tugas ii (batal demi hukum dan dapat dibatalkan
TRANSCRIPT
TUGAS MATA KULIAH ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR)
PERBEDAAN DAPAT DIBATALKAN DENGAN BATAL DEMI HUKUM
Nama : Ni Wayan Desi Aryanti
NIM : 0990561056
Konsentrasi : Hukum Bisnis
Perbedaan antara ‘Dapat dibatalkan’ dengan ‘batal demi hukum’
1. Dapat dibatalkan (Vernietigbaar)
Suatu perjanjian dapat dibatalkan apabila terdapat kesalahan dalam unsure subjektif.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1320 BW, ditentukan bahwa syarat sahnya perjanjian antara lain:
a. Sepakat para pihak yang mengikatkan diri;
b. Cakap para pihak yang melakukan perjanjian;
c. Suatu hal tertentu;
d. Sebab yang halal.
Suatu perjanjian dapat dibatalkan apabila tidak dipenuhi syarat subjektif, yakni mengenai
kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri serta kecakapan hukum para pihak yang
melakukan perjanjian.
- Sepakat para pihak yang mengikatkan diri
Kata “sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kekhilafan mengenai hakekat barang yang
menjadi pokok persetujuan atau kekhilafan mengenai diri pihak lawannya dalam persetujuan
yang dibuat terutama mengingat dirinya orang tersebut; adanya paksaan dimana seseorang
melakukan perbuatan karena takut ancaman (Pasal 1324 BW); adanya penipuan yang tidak
hanya mengenai kebohongan tetapi juga adanya tipu muslihat (Pasal 1328 BW).1 Selain itu
juga berkembang doktrin yang menyatakan bahwa penyalahgunaan keadaan juga menjadi
sebab dapat dibatalkannya perjanjian.
Menurut Henry P Panggabean, mantan Hakim Agung Mahkamah Agung RI, terdapat empat
syarat penyalahgunaan keadaan, yakni Pertama, keadaan istimewa. Pihak yang membuat
perjanjian di bawah kesadaran. Kedua, suatu hal yang nyata. Maksudnya, pembuat perjanjian
termotivasi sesuatu hal yang dia pikir akan menguntungkan. Ketiga, penyalahgunaan karena
satu pihak memiliki keunggulan. Misalnya keunggulan ekonomi atau kejiwaan. Keempat, ada
hubungan kausal. Kerugian benar-benar timbul karena orang berspekulasi, dan merugikan
orang lain.2
Ini berarti bahwa suatu perikatan atau perjanjian yang dibuat karena adanya kekhilafan,
ancaman atau paksaan, penipuan yang meliputi kebohongan dan tipu muslihat serta adanya
penyalahgunaan keadaan menyebabkan cacat dalam perjanjian sehingga dapat dibatalkan.
- Cakap para pihak yang melakukan perjanjian;
Pasal 1330 BW menentukan yang tidak cakap untuk membuat perikatan :
a. Orang-orang yang belum dewasa
b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan
c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada
umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-
perjanjian tertentu. Namun berdasarkan fatwa Mahkamah Agung, melalui Surat Edaran
Mahkamah Agung No.3/1963 tanggal 5 September 1963, orang-orang perempuan tidak
1 Anonim, Perjanjian, data diakses pada tanggal 28 Maret 2010, alamat URL pada: http://www.jdih.bpk.go.id/informasihukum/Perjanjian.pdf, selanjutnya disebut Anonim 1.
2 Anonim, Perjanjian Dapat Dibatalkan Jika Ada Penyalahgunaan Keadaan, data diakses pada tanggal 28 Maret 2010, alamat URL: http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol22363/perjanjian-dapat-dibatalkan-jika-ada-penyalahgunaan-keadaan
lagi digolongkan sebagai yang tidak cakap. Mereka berwenang melakukan perbuatan
hukum tanpa bantuan atau izin suaminya.3
Tidak dipenuhinya syarat mengenai kecakapan bertindak para pihak mengakibatkan
perikatan atau perjanjian dapat dibatalkan.
Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada syarat subyektif akan memiliki konsekwensi
untuk dapat dibatalkan (vernietigbaar). Dengan demikian selama perjanjian yang
mengandung cacat subyektif ini belum dibatalkan, maka ia tetap mengikat para pihak
layaknya perjanjian yang sah.
2. Batal demi hukum (mietig von rechswege)
Suatu perikatan atau perjanjian batal demi hukum apabila tidak dipenuhi syarat objektif
perjanjian, yakni:
a. Suatu hal tertentu;
Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Jika tidak, maka perjanjian itu batal
demi hukum. Pasal 1332 BW menentukan hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan yang
dapat menjadi obyek perjanjian, dan berdasarkan Pasal 1334 BW barang-barang yang baru akan
ada di kemudian hari dapat menjadi obyek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undang-undang
secara tegas.4
b. Sebab yang halal.
Sahnya causa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat. Perjanjian tanpa
causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.5 Sebab
yang halal ini berarti bahwa perjanjian tersebut tidak boleh bertentangan dengan Undang-
undang, kesusilaan dan ketertiban umum.
3 Anonim 1, Loc.Cit.4 Anonim 1, Loc.Cit.5 Anonim 1, Loc.Cit.
Apabila kedua syarat objektif diatas dilanggar, maka akan mengakibatkan perikatan atau
perjanjian menjadi batal demi hukum.
Secara hukum, perjanjian yang batal demi hukum, dianggap tidak pernah dibuat atau tidak
pernah ada, sehingga kembali kepada keadaan semula sebelum ada perikatan atau perjanjian
tersebut dan sejak awal diadakan tidak pernah memiliki akibat hukum. Akibat hukum yang sudah
dilakukan atas perjanjian tersebut juga harus dikembalikan ke keadaan semula.