tugas ke 3 pkn
DESCRIPTION
Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Saat Kemerdekaan Sampai SekarangTRANSCRIPT
Tugas PKn
RESUME SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
DAN SEJARAH PARTAI KEBANGKITAN BANGSA
Nama : Mia Berlia
NPM : 230110130007
FPIK A
Dosen : M.Ali Mauludin
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Saat Kemerdekaan
Sampai Sekarang
Sistem pemerintahan negara Republik Indonesia mengalami beberapa kali
perubahan seiring dengan berubahnya konstitusi yang digunakan di Indonesia.
Adapun sistem pemerintahan yang pernah berlangsung antara lain adalah :
a. Sistem Pemerintahan di bawah UUD 1945, 18 Agustus 1945
Sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945,
tidak menganut suatu sistem pemerintahan dari negara manapun, melainkan
merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia sendiri.
Pada Penjelasan Resmi UUD 1945, pada awal dibentuknya UUD 1945
yang ditetapkan 18 Agustus 1945 oleh PPKI dapat kita jumpai adanya penegasan
tentang Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai berikut : 1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
hukum, 2. Sistem Konstitusional, 3. Kekuasaan yang tertinggi ditangan MPR, 4.
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara tertinggi di bawah Majelis, 5.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, 6. Menteri Negara adalah
pembantu Presiden , Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, 7.
Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Adapun lembaga negara menurut
UUD 1945 periode 18 Agustus 1945 adalah 1. MPR, 2. DPR, 3. Presiden dan Wk.
Presiden, 4. MA, 5. BPK, 6. DPA
b. Sistem Pemerintahan Konstitusi RIS 1949
Dalam periode ini yang dijadikan sebagai pegangan adalah Konstitusi
Republik Indonesia Serikat 1949 (KRIS 1949). UUD ini terdiri dari Mukadimah,
197 pasal dan 1 lampiran. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Republik
Indonesia yang Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum
yang demokrasi dan berbentuk federal.
Kekuasaan kedaulatan di dalam Negara Republik Indonesia Serikat
dilakukan oleh Pemerintah bersama-sama dengan Dewan perwakilan Rakyat dan
Senat sesuai dengan pasal 1 ayat 2 Konstitusi RIS 1949, Badan pemegang
kedaulatan ini juga merupakan badan pembentuk undang-undang yang
menyangkut hal-hal yang khusus mengenai satu, beberapa atau semua negara
bagian atau bagiannya.
Sistem pemerintahannya adalah Parlementer berdasarkan pasal 118 ayat 2
menyebutkan sebagai berikut “ Presiden tidak dapat diganggu gugat. Tanggung
jawab kebijaksanaan pemerintah berada ditangan menteri, tetapi apabila kebijakan
menteri/para menteri ternyata tidak dapat dibenarkan oleh DPR, maka
menteri/menteri-menteri itu harus mengundurkan diri, atau DPR dapat
membubarkan menteri-menteri (kabinet) tersebut dengan alasan mosi tidak
percaya.
Menurut ketentuan pasal-pasal yang tercantum dalam Konstitusi RIS
1949, sistem pemerintahan yang dianutnya sistem pemerintahan parlementer.
Pada sistem ini, kabinet bertanggung jawab kepada parlemen (DPR), dan apabila
pertanggung jawabannya itu tidak diterima oleh parlemen atau DPR, maka kabinet
secara perseorangan atau secara bersama-sama harus mengundurkan diri atau
membubarkan diri, jadi kedudukan kabinet sangat tergantung pada parlemen
(DPR).
c. Sistem Pemerintahan di Bawah UUDS 1950
Negara Kesatuan menjadi pilihan pada masa berlakunya UUD Sementara
1950, hal tersebut ditegaskan dalam pasal 1 ayat 1 UUDS 1950 yang berbunyi “
Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang
demokratis dan berbentuk kesatuan “.
Pada pasal 45 UUDS 1950 disebutkan “ Presiden ialah Kepala Negara “.
Sedangkan UUDS 1950 menganut sistem pemerintahan parlementer dapat kita
temukan dalam pasal 83 ayat 1 dan 2 yang menyebutkan :
1. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat.
2. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah,
baik bersama-sama untuk keseluruhannya, maupun masing-masing untuk
bagiannya sendiri-sendiri.
Berdasarkan pasal 83 ayat 1 dan 2 UUDS 1950, jelaslah bahwa yang
bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintahan adalah menteri-
menteri kepada parlemen atau DPR. Sedangkan pasal 83 ayat 1 dan 2 UUDS 1950
dipertegas lagi oleh pasal 84 UUDS 1950 yang berbunyi “ Presiden berhak
membubarkan DPR “. Pembubaran DPR oleh Presiden diikuti dengan perintah
segera melaksanakan pemilihan umum untuk memilih DPR dalam waktu 30 hari
setelah pembubaran DPR
d. Sistem Pemerintahan di Bawah UUD 1945, 5 Juli 1959
Berdasarkan pasal 134 UUDS 1950 menegaskan Konstituante (Sidang
pembuat UUD) bersama-sama Pemerintah selekas-lekasnya menetapkan UUD
Republik Indonesia yang akan menggantikan UUDS 1950. Mengingat UUD 1950
masih bersifat sementara, maka harus segera ada UUD yang tetap. Berdasarkan
UUDS 1950 pembentukan badan Konstituante haruslah melalui pemilihan umum.
Pemilihan umum untuk anggota Konstituante, baru dapat terlaksana pada tanggal
15 Desember 1955, dan Konstituante untuk pertama kali bersidang pada tanggal
10 Nopember 1956 dalam sidang ini dibuka oleh Presiden Soekarno di Bandung.
Pada sidang Konstituante inilah untuk pertama kalinya Presiden Soekarno
memperkenalkan istilah Demokrasi Terpimpin. Ternyata Konstituante selalu
gagal dalam merumuskan dan menetapkan UUD yang difinitif sehingga otomatis
sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem pemerintahan yang pertama
berlaku di Indonesia.
e. Sistem Pemerintahan di Bawah UUD 1945, Masa Orde Baru
Dinamika politik pada periode Orde Baru, dapat dilihat berdasarkan
aktivitas politik kenegaraan sebagai berikut :
• Lahirnya Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yaitu 1. bubarkan PKI, 2. bersihkan
Kabinet Dwi Kora dari PKI, 3. turunkan harga barang/perbaiki ekonomi.
• Pemerintah Orba lebih menekankan pada pembangunan dengan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, kemudian stabilitas nasional dan pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya yang terkenal dengan Tri Logi Pembangunan.
• Pada awal pemerintahan Orde baru, parpol dan media massa diberi kebebasan
untuk melancarkan kritik dan mengungkapkan realita dalam masyarakat, lama
kelamaan dibuatkan aturan tentang setiap penyiaran baik elektronika maupun
catak harus melalui badan sensor yang ketat dan apabila ada pelanggaran maka
Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP) bisa dicabut. Begitu pula terhadap partai
politik setelah keluarnya Undang-Undang No. 15 tahun 1969 tentang pemilu dan
Undang-Undang No. 16 tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan anggota
MPR, DPR dan DPRD terjadilah kekuasaan otoriter soeharto karena 1/3 kursi
anggota MPR dan 1/5 kursi anggota DPR, DPRD melalui pengangkatan tidak
melalui pemilu, yang diangkat adalah ABRI dan golongan fungsional serta utusan
daerah yang mendukung kekuasaan Presiden hanya caranya sangat rapi dan
dikuatkan oleh Undang-Undang dan hal ini berlangsung sampai pemilu 1999.
• Kemenangan Golongan Karya (Golkar) pada pemilu 1971 mengurangi oposisi
terhadap pemerintah dikalangan sipil, karena Golkar sangat dominan, sementara
partai politik lainnya berada di bawah pengawasan pemerintah, selanjutnya
Golkar ini sebagai motor penggerak Soeharto untuk melanggengkan
kekuasaannya selama 32 tahun yang juga mendapat dukungan kuat dikalangan
TNI dan Polri.
• Pemilu 1971 yang diikuti oleh 10 kontestan (9 parpol dan 1 Golkar) akhirnya
pada pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, 1997 hanya diikuti oleh 3 kontestan yaitu
PDI, PPP dan Golkar. Karena sejak dikeluarkannya UU No. 3 tahun1975 tentang
Partai Politik dan Golongan Karya maka 9 partai dilebur (difusikan) menjadi dua
partai yaitu yang bercirikan Islam menjadi Partai Persatuan Pembangunan dan
yang bercirikan Nasionalisme dan Demokrasi menjadi Partai Demokrasi
Indonesia.
• Selama pemerintah Orde baru, parpol dan lembaga dewan sangat lemah karena
selalu dalam bayangan dan kontrol yang kuat, kekuasaan pemerintah di bawah
Soeharto sangat kuat, kehidupan berpolitik rakyat mati suri, sedikit kritik berarti
siap untuk menanggung akibatnya yaitu hilang dan tidak ada kabar beritanya.
Anggota dewan yang berani berbicara tajam di recall dengan alasan menjaga
stabilitas nasional untuk mewujudkan salah satu dari tri logi pembangunan.
Sistem Pemerintahan menurut UUD 1945 pada masa orde baru sudah
memenuhi tuntutan yang ada pada ketentuan UUD 1945, hal dapat terselenggara
semenjak pelaksanaan pemilu yang pertama pada tahun 1971. Pada pemilihan
umum yang pertama dan pada pemilihan umum-pemilihan umum seterusnya
berdasarkan UUD 1945 lembaga negara menurut UUD 1945 sudah difinitif
(sudah sesuai dengan pasal-pasal UUD 1945)
Lembaga Negara yang harus ada berdasarkan UUD 1945 : MPR. DPR,
Presiden dan Wakil Presiden, DPA, MA dan BPK. Lembaga negara semacam ini
memiliki tugas dan wewenang berdasarkan UUD 1945. dan semenjak UUD 1945
diamandemen dan dalam pelaksanaan pemilihan umum tahun 2003 lembaga
negara seperti tersebut di atas mengalami perubahan. Berdasarkan UUD 1945
hasil amandemen lembaga negara yang ada : MPR, DPR, DPD, Presiden dan
Wakil Presiden, MA, MK, KY, BPK, lembaga negara ini semua sudah terpenuhi
sesuai dengan peraturan perundangan yang ada menurut UUD 1945
f. Sistem Pemerintahan di Bawah UUD 1945, Masa Reformasi
Sistem Pemerintahan pada masa Orde Reformasi, dapat kita lihat
berdasarkan aktivitas politik kenegaraan sebagai berikut :
• Kebijakan pemerintah yang memberi ruang gerak yang lebih luas terhadap hak-
hak untuk mengeluarkan pendapat dan pikiran baik lisan maupun tulisan sesuai
pasal 28 UUD 1945 dapat terwujud dengan dikelarkannya UU No 2 / 1999
tentang Partai Politik yang memungkinkan Multipartai.
• Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta
bertanggung jawab dibuktikan dengan keluarnya Ketetapan MPR No.
IX/MPR/1998 yang ditindaklanjuti dengan UU N0. 30 / 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (kini sedang menangani kasus KPU).
• Lembaga legeslatif dan organisasi sosial politik sudah memiliki keberanian
untuk menyatakan pendapatnya terhadap ekskutif yang cenderung seimbang dan
proporsional.
• Lembaga MPR sudah berani mengambil langkah-langkah politis melalui sidang
tahunan dengan menuntut adanya laporan pertanggungjawaban tugas lembaga
negara (progress report), UUD 1945 diamandemen, Pimpinan MPR dan DPR
dipisahkan jabatannya, berani memecat Presiden dalam sidang istimewanya.
• Dalam amandemen UUD 1945 masa jabatan Presiden paling banyak dua kali
masa jabatan, Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat mulai dari
pemilu 2004 dan yang terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama
pilihan langsung rakyat adalah Soesilo Bambang Yudoyono dan Yoesuf Kala,
MPR tidak lagi lembaga tertinggi negara melainkan lembaga negara yang
kedudukannya sama denga Presiden, MA, BPK, kedaulatan rakyat tidak lagi
ditangan MPR melainkan menurut UUD.
Di dalam amandemen UUD 1945, ada penegasan tentang Sistem
Pemerintahan Presidensial tetap dipertahankan dan bahkan diperkuat dengan
mekanisme pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Pengurus
Ketua : Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Sc
Sekjen : H. Imam Nahrawi
Bendahara : H. Bachrudin Nasori
Alamat Kantor DPP : Jl. Raden Saleh No. 9, Jakarta Pusat 10430
Telp : 021- 3145328
Fax : 021- 3145329
Email : [email protected]
Website : www.dpp.pkb.or.id
Dewan Syuro
KH Mahfudh Ridlwan , Drs Muhyiddin Arubusman , Dr Ali Maskan Moesa, KH
Abdul Azis Afandi, KH Dimyati Rais Hj Nurhayati Said Agil Siraj, Drs Maman
Imanul Haq, Hj Fayimah Toyyib, Hj Kholidah Ilyas Rukhiyat, Hj.Lily Rozy
Munir
Dewan Tanfidz
Drs Muamir Muin Syam, Drs Saeful Bahri Anshori, Drs Saefullah Maksum, Dra
Anna Muawanah, Drs Marwan Dasopang, Drs Faisol Reza, Anggie Ermani, Drs
Zaenal Arifin Na’im, Dra Chusnunia, Dra Margareth Aliyyah, Drs M.Munib
Huda, Drs Arif Rahman, Miranti Dewaningsih, Bambang Susanto.
VISI DAN MISI
1. Mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana
dituangkan dalam Pembukaan Undang- undang Dasar 1945.
2. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara lahir dan batin,
material dan spiritual.
3. Mewujudkan tatanan politik nasional yang demokratis, terbuka, bersih dan
berakhlakul karimah.
Makna Lambang
(1) Arti Gambar adalah sebagai berikut:
Bumi dan peta Indonesia, bermakna tanah air Indonesia yang merupakan
basis perjuangan Partai dalam usahanya untuk mencapai tujuan partai
sebagaimana termaktub dalam pasal 7 Anggaran Dasar;
Sembilan bintang bermakna idealisme partai yang memuat 9 (sembilan)
nilai, yaitu kemerdekaan, keadilan, kebenaran, kejujuran, kerakyatan,
persamaan, kesederhanaan, keseimbangan, dan persaudaraan.
Tulisan nama Partai dan singkatannya bermakna identitas diri partai yang
berfungsi sebagai sarana perjuangan aspirasi politik rakyat Indonesia yang
memiliki kehendak menciptakan tatanan kehidupan bangsa yang
demokratis;
Bingkai segi empat dengan garis ganda yang sejajar bermakna garis perjua
ngan Partai yang menempatkan orientasi duniawi dan ukhrawi, material
dan spiritual, lahir dan batin, secara sejajar.
(2) Arti warna adalah sebagai berikut :
Putih, bermakna kesucian, ketulusan dan kebenaran yang menjadi etos
perjuangan partai;
Hijau, bermakna kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh rakyat
Indonesia yang menjadi tujuan perjuangan
Kuning, bermakna kebangkitan Bangsa yang menjadi nuansa
pembaharuan dan berpijak pada kemaslahatan umat manusia.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah sebuah partai politik Berideologi
Konservstisme di Indonesia. Partai ini didirikan di Jakarta pada tanggal 23 Juli
1998 (29 Rabi'ul Awal 1419 Hijriyah) yang dideklarasikan oleh para kiai-kiai
Nahdlatul Ulama, seperti Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, A.
Mustofa Bisri, dan A. Muhith Muzadi).
Kronologi Pendirian
Kisah pendirian PKB dimulai pada 11 Mei 1998. Ketika para kyai sesepuh
di Langitan mengadakan pertemuan. Mereka membicarakan situasi terakhir yang
menuntut perlu diadakan perubahan untuk menyelamatkan bangsa ini dari
kehancuran. Saat itu para kyai membuat surat resmi kepada Pak Harto yang isinya
meminta agar beliau turun atau lengser dari jabatan presiden. Pertemuan itu
mengutus Kyai Muchid Muzadi dari Jember dan Gus Yusuf Muhammad
menghadap Pak Harto untuk menyampaikan surat itu. Mereka berangkat ke
Jakarta, meminta waktu tetapi belum dapat jadwal. Sehingga sebelum surat itu
diterima, Pak Harto sudah mengundurkan diri terlebih dahulu tanggal 23 Mei
1998.
Pada tanggal 30 Mei 1998, diadakan istighosah akbar di Jawa Timur. Lalu
semua kyai berkumpul di kantor PWNU Jatim. Para kyai itu mendesak KH Cholil
Bisri supaya menggagas dan membidani pendirian partai bagi wadah aspirasi
politik NU. Ia menolaknya karena tidak mau terlalu berkecimpung jauh dalam
dunia politik dan merasa lebih baik di dunia pesantren saja. Akan tetapi para kyai
terus mendorongnya karena dinilai lebih berpengalaman dalam hal politik. Pada
saat itu Gus Dur belum ikut dalam pertemuan ini.
Persiapan Pendirian
Kemudian pada tanggal 6 Juni 1998, KH Cholil Bisri mengundang 20 kyai
untuk membicarakan hal tersebut. Undangan hanya lewat telepon. Tetapi pada
hari H-nya yang datang lebih 200 kyai. Sehingga rumahnya di Rembang sebagai
tempat pertemuan penuh. Dalam pertemuan itu terbentuklah sebuah panitia yang
disebut dengan Tim “Lajnah” yang terdiri dari 11 orang. Ia sendiri menjadi ketua
dengan sekretarisnya adalah Gus Yus. Panitia ini bekerja secara maraton untuk
menyusun platform dan komponen-komponen partai termasuk logo (yang sampai
saat ini menjadi lambang resmi partai) yang pembuatannya diserahkan kepada
KH.A. Mustofa Bisri. Selain itu terbentuk juga Tim Asistensi Lajnah terdiri dari
14 orang yang diketuai oleh Matori Abdul Djalil dan sekretarisnya Asnan Mulatif.
Pada tanggal 18 Juni 1998 panitia mengadakan pertemuan dengan PBNU.
Dilanjutkan audiensi dengan tokoh-tokoh politik (NU) yang ada di Golkar, PDI
dan PPP. Panitia menawarkan untuk bergabung, tanpa paksaan. PBNU sendiri
menolak pendirian partai. Setelah itu pada tanggal 4 Juli 1998, Tim ‘Lajnah’
beserta Tim dari NU mengadakan semacam konferensi besar di Bandung dengan
mengundang seluruh PW NU se-Indonesia yang dihadiri oleh 27 perwakilan.
Nama Partai dan Deklarator
Hari itu diputuskan nama partai. Usulan nama adalah Partai Kebangkitan
Bangsa, Partai Kebangitan Ummat dan Partai Nahdlatul Ummat. Akhirnya hasil
musyawarah memilih nama PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Lalu ditentukan
siapa-siapa yang menjadi deklarator partai. Disepakati 72 deklarator, sesuai
dengan usia NU ketika itu. Jumlah itu terdiri dari Tim Lajenah (11), Tim Asistensi
Lajenah (14), Tim NU (5), Tim Asistensi NU (7), Perwakilan Wilayah (27 x 2),
Ketua–ketua Event Organisasi NU, tokoh-tokoh Pesantren dan tokoh-tokoh
masyarakat. Semua deklarator membubuhkan tandatangan dilengkapi naskah
deklarasi. Lalu diserahkan ke PBNU untuk mencari pemimpin partai ini.
Ketika masuk ke PBNU, dinyatakan bahwa yang menjadi deklaratornya 5 orang
saja, bukan 72 orang. Kelima orang itu yakni KH Munasir Allahilham, KH Ilyas
Ruchyat Tasikmalaya, KH Muchid Muzadi Jember dan KH. A. Mustofa Bisri
Rembang dan ditambah KH Abddurahman Wahid sebagai ketua umum PBNU.
Nama 72 deklarator dari Tim Lajnah itu dihapus oleh semua oleh PBNU.
Membentuk Tim Khusus PBNU
Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat Nahdliyin, PBNU
menanggapinya secara hati-hati. Hal ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa
hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo yang menetapkan bahwa secara
organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan
kegiatan politik praktis. Namun demikian, sikap yang ditunjukan PBNU belum
memuaskan keinginan warga NU. Banyak pihak dan kalangan NU dengan tidak
sabar bahkan langsung menyatakan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi
politik warga NU setempat. Di antara mereka bahkan ada yang sudah
mendeklarasikan parpol yakni Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai
Kebangkitan Umat (Perkanu) di Cirebon.
Membentuk Tim 5
Akhirnya, PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU
tanggal 3 Juni 1998 yang menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima
yang diberi tugas untuk menampung aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh
KH Ma'ruf Amin (Rais Suriyah/Koordinator Harian PBNU), dengan anggota, KH
M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Prof Dr KH Said Aqil Siradj, M.A. (Wakil
Katib Aam PBNU), H M. Rozy Munir,S.E., M.Sc. (Ketua PBNU), dan Ahmad
Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU). Untuk mengatasi hambatan organisatoris,
Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.
Membentuk Tim Asistensi
Selanjutnya, untuk memperkuat posisi dan kemampuan kerja Tim Lima seiring
semakin derasnya usulan warga NU untuk mendirikan partai politik, maka pada
Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 20 Juni 1998 memberi
Surat Tugas kepada Tim Lima, selain itu juga dibentuk Tim Asistensi NU yang
diketuai oleh Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota H
Muhyiddin Arubusman, H.M. Fachri Thaha Ma'ruf, Lc., Drs. H Abdul Aziz,
M.A., Drs. H Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H Lukman Saifuddin,
Drs. Amin Said Husni dan Muhaimin Iskandar. Tim Asistensi NU bertugas
membantu Tim NU dalam mengiventarisasi dan merangkum usulan pembetukan
parpol.
Merancang Flatform, AD/ART Partai
Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan rapat untuk
mendefinisikan dan mengelaborasikan tugas-tugasnya. Tanggal 26 - 28 Juni 1998
Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan konsinyering di Villa La Citra Cipanas
untuk membahas usulan pendirian PKB dari para Kiai yang telah berkumpul di
Rembang yang di dalam usulannya telah menyerahkan berkas-berkas Platform
Partai, AD/ART, Tanda Gambar Partai. Pertemuan ini menghasilkan lima
rancangan yaitu:
1. Pokok-pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik
2. Mabda' Siyasiy
3. Hubungan Partai Politik dengan NU
4. AD/ART
5. Naskah Deklarasi
Pemilihan Umum
Partai ini pertama mengikuti pemilu pada tahun 1999 dan pada tahun 2004
mengikutinya lagi. Partai yang berbasis kaum NU ini sempat mengajukan Gus
Dur sebagai presiden yang menjabat dari tahun 1999 sampai pertengahan 2001.
Pada tahun 2004, partai ini memperoleh hasil suara 10,57% (11.989.564) dan
mendapatkan kursi sebanyak 52 di DPR. Partai Kebangkitan Bangsa mendapat 27
kursi (4,82%) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2009, setelah
mendapat sebanyak 5.146.122 suara (4,9%). Ini berarti penurunan besar (50%
kursi) dari hasil perolehan pada tahun 2004.
Daftar Pustaka
Anonim. Partai Kebangkitan Bangsa
http://www.ceritamu.com/info/parpol/partai-kebangkitan-bangsa-pkb
(Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 12.30 WIB)
Anonim. Partai Kebangkitan Bangsa
http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Kebangkitan_Bangsa
(Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 12.30 WIB)
Anonim. Partai Kebangkitan Bangsa
http://www.indonesia-2014.com/partai/partai-kebangkitan-
bangsa#.UynSloWjd9w
(Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 12.30 WIB)
Anonim. Partai Kebangkitan Bangsa PKB Kiprahnya Dalam Pemilu
http://www.peoplehope.com/chat/partai-kebangkitan-bangsa-pkb--
kiprahnya-dalam-pemilu-2014
(Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 12.30 WIB)
Anonim. Sistem Pemerintahan Indonesia
http://wirasaputra.wordpress.com/2012/01/04/sistem-pemerintahan-
indonesia/
(Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 12.30 WIB)