tugas jd

Upload: radna-detra

Post on 04-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

maternitas

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 99% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat. Asfiksia neonatorum adalah kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi pernapasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh sebab itu, asfiksia memerlukan intervensi dan resusitasi segera untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Survei atas 127 institusi pada 16 negarabaik negara maju ataupun berkembangmenunjukkan bahwa sarana resusitasi dasar seringkali tidak tersedia, dan tenaga kesehatan kurang terampil dalam resusitasi bayi. Sebuah penelitian di 8 negara.

B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari Asfiksia Neonatorum?2. Apa etiologi dari Asfiksia Neonatorum?3. Bagaimana Patofisiologi dari Asfiksia Neonatorum?4. Apa tanda dan gejala dari Asfiksia Neonatorum?5. Apa Klasifikasi dari Asfiksia Neonatorum?6. Apa Komplikasi dari Asfiksia Neonatorum?7. Bagaimana cara penatalaksanaan pada Asfiksia Neonatorum?8. Bagaimana menejemen terapi pada Asfiksia Neonatorum ?9. Bagaimana pencegahan Asfiksia Neonatorum?

C. Tujuan1. Tujuan UmumSetelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan Asfiksia dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui pengertian dari Asfiksia Neonatorum.b. Untuk mengetahui etiologi dari Asfiksia Neonatorum.c. Untuk mengetahui patofisiologi dari Asfiksia Neonatorum.d. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Asfiksia Neonatorum.e. Untuk mengetahui klasifikasi dari Asfiksia Neonatorum.f. Untuk mengetahui komplikasi dari Asfiksia Neonatorum.g. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dari Asfiksia Neonatorum.h. Untuk mengetahui menejemen terapi pada Asfiksia Neonatorum .i. Untuk mengetahui cara pencegahan dari Asfiksia Neonatorum.

BAB IIPEMBAHASAN

A. DefinisiAsfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 1997). Haupt (1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis, gangguan kerdiovaskular serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir (James, 1958). Kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir (James, 1959). Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa (1971) menunjukkan nekrosis berat dan difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa sekuele neurologis sering ditemukan pada penderita asfiksia berat.Keadaan ini sangat menghambat pertumbuhan fisis dan mental bayi di kemudian hari. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan tersebut diatas, perlu dipikirkan tindakan istimewa yang tepat dan rasionil sesuai dengan perubahan yang mungkin terjadi pada penderita asfiksia. Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.B. Klasifikasi1. Asfiksia RinganSkor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa.2. Asfiksia SedangSkor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi detak jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.3. Asfiksia BeratSkor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia berat (Kamarullah,2005).Cara menilai tingkatan APGAR score menurut Utomo (2006) adalah dengan :a. Menghitung frekuensi jantung.b. Melihat usaha bernafas.c. Menilai tonus otot.d. Menilai reflek rangsangan.e. Memperlihatkan warna kulit.Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat asfiksia yang dialami bayi:

Tanda012

Detak jantungTidak ada< 100x/menit> 100x/menit

PernafasanTidak adaTidak teraturMenangis kuat

Tonus ototLunglaiFleksi ekstermitas (lemah)Fleksi kuatGerakan aktif

Reflek saat jalan nafas dibersihkanTidak adaMenyeringai Batuk/bersin

Warna kulitBiru/pucatTubuh kemerahanEkstermitas biru Merah seluruh tubuh

Nilai 0-3 : Asfiksia beratNilai 4-6 : Asfiksia sedangNilai 7-10 : Ringan/ bisa dianggap Normal

Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar) Sumber : Utomo, (2006).Menurut Mochtar (1998) asfiksia dibedakan menjadi 2 macam yaitu :a. Asfiksia livida (biru)b. Asfiksia Pallida (putih)Tabel 2.2. Perbedaan antara asfiksia livida dan asfiksia pallida

PerbedaanAsfiksia lividaAsfiksia Pallida

Warna kulitTonus ototReaksi rangsanganBunyi jantungPrognosisKebiru-biruanMasih baikPositifMasih teraturLebih baikPucatSudah kurangNegatifTidak teraturJelek

Asfiksia livida lebih baik dari pada asfiksia pallida, prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus di pikirkan kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang.Reflek : pada bayi lahir pergerakan tonus otot kuat, akan segera menangis yang kuat . sedangkan pada asfiksia sesaat setelah lahir bayi menangis sangat lemah bahkan tidak sama sekali dan tonus otot melemah .Refleks Bayi Baru Lahir :1. Refleks menghisap (sucking reflex)Bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika anda menyentuhkan puting susu ke ujung mulut bayi. Refleks menghisap terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka. Refelks menghisap memudahkan bayi yang baru lahir untuk memperoleh makanan sebelum mereka mengasosiasikan puting susu dengan makanan. Menghisap adalah refleks yang sangat penting pada bayi. Refleks ini merupakan rute bayi menuju pengenalan akan makanan. Kemampuan menghisap bayi yang baru lahir berbeda-beda. Sebagian bayi yang baru lahir menghisap dengan efisien dan bertenaga untuk memperoleh susu.2. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)Grasping Reflex adalah refleks gerakan jari - jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syaraf berkembang normal hilang setelah 3 - 4 bulan Bayi akan otomatis menggenggam jari ketika Anda menyodorkan jari telunjuk kepadanya. Reflek menggenggam terjadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi. Bayi akan merespons dengan cara menggenggamnya kuat kuat.3. Refleks leher (tonic neck reflex)Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan akan menghilang pada sekitar usia 5 bln. Saat kepala bayi digerakkan kesamping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk ( kadang - kadang pergerakan akan sangat halus atau lemah ). Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, refleks tonick neck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyediakan bayi untuk mencapai gerak sadar.4. Refleks mencari (rooting reflex)Refleks mencari ( rooting reflex ) Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap ( dibelai ) atau di sentuh bagian pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. Refleks menghisap dan mencari menghilang setelah bayi berusia sekitar 3 hingga 4 bulan.Refleks digantikan dengan makan secara sukarela. Refleks menghisap dan mencari adalah upaya untuk mempertahankan hidup bagi bayi mamalia atau binatang menyusui yang baru lahir, karena dengan begitu dia begitu dia dapat menentukan susu ibu untuk meperoleh makanan.5. Refleks moro (moro reflex)Refleks Moro ( moro refleks ) adalah suatu respon tiba tiba pada bayi yang baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan.6. Babinski reflexBabinski Reflex. Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari - jari mencengkram ketika bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal. Hilang di usia 4 bulan.7. swallowing reflex Swallowing Reflex adalah refleks gerakan menelan benda - benda yang didekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan makanan ada secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman.8. breathing reflexBreathing Reflex, Refleks gerakan seperti menghirup dan menghembuskan nafas secara berulang - ulang , fungsi : menyediakan O2 dan membuang CO2, permanen dalam kehidupan.9. eyeblink reflexEyeblink Reflex, Refleks gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata - fungsi : melindungi mata dari cahaya dan benda - benda asing - permanen dalam kehidupan jika bayi terkena sinar atau hembusan angin, matanya akan menutup atau dia akan mengerjapkan matanya.10. puppilary reflex Puppilary Reflex, Refleks gerakan menyempitkan pupil mata terhadap cahaya terang, membesarkan pupil mata terhadap terhadap lingkungan gelap. - fungsi : melindungi dari cahaya terang, menyesuaikan terhadap suasana gelap.11. refleks tonic neckRefleks Tonic Neck, Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan akan menghilang pada sekitar usia 5 bln. Saat kepala bayi digerakkan kesamping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk ( kadang - kadang pergerakan akan sangat halus atau lemah ). Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, refleks tonick neck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyediakan bayi untuk mencapai gerak sadar.12. refleks tonic labyrinthine/labirinRefleks Tonic labyrinthine / labirin, Pada posisi telentang, reflex ini dapat diamati dengan mengangkat bayi beberapa saat lalu dilepaskan. Tungkai yang diangkat akan bertahan sesaat kemudian jatuh. Refleks ini akan hilang pada usia 6 bulan.13. refleks merangkak (crawling)Refleks Merangkak ( crawling ) Jika ibu atau seseorang menelungkupkan bayi baru lahir, ia membentuk posisi merangkak karena saat di dalam rahim kakinya tertekuk kearah tubuhnya.

14. refleks berjalan dan melangkah (stepping)Refelks Berjalan dan melangkah ( stepping ) Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dan telapak kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu / orang tersebut akan melihat refleks berjalan, yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke depan. Jika tulang keringnya menyentuh sesuatu, ia akan mengangkat kakinya seperti akan melangkahi benda tersebut. Refleks berjalan ini akan dan berbeda dengan gerakkan berjalan normall, yang ia kuasai beberapa bulan berikutnya. Menurun setelah 1 minggu dan akan lenyap sekitar 2 bulan.15. refleks yawningRefleks Yawning, Yakni refleks seperti menjerit kalau ia merasa lapar, iasanya kemudian dan berlangsung hingga sekitar satu tahun kelahiran. Refleks plantar ini dapat periksa dengan menggosokkan sesuatu di telapak kakinya, maka jari - jari kakinya akan melekuk secara erat.16. refleks swimmingRefleks Swimming, Reflek ini ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam ang berisi air, ia akan mulai mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang. Refleks ini akan menghilang pada usia empat sampai enam bulan. Refleks ini berfungsi untuk membantu bayi bertahan jika ia tenggelam. Meskipun bayi akan mulai mengayuh dan menendang seperti berenang, namun meletakkan bayi di air sangat beresiko. Bayi akan menelan banyak air pada air saat itu.

C. EtiologiPengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi. Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir.

Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi, adalah :1. Faktor ibuHipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi kerena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam.Gangguan aliran darah uterus dapat mengurangi aliran darah pada uterus yang menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan ; gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, hipotensi mendadak pada ibu karna perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dan lain-lain.

2. Faktor plasentaPertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksi janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain.

3. Faktor fetusKompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain.

4. Faktor neonatusDepresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena ; pemakaian obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, traoma yang terjadi pada persalinan mosalnya perdarahan intra cranial, kelainan kongenital pada bayi masalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan,hipoplasia paru dan lain-lain.

D. PatofisiologiSelama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat CO2 keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam arteriol paru.Segera setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama kali (menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran darah kedalam paru akan meningkat secara memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup bersamaan dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari jantung kanan (janin) yang sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam Aorta akan mulai memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam arteriole paru yang mulai mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi extrauterin akan dipertahankan.Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi dan penurunan perfusi pru yang berlanjut dengan asfiksia, pada awalnya akan terjadi konstriksi Arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga penyediaan Oksigen untuk organ vital seperti jantung dan otak akan meningkat. Apabila askfisia berlanjut maka terjadi gangguan pada fungsi miokard dan cardiac output. Sehingga terjadi penurunan penyediaan oksigen pada organ vital dan saat ini akan mulai terjadi suatu Hypoxic Ischemic Enchephalopathy (HIE) yang akan memberikan gangguan yang menetap pada bayi sampai dengan kematian bayi baru lahir. HIE ini pada bayi baru lahir akan terjadi secara cepat dalam waktu 1-2 jam, bila tidak diatasi secara cepat dan tepat (Aliyah Anna, 1997).

E. Manifestasi KlinisPada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :1. Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.2. Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami gangguan.Gejala Klinis :Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara barangsur-angsur dan memasuki periode apnue primer. Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.Gejala lanjut pada asfiksia :1. Tachikardi2. Denyut jantung terus menurun.3. Tekanan darah mulai menurun.4. Bayi terlihat lemas (flaccid).5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2).6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2).7. Menurunnya PH (akibat acidosis respiratorik dan metabolik).8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob.9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular.10. Pernafasan terganggu.11. Reflek / respon bayi melemah.12. Tonus otot menurun.13. Warna kulit biru atau pucat.

F. KomplikasiKomplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :1. Edema otak dan Perdarahan otakPada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.2. Anuria atau oliguriaDisfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.3. KejangPada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.4. KomaApabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan otak.Komplikasi pada berbagai organ yakni meliputi :1. Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan paru, edema paru.3. Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans.4. Ginjal: tubular nekrosis akut.5. Hematologi.G. Penatalaksanaan MedisPenatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia menurut Wiknjosastro (2005) adalah sebagai berikut :1. Tindakan umuma. Pengawasan suhuBayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu BBL dengan :1. Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.2. Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.3. Bungkus bayi dengan kain kering.b. Pembersihan jalan nafasSaluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya lenderc. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasanRangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini berfungsi memperbaiki ventilasi.2. Tindakan khususa. Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dilakukan yaitu dengan :1. Memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara langsung dan berulang atau dengan melakukan intubasi endotracheal dan O2 dimasukkan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml. Hal ini mencegah terjadinya iritasi paru berlebihan sehingga dapat terjadi ruptur aveoli. Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan udara ke dalam kateter dari mulut ke pipa atau ventilasi kantong ke pipa.2. Memberikan natrikus bikarbonat dengan dosis 2-4 mEQ/kg BB3. Masase jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada secara teratur 80-100 x/mnt. Tindakan ini berselingan dengan nafas buatan, yaitu setiap 5 x masase diikuti 1x pemberian nafas. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya komplikasi pneumotoracks jika tindakan ini dilakukan bersamaan.4. Memberikan obat-obatan 1/10.000 andrelin dengan dosis 0,5- 1 cc secara intravena (sebegai obat inotropik) dan kalsium glukonat 50-100 mm/kg BB secara intravena, untuk meningkatkan frekuensi jantung.b. Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6)Dilakukan rangsangan untuk menimbulkan reflek pernafasan dengan :1. Melakukan rangsangan 30-60 detik setelah penilaian APGAR 1 menit.2. Melakukan nafas buatan dengan memasukkan pipa ke dalam hidung, O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter/menit. Bayi diletakkan dengan kepala dalam dorsofleksi, dilakukan dengan membuka dan menutup lubang hidung dan mulut disertai dengan menggerakkan dagu ke atas dan kebawah dalam frekuensi 20 x/ menit.3. Melakukan pernafasan mulut ke mulut yag seharusnya dalam mulut bayi dimasukkan pharingeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan, sebelum mulut penolong diisi O2 sebelum peniupan, peniupan dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 x/menit.2. Tindakan lain dalam resusitasia. Pengisapan cairan lambung dilakukan pada bayi-bayi tertentu yaitu pada bayi prematur, sebelumnya bayi mengalami gawat janin, pada ibu yang mendapatkan anastesia dalam persalinan.b. Penggunaan obat Nalorphin diberikan pada bayi yang disebabkan oleh penekanan pernafasan akibat morfin atau petidin yang diberikan selama proses persalinan.

Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain :1. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)Caranya:a. Bayi dibungkus dengan kain hangatb. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut.c. Bersihkan badan dan tali pusat.d. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.2. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)Caranya :a. Bersihkan jalan napas.b. Berikan oksigen 2 liter per menit.c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi,bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc.Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial meningkat.3. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)Caranya:a. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui lambubag.b. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.c. Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube).d. Bersihkan jalan napas melalui ETT (Endotracheal Tube).e. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.

H. Manajemen TerapiTindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi:1. Memastika saluran nafas terbuka :a.Meletakan bayi dalam posisi yang benarb.Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakheac.Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka2. Memulai pernapasan :a.Lakukan rangsangan taktilb.Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif3. Mempertahankan sirkulasi darah :Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatanCara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :1. Tindakan umuma. Pengawasan suhub. Pembersihan jalan nafasc. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan2. Tindakan khusus

a. Asphyksia beratResusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.

b. Asphyksia sedangStimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.I. PencegahanPencegahan yang komprehensif dimulai dari masa kehamilan, persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Pencegahan berupa :1. Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4 kali kunjungan.2. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada kehamilan yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia neonatorum.3. Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.4. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan deteksi dini terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan dengan kardiotokografi.5. Meningkatkan ketrampilan tenaga obstetri dalam penanganan asfiksia neonatorum di masing-masing tingkat pelayanan kesehatan.6. Meningkatkan kerjasama tenaga obstetri dalam pemantauan dan penanganan persalinan.7. Melakukan Perawatan Neonatal Esensial yang terdiri dari :a. Persalinan yang bersih dan aman.b. Stabilisasi suhu.c. Inisiasi pernapasan spontan.d. Inisiasi menyusu dini.e. Pencegahan infeksi serta pemberian imunisasi.

BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan (Aehlert, 2005)

1. Anamnesis Identitas klien yang harus diketahui adalah nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayan orang tua, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, sosial ekonomi, asuransi kesehatan, riwayat penyakit saat ini.Klien dengan asfiksia neonatorum akan mengalami aspirasi meconium, kesulitan bernapas, kelemahan kekuatan otot, warna kulit pucat, kemungkinan prematur.Perlu ditanyakan apakah kelahiran sebelumnya berakhir dengan kematian neonatal, riwayat ibu mengalami penyakit DM, hipertensi, tetani uteri atau malnutrisi, riwayat konsumsi alkohol, obat dan rokok.

2. Riwayat persalinan a. Pemeriksaan kehamilanApabila pemeriksaan kehamilan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan, maka resiko selama ibu hamil tidak dapat dideteksi sedini mungkinb. Imunisasi selama kehamilanPada ibu hamil selama hamil mendapat imunisasi TT 2X untuk memberikan kekebalan pada ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus toxoid .c. Penolong persalinanUntuk mengetahui oleh siapa ibu ditolong saat melahirkan apabila ditolong oleh bukan tenaga kesehatan pada bayi dengan asfiksia tidak dapat ditangani dengan tepat dan cepat karena kurangnya pengetahuan dalam menangani asfiksia dan harus dirujuk.d. Jenis persalinanUntuk mengetahui jenis persalinan pada saat ibu melahirkan persalinan dengan partus lama. Pada tindakan vacum ekstrasi oleh forcep dapat menyebabkan bayi asfiksia .e. Tempat persalinanTempat persalinan di rumah pada kasus bayi dengan asfiksia tidak dapat ditangani dengan baik dan dianjurkan untuk dirujuk. Tetapi apabila ditolong di rumah sakit dapat ditangani dengan secepat mungkin dan dengan sebaiknya karena sarana prasarana yang lebih lengkap.

f. Lama persalinanPersalinan yang terlalu lama dapat mengakibatkan gangguan baik pada ibu maupun pada janin dan hal ini dapat menyebabkan bayi asfiksia .g. Masalah yang terjadi selama persalinan Pada kasus neonatus dengan bayi asfiksia keadaan air ketuban yang keruh atau bercampur dengan mekonium pada letak kepala sangat mempengaruhi terhadap bayi dengan asfiksia .3. Pengkajian PsikososialPengkajian ini meliputi: validasi perasaan orang tua klien terhadap penyakit bayinya, cara orang tua klien mengatasi penyakit, perilaku orang tua klien/tindakan yang diambil ketika menghadapi penyakitnya.

4. Pemeriksaan Fisik a. Breathing/B1 1. InspeksiBentuk dada (barrel atau cembung), kesimetrisan, adanya insisi, selang dada atau penyimpangan lain. Pada klien dengan asfiksia akan mengalami usaha bernapas yang lambat sehingga gerakan cuping hidung mudah terlihat. Terkadang pernapsannya tak teratur bahkan henti napas

2. PalpasiPalpasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan paru yang adekuat. Bayi dengan penyakit congenital/bawaan perkembangan paru tidak baik atau hipoplasia. Sering terjadi di paru bagian kiri.

3. PerkusiSuara perkusi di area dada kiri terdengar lebih redup dan pekak.

4. AuskultasiSuara napas menurun sampai menghilang. Bunyi napas tak teratur bahkan lambat.

b. Blood/B2 1. InspeksiPada saat dilakukan inspeksi, perlu diperhatikan letak ictus cordis normal yang berada pada ICS 5 pada linea medio calviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada/tidaknya pergeseran jantung.

2. PalpasiPalpasi dilakukan dengan menghitung denyut jantung (heart rate) dan harus memperhatikan kedalaman dan teratur atau tidaknya denyut jantung. Selain itu, perlu juga memperhatikan adanya thrill (getaran ictus cordis). Memeriksa nadi lengan dengan meletakkan telunjuk dan jari tengah anda di bagian dalam siku bayi di sisi yang paling dekat dengan tubuh.

3. PerkusiTindakan perkusi dilakukan untuk menentukan batas jantung (area yang bersuara pekak). Hal ini untuk menentukan adanya pergeseran jantung karena desakan diafragma bila terjadi kasus hernia diafragmatika.

4. AuskultasiAuskultasi dilakukan dengan menentukan bunyi jantung I dan II tunggal atau gallop, bunyi jantung III merupakan gejala payah jantung, murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah. Penderita asfiksia neonatal denyut jantung kurang dari 100/menit atau tidak terdengar sama sekali.

c. Brain/B3 Ketika melakukan inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji dengan skala GCS. Fungsi sensorik seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Penderita asfiksia berat tidak akan menunjukkan respon GCS

d. Bladder/B4 Pengukuran volume input/output urine dilakukan dalam hubungannya dengan intake cairan. Oleh karena itu perlu ditinjau adanya oliguria atau tidak karena dapat menjadi pertanda awal adanya syok.

e. Bowel /B5 Ketika inspeksi dilihat bentuk abdomen yang membuncit/datar, tepi perut menonjol/tidak, umbilicus menonjol/tidak, ada benjolan massa/tidak. Pada klien biasanya didapatkan indikasi mual, muntah, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan.f. Bone/ B6Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya edema peritibial, pemeriksaan capillary refill time, feel pada kedua ekstremitas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kekuatan otot untuk dibandingkan antara bagian kiri dan kanan.

g. AntropometriPengukuran dengan antropometri untuk mengetahui tanda kegawatan/abnormalitas utama. Berat bayi yang kurang dari normal dapat menjadi faktor resiko pada penderita asfiksia.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Pola nafas tidak efektif b/d kelemahan otot pernafasan2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas3. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d Ketidakmampuan untuk Mengabsorpsi Nutrisi5. Sianosis b/d Suplai O2 Kurang dari Kebutuhan

3.3 Intervensi KeperawatanNo.DiagnosaNOCNIC

1.Pola nafas tidak efektif b/d kelemahan otot pernafasanNoc : Respiratory status : Ventilasi Respiratory status : Airway patency Vital sign status

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam tentang normal, tidak ada cara nafas abdormal) Tanda-tanda vital dalam tentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)Airway Management : Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Indentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan secret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Lakukan suction pada mayo Berikan bronkodilator bila perlu Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan Monitor respirasi dan status O2

Oxygen Therapy : Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea Pertahankan jalan nafas yang paten Atur peralatan oksigenasi Monitor aliran oksigen Pertahankan posisi pasien Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasiVital Sign Monitoring : Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama pernafasan Monitor suara paru Monitor pola pernafasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya chusing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2.Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas Pencegahan Aspirasi: Tindakan personal untuk mmencegah masuknya cairan dan partikel padat ke dalam paru Status pernafasan: Kepetenan jalan Nafas: Jalan nafas trakeobronkial terbuka dan bersih untuk pertukaran gas Status pernafasan: Ventilasi: Pergerakan udara masuk dan keluar paru Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh pencegahan Aspirasi; Status Pernapasan: Kepatenan jalan Napas; dan Status Pernapasan: Ventilasi tidak terganggu, Menunjukkan Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Nafas, yang dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):Kemudahan bernapasFrekuensi dan irama pernapasanPergerakan sputum keluar dari jalan napasPergerakan sumbatan keluar dari jalan napas Managemen Jalan Napas: Memfasilitasi kepatenan jalan udara Pengisapan Jalan Napas: Mengeluarkan secret dari jalan napas dengan memasukkan sebuah kateter penghisap ke dalam jalan napas oral dan/atau trakea Kewaspadeaan Aspirasi: mencegah atau meminimalkan factor risiko pada pasien yang berisiko mengalami aspirasi Manajemen Asma: Mengindentifikasi, menangani, dan mencegah reaksi inflamasi/konstriksi di dalam jalan napas Peningkatan Batuk: Meningkatan inhalasi dalam pada pasien yang memiliki riwayat keturunan mengalami tekanan intratoraksi dan kompersi parenkim paru yang mendasari untuk pengerahan tenaga dalam menghembuskan udara Pengaturan posisi: Mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara sengaja utuk memfasilitasi kesejateraan fisiologis dan psikologis Pemantauan Pernapasan: Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat Bantuan Ventilasi: Meningkatkan pola napas spontan yang optimal, yang memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru

3.Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi Respons Alergi: Sistemik: Keparahan respons hipersensitivitas imun sistemik terhadap antigen lingkungan (eksogenus) tertentu Keseimbangan Elektrolit dan Asam-Basa: Keseimbangan elekrolit dan non elekrolit dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh Respons Ventilasi Mekanis: Orang Dewasa: Pertukaran alveolar dan perfusi jaringan yang disokong oleh ventilasi mekanis Status Pernapasan: Pertukaran Gas: Pertukaran CO2 atau O2 di alveoli untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri Status Pernapasan: Ventilasi: Perpindahan udara masuk dan keluar paru-paru Perfusi Jaringan: Paru: Keadekuatan aliran darah melewati vaskulatur paru yang utuh untuk perfusi unit alveoli-kapiler Tanda-Tanda Vital: Kondisi suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah dalam rentang normal Gangguan pertukaran gas akan berkurang yang, dibuktikan oleh tidak terganggunya Respons Alergi: Sistemik, Keseimbangan Elektrolit dan Asam-Basa, Respons Ventilasi Mekanis; Orang Dewasa, Status Pernapasan: Pertukaran Gas, Status Pernapasan; Ventilasi, Perfusi Jaringan Paru, dan Tanda-tanda Vital Status pernapasan; Pertukaran Gas tidak akan terganggu yang dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5; gangguan ektrem,Status kognitifPaO2, PaCO2, pH arteri, dan saturasi O2Tidal akhir CO2 Status Pernapasan: Pertukaran Gas tidak akan terganggu yang dibuktikan oleh indicator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5; gangguan ektrem,Dispnea saat istirahatDispnea saat aktivitas beratGelisah, sianosis, dan somnolen Status Pernapasan: Pertukaran Gas tidak akan terganggu yang dibuktikan oleh indicator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5; gangguan ektrem,Frekuensi pernapasanIrama pernapasanKedalaman inspirasiEkspulsi udaraDispnea saat istirahatBunyi napas auskultasi Manajemen Asam-Basa: Meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan asam-basa Manajemen Asam-Basa: Asidosis Respiratori: Meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah komplikasi akibat kadar pCO2 serum yang lebih tinggi dari yang diharapkan Manajemen Asam-Basa: Asidosis Respiratori: Meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah komplikasi akibat kadar pCO2 serum yang lebih rendah dari yang diharapkan Manajemen Jalan Napas: Memfasilitasi kepatenan jalan napas Manajemen Anafilaksis: Meningkatkan keadekuatan ventilasi dan perfusi jaringan untuk individu yang mengalami reaksi alergi (antigen-antibodi) berat Manajemen Asam: Mengindentifikasi, mengatasi, dan mencegah reaksi terhadap inflamasi/konstriksi di jalan napas Manajemen Elektrolit: Meningkatkan keseimbangan elekrolit dan mencegah komplikasi akibat kadar elekrolit serum yang tidak normal atau di luar harapan Perawatan Emboli: Paru: Membatasi komplikasi pada pasien yang mengalami atau berisiko terhadap oklusi sirkulasi paru Pengaturan Hemodinamik: Mengoptimalkan frekuensi jantung, preload, af terload, dan kontraktilitas jantung Interpretasi Data Laboratorium: Menganalisis secara kritis data laboratorium pasien untuk membantu pengambilan Ventilasi Mekasnis: Penggunaan alat buatan untuk membantu pasien bernapas Pemantauan Pernapasan: Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan adekuatnya pertukaran gas. Bantuan Ventilasi: Meningkatkan pola pernapasan spontan yang optimal dalam memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam paru Pemantauan Tanda Vital: Mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi

4.Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d Ketidakmampuan untuk Mengabsorpsi NutrisiStatus Nutrisi:Indicator: Stamina Tenaga Kekuatan menggenggam Penyembuhan jaringan Daya tahan tubh Pertumbuhan (untuk anak) dll.

Keterangan Penilaian Noc:1. Tidak pernah menunjukkan2. Jarang menunjukkan3. Kadang menunjukkan4. Sering menunjukkan5. Selalu menunjukkanNutrision Management : Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Anjurkan pasien untuk meningkatkan intaks Fe Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Berikan kalori tentang kebutuhan nutrisi Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrisi Monitoring : BB pasien dalam batas normal Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan Monitor interaksi anak aau orangtua selama makan Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah Monitor mual dan muntah Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht Monitor makanan kesukaan Monitor pertumbuhan dan perkembangan Monitor pusat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor kalori dan intake nutrisi Catat adanya edema, hiperemik, hipotonik papilla lidah dan cavitas oral Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

5.Sianosis b/d Suplai O2 Kurang dari KebutuhanPompa Jantung EfektifIndicator Tekanan darah Nadi Toleransi aktivitas Ukuran jantung normal Warna kulit Tidak terjadi disritmia Tidak ada suara jantung yang abnormal Tidak terdapat angina Tidak terdapat edema peripheral Tidak terdapat edema pulmonal Tidak terdapat mual Tidak kelelahan, dll.

Keterangan Penilaian NOC :1. Tidak pernah dilakukan2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukanCardiac Care Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi) Catat adanya disritmia jantung Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput Monitor status kardiovaskular Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi Monitor balance cairan Monitor adanya perubahan tekanan darah Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan Monitor toleransi aktivitas pasien Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu, dan ortopneu Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring Monitor TD, nadi, suu dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor TD, nadi RR sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor adanya pulsus paradoksus Monitor adanya pulsus alteranus Monitor jumlah dan irama jantung Monitor bunyi jantung Monitor frekuensi dan irama pernafasan Monitor suara paru

3.4 ImplementasiImplementasi adalah serangkai kegiatan yang di lakukan oleh perawat untuk membantu klien dari status masalah kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di harapkan

3.5 EvaluasiEvaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).

1. Menyatakan pemahaman kondisi, progmosis dan pengobatan, penerimaan situasi diri.2. Melakukan dengan benar tindakan tertentu dan menjelaskan alasan tindakan.3. Melakukan perubahan pola hidup tertentu dan berpartisipasi dalam program pengobatan.4. Bicara dengan keluarga atau orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi.5. Membuat tujuan realitas atau rencana untuk masa depan.6. Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negatif.7. Melaporkan bahwa masalah berkurang atau terkontrol.8. Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur atau istirahat dengan tepat.

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanAsfiksia neonatorum merupakan masalah pada bayi baru lahir dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Perinatal dan Angka Kematian Neonatal Dini, masalah ini perlu segera ditanggulangi dengan berbagai macam cara dan usaha mulai dari aspek promotif, kuratif dan rehabilitative.B. Saran Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan maka dapat diberikan saran-saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan kualitas dalam pemberian obat anti diuretik guna menunjang peningkatan kualitas kesehatan ibu sehingga dapat menjadi literature guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan. Jakarta : EGC.Aliyah Anna, dkk.1997. Resusitasi Neonatal. Jakarta: Perkumpulan perinatologi Indonesia (Perinasia).Aminullah, Asril.1994. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.Brownes . 1980 . Antenatal Care . The English and Language Book Society and J& A ChurcillDoenges, EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGCPrice, SA. 1996. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit Volume 1. Jakarta : EGCCecily L.Betz & Linda A. Sowden, 2001, Buku saku Keperawatan Pediatri, EGC, Jakarta.Carpenito,LJ, 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, EGC, Jakarta.Markum,AH, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, Jakarta, Indonesia24