapat dan bagaimanakah pengendalian ditujukan ke risiko tersebut.g) Dalam hal salah saji material sebagai akibat kecurangan dan dari hasil pengujian audit menunjukkan resiko kecurangan yang signifikan KAP dapat mempertimbangkan pengunduran diri dari perikatan dengan mengkomunikasikan alasan pengunduran diri kepada komite audit atau pihak lain yang berwenang.2) Pengecualian pada opini WDP dari KAP Umar dan Rekan, yaitu ketidaksesuaian pengakuan nilai investasi atas properti toko perusahaan di Sidoarjo sebesar Rp1.488.000.000,00 dengan SAK.Ketidaksesuaian ini tidak ditanggapi oleh perusahaan, Langgeng Santoso menolak untuk menuliskan nilai yang dilaporkan atas properti tersebut.Menurut pendapat pribadi, pengecualian dari KAP Umar dan Rekan telah sesuai dengan alasan nilai properti di Sidoarjo tidak selayaknya lagi dilaporkan pada neraca berdasarkan biaya historis mengingat akibat dari bencana lumpur Lapindo menyebabkan turunnya nilai semua properti di area lumpur sehingga atas properti tersebut harus diadakan revaluasi dalam hal ini mengalami penurunan nilai (impairment) jauh dibawah nilai historis yang tentunya di sisi akun laporan keuangan merupakan pengakuan kerugian yang cukup signifikan.Terlebih lagi, apabila berpedoman pada IFRS, maka pelaporan aset tetap di neraca adalah berdasarkan fair value atau market value dan tidak berdasarkan historical cost lagi.3) Persiapan menuju go public a) Audit laporan keuangan dari KAP independen terdaftarb) RUPS untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka penawaran umum sahamc) Melaporkan maksud dan niat go public kepada BAPEPAMd) Menunjuk penjamin emisi atau underwriter yang akan membantu perusahaan dalam proses emisi efeke) Setelah mendapat izin dari BAPEPAM, melakukan penawaran efek langsung kepada masyarakat dengan menyiapkan prospektus ringkas perusahaanKetentuan Sarbanes-Oxley Act terkait perusahaan publika) Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar (fairly) tentang kondisi bisnis (Sections 401).b) Chief Executive harus bertanggungjawab secara personal tentang akurasi (accuracy) dan kelengkapan (completness) mengenai laporan keuangan perusahaan (Sections 302).c) Jasa Non-Audit yang dilakukan oleh eksternal auditor harus dibatasi untuk menjaga adanya kemungkinan conflict of interest yang dapat menyangsikan kemungkinan integritas sebuah pelaksanaan audit (audit integrity) (Sections 201, 202 dan 206).d) Perusahaan harus memiliki sebuah Boards dan Komite Audit yang independen, yang menjunjung tinggi kepentingan pemegang saham dengan mengawasi isu-isu utama dan penting dari aktivitas manajemen dan auditor (Sections 301 dan 305).e) Sebuah sistem pengendalian intern yang kuat dan memadai harus ditegakkan untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dan fraud (Section 404).f) Perusahaan harus menjunjung tinggi dan menunjukkan budaya etis mulai dari pucuk pimpinan hingga ke bawah (Section 406)g) Full disclosure kepada para pemegang saham berkaitan dengan transaksi keuangan yang bersifat kompleksh) Mensyaratkan CFO dan CEO perusahaan untuk melakukan sertifikasi tentang validitas pembuatan laporan keuangan perusahaannya.i) Mensyaratkan adanya kode etik terdaftar pada BAPEPAM untuk para pejabat keuanganj) Mensyaratkan penasehat hukum perusahaan untuk mengungkap adanya penyimpangan kepada pejabat senior dan kepada dewan komisaris, jika perlu penasehat hukum tersebut berhenti untuk bekerja sama dengan perusahaan jika manajer senior tersebut mengabaikan laoran tersebut.Bagi sebagian pihak Sarbanes-Oxley Act dianggap terlalu memberatkan terutama untuk perusahaan menengah ke bawah mengingat high cost dalam penerapannya dan mensyaratkan full disclosure. Dalam hal PT Maju Makmur, melihat ketentuan SOX amat memberatkan, maka akan berdampak pada dibatalkannya rencana perusahaan untuk go public.Dalam hal pelaporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh KAP independen menunjukkan kewajaran kondisi bisnis perusahaan, maka calon investor saham tentunya tidak akan ragu dan yakin untuk berinvestasi dalam pembelian saham. 4) Berdasarkan PSA No.70 Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan, dapat dipahami bahwa perusahaan publik terutama calon perusahaan publik memiliki beberapa faktor resiko kecurangan yang berkaitan dengan salah saji sebagai akibat kecurangan dalam pelaporan keuangan.Faktor resiko kecurangan terkait perusahaan publika) Kepentingan berlebihan manajemen dalam mempertahankan atau meningkatkan harga saham atau trend laba entitas melalui penggunaan praktik-praktik akuntansi yang agresif.Dalam hal ini rencana PT Maju Makmur menuju go public semakin memperbesar faktor resiko tersebut.b) Praktik oleh manajemen dalam memberikan komitmen kepada analis, kreditur, dan pihak ketiga yang lain untuk mencapai prakiraan yang tampak terlalu agresif atau secara jelas tidak realisticSalah satu prasyarat go public, yaitu laporan keuangan telah tersaji secara wajar, tentunya hal ini merupakan suatu hal yang penting bagi PT Maju Makmur. Apabila opini laporan keuangan tidak menunjukkan laporan keuangan tersaji secara wajar, maka rencana go public tidak akan tercapai.Dalam hal salah saji material sebagai akibat kecurangan dan dari hasil pengujian audit menunjukkan resiko kecurangan yang signifikan, KAP dapat mempertimbangkan pengunduran diri dari perikatan dengan mengkomunikasikan alasan pengunduran diri kepada komite audit atau pihak lain yang berwenang.

RISET KELOMPOK

Pergantian auditor (auditor changes) adalah suatu tindakan pengambilan keputusan yang direncanakan oleh perusahaan go public untuk meningkatkan nilai perusahaan mereka. Auditor changes (pergantian auditor) merupakan salah satu tindakan pengambilan keputusan yang umum dilakukan bagi perusahaan yang Go Public untuk meningkatkan keuntungannya. Tindakan pergantian auditor tersebut dilakukan dengan penuh pertimbangan karena akan berdampak besar bagi perusahaan, seperti: tingkat kepercayaan investor untuk mau menanamkan modal di perusahaan, ketelitian dan keakuratan data yang disajikan oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) yang dipilih dan saran yang nantinya akan diberikan oleh KAP berdasarkan hasil audit kepada perusahaan tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pergantian auditor (auditor changes) dari kantor akuntan publik (KAP non-Big Four) dengan luas jaringan regional atau lokal menjadi KAP Big Four yang memiliki jaringan internasional terhadap peningkatkan nilai laba bersih saham perusahaan manufaktur di Indonesia.

Pergantian auditor secara wajib dengan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu tersebut. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib, perhatian utama beralih kepada auditor. Ketika klien mengganti auditornya ketika tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dua hal: auditor mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh klien. Manapun di antara keduanya yang terjadi, perhatian adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan ke mana klien tersebut akan berpindah. Jika alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien akan pindah ke auditor yang dengan mereka klien akan bersepakat. Jadi, fokus perhatian peneliti adalah pada klien.

Sebaliknya, ketika pergantian auditor terjadi karena peraturan yang membatasi tenure, maka perhatian utama beralih kepada auditor pengganti, tidak lagi kepada klien. Berbeda dengan pergantian sukarela yang bisa terjadi karena pertengkaran antara klien dengan auditor, pada pergantian secara wajib yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh peraturan. Ketika klien mencari auditor yang baru, maka pada saat itu informasi yang dimiliki oleh klien lebih besar dibandingkan dengan informasi yang dimiliki auditor. Ketidaksimetrisan informasi ini logis karena klien pasti memilih auditor yang kemungkinan besar akan lebih mudah untuk sepakat tentang praktik akuntansi mereka. Sementara itu, auditor bisa jadi tidak memiliki informasi yang lengkap tentang kliennya. Jika kemudian auditor bersedia menerima klien baru, maka hal ini bisa terjadi karena auditor telah memiliki informasi yang cukup tentang klien baru itu atau auditor melakukannya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial. Jadi jelas bahwa pada pergantian sukarela, perhatian bukan pada alasan mengapa klien mengganti auditor, melainkan pada alasan mengapa auditor bersedia menerima klien baru.

Opini audit merupakan suatu simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan informasi yang terkandung dalam suatu laporan keuangan. Dalam perkembangannya, peran opini audit menjadi penting dalam kaitannyadengan citra perusahaan di mata para pengguna laporan keuangan, diantaranya para pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, danmasyarakat umum. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi opini audit, diantaranya adalah perubahan dalam dewan direksi, komite audit, dan kondisi kesehatan keuangan perusahaan. Dewan direksi mewakili pihak manajemen merupakan pihak yang bertanggung jawab atas pelaporan keuangan perusahaan, termasuk kecukupan pengungkapan-pengungkapan yangdiperlukan, salah satunya mengenai rencana-rencana manajemen untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam penyusunan laporan keuangan, dewan direksi dapat dibantu oleh komiteaudit. Salah satu tugas komite audit adalah memastikan bahwa asumsi going concern diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan, dan pengungkapanpengungkapan yang diperlukan telah cukup diungkapkan. Kinerja dewan direksidan komite audit dalam proses penyusunan laporan keuangan sebagaimana telah dipaparkan akan mempengaruhi auditor dalam memberikan opini going concern. Selain itu, proses pernyataan opini auditor juga dapat dipengaruhi olehkondisi kesehatan keuangan perusahaan yang diaudit, karena selain memperhatikan kesesuaian penyajian laporan keuangan dengan prinsip-prinsipakuntansi yang berlaku umum, auditor juga harus mempertimbangkan masalah kesangsian terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Pentingnya peranan opini audit dapat menimbulkan praktik opinion shopping, yaitu praktik penggantian auditor (auditor switching) dalam rangka memperoleh opini audit yang diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara perubahan dewan direksi dengan opini audit going concern dan auditor switching; menganalisis hubungan antara komite audit dengan opini audit going concern;menganalisis hubungan antara kondisi kesehatan keuangan perusahaan dengan opini audit going concern dan auditor switching; dan menganalisishubungan opini audit going concern terhadap auditor switching. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan selain bank dan lembaga keuangan lainnya yang berada di Indonesia. Data dikumpulkan melalui observasi terhadap laporankeuangan dan pengolahan data menggunakan metode binary regresi logistik dengan program SPSS versi 16.0, dengan nilai signifikansi yang ditetapkan sebesar 10%. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa (1) perubahan dewan direksimempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap opini audit going concern, (2) komite audit memiliki hubungan yang negatif dan signifikanterhadap opini audit going concern, (3) kondisi kesehatan keuangan perusahaan yang diproksi dengan H-Score mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap opini audit going concern, (4) opini audit going concern mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap auditor switching.Agar dapat diperoleh hasil yang lebih baik, maka dalam penelitian selanjutnya perlu menambah jumlah perusahaan yang dijadikan sampel danvariabel-variabel yang digunakan seperti audit fee dan kualitas audit. Sebaiknya opini audit going concern hanya diklasifikasikan dari opini audit wajar tanpa pengecualian. Selain itu dapat memfokuskan objek penelitian pada jenis usahatertentu, misalnya perusahaan manufaktur.

Dalam melakukan audit, perilaku auditor merupakan titik penentuan bagaimana auditor tersebut melaksanakan tugasnya. Hendaknya dalam melaksanakan tugasnya, auditor selalu menjaga perilakunya agar dapat berhubungan baik dengan klien tidak hanya dari segi sopan-santun maupun tata krama saja tetapi juga harus selalu bertindak sesuai dengan kode etik profesi atau yang biasa disebut dengan istilah GAAS (General Accepted of Auditing Standard) atau jika di Indonesia disebut dengan SPAP (Standar Profesional Akuntan Pulik) serta pada GAAP (General Accepted Accounting Principal) atau di Indonesia disebut dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan).Jika perilaku auditor kurang baik maka akan sulit untuk melakukan audit secara baik terhadap perusahaan yang diauditnya sehingga hasil auditnya pun menjadi kurang baik atau malah buruk. Perilaku yang baik, ramah, sopan, memahami, menghormati, disiplin, profesional, dan tegas harus diterapkan oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya. Dimana profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang akuntan publik yang profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya.Berdasarkan keputusan pemerintah kita, penugasan audit dibatasi selama 5 tahun. Hal ini semata-mata bertujuan untuk mencegah terjadinya hubungan yang tidak sehat seperti pada kasus Enron dengan KAP Anndersen yang berujung pada kehancuran dari kedua pihak tersebut. Kecurigaan yang timbul akibat hubungan yang terjalin cukup lama antara KAP dengan kliennya. Klien juga seharusnya menaati peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengganti auditornya begitupula dengan pihak auditor yang dapat mengajukan pengunduran diri jika pihak klien memaksakan kehendaknya kepada auditor sehingga mengakibat laporan audit menjadi tidak berkualitas akibat desakan kepentingan klien tersebut.