tugas hap3
DESCRIPTION
TUGAS HAP3TRANSCRIPT
EVALUASI PERMASALAHAN REGULASI ALIH FUNGSI LAHAN
(Studi Kasus Alih Fungsi Lahan RTH Menjadi Bangunan Apartemen Di Kelurahan Sidosermo)
Tugas III
Mata Kuliah Hukum dan Administrasi Pembangunan
Oleh :
RYSKA ZARETTA N. 3608100004
RAHARDINI MEGA 3608100016
INDRI HASTUTI 3608100028
AYU KEMALA GHANA 3608100033
FAJAR FITRA ANUGRA 3608100039
PANJI ANINDITO 3608100041
RAHMATYAS ADITANTRI 3608100044
JUSTIN PUTRI P. 3608100058
VOLARE AMANDA W. 3608100063
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik sipil Dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum adalah segala peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam kehidupan
bersama yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi dalam pelaksanaannya. Hukum
mengatur dan berkaitan dengan banyak hal, tak terkecuali yang berkaitan dengan
perencanaan wilayah dan pembangunan kota. Jika hukum dipenuhi oleh pihak-pihak
yang terkait maka keteraturan yang diinginkan akan tercapai. Tetapi bagaimana bila
pihak-pihak yang terkait dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota tidak
memenuhi hukum-hukum yang berlaku?, maka sudah pasti berbagai bencana,
persengketaan dan kekacauan lain akan terjadi.
Di Kota Surabaya, kasus mengenai persengketaan tanah, penggusuran bangunan,
reklame roboh, alih fungsi lahan dan berbagai kasus serupa sudah kerap terjadi di
kota ini. Hal tersebut tentu disebabkan oleh adanya pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang akibatnya dirasakan oleh banyak pihak yang
tidak bersalah. Selain itu, pengawasan terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan
juga dirasa sangat kurang karena pengetahuan hukum masyarakat sekitar yang
kurang.
Dalam permasalahan pelanggaran hukum ini yang menjadi fokus utama adalah
permasalahan menegenai alih fungsi lahan. Menurut Lestari (2009), alih fungsi lahan
atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau
seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi
fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi
lahan itu sendiri.
Kasus yang akan dikaji adalah kasus alih fungsi lahan RTH menjadi apartemen. Hal ini
terjadi dikarenakan penyimpangan dalam terbitnya IMB untuk pembangunan
apartemen di Kelurahan Sidosermo. Menurut warga setempat di lingkungan tersebut
diketahui bahwa lahan ini pernah difungsikan sebagai lapangan. Data di pemkot
Termasuk di pemkot juga tercatat sebagai fasum dalam bentuk RTH.
Namun, dikeluarkan IMB yang menyatakan bahwa pemkot mengeluarkan izin untuk
membangun apartemen. Warga setempat yang mengetahui rencana pembangunan itu
melakukan protes. Sebab, yang mereka mengetahui bahwa tanah tersebut milik
kelurahan.
1.2 Rumusan Masalah
Berbagai kasus pelanggaran hukum yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan
pembangunan kota telah banyak terjadi di Surabaya. Jika para pelanggar hukum
tersebut terus menjalankan aksinya tanpa ada pengawasan dari masyarakat dan
pemerintah, maka akan lebih banyak pihak yang dirugikan.
Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini terangkum dalam pernyataan
sebagai berikut :
1. Apa saja dasar hukum atau regulasi yang berkaitan dengan permasalahan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di Kelurahan Sidosermo?
2. Sejauhmana implementasi peraturan yang berkaitan dengan permasalahan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di Kelurahan Sidosermo?
3. Bagaimana arahan penyelesaian masalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kelurahan Sidosermo sesuai dengan arahan regulasi?
1.3 Tujuan dan Sasaran Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
mengidentifikasi permasalahan regulasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah
dan pembangunan kota di Surabaya.
Sedangkan sasaran dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengevaluasi apakah implementasi dari suatu peraturan perundangan (undang-
undang, peraturan pemerintah, perda) pada kasus alih fungsi lahan di Kelurahan
Sidosermo sesuai atau menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan perundangan.
2. Menjelaskan pada klausul mana kesesuaian atau penyimpangannya.
3. Menjelaskan arahan penyelesaian dari kasus alih fungsi lahan Ruang Terbuka
Hijau di Kelurahan Sidosermo.
1.4 Ruang lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan yang dibahas dalam makalah ini adalah permasalahan
regulasi dalam perencanaan wilayah dan pembangunan pada Kasus Alih Fungsi
Lahan di Kelurahan Sidosermo.
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah yang diambil dalam makalah ini adalah lahan yang bermasalah pada
Ruang terbuka Hijau di Kelurahan Sidosermo
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam pembahasan ini sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, dan
sistematika penulisan.
BAB II Permasalahan Regulasi, Evaluasi dan Penyelesaian dalam Kasus Alih
Fungsi Lahan Ruang Terbuka Hijau Pada Kelurahan Sidosermo
Berisi mengenai gambaran mengenai kasus studi, evaluasi kasus terhadap regulasi
arahan penyelesaian secara regulasi.
BAB III Penutup
Berisikan mengenai kesimpulan dari permasalahan regulasi, evaluasi dan
penyelesaian dalam kasus alih fungsi lahan pada Kelurahan Sidosermo.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 GAMBARAN MENGENAI KASUS STUDI
Kelurahan Sidosermo terletak di Kecamatan Menanggal, Surabaya Selatan. Salah satu
kasus yang terjadi di kelurahan ini yang menjadi sorotan adalah alih fungsi lahan pada ruang
terbuka hijau. Dalam kasus ini, terjadi penyimpangan dalam terbitnya IMB untuk
pembangunan apartemen di Kelurahan Sidosermo. Sebuah lahan di Kelurahan Sidosermo
yang seharusnya disediakan untuk kepentingan sosial nyaris berubah menjadi apartemen.
Luas lahan dengan peruntukan yang dialihfungsikan itu sekitar 1.000 meter persegi. Dilihat
dari fisik, bangunan tersebut akan dibuat bertingkat. Lahan itu telah dikelilingi pagar tembok.
Di sisi depan terdapat dua pintu masuk yang diberi terali dan digembok. Hampir semua
warga di lingkungan itu mengetahui bahwa lahan tersebut pernah difungsikan sebagai
lapangan. Data di pemkot Termasuk di pemkot juga tercatat sebagai RTH. Namun, muncul
izin mendirikan bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh dinas tata kota dan permukiman
(sekarang dinas cipta karya dan tata ruang). Warga yang mengetahui rencana
pembangunan itu langsung protes. Penyebabnya adalah selama ini yang mereka tahu tanah
tersebut milik kelurahan.
Polemik muncul di internal pemkot ketika warga di sekitar lokasi pembangunan melaporkan
bahwa peruntukan yang sebenarnya adalah RTH. Terbitnya IMB lantas dipermasalahkan.
Dampaknya, pembangunan apartemen dihentikan. Pemkot juga kelabakan karena telanjur
mengeluarkan IMB. Jika izin itu dicabut, pemohon IMB bisa protes. Penyimpangan dalam
hal penerbitan izin juga bisa terungkap. Solusinya, masalah tersebut dibiarkan
mengambang. Indikasi keterlibatan pejabat pemkot juga dikuatkan oleh KPK. Seperti
sebelumnya, beberapa pejabat pemkot memilih bungkam saat dikonfirmasi. Hal tersebut
berlangsung sejak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turun untuk mengusut dugaan
penyimpangan tersebut. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Surabaya Hendro
Gunawan beberapa kali gagal ditemui di ruang kerjanya.
Tidak hanya pejabat, Wali Kota Surabaya pada saat itu Bambang Dwi Hartono pun hanya
bisa pasrah ketika penyalahgunaan fasum di Surabaya masuk ke agenda penyelidikan KPK.
"Biar dituntaskan dulu penyelidikannya. Nanti dievaluasi," kata beliau di GOR Kodam V
Brawijaya, Jalam Hayam Wuruk. Dia tidak memungkiri bahwa penerbitan IMB untuk tersebut
menyalahi aturan. Bambang juga memastikan, IMB itu bisa ditarik kembali. Pencabutan sah
dilakukan jika penerbitan izin memang tidak sesuai prosedur. Setelah dicabut, fungsi lahan
tersebut dikembalikan seperti semula.
.
2.1.1 Permasalahan Kasus
Dalam kasus pembangunan apartemen di Kelurahan Sidosermo tersebut terdapat dua
permasalahan, yaitu :
1. Permasalahan pertama adalah pengalihfungsian lahan RTH menjadi apartemen.
Menurut dokumen rencana tata ruang, lahan tersebut diperuntukkan sebagai RTH,
namun tiba-tuba ada pengembang yang melakukan pembangunan apartemen di lahan
tersebut.
2. Permasalah kedua adalah terbitnya IMB apartemen yang bertentangan dengan
penggunaan lahan yang tertera pada dokumen rencana tata ruang. Belum ada
keterangan mengapa IMB apartemen tersebut bisa keluar sehingga sampai sekarang
pembangunan apartemen terpaksa ditelantarkan.
2.2 EVALUASI KASUS TERHADAP REGULASI
Berdasarkan kasus yang telah dijelaskan pada sub bab di atas secara garis besar
permasalahan kasus ruang terbuka hijau di kota surabaya adalah pengalihan fungsi dari
ruang terbuka yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota surabaya menjadi fungsi lainnnya
seperti menjadi fasum atau bahkan menjadi ijin milik swasta untuk mendirikan bangunan
sebagai apartemen.
Dalam beberapa regulasi yang pernah disahkan dan telah ditetapkan untuk mengikat dan
mengatur tentang ruang terbuka hijau serta hal-hal yang berkaitan dengan ruang terbuka
hijau diantaranya Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung, dalam
Undang-Undang ini disebutkan mengenai pembangunan gedung dalam hal ini semua jenis
dan fungsi bangunan gedung tidak boleh boleh mengganggu keseimbangan lingkungan.
Seperti pada pasal 11 ayat 2 menyebutkan bahwa :
“Bangunan gedung yang dibangun di atas, dan/atau di bawah tanah, air, dan/atau prasarana
dan sarana umum tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung
kawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum yang bersangkutan.”
Bangunan gedung dimungkinkan dibangun di atas atau di bawah tanah, air, atau prasarana
dan sarana umum seperti jalur jalan dan/atau jalur hijau setelah mendapatkan izin dari pihak
yang berwenang dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana yang bersangkutan, dengan
pertimbangan tidak bertentangan dengan rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan
lingkungan, tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana yang ber-sangkutan, serta tetap
mempertimbangkan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya.
Pemberian izin terhadap pembangunan gedung yang akan dibangun diatas lahan ruang
terbuka hijau pun perlu diawasi secara ketat, hal ini dikarenakan masih banyak oknum-
oknum yang menggunakan wewenangnya untuk kepentingannya sendiri sehingga izin yang
seharusnya tidak dkeluarkan karena bangunan yang akan dibangun tersebut dapat
mengurangi keseimbangan lingkungan dan secara langsung dapat mengurangi porsi serta
fungsi dari ruang terbuka tersebut.
Selain itu terdapat regulasi lain yang masih mengatur penataan ruang terbuka hijau yang
ada yaitu Perda Surabaya nomor 7 tahun 2002 yang mengatur mengenai pengelolahan
ruang terbuka hijau di kota Surabaya mencakup pemanfaataan, pengelolahan, serta
pengendalian ruang terbuka hijau yang ada di kota Surabaya. Dalam Peraturan dareah
tersebut disebutkan bahwa penyediaan ruang terbuka hijau di kota Surabaya telah diatur
porsi-porsinya untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Untuk itu penyimpangan fungsi
lahan untuk ruang terbuka hiijau harus memiliki izin dari pihak yang memiliki wewenang
mengenai hal tersebut. Hal ini juga tercantum pada pasal 10 ayat 1 yang berbunyi. :
“Guna pengendalian, pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, setiap usaha atau kegiatan oleh
dan/atau untuk kepentingan perorangan atau Badan yang memakai lokasi Ruang Terbuka
Hijau tidak boleh menyimpang dari fungsinya dan harus memperoleh izin dari Kepala Daerah
atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku.”
Dalam Peraturan daerah nomor 7 tahun 2002 dimungkinkan untuk terjadi pengalihfungsian
lahan ruang terbuka sejauh kepentingan atau manfaatnya dinilai lebih besar dan untuk
kepentingan umum dan telah mendapatkan izin dari Kepala Daerah dengan ketentuan yang
berlaku.
Di Permendagri nomor 1 Tahun 2007 juga terdapat regulasi yang mengatur mengenai
kasus yang ada yaitu dalam hal pemanfaatan, dan dalam regulasi tersebut diatur dalam
Pasal 12 ayat 3 yang berbunyi : “RTHKP publik tidak dapat dialihfungsikan”.
Dalam Permendagri no 1 Tahun 2007 lahan ruang terbuka hijau yang telah ditetapkan tidak
dapat dialih fungsikan. Hal ini berkaitan dengan Undang-Undang nomor 26 tahun 2007
mengenai penataan ruang yang menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau publik untuk
wilayah perkotaan harus mencapai 30% dari luas lahan yang ada diperkotaan tersebut.
Dengan adanya pengalihfungsian lahan ruang terbuka hijau yang ada dan telah ditetapkan
pada rencana tata ruang yang ada maka porsi untuk ruang terbuka hijau di kota Surabaya
akan berkurang sehingga akan mengganggu keseimbangan lingkungan.
Oleh karena itu dalam permasalahan kasus ruang terbuka hijau di Kelurahan Sidosermo
yang mengalami pengalihan fungsi dari ruang terbuka yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Kota Surabaya menjadi fungsi lainnnya seperti menjadi fasum atau bahkan
menjadi ijin milik swasta untuk mendirikan bangunan sebagai apartemen menyalahi aturan
yang ada dalam Permendagri nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka
Kawasan Perkotaan.
2.3 ARAHAN PENYELESAIAN SECARA REGULASI
Berdasarkan kasus di atas, dilihat dari keterlibatan pejabat pemkot Surabaya dalam
pengalihfungsian lahan tersebut terletak pada permasalahan ijin mendirikan bangunan.
Sesuai data Pemkot Surabaya tercatat bahwa lahan di kelurahan Sidosermo difungsikan
sebagai lapangan atau fasum dalam bentuk RTH. Namun faktanya adalah peruntukkan
lahan sebagai RTH ini dibangun gedung tinggi seperti aparteman. Seharusnya, pejabat yang
bersangkutan menolak pengajuan IMB tersebut karena tidak sesuai peruntukan. Tapi entah
bagaimana, ijin itu bisa keluar.
Arahan penyelesaian masalah menurut regulasi adalah :
Menurut Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung,
pelanggaran undang-undang ini dikenakan sanksi sesuai dengan bab VIII pasal 44
tentang sanksi. Yang menyebutkan bahwa :
“Setiap pemilik dan/atau pengguna yang tidak memenuhi kewajiban pemenuhan
fungsi, dan/atau persyaratan, dan/atau penyelenggaraan bangunan gedung
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini dikenai sanksi administratif
dan/atau sanksi pidana.”
Sedangkan sanksi administratif disebutkan dalam pasal 45 ayat 1, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 44 dapat berupa :
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dapat berupa:
a. peringatan tertulis,
b. pembatasan kegiatan pembangunan,
c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan
pembangunan,
d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung;
e. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung;
f. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung;
g. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung;
h. pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; atau
i. perintah pembongkaran bangunan gedung.
Dalam Perda Surabaya no 7 tahun 2002 mengenai penyelesaian masalah alih fungsi
lahan dengan dikenakan sanksi baik sanksi administratif maupun sanksi pidana,
yaitu terdapat dalam pasal :
Pasal 14 ayat 1 dan 2
(1) Barang siapa memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau tanpa memperoleh izin
sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (2) dan pasal 10 ayat (1) maka
orang atau Badan tersebut harus menghentikan, mengosongkan dan
mengembalikan sesuai keadaan semula atas beban yang bersangkutan ;
(2) Dalam hal ketentuan tersebut tidak dipenuhi maka Kepala Daerah atau
pejabat yang ditunjuk berwenang melaksanakan penghentian kegiatan secara
paksa, pengosongan lokasi Ruang Terbuka Hijau dan mengembalikan sesuai
keadaan semula atas beban pelanggar yang bersangkutan dengan ketentuan
biaya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Pasal 15
Barang siapa memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau yang
menyimpang/bertentangan dari izin yang diberikan maka izin dicabut.
Pasal 18 tentang ketentuan pidana
Barang siapa karena kesalahannya mengakibatkan rusaknya Ruang Terbuka
Hijau atau melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tersebut dalam
Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
Dalam pasal 13 menyebutkan bahwa “Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk
berwenang melakukan pengawasan dan penertiban terhadap pengelolaan,
pemanfaatan dan pengendalian Ruang Terbuka Hijau”. Dan pengendalian yang
diperlukan adalah diatur dalam pasal 10 ayat 1, yaitu :
(1) Guna pengendalian, pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, setiap usaha atau
kegiatan oleh dan/atau untuk kepentingan perorangan atau Badan yang
memakai lokasi Ruang Terbuka Hijau tidak boleh menyimpang dari fungsinya
dan harus memperoleh izin dari Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sesuai dengan rancangan peraturan daerah kota surabaya tentang rencana tata
ruang wilayah kota surabaya tahun 2010-2030 untuk sanksi bagi pelaku, pemberi
izin, dan pengguna lahan yang tidak sesuai rencana tata ruang maka disebutkan
adalah sebagai berikut :
Sanksi administratif
- Pasal 118, yaitu :
(1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran di bidang penataan ruang
dikenakan sanksi administratif.
(2) Pelanggaran di bidang penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
yang diberikan oleh pejabat berwenang;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang;dan/atau
d. menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan
perundang-undangan sebagai milik umum.
- Pasal 119
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (2) huruf a meliputi:
a. memanfaatkan ruang dengan izin pemanfaatan ruang dilokasi yang tidak
sesuai dengan peruntukkannya;
b. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi yang sesuai
peruntukannya; dan/atau
c. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi yang tidak
sesuai peruntukannya.
- Pasal 120
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pejabat berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118
ayat (2) huruf b meliputi:
a. tidak menindaklanjuti izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan;
dan/atau
b. memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang yang tercantum
dalam izin pemanfaatan ruang.
Pengembalian fungsi asli tata guna lahan
Sesuai dengan pasal 118 ayat (3) rancangan peraturan daerah kota surabaya
tentang rencana tata ruang wilayah kota surabaya tahun 2010-2030, telah
ditetapkan bahwa:
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
Mendaftarkan fasilitas umum tersebut sebagai identitas RTH kota Surabaya
Dalam hal ini untuk memperkuat nilai hukum dari RTH kelurahan Sidosermo,
registerasi perlu dilakukan secepatnya. Setelah selesai dikembalikan fungsinya
sebagai RTH, dilakukan pendaftaran sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
setelah terdaftar, sehingga hal yang menyimpang dari hukum dapat dikenai sanksi
sebagai hukuman dari penyimpangan yang terjadi.
Sesuai dengan peraturan daerah kota surabaya tentang rencana tata ruang wilayah
kota surabaya tahun 2010-2030 pengendalian pemanfaatan ruang, meliputi:
1. mengoordinasikan penetapan peraturan zonasi sistem kabupaten/kota;
2. memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang daerah;
3. melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disinsentif dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang daerah dengan provinsi Jawa Timur dan dengan
kabupaten/kota terkait;
4. melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
penyelenggaraan penataan ruang;
5. melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang untuk
menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang; dan
6. mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Pemberian Insentif dan Disinsentif
Jika fungsi RTH ini tetap digunakan untuk kegiatan yang bukan peruntukannya
dalam hal ini komersial, maka pemerintah bisa memberikan disinsentif berupa
kebijakan untuk mencabut IMB kepada pemiliknya.
Sesuai dengan peraturan daerah kota surabaya tentang rencana tata ruang
wilayah kota surabaya tahun 2010-2030 adalah:
- Pasal 103
(1) Ketentuan pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
huruf c merupakan kebijaksanaan pemanfaatan ruang yang bertujuan
untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan
yang tidak sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
(2) Pemberian disinsentif dapat berupa :
a. peningkatan nilai pajak/retribusi;
b. pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan; dan
c. pembatasan penyediaan infrastruktur.
Sebagai sebuah komponen penting dalam perwujudan ruang kehidupan yang nyaman,
produktif, dan berkelanjutan, keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan perlu
diatur agar tidak terabaikan dan termarjinalisasi oleh kegiatan-kegiatan budidaya yang
dipandang mampu memberikan keuntungan ekonomis secara nyata dan cepat.
Fakta yang menunjukkan bahwa tujuan terciptanya lingkungan terpadu kurang terlihat dalam
wujud tata ruang yang terbentuk bukan disebabkan oleh tidak adanya visi lingkungan, tetapi
lebih disebabkan oleh faktor lain seperti:
a. Kurangnya pemahaman para pemangku kepentingan akan pentingnya aspek
keberlanjutan lingkungan hidup (environmental sustainability), terutama dalam tahap
implementasi rencana tata ruang.
b. Adanya kebutuhan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berdampak
pada pemberian izin pemanfaatan ruang yang melebihi daya dukung dan daya tampung
lingkungan, termasuk alih fungsi lahan RTH menjadi apartemen.
c. Lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang, akibat dari kurang tegasnya pengaturan sanksi dalam
Undang-Undang Penataan Ruang.
d. Adanya faktor birokrasi atau penyalahgunaan kekuasaan dalam mengeluarkan IMB.
Kasus Evalusi Kasus Arahan Penyelesaian Kasus
Terjadi konversi lahan ruang
terbuka hijau menjadi fungsi lain
dan hal ini telah mendapatkan
ijin oleh pemerintah kota
Surabaya
Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan
gedung.
Bangunan gedung dimungkinkan dibangun di atas atau prasarana
dan sarana umum seperti jalur jalan dan/atau jalur hijau setelah
mendapatkan izin dari pihak yang berwenang dalam
penyelenggaraan prasarana dan sarana yang bersangkutan,
dengan pertimbangan tidak bertentangan dengan rencana tata
ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan, tidak mengganggu
fungsi prasarana dan sarana yang ber-sangkutan.
- Sanksi administratif/pidana
- Identitas RTH
Perda Surabaya nomor 7 tahun 2002 tentang pengelolahan ruang
terbuka hijau.
dimungkinkan untuk terjadi pengalihfungsian lahan ruang terbuka
sejauh kepentingan atau manfaatnya dinilai lebih besar dan untuk
kepentingan umum dan telah mendapatkan izin dari Kepala
Daerah dengan ketentuan yang berlaku.
- Sanksi administratif/pidana
- Disinsentif
- Pengembalian fungsi lahan
Permendagri nomor 1 Tahun 2007.
Dengan adanya pengalihfungsian lahan ruang terbuka hijau yang
ada dan telah ditetapkan pada rencana tata ruang yang ada maka
porsi untuk ruang terbuka hijau di kota Surabaya akan berkurang
sehingga akan mengganggu keseimbagan lingkungan.
- Pengembalian fungsi
- Identitas RTH
- Penambahan fasilitas pendukung
RTH dan lingkungan
Tabel 1. Evaluasi Kasus Terhadap Regulasi
Disinsentif dan sanksi administratif/pidana
Pemberian dan penguatan identitas RTH
Penambahan fasilitas pendukung RTH dan lingkungan
Pengembalian fungsi RTH
SOLUSI
UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Pasal 11 ayat 2
Permendagri no.1 tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan. Pasal 12 ayat 3
Perda Surabaya No. 7 tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, pasal 10 ayat 1.
REGULASI TERKAIT
Terjadi alih fungsi RTH menjadi apartemen yang peruntukannya tidak sesuai dengan dokumen RTR
Penerbitan IMB yang tidak sesuai dengan penggunaan lahan dalam dokumen RTR
PERMASALAHAN
EKSISTING
Pembangunan apartemen yang sudah mengantongi IMB di atas sebuah lahan perumahan yang sebelumnya difungsikan sebagai RTH
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan di atas secara garis besar permasalahan kasus di
Kelurahan Sidosermo tersebut yaitu mengenai pengalihan fungsi dari RTH (Ruang
Terbuka Hijau) yang telah ditetapkan oleh pemerintah menjadi fungsi lainnya yaitu
menjadi fasilitas umum atau bahkan menjadi ijin milik swasta untuk pendirian bangunan
sebagai apartemen dan terbitnya IMB apartemen bertentangan dengan penggunaan
lahan yang tertera pada dokumen rencana tata ruang karena belum ada keterangan
alasan IMB apartemen bisa keluar sehingga pembangunnya terhenti.
Permasalahan tersebut telah diatur dalam beberapa regulasi pemerintah yang mengatur
penataan ruang terbuka hijau, yaitu :
a. Permendagri nomor 1 Tahun 2007 mengenai kasus dalam hal pemanfaatan ruang
terbuka dan dalam regulasi tersebut diatur dalam Pasal 12 ayat 3
b. Perda Surabaya no 7 tahun 2002 mengenai penyelesaian masalah alih fungsi lahan
yang terdapat dalam pasal Pasal 15
Permasalahan tersebut telah terdapat beberapa sanksi yang harus diterima untuk para
pelanggar, yaitu terdapat pada Perda Surabaya no 7 tahun 2002 Pasal 18 tentang
ketentuan pidana dan pada pasal 14 ayat 1 dan 2 tentang sanksi administratif maupun
sanksi pidana.
3.2 SARAN
Upaya untuk mengevaluasi rencana tata ruang dalam rangka menjamin keberadaan
RTH perkotaan, tidak hanya perlu dilakukan dalam penguatan substansi perencanaan,
tetapi juga harus menyentuh aspek-aspek lain di luar perencanaan tata ruang, antara
lain:
a. Peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan terhadap pentingnya aspek
keberlanjutan lingkungan hidup (environmental sustainability) dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
b. Pengembangan perangkat insentif dan disinsetif yang dapat secara efektif
mendorong pemanfaatan ruang agar sesuai dengan rencana tata ruang sekaligus
mencegah dan mengurangi pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang.
c. Mempertegas ketentuan mengenai sanksi yang dapat dikenakan terhadap setiap
pelanggaran rencana tata ruang yang terjadi, yang diikuti dengan upaya penegakan
hukum secara tegas dan konsisten agar menimbulkan efek jera di kalangan
pemanfaat ruang yang cenderung melanggar ketentuan rencana tata ruang. Upaya
ini telah dilakukan Pemerintah melalui perumusan sanksi administratif yang lebih
tegas dalam Rancangan Undang-Undang Tentang Penataan Ruang.
d. Perlunya kepedulian pemerintah untuk memfasilitasi kebutuhan ruang yang
diperuntukkan sebagai RTH, seperti pemeliharaan RTH dan penambahan fasilitas
pendukung lainnya. Jika perlu memberikan identitas pada RTH tersebut.