tugas isu lingkungan

9
THE GREAT PACIFIC GARBAGE PATCH TUGAS ISU LINGKUNGAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah TK3203 Pengelolaan Limbah Industri Kimia Oleh Joanna Nadia 13011081 Dosen : Tjandra Setiadi, Ph.D. Prof Dr. Retno Gumilang Dewi PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014

Upload: joanna-nadia

Post on 25-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

The Great Pacific Garbage Patch

TRANSCRIPT

  • THE GREAT PACIFIC GARBAGE PATCH

    TUGAS ISU LINGKUNGAN

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

    TK3203 Pengelolaan Limbah Industri Kimia

    Oleh

    Joanna Nadia 13011081

    Dosen : Tjandra Setiadi, Ph.D. Prof

    Dr. Retno Gumilang Dewi

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2014

  • TK3203 Pengelolaan Limbah Industri Kimia Joanna Nadia - 13011081

    THE GREAT PACIFIC GARBAGE PATCH

    A. Pendahuluan

    Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia selalu menghasilkan sampah. Seiring

    dengan meningkatnya populasi manusia di dunia, volume sampah yang dihasilkan pun

    meningkat. Sampah yang dihasilkan tidak akan menimbulkan masalah jika diolah dengan bijak

    sehingga tidak menimbulkan persoalan lingkungan, namun jika manusia yang menghasilkan

    sampah tidak menyadari pentingnya pengolahan sampah yang dihasilkannya serta tata cara

    pembuangannya, tentunya hal tersebut akan menjadi masalah besar. Sayangnya, saat ini banyak

    manusia yang justru tidak menyadari masalah yang akan terjadi akibat sampah yang mereka

    timbulkan, baik secara perseorangan maupun industri. Sebagai akibat dari ketidaksadaran ini,

    manusia merasa bahwa di manapun mereka membuang sampah, selama masih ada lahan, tidak

    akan merugikan siapapun. Padahal di balik itu semua, alam menderita dan lingkungan menjadi

    tercemar. Ketika terjadi bencana akibat tindakan membuang sampah secara tidak bertanggung

    jawab ini, manusia malah menyalahkan alam yang tidak bersahabat. Benar-benar kenyataan yang

    miris, padahal manusia diciptakan untuk memelihara dan melestarikan alam, tetapi yang

    dilakukan malah menjadi musuh alam.

    Banyak sekali contoh permasalahan lingkungan yang dapat diambil untuk menunjukkan

    akibat dari membuang sampah sembarangan. Tidak hanya di beberapa daerah, tapi hampir di

    seluruh dunia terjadi masalah lingkungan akibat sampah yang dibuang dengan tidak bertanggung

    jawab ini. Masalah yang terjadi misalnya terancamnya kehidupan organisme di tempat

    pembuangan sampah akibat volume sampah yang berlebihan maupun pencemaran udara yang

    disebabkan bau tidak sedap dari sampah yang teruraikan mikroorganisme. Salah satu isu

    lingkungan tersebut yang memprihatinkan dan bersifat global adalah The Great Pacific Garbage

    Patch di Samudera Pasifik Utara.

    B. The Great Pacific Garbage Patch

    The Great Pacific Garbage Patch adalah sekumpulan puing-puing sampah yang terapung-

    apung di Samudera Pasifik Utara. Akibat adanya arus laut, sampah-sampah yang terdiri atas

    berbagai jenis konsentrat plastik, sampah kimia, barang rongsokan, serta sisa material lainnya

    tersebut hancur menjadi puing-puing dan terbawa hingga suatu titik pertemuan arus laut di

  • TK3203 Pengelolaan Limbah Industri Kimia Joanna Nadia - 13011081

    Samudera Pasifik Utara. Diperkirakan 80% sampah yang terkumpul di pusaran air Samudera

    Pasifik Utara ini berasal dari daratan (Amerika Utara dan Asia), lalu terbawa ke titik pertemuan

    arus laut, dan 20% berasal dari sampah yang dibuang kapal-kapal laut yang berlayar di Samudera

    Pasifik, namun hingga kini masih belum diketahui secara pasti dari mana saja asal sampah yang

    berkumpul di perairan tersebut. Dari tahun ke tahun kumpulan sampah ini jumlahnya semakin

    banyak, membentang di area yang sangat luas di samudera yang terletak di antara Hawaii dan

    California, tidak mengalir ke mana-mana lagi karena terperangkap di pusaran arus yang ada di

    daerah tersebut.

    Keberadaan The Great Pacific Garbage Patch yang memiliki nama lain Pusaran Air Sampah

    Pasifik (The Pacific Trash Vortex) ini pertama kali diinformasikan oleh National Oceanic and

    Atmospheric Administration (NOAA) pada tahun 1988. Ukurannya masih dalam perkiraan para

    peneliti saja, yaitu antara 270.000 5.800.000 mil2 atau sekitar 0,4%-8,1% luas Samudera

    Pasifik. Ukuran garbage patch ini belum dapat ditentukan dengan pasti karena puing-puing

    sampah (terutama sampah plastik) ini tersuspensi di bawah permukaan laut sehingga tidak dapat

    dilihat secara langsung dari permukaan laut maupun dilacak melalui satelit atau pesawat. Letak

    pasti dan komposisi puing-puing sampah di sana pun masih dalam dugaan, namun telah dicoba

    dipetakan oleh NOAA, seperti yang ditampilkan pada Gambar 1.

    Gambar 1. Pemetaan The Great Pacific Garbage Patch oleh NOAA (sumber : marinedebris.noaa.gov)

  • TK3203 Pengelolaan Limbah Industri Kimia Joanna Nadia - 13011081

    Gambar 2. Isi perut burung Albatros yang mati

    di pulau sekitar The Great Pacific Garbage Patch

    (sumber : www.treehugger.com)

    Seperti yang terlihat pada Gambar 1, The Great Pacific Garbage Patch terdiri atas dua

    wilayah, yaitu Western Garbage Patch yang terletak di lepas pantai Jepang dan Eastern Garbage

    Patch yang terletak di perairan antara Hawaii dan California. Namun Eastern Garbage Patch

    lebih dikenal dengan The Great Pacific Garbage Patch, karena lebih luas dan lebih dahulu

    ditemukan dibandingkan Western Garbage Patch. Hingga saat ini terbentuknya Western

    Garbage Patch masih diteliti dan kemungkinan besar disebabkan oleh angin dan ocean eddies

    yang berotasi secara searah jarum jam atau berlawanan jarum jam dari Eastern Garbage Patch

    ke perairan di sebelah baratnya.

    C. Dampak dari The Great Pacific Garbage Patch

    Apapun yang dibuang manusia secara sembarangan tentunya akan menimbulkan dampak

    bagi lingkungan, begitu pula dengan puing-puing sampah yang berkumpul di The Great Pacific

    Garbage Patch. Sebagian besar sampah di sana adalah sampah plastik yang sulit terurai. Dengan

    keberadaan sampah plastik dalam bentuk puing-puing di ekosistem perairan yang terdiri atas

    keanekaragaman hayati yang tinggi, tentunya akan terjadi kerusakan ekosistem dan kontaminasi

    terhadap makhluk hidup yang hidup di perairan tersebut. Sampah plastik ini dapat termakan oleh

    makhluk hidup penghuni ekosistem Samudera Pasifik Utara, seperti lumba-lumba, anjing laut,

    penyu, dan burung albatros, yang mengiranya sebagai plankton yang merupakan makanannya.

    Akibatnya sistem pencernaan hewan-hewan tersebut terkontaminasi karena tidak dapat

    menguraikan senyawa-senyawa di dalam plastik dan menyebabkan kematian, terutama pada

    hewan yang baru lahir. Bahan-bahan kimia berbahaya yang dihasilkan dari penguraian sampah

    yang ada di perairan tersebut juga dapat mengganggu sistem pernapasan makhluk hidup perairan

    yang bernapas melalui difusi, misalnya ubur-ubur.

    Salah satu contoh mengerikan dampak The

    Great Pacific Garbage Patch adalah penelitian

    yang menunjukkan bahwa dari 1,5 juta burung

    Albatros yang hidup di sekitar perairan tersebut,

    hampir seluruhnya mengalami kontaminasi plastik

    pada sistem pencernaannya. Sepertiga dari anak

    burung Albatros yang hidup di sekitar Samudera

    Pasifik Utara mati akibat kontaminasi plastik

  • TK3203 Pengelolaan Limbah Industri Kimia Joanna Nadia - 13011081

    Gambar 3. Oceanografer Charles J. Moore

    menunjukkan sampel air yang diambil dari The

    Great Pacific Garbage Patch

    (sumber : asustainablecity.com)

    yang merusak pencernaannya. Gambar 2 menunjukkan betapa memprihatinkannya keadaan

    burung Albatros yang mati dengan perutnya berisi sampah plastik. Tidak hanya pada burung

    Albatros, hewan-hewan laut lainnya juga banyak yang mengonsumsi puing-puing plastik yang

    dikira makanannya. Misalnya penyu yang mengira kantung plastik yang terapung-apung di

    sebagai ubur-ubur, yang merupakan makanan utamanya. Selain merusak ekosistem dengan

    merusak pencernaan hewan-hewan laut, sampah yang dibuang ke samudera ini juga dapat

    menjerat dan mencekik hewan-hewan laut yang tersangkut pada sampah berukuran besar.

    Dampak The Great Pacific Patch tidak hanya pada makhluk hidup berukuran makro saja,

    tetapi pada makhluk hidup berukuran mikro juga. Puing-puing sampah yang berukuran mikro

    akan menutupi permukaan perairan dan menghalangi cahaya matahari untuk dapat diterima

    plankton dan alga yang hidup di bawah permukaan air, padahal plankton dan alga adalah

    mikroorganisme autotrof pada rantai makanan ekosistem air. Tanpa adanya cahaya matahari,

    keduanya tidak dapat melakukan fotosintesis dan tidak dapat melakukan sintesis makanannya,

    sehingga kelangsungan hidupnya pun terancam. Dengan terancamnya keberadaan organisme

    yang menempati tingkat pertama pada ekosistem perairan, tentunya rantai makanan yang ada

    akan terancam juga, sehingga secara tidak langsung keberadaan organisme konsumen tingkat

    pertama dan seterusnya terancam.

    Setelah melihat dampaknya terhadap

    rantai makanan ekosistem, mungkin

    manusia merasa tenang-tenang saja karena

    merasa tidak dirugikan sedikitpun dengan

    adanya timbunan puing sampah di samudera

    ini. Pandangan tersebut salah besar. Jangan

    kira dampaknya hanya pada makhluk hidup

    penghuni Samudera Pasifik Utara, manusia

    pun dapat terkena dampaknya. Sebagai

    konsumen makanan laut (seafood), manusia

    yang mengonsumsi ikan ataupun organisme

    laut yang diambil dari sekitar The Great Pacific Garbage Patch dapat keracunan makanan akibat

    hewan laut yang dimakan sudah terkontaminasi sampah plastik maupun berbagai bahan kimia

    yang termakan saat hewan tersebut masih hidup di habitatnya.

  • TK3203 Pengelolaan Limbah Industri Kimia Joanna Nadia - 13011081

    D. Usaha Penanggulangan yang Telah Dilakukan

    Letak The Great Garbage Patch yang cukup jauh di tengah-tengah Samudera Pasifik Utara

    menimbulkan pertanyaan besar : siapa yang harus bertanggung jawab? Manusia yang tidak

    memiliki kepedulian terhadap lingkungan tentunya menjawab tidak ada yang perlu bertanggung

    jawab, tidak ada yang salah, karena di daerah tersebut tidak ada manusia yang tinggal, hanya

    makhluk hidup perairan saja. Saat ini pun belum ada negara yang betul-betul bertanggung jawab

    terhadap kerusakan lingkungan ini karena letaknya yang terlalu jauh dari negara mana pun.

    Beruntung, kita masih memiliki orang-orang yang memiliki kepedulian lebih akan lingkungan,

    sehingga ada beberapa organisasi sosial yang telah berusaha mencegah semakin buruknya

    pencemaran di The Great Garbage Patch ini. Tetapi tidak banyak yang mendukung usaha

    tersebut sehingga beberapa rencana penanggulangan hanya menjadi wacana saja dan usaha yang

    telah dilakukan seolah-olah tidak ada artinya dibandingkan dengan volume sampah yang sangat

    besar di bagian utara perairan terluas di dunia ini.

    Organisasi yang berusaha mengadakan perubahan terhadap rusaknya lingkungan akibat The

    Great Garbage Patch adalah COORC (Clean Our Oceans Refuge Coalition) dan NOAA

    (National Oceanic and Atmospheric Administration) Amerika Serikat. Ada juga beberapa

    peneliti, misalnya dari Project Kaisei, SEA (Sea Education Association), dan SEAPLEX

    (Scripps Environmental Accumulation of Plastic Expedition) yang melakukan penelitian

    terhadap pencemaran di The Great Pacific Garbage Patch dan berusaha menemukan metode

    yang memungkinkan untuk membersihkan puing-puing sampah yang sudah sangat besar

    volumenya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sampah dalam jumlah besar yang

    diambil dari samudera dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik, salah satunya

    melalui program Nets to Energy di Hawaii.

    Saat ini COORC sedang mengembangkan alat untuk mengolah puing-puing sampah perairan

    menjadi sumber energi. Alat ini berupa tiga kapal laut khusus yang berfungsi mengumpulkan dan

    memisahkan puing-puing sampah dari laut, mengekstrak puing-puing sampah plastik,

    mengonversi plastik dan biomassa menjadi sumber energi, serta menyimpan energi yang

    dihasilkan sebelum didistribusikan ke kepulauan terdekat. Sedangkan Project Kaisei dan

    SEAPLEX melakukan penelitian terhadap distribusi sampah di Samudera Pasifik Utara serta

    kemungkinan metode komersial yang dapat digunakan untuk pengumpulan sampah dan daur

    ulangnya.

  • TK3203 Pengelolaan Limbah Industri Kimia Joanna Nadia - 13011081

    Usaha lain untuk mengatasi isu lingkungan ini juga datang dari seorang mahasiswa TU Delft

    jurusan Aerospace Engineering bernama Boyan Slat. Ia mengembangkan konsep The Ocean

    Cleanup yang diperkirakan dapat membersihkan puing sampah lautan dalam jangka waktu 5

    tahun. Rancangan yang diajukan adalah Ocean Cleanup Array yang dapat memisahkan sampah

    dari berbagai hewan laut yang mungkin terbawa dalam proses pembersihan. Namun rancangan

    ini pun belum ada realisasinya karena belum ada dukungan dana yang memadai. Salah satu

    produsen produk rumah tangga, Method, turut berpartisipasi dalam penganggulangan The Great

    Pacific Garbage Patch dengan cara membersihkan puing-puing sampah di pantai-pantai Hawaii

    agar tidak terbawa arus laut ke Samudera Pasifik Utara dan memanfaatkan puing-puing sampah

    plastik yang diambil menjadi bahan baku sabun cuci piring.

    Hal yang disayangkan adalah hampir semua rencana penganggulangan yang telah disebutkan

    di atas masih berupa rencana, tindakan nyata yang telah dilakukan baru sangat sedikit karena

    tingkat kesulitan mengatasi The Great Garbage Patch ini cukup tinggi. Kesulitan yang dihadapi

    dalam membersihkan puing-puing sampah laut adalah ukurannya yang hampir serupa dengan

    hewan laut berukuran kecil, sehingga jaring yang seharusnya digunakan untuk mengambil puing-

    puing sampah di The Great Pacific Garbage Patch dapat turut membawa hewan-hewan laut

    juga. Kesulitan juga dialami untuk membersihkan sampah yang telah tenggelam di dasar laut,

    padahal Samudera Pasifik memiliki kedalaman yang cukup sulit untuk dijangkau hingga ke

    dasarnya. Akibatnya, pembersihan puing-puing sampah di Samudera Pasifik Utara seperti

    mustahil dan akhirnya kita hanya dapat berharap usaha yang telah dilakukan setidaknya dapat

    mengurangi tingkat pencemaran dan kerusakan di ekosistem perairan ini.

    E. Komentar

    Terjadinya The Great Pacific Garbage Patch merupakan satu dari sekian banyak akibat dari

    tidak bertanggung jawabnya manusia akan sampah yang dibuangnya. Selain puing-puing sampah

    yang terakumulasi di Samudera Pasifik Utara ini, sebenarnya masih banyak lagi tumpukan

    sampah di perairan di berbagai belahan dunia, misalnya Samudera Atlantik, Samudera Hindia,

    dan Laut Cina Utara. Di Indonesia pun sangat banyak contoh tercemarnya perairan akibat

    pembuangan sampah yang dilakukan secara sembarangan dan tidak bertanggung jawab, tidak

    usah jauh-jauh, lihat saja di Kota Bandung. Entah sudah berapa banyak perairan yang tercemar,

    yang pasti hampir semua perairan (sungai, danau) di Kota Bandung sudah tercemar dan tidak

  • TK3203 Pengelolaan Limbah Industri Kimia Joanna Nadia - 13011081

    memenuhi standar kelayakan untuk digunakan manusia. Keadaan ini sungguh memprihatinkan,

    sayangnya pencemaran yang terjadi sudah terlalu parah sehingga sangat sulit untuk

    mengembalikan keadaan seperti sediakala.

    Menanggapi The Great Pacific Garbage Patch yang merupakan isu lingkungan secara

    internasional, dalam pengamatan saya tidak terlalu banyak orang yang peduli akan masalah

    seperti ini karena merasa tidak dirugikan (yang dirugikan hanya penghuni ekosistem), sehingga

    banyak orang yang terus membuang sampahnya ke perairan tanpa memikirkan apa dampaknya di

    masa depan. Sebenarnya tidak masalah membuang sampah ke perairan, asalkan sesuai dengan

    ketentuan dan standar pembuangan aman ke perairan yang berlaku. Tetapi yang terjadi saat ini

    adalah standar maupun peraturan yang ada seolah-olah hanya formalitas saja, karena banyak

    industri yang juga membuang limbah maupun sampahnya ke perairan memilih untuk tidak

    mengelola limbahnya sesuai peraturan yang berlaku karena dirasa menambah biaya operasional

    saja. Ditambah lagi masyarakat awam (dalam kasus ini para penumpang kapal pesiar maupun

    awak kapal) yang mungkin tidak memahami dampak pembuangan sampah maupun limbah ke

    laut, merasa hal tersebut bukanlah masalah yang besar, menyebabkan semakin parahnya

    kerusakan ekosistem perairan di Samudera Pasifik Utara.

    Sebagai seorang calon engineer, saya merasa bahwa pencegahan semakin rusaknya alam

    akibat tindakan manusia, khususnya pada perairan, adalah termasuk tanggung jawab para

    engineer. Pengetahuan dan ilmu yang dibekali selama masa pembelajaran sebelum menjadi

    engineer menurut saya sudah mengarahkan pada pentingnya menjaga keseimbangan alam yang

    menyediakan berbagai bahan baku yang akan diproses di industri. Para engineer di seluruh dunia

    memiliki tanggung jawab untuk menjaga kestabilan lingkungan dan memberikan pencerdasan

    pada masyarakan yang tidak mengetahui urgensinya agar semakin banyak orang yang

    mengetahui urgensi menjaga kelestarian lingkungan.

    Untuk mengatasi isu lingkungan The Great Garbage Patch ini, menurut saya jika seluruh

    pengelola industri dan masyarakat yang telah dicerdaskan menghentikan pembuangan

    sampahnya yang berbahaya bagi perairan ke laut maupun perairan lainnya, volume sampah yang

    terbawa ke perairan akan berkurang, dan tinggal sampah yang sudah terakumulasi sejak lama

    saja yang harus dibersihkan. Akumulasi yang telah ada sejak lama ini dibersihkan dengan alat-

    alat khusus yang dirancang para engineer berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada, dengan

    didukung bantuan finansial dari organisasi-organisasi besar di dunia. Jika hal tersebut dapat

  • TK3203 Pengelolaan Limbah Industri Kimia Joanna Nadia - 13011081

    dilakukan, tentunya bukan sesuatu yang mustahil melihat perairan di dunia ini kembali bersih

    perlahan-lahan dan dengan demikian kehancuran alam dapat dicegah.

    REFERENSI

    http://asustainablecity.com/the-great-pacific-garbage-patch/, diakses 8 Februari 2014 pk.20.01.

    http://education.nationalgeographic.com/education/encyclopedia/great-pacific-garbage-patch/?ar

    _a=1, diakses 8 Februari 2014 pk.00.15.

    http://www.environmentalgraffiti.com/waste-and-recycling/news-north-pacific-gyre-100-

    million-tons-garbage-and-growing, diakses 8 Februari 2014 pk.21.00.

    http://marinedebris.noaa.gov/info/patch.html, diakses 8 Februari 2014 pk.19.30.