tugas pkn (isi)

37
BAB I PENDAHULUAN Perkembangan konsep negara hukum merupakan produk dari sejarah, sebab rumusan atau pengertian negara hukum itu terus berkembang mengikuti sejarah perkembangan umat manusia. Karena itu dalam rangka memahami secara tepat dan benar konsep negara hukum, perlu terlebih dahulu diketahui gambaran sejarah perkembangan pemikiran politik dan hukum, yang mendorong lahir dan berkembangnya konsepsi negara hukum. Selain itu Pemikiran tentang Negara Hukum sebenarnya sudah sangat tua, jauh lebih tua dari dari usia Ilmu Negara ataupun Ilmu Kenegaraan itu sendiri dan pemikiran tentang Negara Hukum merupakan gagasan modern yang multi-perspektif dan selalu aktual. Ditinjau dari perspektif historis perkembangan pemikiran filsafat hukum dan kenegaraan gagasan mengenai Negara Hukum sudah berkembang semenjak 1800 s.M. Akar terjauh mengenai perkembangan awal pemikiran Negara Hukum adalah pada masa Yunani kuno. Menurut Jimly Asshiddiqie gagasan kedaulatan rakyat tumbuh dan berkembang dari tradisi Romawi, sedangkan tradisi Yunani kuno menjadi sumber dari gagasan kedaulatan hukum. Lahirnya hukum hak asasi manusia internasional tidaklah lepas dari peristiwa-peristiwa ekonomi politik yang terjadi di benua Eropa dan Amerika yang dimana terjadi berbagai peristiwa perbudakan, diskriminasi dan pengekangan atas aktivitas politik dan ekonomi penduduk di dua benua tersebut pada abad XVI-XIX. Selain itu perkembangan konsep hukum hak asasi manusia internasional juga dipengaruhi oleh akibat-akibat yang 1

Upload: sonya-anggraini

Post on 23-Jul-2015

122 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pkn (Isi)

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan konsep negara hukum merupakan produk dari sejarah, sebab rumusan

atau pengertian negara hukum itu terus berkembang mengikuti sejarah perkembangan umat

manusia. Karena itu dalam rangka memahami secara tepat dan benar konsep negara hukum,

perlu terlebih dahulu diketahui gambaran sejarah perkembangan pemikiran politik dan

hukum, yang mendorong lahir dan berkembangnya konsepsi negara hukum. Selain itu

Pemikiran tentang Negara Hukum sebenarnya sudah sangat tua, jauh lebih tua dari dari usia

Ilmu Negara ataupun Ilmu Kenegaraan itu sendiri dan pemikiran tentang Negara Hukum

merupakan gagasan modern yang multi-perspektif dan selalu aktual. Ditinjau dari perspektif

historis perkembangan pemikiran filsafat hukum dan kenegaraan gagasan mengenai Negara

Hukum sudah berkembang semenjak 1800 s.M. Akar terjauh mengenai perkembangan awal

pemikiran Negara Hukum adalah pada masa Yunani kuno. Menurut Jimly Asshiddiqie

gagasan kedaulatan rakyat tumbuh dan berkembang dari tradisi Romawi, sedangkan tradisi

Yunani kuno menjadi sumber dari gagasan kedaulatan hukum.

Lahirnya hukum hak asasi manusia internasional tidaklah lepas dari peristiwa-peristiwa

ekonomi politik yang terjadi di benua Eropa dan Amerika yang dimana terjadi berbagai

peristiwa perbudakan, diskriminasi dan pengekangan atas aktivitas politik dan ekonomi

penduduk di dua benua tersebut pada abad XVI-XIX. Selain itu perkembangan konsep

hukum hak asasi manusia internasional juga dipengaruhi oleh akibat-akibat yang ditimbulkan

oleh peristiwa Perang Dunia I dan II dimana menyebabkan kehancuran dan kesengsaraan

yang luar biasa terhadap penduduk sipil di dunia waktu itu. Untuk mengetahui tonggak-

tonggak peristiwa penting yang menjadi latarbelakang lahirnya konsep hukum hak asasi

manusia internasional mari kita mulai sub bagian ini dengan melakukan aktivitas membaca

bahan bacaan untuk mengidentifikasi tonggak peristiwa-peristiwa ekonomi politik penting

atas perkembangan hukum hak asasi manusia.

1

Page 2: Tugas Pkn (Isi)

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN NEGARA HUKUM

Konsep negara hukum yang dikembangkan oleh Plato dan Aristoteles lahir beberapa

puluh tahun sebelum Masehi. Pada perkembangan berikutnya kelahiran konsep negara

hukum sesudah Masehi didasarkan pada sistem pemerintahan yang berkuasa pada waktu itu,

seperti dikemukakan oleh beberapa ahli.

Nicolo Machiavelli (1469-1527)

Seorang sejarawan dan ahli negara telah menulis bukunya yang terkenal “II Prinsipe

(The Prince)” tahun 1513. Machiavelli hidup pada masa intrik-intrik dan peperangan yang

terus-menerus di Florence, di mana pada waktu tata kehidupan berbangsa dan bernegara lebih

mengutamakan kepentingan negara. Tata keamanan dan ketentraman, Di samping keagungan

negara, harus merupakan tujuan negara, supaya Italia menjadi suatu negara nasional. Dalam

usaha untuk mewujudkan cita-cita itu raja harus merasa dirinya tidak terikat oleh norma-

norma agama atau pun norma-norma akhlaq. Raja dianjurkan supaya jangan berjuang dengan

mentaati hukum; raja harus menggunakan kekuasaan dan kekerasan seperti halnya juga

binatang. (S.F Marbun dkk, 2001: 4).

Penguasa menurut Machiavelli, pimpinan negara haruslah mempunyai sifat-sifat seperti

kancil untuk mancari lubang jaring dan menjadi singa untuk mengejutkan serigala. Raja atau

pimpinan negara harus memiliki sifat-sifat cerdik pandai dan licin ibarat seekor kancil, akan

tetapi harus pula memiliki sifat-sifat yang kejam dan tangan besi ibarat seekor singa; seperti

‘A prince being thus obliged to know well how to act as a beast must imitate the fox and the

lion, for the lion cannot protect himself from traps and the fox cannot defend himself from

wolves. One must therefore be a fox to recognise traps, and a lion to frighten wolves’, (Luigi

Ricci dan E.R.P. Vincent, 1955: 101; R. Kranenburg, 1955: 51). Demikian beberapa anjuran

Machiavelli kepada raja untuk menerapkan absolutisme dalam negara. Maksudnya agar

negara Italia menjadi negara besar yang berkuasa.

Jean Bodin (1530-1596)

Juga menganjurkan absolutisme raja. Raja harus mempunyai hak mutlak membuat

undang-undang bagi rakyatnya yang diperintah. Kedaulatan itu puissance absolute atau

kekuasaan mutlak yang terletak di dalam tangan raja dan tidak dibatasi oleh undang-undang.

Karena yang membuat undang-undang itu raja, maka tidak mungkin pembuatnya diikat oleh

buatannya sendiri. Akan tetapi berlawanan dengan Machiavelli, Jean Bodin mengatakan

2

Page 3: Tugas Pkn (Isi)

bahwa raja itu terikat dengan hukum alam. Lebih lanjut Jean Bodin memandang kekuasan

yang terpusat pada negara yang makin lama makin tegas tampak dalam bentuk kekuasaan

raja. Karena itu disimpulkannya, bahwa dasar pemerintah absolut terletak dalam kedaulatan,

yaitu kekuasaan raja yang superior, (Theo Huijber, 1995: 57).

Thomas Hobbes (1588-1679)

Berpendapat bahwa manusia sebelum hidup dalam lingkungan masyarakat bernegara,

hidup dalam alam. Dalam keadaan alami itu manusia mempunyai hak alami yang utama,

yaitu hak utama mempertahankan diri sendiri. Dalam situasi demikian itu manusia

merupakan musuh bagi manusia lainnya dan siap saling menerka seperti serigala, akibatnya

ialah merajalelanya peperangan semuanya melawan semuanya. Namun, dibimbing oleh

akalnya manusia mengerti bahwa bila keadaan yang demikian itu diteruskan, semuanya akan

binasa. Oleh karena itu manusia lalu bergabung memilih penguasa yang menjamin hukum

malalui suatu perjanjian sosial. Dalam teori Hobbes, perjanjian masyarakat tidak dipakai

untuk membangun masyarakat (civitas) melainkan untuk membentuk kekuasaan yang

diserahkan kepada raja. Raja bukan menerima kekuasan dari masyarakat melainkan ia

memperoleh wewenang dan kuasanya kepada raja, maka kekuasaan raja itu mutlak. (Theo

Huijber, 1995: 57)

Dikemukakan di atas beberapa ahli yang secara ekstrim menyatakan pendapatnya untuk

membenarkan sistem pemerintahan yang bersifat absolut guna diterapkan dalam kehidupan

bernegara. Memang apabila ditelusuri lebih jauh pandangan ini, tentu kita akan melihat

bahwa konsepsi mereka dilatarbelakangi oleh adanya situasi negara yang buruk di masa

mereka hidup. Sehingga bagi mereka, negara atau penguasa yang kuat diperlukan untuk

mengatasi peperangan yang terjadi waktu itu.

Perlawanan terhadap kekuasaan yang mutlak dari raja secara konkret dilaksanakan

dengan memperjuangkan sistem konstitusional, yaitu sistem pemerintahan yang berdasarkan

konstitusi. Pemerintahan tidak boleh dilakukan menurut kehendak raja saja, melainkan harus

didasarkan pada hukum konstitusi.

John Locke (1632-1704)

Mengemukakan, kekuasaan raja harus dibatasi oleh suatu “leges fundamentalis”. Namun

perlu dicatat bahwa perjuangan konstitusional yang membatasi kekuasaan raja banyak

dipengaruhi oleh berbagai perkembangan, di antaranya:

1) Reformasi;

2) Renaissance;

3

Page 4: Tugas Pkn (Isi)

3) Hukum Kodrat;

4) Timbulnya kaum bourgeoisi beserta aliran Pencerahan Akal (Aufklarung).

Seiring dengan berkembang jaman dan tuntutan masayarakat pada waktu, lahir pula

gagasan atau pemikiran untuk melindungi hak-hak asasi manusia yang dipelopori oleh

pemikir-pemikir Inggris dan Prancis yang sangat mempengaruhi tumbangnya absolutisme

dan lahirnya negara hukum.

Di Inggris, perlawanan masyarakat terhadap negara (Monarchi Absolutis) telah lama

berjalan (sebelum John Locke menuliskan teorinya tentang negara dan hukum dalam buku

“Two treatises of civil government”, 1690) terjelma dalam pertikaian terus menerus antara

“King dan Parliament”, yang melahirkan piagam-piagam di mana diakui hak-hak asasi

bangsa Inggris, yaitu:

1) Magna Charta (1215);

2) Petition of Rights (1628);

3) Habeas Corpus Act (1679);

4) Bill of Rights (1689).

Pada umumnya kemenangan ada di pihak masyarakat, monarki absolut tidak dapat

berkembang, sedangkan Parlemen langkah demi langkah membesarkan pengaruhnya. Dalam

karya Locke muncul beberapa prinsip hukum yang berlaku dalam negara hukum modern,

yakni asas yang ada hubungannya dengan organisasi negara hukum. (Theo Huijber, 1995: 79-

83)

Di Prancis, dipelopori antara lain Charles Louis de Scondat, Baron de La Brede et de La

Montesquieu (1688-1775) dan Jean Jacques Rousseau (1746-1827), Renaissance dan

Reformasi berkembang dengan baik. Perjuangan hak-hak asasi manusia di Perancis itu

memuncak dalam revolusi Perancis pada tahun 1789, yang berhasil menetapkan hak-hak

asasi manusia dalam “Declaration des Droits de I’homme et du Citoyen”, yang pada tahun itu

ditetapkan oleh “Assemblee National” Prancis, dan pada tahun berikutnya dimasukkan ke

dalam Constitution. Sedangkan di Amerika Serikat sebelumnya, yaitu pada tanggal 4 Juli

1776 sudah dirumuskan dalam “Declaration of Independent”. Dengan adanya perlindungan

terhadap hak asasi manusia, maka kekuasaan absolut dari raja lama kelamaan semakin susut

dan bersama-sama dengan itu kebutuhan akan negara hukum makin mantap. (Theo Huijber,

1995: 87-93)

Pada babak sejarah kini, sulit untuk membayangkan negara tidak sebagai negara hukum.

Setiap Negara yang tidak mau dikucilkan dari pergaulan masyarakat internasional menjelang

4

Page 5: Tugas Pkn (Isi)

abad XXI setidaknya secara formal akan memaklumkan dirinya sebagai negara hukum.

Dalam negara hukum, hukum menjadi aturan permainan untuk mencapai cita-cita bersama

sebagai kesepakatan politik. Hukum juga menjadi aturan permainan untuk menyelesaikan

segala macam perselisihan, termasuk juga perselisihan politik dalam rangka mencapai

kesepakatan politik tadi. Dengan demikian, hukum tidak mengabdi kepada kepentingan

politik sektarian dan primordial melainkan kepada cita-cita politik dalam kerangka

kenegaraan. (Budiono Kusumohamidjojo, 2004: 36-37)

Lebih lanjut para ahli yang menganut faham kedaulatan berpendapat bahwa hukum

bukanlah semata-mata apa yang secara formal diundangkan oleh badan legislatif suatu

negara. Hukum (dan kedaulatan sebagai aspeknya) bersumberkan perasaan hukum anggota-

anggota masyarakat. Perasaan hukum adalah sumber dan merupakan pencipta hukum. negara

hanya memberi bentuk pada perasaan ini. Hanya apa yang sesuai dengan perasaan hukum

itulah yang benar-benar merupakan hukum, (F Isjwara, 1974: 99).

Hugo Krabbe sebagai salah seorang ahli yang mempelopori aliran ini berpendapat bahwa

negara seharusnya negara hukum (rechtsstaat) dan setiap tindakan negara harus didasarkan

pada hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan pada hukum. Kalau diperhatikan lebih

jauh ke belakang, konsep kedaulatan yang didasarkan pada hukum ini adalah suatu reaksi atas

prinsip ajaran kedaulatan negara.

5

Page 6: Tugas Pkn (Isi)

BAB III

NEGARA HUKUM INDONESIA

Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggeris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’. Yang disebutpemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya.

Menurut Sudargo Gautama 3 ciri atau unsur-unsur dari negara hukum, yakni:

a. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan

Maksudnya negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatasi oleh

hukum, individual mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap

penguasa.

b. Azas Legalitas

Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih dahulu yang

harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.

c. Pemisahan Kekuasaan

Agar hak-hak azasi itu betul-betul terlindung adalah dengan pemisahan kekuasaan yaitu

badan yang membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan dan mengadili harus

terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan.

Secara tegas dinyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum bukan

hanya sebagai negara yang mempunyai seperangkat hukum formal. Melainkan negara yang

mendasarkan setiap tindakan baik pemerintah dan rakyatnya berdasarkah hukum. Hukum ada

karena tiga alasan sebagai mana dinyatakan oleh radbruch yakni keadilan, kemanfaatan, dan

kepastian. Dalam kehidupan negara hukum cita-cita atau tujuan utamanya adalah

mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Hal ini tergambar dalam pembukaan UUD

1945 yang mencantumkan empat tujuan nasional yaitu, melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

6

Page 7: Tugas Pkn (Isi)

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Negara hukum sama sekali tidak dapat dilepaskan dari konsep negara demokratis. Ralf

Dahrendorf, mengajukan empat syarat bahwa sebuah negara dikatakan sebagai negara hukum

yang demokratis, yaitu, pertama, perwujudan yang nyata atas persamaan status

kewarganegaraan bagi semua peserta dalam proses politik; kedua, kehadiran kelompok-

kelompok kepentingan dan elite di mana tak satupun mampu memonopoli jalan menuju ke

kekuasaan ; ketiga, berlakunya nilai-nilai yang boleh disebut sebagai kebajikan publik;

keempat, menerima perbedaan pendapat dan konflik kepentingan sebagai sesuatu yang tak

terhindarkan dan elemen kreatif dalam kehidupan sosial.

Pernyataan negara hukum dalam konstitusi terdapat pada konstitusi RIS 1949 dan UUDS

1950:

a. UUD RIS 1949 pasal 1 (1): RIS yang merdeka dan berdaulat adalah suatu negara hukum

yang demokrasi dan berbentuk federasi.

b. UUDS 1950 pasal 1 (1): Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat adalah negara

hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan.

Utrech membedakan negara hukum menjadi dua yakni negara hukum formal dan negara

hukum materil. Sebagai negara hukum Indonesia merupakan negara hukum materil dan

negara hukum formal.

Konsep negara hukum sangat terkait dengan kedaulatan rakyat. Dimana rakyat

memegang kedaulatannya melalui sebuah dokumen bernama konstitusi. Hukum bukan hanya

untuk menjamin kepentingan beberapa orang yang berkuasa melainkan menjamin

kepentingan bagi semua orang. Sehingga negara tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah

negera hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat) dan bukan absolute rechtsstaat.

Miriam Budiardjo mengemukakan sebuah bentuk negara hukum yang demokratis yakni

dengan bentuk demokrasi konstitusional. Demokrasi konstitusional merupakan gagasan

bahwa pemerintah yang demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak

dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warganegaranya. Pembatasan-pembatasan

atas kekuasaan pemerintah tercantum dalam konstitusi, oleh karena itu sering disebut

“pemerintah berdasarkan konstitusi” (constitutional government).

Cita Negara Hukum Indonesia

        Dalam rangka merumuskan kembali ide-ide pokok konsepsi Negara Hukum itu dan pula

7

Page 8: Tugas Pkn (Isi)

penerapannya dalam situasi Indonesia dewasa ini, menurut pendapat saya, kita dapat

merumuskan kembali adanya tiga-belas prinsip pokok Negara Hukum (Rechtsstaat) yang

berlaku di zaman sekarang. Ketiga-belas prinsip pokok tersebut merupakan pilar- pilar utama

yang menyangga berdiri tegaknya satu negara modern sehingga dapat disebut

sebagai Negara Hukum (The Rule of Law, ataupun Rechtsstaat) dalam arti yang sebenarnya,

yaitu:

1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law):

Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa

semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. Dalam perspektif

supremasi hukum (supremacy of law), pada hakikatnya pemimpin tertinggi negara yang

sesungguhnya, bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang mencerminkan hukum yang

tertinggi. Pengakuan normative mengenai supremasi hukum adalah pengakuan yang

tercermin dalam perumusan hukum dan/atau

konstitusi, sedangkan pengakuan empirik adalah pengakuan yang tercermin dalam perilaku

sebagian terbesar masyarakatnya bahwa hukum itu memang ‘supreme’.Bahkan, dalam

republik yang menganut sistem presidential yang bersifat murni, konstitusi itulah yang

sebenarnya lebih tepat untuk disebut sebagai ‘kepala negara’. Itu sebabnya, dalam sistem

pemerintahan presidential, tidak dikenal adanya pembedaan antara kepala Negara dan kepala

pemerintahan seperti dalam sistem pemerintahan parlementer.

2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law):

Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui

secara normative dan dilaksanakan secara empirik. Dalam rangka prinsip persamaan ini,

segala sikap dan tindakan diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui

sebagai sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan- tindakan yang bersifat khusus

dan sementara yang dinamakan ‘affirmative actions’ guna mendorong dan mempercepat

kelompok masyarakat tertentu atau kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar

kemajuan sehingga mencapai tingkat perkembangan yang sama dan setara dengan kelompok

masyarakat kebanyakan yang sudah jauh lebih maju. Kelompok masyarakat tertentu yang

dapat diberikan perlakuan khusus melalui ‘affirmative actions’ yang tidak termasuk

pengertian diskriminasi itu misalnya adalah kelompok masyarakat suku terasing atau

kelompok masyarakat hukum adapt tertentu yang kondisinya terbelakang. Sedangkan

kelompok warga masyarakat tertentu yang dapat diberi perlakuan khusus yang bukan bersifat

diskriminatif, misalnya, adalah kaum wanita ataupun anak-anak terlantar.

8

Page 9: Tugas Pkn (Isi)

3.Asas Legalitas (Due Process of Law):

Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala

bentuknya (due process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan

atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan perundang-undangan

tertulis tersebut harus ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului tindakan atau perbuatan

administrasi yang dilakukan. Dengan demikian, setiap perbuatan atau tindakan administrasi

harus didasarkan atas aturan atau ‘rules and procedures’ (regels). Prinsip normative demikian

nampaknya seperti sangat kaku dan dapat menyebabkan birokrasi menjadi lamban. Oleh

karena itu, untuk menjamin ruang gerak bagi para pejabat administrasi negara dalam

menjalankan tugasnya, maka sebagai pengimbang, diakui pula adanya prinsip ‘frijs ermessen’

yang memungkinkan para pejabat tata usaha negara atau administrasi negara

mengembangkan dan menetapkan sendiri ‘beleid-regels’ (‘policy rules’) ataupun peraturan-

peraturan yang dibuat untuk kebutuhan internal (internal regulation) secara bebas dan mandiri

dalam rangka menjalankan tugas jabatan yang dibebankan oleh peraturan yang sah.

4.  Pembatasan Kekuasaan:

 Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara dengan caramenerapkan

prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisahan kekuasaan secara horizontal.

Sesuai dengan hukum besi kekuasaan, setia kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk

berkembang menjadi sewenang- wenang, seperti dikemukakan oleh Lord Acton: “Power

tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely”. Karena itu, kekuasaan selalu harus

dibatas  dengan cara memisah-misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang bersifat

‘checks and balances’ dalam kedudukan yang sederajat dan saling mengimbang  dan

mengendalikan satu sama lain. Pembatasan kekuasaan juga dilakukan dengan  membagi-bagi

kekuasaan ke dalam beberapa organ yang tersusun secara vertical. Dengan begitu, kekuasaan

tidak tersentralisasi dan terkonsentrasi dalam satu organ atau satu tangan yang

memungkinkan terjadinya kesewenang-wenangan.

5. Organ-Organ Campuran Yang Bersifat Independen:

Dalam rangka membatasi kekuasaan itu, di zaman sekarang berkembang pula adanya

pengaturann kelembagaan pemerintahan yang bersifat ‘independent’, seperti  bank sentral,

organisasi tentara, dan organisasi kepolisian. Selain itu, ada pula  lembaga-lembaga baru

seperti Komisi Hak Asasi Manusia, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi Ombudsman

Nasional (KON), Komisi Penyiaran Indonesia  (KPI), dan lain sebagainya. Lembaga, badan

atau organisasi-organisasi ini sebelumnya dianggap sepenuhnya berada dalam kekuasaan

9

Page 10: Tugas Pkn (Isi)

eksekutif, tetapi sekarang berkembang menjadi independen sehingga tidak lagi sepenuhnya 

merupakan hak mutlak seorang kepala eksekutif untuk menentukan pengangkatan  ataupun

pemberhentian pimpinannya. Independensi lembaga atau organ-organ tersebut dianggap

penting untuk menjamin demokrasi, karena fungsinya dapat  disalahgunakan oleh pemerintah

untuk melanggengkan kekuasaan. Misalnya, fungsi tentara yang memegang senjata dapat

dipakai untuk menumpang aspirasi pro- demokrasi, bank sentral dapat dimanfaatkan untuk

mengontrol sumber-sumber kekuangan yang dapat dipakai untuk tujuan mempertahankan

kekuasaan, dan begitu  pula lembaga atau organisasi lainnya dapat digunakan untuk

kepentingan kekuasaan. Karena itu, independensi lembaga-lembaga tersebut dianggap sangat 

penting untuk menjamin prinsip negara hukum dan demokrasi.

6.  Peradilan Bebas dan Tidak Memihak:

Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial judiciary).

Peradilan bebas dan tidak memihak ini mutlak harus ada dalam setiap Negara Hukum. Dalam

menjalankan tugas judisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun juga, baik

karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan uang (ekonomi). Untuk menjamin

keadilan dan kebenaran, tidak diperkenankan adanya intervensi ke dalam proses pengambilan

putusan keadilan oleh hakim, baik intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif maupun

legislative ataupun dari kalangan masyarakat dan media massa. Dalam menjalankan

tugasnya, hakim tidak boleh memihak kepada siapapun juga kecuali hanya kepada kebenaran

dan keadilan. Namun demikian, dalam menjalankan tugasnya, proses pemeriksaan perkara

oleh hakim juga harus bersifat terbuka, dan dalam menentukan penilaian dan menjatuhkan

putusan, hakim harus menghayati nilai-nilai keadilan yang hidupdi tengah-tengah

masyarakat. Hakim tidak hanya bertindak sebagai ‘mulut’ undang- undang atau peraturan

perundang-undangan, melainkan juga ‘mulut’ keadilan yang menyuarakan perasaan keadilan

yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

7.  Peradilan Tata Usaha Negara:

Meskipun peradilan tata usaha negara juga menyangkut prinsip peradilan bebas dan tidak

memihak, tetapi penyebutannya secara khusus sebagai pilar utama Negara  Hukum tetap

perlu ditegaskan tersendiri. Dalam setiap Negara Hukum, harus terbuka kesempatan bagi

tiap-tiap warga negara untuk menggugat keputusan pejabat administrasi Negara dan

dijalankannya putusan hakim tata usaha negara (administrative court) oleh pejabat

administrasi negara. Pengadilan Tata Usah  Negara ini penting disebut tersendiri, karena

dialah yang menjamin agar warganegara tidak didzalimi oleh keputusan-keputusan para

10

Page 11: Tugas Pkn (Isi)

pejabat administrasi negara sebagai pihak yang berkuasa. Jika hal itu terjadi, maka harus ada

pengadilan yang menyelesaikan tuntutan keadilan itu bagi warga Negara, dan harus ada

jaminan bahwa putusan hakim tata usaha Negara itu benar-benar djalankan oleh para pejabat

tata usaha Negara yang bersangkutan. Sudah tentu, keberadaan hakim peradilan tata usaha

negara itu sendiri harus pula dijamin bebas dan tidak memihak sesuai prinsip ‘independent

and impartial judiciary’ tersebut di atas.

8.  Peradilan Tata Negara (Constitutional Court):

Di samping adanya pengadilan tata usaha negara yang diharapkan memberikan jaminan

tegaknya keadilan bagi tiap-tiap warga negara, Negara Hukum modern konstitusi dalam

sistem juga lazim     mengadopsikan     gagasan   mahkamahketatanegaraannya, baik dengan

pelembagaannya yang berdiri sendiri di luar dan sederajat dengan Mahkamah Agung ataupun

dengan mengintegrasikannya ke dalam kewenangan Mahkamah Agung yang sudah ada

sebelumnya. Pentingnya peradilan ataupun mahkamah konstitusi (constitutional court) ini

adalah dalam upaya memperkuat sistem ‘checks and balances’ antara cabang-cabang

kekuasaan yang sengaja dipisah-pisahkan untuk menjamin demokrasi. Misalnya, mahkamah

ini diberi fungsi pengujian konstitusionalitas undang-undang yang merupakan produk 

lembaga legislatif, dan memutus berkenaan dengan berbagai bentuk sengketa antar  lembaga

negara yang mencerminkan cabang-cabang kekuasaan negara yang dipisah-pisahkan.

Keberadaan mahkamah konstitusi ini di berbagai negara demokrasi dewasa ini makin

dianggap penting dan karena itu dapat ditambahkan  menjadi satu pilar baru bagi tegaknya

Negara Hukum modern. 

9. Perlindungan Hak Asasi Manusia: 

Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum

bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil. Perlindungan terhadap hak asasi

manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan

dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu Negara

Hukum yang demokratis. Setiap manusia sejak kelahirannya menyandang hak-hak dan

kewajiban-kewajiban yang bersifat  bebas dan asasi. Terbentuknya Negara dan demikian pula

penyelenggaraan kekuasaan suatu Negara tidak boleh mengurangi arti atau makna kebebasan

dan hak-hak asasi kemanusiaan itu. Karena itu, adanya perlindungan dan penghormatan 

terhadap hak-hak asasi manusia itu merupakan pilar yang sangat penting dalam setiap Negara

yang disebut sebagai Negara Hukum. Jika dalam suatu Negara, hakasasi manusia terabaikan

atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang  ditimbulkannya tidak dapat diatasi

11

Page 12: Tugas Pkn (Isi)

secara adil, maka Negara yang bersangkutan tidak dapat disebut sebagai Negara Hukum

dalam arti yang sesungguhnya.

10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat):

Dianut dan dipraktekkannya prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yang menjamin

peranserta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan kenegaraan, sehingga setiap

peraturan perundang-undangan yang ditetapkan dan ditegakkan mencerminkan nilai-nilai

keadilan yang hidup di tengah masyarakat. Hukum dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, tidak boleh ditetapkan dan diterapkan secara sepihak oleh dan/atau hanya untuk

kepentingan penguasa secara bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Karena hukum

tidak dimaksudkan hanya menjamin kepentingan segelintir orang yang berkuasa, melainkan

menjaminkepentingan akan rasa adil bagi semua orang tanpa kecuali. Dengan demikian, cita 

negara hukum (rechtsstaat) yang dikembangkan bukanlah ‘absolute rechtsstaat’, melainkan

‘democratische rechtsstaat’ atau negara hukum yang demokratis. Dalam setiap Negara

Hukum yang bersifat nomokratis harus dijamin adanya demokrasi, sebagaimana di dalam

setiap Negara Demokrasi harus dijamin penyelenggaraannyaberdasar atas hukum.

11. Berfungsi    sebagai    Sarana   Mewujudkan      Tujuan   Bernegara    (Welfare

Rechtsstaat):

Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan bersama. Cita-cita hukum

itu sendiri, baik yang dilembagakan melalui gagasan negara demokrasi (democracy) maupun

yang diwujudkan melalaui gagasan negara hukum (nomocrasy) dimaksudkan untuk

meningkatkan kesejahteraan umum. Bahkan sebagaimana cita-cita nasional Indonesia yang

dirumuskan dalam Pembukaan UUD  1945, tujuan bangsa Indonesia bernegara adalah dalam

rangka melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia  berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara

Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan dan mencapai keempat tujuan bernegara

Indonesia itu. Dengan demikian, pembangunan negara Indonesia tidak

terjebak menjadi sekedar ‘rule-driven’, melainkan ‘mission driven’, yang didasarkan atas

aturan hukum.

12. Transparansi dan Kontrol Sosial:

Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhadap setiap proses pembuatan

dan penegakan hukum, sehingga kelemahan dan kekurangan yang  terdapat dalam     

mekanisme      kelembagaan     resmi dapat  dilengkapi secara komplementer oleh peranserta

12

Page 13: Tugas Pkn (Isi)

masyarakat secara langsung (partisipasi langsung) dalam rangka menjamin keadilan dan

kebenaran. Adanya partisipasi langsung ini penting karena sistem perwakilan rakyat melalui

parlemen tidak pernah dapat diandalkan sebagai satu-satunya saluran aspirasi rakyat. Karena

itulah, prinsip ‘representation in ideas’ dibedakan dari ‘representation in presence’, karena 

perwakilan fisik saja belum tentu mencerminkan keterwakilan gagasan atau aspirasi.

Demikian pula dalam penegakan hukum yang dijalankan oleh aparatur kepolisian, kejaksaan,

pengacara, hakim, dan pejabat lembaga pemasyarakatan, semuanya memerlukan kontrol

sosial agar dapat bekerja dengan efektif, efisien

serta menjamin keadilan dan kebenaran.

13. Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa

Khusus mengenai cita Negara Hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila, ide

kenegaraan kita tidak dapat dilepaskan pula dari nilai Ketuhanan Yang Maha Esa yang

merupakan sila pertama dan utama Pancasila. Karena itu, di samping ke-12 ciri atau unsur

yang terkandung dalam gagasan Negara Hukum Modern seperti tersebut di atas, unsur ciri

yang ketigabelas adalah bahwa Negara Hukum Indonesia itu menjunjung tinggi nilai-nilai ke-

Maha Esaan dan ke-Maha Kuasa-an Tuhan.  Artinya, diakuinya prinsip supremasi hukum

tidak mengabaikan keyakinan  mengenai ke-Maha Kuasa-an Tuhan Yang Maha Esa yang

diyakini sebagai sila pertama dan utama dalam Pancasila. Karena itu, pengakuan segenap

bangsa  Indonesia mengenai kekuasaan tertinggi yang terdapat dalam hukum konstitusi di 

satu segi tidak boleh bertentangan dengan keyakinan segenap warga bangsa mengenai prinsip

dan nilai-nilai ke-Maha-Kuasa-an Tuhan Yang Maha Esa itu, dan di pihak lain pengakuan

akan prinsip supremasi hukum itu juga merupakan pengejawantahan atau ekspresi kesadaran

rasional kenegaraan atas keyakinan pada  Tuhan Yang Maha Esa yang menyebabkan setiap

manusia Indonesia hanyamemutlakkan Yang Esa dan menisbikan kehidupan antar sesama

warga yang bersifat egaliter dan menjamin persamaan dan penghormatan atas kemajemukan

dalam kehidupan bersama dalam wadah Negara Pancasila.

        Dalam sistem konstitusi Negara kita, cita Negara Hukum itu menjadi bagian yang

tak terpisahkan dari perkembangan gagasan kenegaraan Indonesia sejak kemerdekaan.

Meskipun dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum perubahan, ide Negara hukum itu tidak

dirumuskan secara eksplisit, tetapi dalam Penjelasan ditegaskan bahwa Indonesia

menganut ide ‘rechtsstaat’, bukan ‘machtsstaat’. Dalam Konstitusi RIS Tahun 1949, ide

negara hukum itu bahkan tegas dicantumkan. Demikian pula dalam UUDS Tahun 1950,

kembali rumusan bahwa Indonesia adalah negara hukum dicantumkan dengan tegas.

13

Page 14: Tugas Pkn (Isi)

Oleh karena itu, dalam Perubahan Ketiga tahun 2001 terhadap UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, ketentuan mengenai ini kembali dicantumkan tegas dalam Pasal 1

ayat (3) yang berbunyi: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Kiranya, cita negara

hukum yang mengandung 13 ciri seperti uraian di atas itulah ketentuan Pasal 1 ayat (3)

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu sebaiknya kita pahami.

14

Page 15: Tugas Pkn (Isi)

BAB IV

SEJARAH PERKEMBANGAN HAM

Sebelum dibahas lebih mendalam mengenai hak asasi manusia di Indonesia, terlebih

dahulu kita membahas sekelumit sejarah perkembangan dan perumusan hak asasi manusia di

Dunia. Perkembangan atas pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan dan

beraneka ragam. Perkembangan tersebut antara lain dapat ditelusuri sebagai berikut.

1. Hak Asasi Manusia di Yunani

Filosof Yunani, seperti Socrates (470-399 SM) dan Plato (428-348 SM) meletakkan dasar

bagi perlindungan dan jaminan diakuinya hak – hak asasi manusia. Konsepsinya

menganjurkan masyarakat untuk melakukan sosial kontrol kepada penguasa yang zalim dan

tidak mengakui nilai – nilai keadilan dan kebenaran. Aristoteles (348-322 SM) mengajarkan

pemerintah harus mendasarkan kekuasaannya pada kemauan dan kehendak warga negaranya.

2. Hak Asasi Manusia di Inggris

Inggris sering disebut–sebut sebagai negara pertama di dunia yang memperjuangkan hak

asasi manusia. Tonggak pertama bagi kemenangan hak-hak asasi terjadi di Inggris.

Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai dokumen kenegaraan yang berhasil

disusun dan disahkan. Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut :

MAGNA CHARTA

Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan bijaksana telah diganti oleh Raja

John Lackland yang bertindak sewenang–wenang terhadap rakyat dan para bangsawan.

Tindakan sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak puas dari para

bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk membuat suatu perjanjian yang

disebut Magna Charta atau Piagam Agung.

Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya memuat pembatasan

kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja. Tak seorang

pun dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas harta kekayaannya atau

diasingkan atau dengan cara apapun dirampas hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan

hukum. Piagam Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab hak-hak

tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi

lambang munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa

hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan raja.

Isi Magna Charta adalah sebagai berikut :

15

Page 16: Tugas Pkn (Isi)

Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak, dan kebebasan

Gereja Inggris.

Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak sebagi

berikut :

Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak penduduk.

Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang sah.

Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah tanpa

perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.

Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji akan

mengoreksi kesalahannya.

PETITION OF RIGHTS

Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hak-hak rakyat

beserta jaminannya. Petisi ini diajukan oleh para bangsawan kepada raja di depan parlemen

pada tahun 1628. Isinya secara garis besar menuntut hak-hak sebagai berikut :

Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.

Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya.

Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.

 

HOBEAS CORPUS ACT

Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur tentang penahanan seseorang

dibuat pada tahun 1679. Isinya adalah sebagai berikut :

Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah penahanan.

Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum.

BILL OF RIGHTS

Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan tahun 1689 dan diterima

parlemen Inggris, yang isinya mengatur tentang :

Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.

Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.

Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen.

Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing .

Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.

3. Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat

16

Page 17: Tugas Pkn (Isi)

Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak alam,seperti hak

atas hidup, kebebasan, dan milik (life, liberty, and property) mengilhami sekaligus menjadi

pegangan bagi rakyat Amerika sewaktu memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun

1776. Pemikiran John Locke mengenai hak – hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi

Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal dengan DECLARATION OF

INDEPENDENCE OF THE UNITED STATES.

Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya tanggal 4 Juli 1776, suatu

deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh 13 negara bagian, merupakan

pula piagam hak – hak asasi manusia karena mengandung pernyataan “Bahwa sesungguhnya

semua bangsa diciptakan sama derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua manusia

dianugerahi oleh Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk menikmati

kebhagiaan.

John Locke menggambarkan keadaan status naturalis, ketika manusia telah memiliki

hak-hak dasar secara perorangan. Dalam keadaan bersama-sama, hidup lebih maju seperti

yang disebut dengan status civilis, locke berpendapat bahwa manusia yang berkedudukan

sebagai warga negara hak-hak dasarnya dilindungi oleh negara.

Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika sebagai negara

yang memberi perlindungan dan jaminan hak-hak asasi manusia dalam konstitusinya,

kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah lebih dulu memulainya sejak masa Rousseau.

Kesemuanya atas jasa presiden Thomas Jefferson presiden Amerika Serikat lainnya yang

terkenal sebagai “pendekar” hak asasi manusia adalah Abraham Lincoln, kemudian

Woodrow Wilson dan Jimmy Carter.

Amanat Presiden Flanklin D. Roosevelt tentang “empat kebebasan” yang diucapkannya

di depan Kongres Amerika Serikat tanggal 6 Januari 1941 yakni :

Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of speech and expression).

Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya (freedom of

religion).

Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear).

Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).

Kebebasan- kebebasan tersebut dimaksudkan sebagai kebalikan dari kekejaman dan

penindasan melawan fasisme di bawah totalitarisme Hitler (Jerman), Jepang, dan Italia.

Kebebasan – kebebasan tersebut juga merupakan hak (kebebasan) bagi umat manusia untuk

mencapai perdamaian dan kemerdekaan yang abadi. Empat kebebasan Roosevelt ini pada

17

Page 18: Tugas Pkn (Isi)

hakikatnya merupakan tiang penyangga hak-hak asasi manusia yang paling pokok dan

mendasar.

4. Hak Asasi Manusia di Prancis

Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada awal

Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk melawan kesewenang-wenangan rezim

lama. Naskah tersebut dikenal dengan DECLARATION DES DROITS DE L’HOMME ET

DU CITOYEN yaitu pernyataan mengenai hak-hak manusia dan warga negara. Pernyataan

yang dicetuskan pada tahun 1789 ini mencanangkan hak atas kebebasan, kesamaan, dan

persaudaraan atau kesetiakawanan (liberte, egalite, fraternite).

Lafayette merupakan pelopor penegakan hak asasi manusia masyarakat Prancis yang

berada di Amerika ketika Revolusi Amerika meletus dan mengakibatkan tersusunnya

Declaration des Droits de I’homme et du Citoyen. Kemudian di tahun 1791, semua hak-hak

asasi manusia dicantumkan seluruhnya di dalam konstitusi Prancis yang kemudian ditambah

dan diperluas lagi pada tahun 1793 dan 1848. Juga dalam konstitusi tahun 1793 dan 1795.

revolusi ini diprakarsai pemikir – pemikir besar seperti : J.J. Rousseau, Voltaire, serta

Montesquieu. Hak Asasi yang tersimpul dalam deklarasi itu antara lain :

1) Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka.

2) Manusia mempunyai hak yang sama.

3) Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak lain.

4) Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan serta pekerjaan

umum.

5) Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut undang-undang.

6) Manusia mempunai kemerdekaan agama dan kepercayaan.

7) Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.

8) Adanya kemerdekaan surat kabar.

9) Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat.

10) Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.

11) Adanya kemerdekaan bekerja,berdagang, dan melaksanakan kerajinan.

12) Adanya kemerdekaan rumah tangga.

13) Adanya kemerdekaan hak milik.

14) Adanya kemedekaan lalu lintas.

15) Adanya hak hidup dan mencari nafkah.

 

18

Page 19: Tugas Pkn (Isi)

5. Hak Asasi Manusia oleh PBB

Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan piagam hak-hak

asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa

yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia (commission of

human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah pimpinan Ny. Eleanor

Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948 Sidang Umum PBB yang

diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu

berupa UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia

tentang Hak – Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil

dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2

negara lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari

Hak Asasi Manusia.

Universal Declaration of Human Rights antara lain mencantumkan, Bahwa setiap orang

mempunyai Hak :

Hidup

Kemerdekaan dan keamanan badan

Diakui kepribadiannya

Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk mendapat

jaminan hokum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak

bersalah kecuali ada bukti yang sah

Masuk dan keluar wilayah suatu Negara

Mendapatkan asylum

Mendapatkan suatu kebangsaan

Mendapatkan hak milik atas benda

Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan

Bebas memeluk agama

Mengeluarkan pendapat

Berapat dan berkumpul

Mendapat jaminan sosial

Mendapatkan pekerjaan

Berdagang

Mendapatkan pendidikan

Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat

19

Page 20: Tugas Pkn (Isi)

Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia tentang Hak Asasi Manusia itu

sebagai tolak ukur umum hasil usaha sebagai rakyat dan bangsa dan menyerukan semua

anggota dan semua bangsa agar memajukan dan menjamin pengakuan dan pematuhan hak-

hak dan kebebasan- kebebasan yang termasuk dalam pernyataan tersebut. Meskipun bukan

merupakan perjanjian, namun semua anggota PBB secara moral berkewajiban

menerapkannya.

 

20

Page 21: Tugas Pkn (Isi)

BAB V

HAM DI INDONESIA

Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila. Yang artinya

Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara

pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus

memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi

bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti melaksanakan dengan

sebebas-bebasnya, melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung

dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya

memang tidak ada hak yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak

orang lain.

Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak, kita tidak

memperhatikan hak orang lain,maka yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan

kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak terpisah dari

manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat

kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik Indonesia,yakni:

Undang – Undang Dasar 1945

Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu dapat dibeda-bedakan

menjadi sebagai berikut :

Hak – hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat,

kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.

Hak – hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk memiliki sesuatu, hak

untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya.

Hak – hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan,

hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik.

Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan

( rights of legal equality).

21

Page 22: Tugas Pkn (Isi)

Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture rights). Misalnya hak untuk

memilih pendidikan dan hak untukmengembangkan kebudayaan.

Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural

rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan

peradilan.

Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia dituangkan dalam Piagam Hak

Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia

Nomor XVII/MPR/1998.

 

22

Page 23: Tugas Pkn (Isi)

BAB VI

KESIMPULAN

Konsep negara hukum yang dikembangkan oleh Plato dan Aristoteles lahir beberapa

puluh tahun sebelum Masehi. Pada perkembangan berikutnya kelahiran konsep negara

hukum sesudah Masehi didasarkan pada sistem pemerintahan yang berkuasa pada waktu itu.

Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau

“Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan

dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara

Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima

dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi.

Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggeris untuk menyebut prinsip

Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’. Yang disebut

pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang

hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya.

Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila. Yang artinya

Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara

pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus

memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi

bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti melaksanakan dengan

sebebas-bebasnya, melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung

dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya

memang tidak ada hak yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak

orang lain.

23

Page 24: Tugas Pkn (Isi)

DAFTAR PUSTAKA

jimly.com

http://fatahilla.blogspot.com

http://kgsc.wordpress.com

emperordeva.wordpress.com

24