tugas fiqih bab1-selesai

32
2 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dalam pandangan islam. Pernikahan juga merupakan suatu dasar yang penting dalam memelihara kemashlahatan umum. Kalau tidak ada pernikahan, maka manusia akan memperturutkan hawa nafsunya, yang pada gilirannya dapat menimbulkan bencana dalam masyarakat. Pada dasarnya, dua orang (laki-laki dan perempuan) melangsungkan pernikahan dan membangun rumah tangga dengan tujuan untuk memperoleh kebahagian atau dikenal dengan istilah membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahma. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua rumah tangga yang terbentuk melalui pernikahan dilimpahi kebahagiaan. Kadang ada saja masalah yang menimbulkan perselisihan yang dapat berujung pada perceraian. Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur segala hal tentang kehidupan, termasuk pernikahan, perceraian (talak), rujuk, idah, dan sebagainya. Talak dapat dilaksanakan dalam keadaan yang sangat membutuhkan, dan tidak ada jalan lain untuk mengadakan perbaikan. Hal ini antara lain dibolehkan apabila suami istri sudajh tidak dapat melakukan

Upload: woodpacker

Post on 04-Aug-2015

27 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dalam pandangan islam.

Pernikahan juga merupakan suatu dasar yang penting dalam memelihara

kemashlahatan umum. Kalau tidak ada pernikahan, maka manusia akan

memperturutkan hawa nafsunya, yang pada gilirannya dapat menimbulkan

bencana dalam masyarakat.

Pada dasarnya, dua orang (laki-laki dan perempuan) melangsungkan

pernikahan dan membangun rumah tangga dengan tujuan untuk memperoleh

kebahagian atau dikenal dengan istilah membentuk keluarga sakinah,

mawaddah, warahma. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua rumah

tangga yang terbentuk melalui pernikahan dilimpahi kebahagiaan. Kadang ada

saja masalah yang menimbulkan perselisihan yang dapat berujung pada

perceraian.

Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur segala hal tentang

kehidupan, termasuk pernikahan, perceraian (talak), rujuk, idah, dan

sebagainya. Talak dapat dilaksanakan dalam keadaan yang sangat

membutuhkan, dan tidak ada jalan lain untuk mengadakan perbaikan. Hal ini

antara lain dibolehkan apabila suami istri sudajh tidak dapat melakukan

kewajiban masing-masing sesuai dengan ketentuan agama, seingga tujuan

rumah tangga yang pokok yaitu mencapai kehidupan rumah tangga yang

tenang dan bahagia sudah tidak tercapai lagi. Apalagi kalau rumah tangga itu

dapat mengakibatkan penderitaan-penderitaan dan perpecajhan antara suami

istri tersebut, maka dalam keadaan demikian perceraian dapat dilaksanakan,

yaitu sebagai jalan keluar bagi segala penderitaan bailk yang menimpa suami

atau istri.

Namun demikian, bagi wanita yang dicerai oleh suaminya, baik vcerai

biasa atau cerai mati (ditinggal mati), tidakl boleh langsung menikah lagi

dengan laki-laki lain, melainkan ia harus menunggu untuk sementara waktu

Page 2: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

lebih dahulu. Masa menunggu bagi wanita yang bercerai itu disebut iddah.

Diadakan masa iddah itu dimaksudkan untuk mengetahui apakah selama masa

iddah itu wanita tersebut hamil atau tidak, dan jika ternyata hamil maka anak

tersebut masih sebagai anak dari suami yang pertama. Selain itu, iddah

dimaksudkan sebagai masa untuk ‘berpikir ulang’ bagi suami istri untuk

menetukan kelanjutan hubungan mereka. Jika ternyata dalam masa iddah itu,

suami istri menyesali perceraian mereka, mereka bias rujuk atau kembali ke

ikatan pernikahan mereka yang lama. Aturan-aturan tentang talak, iddah, dan

rujuk telah diatur dengan lengkap dalam agama islam.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1.    Bagaimana hakikat talak?

2.    Bagaimana hakikat iddah?

3.    Bagaimana hakikat rujuk?

Page 3: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 THALAK

2.1.1 Pengertian

Thalak adalah melepaskan ikatan nikah dari suami dengan

mengucapkan lafaz tertentu, misalnya suami mengatakan kepada isterinya;

“saya thalak engkau”, atau “engkau kucerai”, walaupun mengucapkannya

tanpa niat, atau dengan main-main, maka hukumnya tetap jatuh thalaq,

dengan ucapan tersebut lepaslah ikatan pernikahan dan terjadilah perceraian.

: ( ) ق، َو�الَّط�اَل� �اح، َك الِّن جد َوهزلهن جد جدهن ث �اَل� َث

ج�َع�ة َو�الَّر�

Tiga hal yang seriusnya dianggap serius dan main-mainnya dianggap serius:

nikah, thalaq, dan ruju’ (HR. Abu Dawud dan Al Hakim, Al Hakim

menyatakan sanad haditsnya shahih).

2.1.2 Hukum

Thalak menurut hukum asalnya adalah makruh, karena talak merupakan

perbuatan yang halal tetapi paling tidak disukai oleh Allah SWT.

Sabda Nabi SAW:

Yang Artinya: Perbuatan yang halal, tetapi dibenci Allah adalah

talak” (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah).

2.1.3 Lafal dan Bilangan Talak

Lafas talak itu dapat diucapkan atau dituliskan dengan kata-kata yang

jelas dan kata-kata sindiran. Talak dengan kata yang jelas misalnya : “saya

ceraikan engkau”. Talak dengan kata-kata yang jelas seperti itu tidak

memerlukan niat. Sedangkan talak dengan kata-kata sindiran, misalnya:

“pulanglah engkau ke rumah orang tuamu”. Talak dengan menggunakan kata-

Page 4: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

kata sindiran tersebut memerlukan niat. Jika suami berniat mentalak, maka

jatuh talak, tetapi jika ia tidak berniat, maka tidak jatuh talaknya.

Adapun bilangan talak maksimal tiga kali, artinya suami berhak

menjatuhkan talak kepada istrinya sampai tiga kali. Pada talak satu dan talak

dua, suami berhak rujuk (kembali) kepada istrinya sebelum habis masa

iddahnyaatau nikah lagi apabila iddahnya sudah habis. Pada talak tiga, suami

tidak boleh rujuk dan tidak boleh nikah kembali, sebelum istrinya itu nikah

dengan laki-laki lain dan sudah digauli serta sudah ditalak olehsuami

keduanya itu.

Menurut  Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang “perkawinan”,

perceraian hanya dapat dilakukan di depan siding Pengadilan Agama setelah

Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua

belah pihak. Oleh karena itu talak merupakan ikrar suami dihadapan sidang

Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan.

Selanjutnya dinyatakan, “seorang suami yang menjatuhkan talak kepada

istrinya mengajukan prmohonan baik lisan maupun tulisan kepada Pengadilan

Agama yang mewilayahi tempat tinggal istri disertai dengan alas an serta

memeinta diadakan siding untuk keperluan. Dan prceaian itu terjadi terhitung

pada saat perceraian itu dinyatakan di depan siding “pengadilan”.

2.1.4 Macam-macam Talak

A. Talak menurut bentuknya

Talak yang dijatuhkan suami kepada istri ada beberapa macam

bentuknya, yaitu: ila’, lian, dzihar, dan fasakh.

Ila’

Ila’ ialah sumpah suami bahwa tidak akan mencapuri istrinya.

Ila’ merupakan adat Arab jahiliyah. Mereka bersumpahtidak akan

menggauli istrinya dengan maksud menyakitinya dan membiarkan

ia menderita berkepanjangan tanpa ada kepastian dicerai atau tidak.

Page 5: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

Jika seorang laki-laki tidak senang lagi kepada istrinya, dan

iapun tidak suka pula kalau nanti istrinya dikawini orang lain,

maka ia melakukan ila’ yaitu bersumpah tidak akan menggauli

istrinya itu.

Setelah Islam datang, adat tersebut dihapus, dengan cara

membatasi waktu sumapah tersebut, selama-lamanya 4 bulan.

Dalam masa 4 bulan tersebut suami harus mencabut sumpahnya

dan kembali kepada istrinya dengan membayar kifarat sumpah.

Jika masa 4 bulan itu sudahh lewat, maka ia wajib memilih antara

kembali kepada istrinya atau menceraikannya. Jika kembali, maka

ia hharus membayar kifarat sumpah, dan jika memilih

menceraikan, maka jatuh talak ba’in sughra yang tidak boleh rujuk

lagi. Perhatikan surat Al Baqarah 226 dan 227. 

 

Artinya:

(Ayat 226). kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi

tangguh empat bulan (lamanya). kemudian jika mereka kembali (kepada

isterinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.

(Ayat 227). dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka

Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui

L’ian

Li’an ialah saling melaknat antara suami dan istri. Lian

terjadi karena salah satu (suami/isteri) menuduh yang telah berbuat

zina, sementara yang dituduh bersikeras menolak tuduhan. Apabila

tidak dapat diselesaikan secara baik-baik, keduanya datang ke

Page 6: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

Pengadilann Agama untuk diadakan sumpah dihadapan hakim. Di

hadapan hakim penuduh disuruh bersumpah sebanyak lima kali,

empat kali sumpah bahwa “Demi Allah, engkau (suami/isteri) telah

berbuat zina”. Yang kelima bersumpah bahwa “Aku (suami/isteri)

bersedia menerima laknat Allah jika berdusta”. Apabila penuduh

tidak mau bersumpah, ia ditahan sampai mau bersumpah atau

mencabut tuduhannya.

Untuk itu perhatikan surat An Nur ayat 6 – 9 :Artinya:

(Ayat 6). dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina),

Padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka

sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan

nama Allah, Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang yang

benar.

(Ayat 7). dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya,

jika Dia Termasuk orang-orang yang berdusta[1030].

(Ayat 8). Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya

empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar

Termasuk orang-orang yang dusta.

 (Ayat 9). dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya

jika suaminya itu Termasuk orang-orang yang benar.

Dzihar

Dzihar, yaitu ucapan suami kepada istrinya yang berisi

penyerupaan istrinya dengan ibunya seperti kata suami; Engkau

Page 7: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

seperti punggung ibuku. Pada zaman jahiliah, Dzihar dianggap

sebagai salah satu cara menceraikan istri. Kemudian islam

melarangnya, dan menyatakan haram hukumnya. Suami yang

terlanjur mendzihar istrinya sebelum mencampuri membayar

kifaratnya adapun kifarat dzihar adalah memerdekakan budak, jika

tidak mampu, harus berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak

kuat puasa, wajib memberi makan 60 orang miskin.untuk dzihar ini

perhatikan surat Al Mujadalah ayat 2 – 4. Artinya:

(Ayat 2). orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu,

(menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri mereka

itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang

melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh

mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya

Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

(Ayat 3). orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian

mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib

atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu

bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(Ayat 4). Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka

(wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya

bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi

Makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman

kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi

orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.

Fasakh

Fasakh adalah pembatalan nikah yang dilakukan oleh

pengadilan karena salah satu pihak (suami atau isteri) tidak dapat

melaksanakan kewajibannya. Pada dasarnya, fasakh adalah hak

suami dan isteri. Tetapi karena suami sudah mempunyai hak talak,

maka fasakh biasanya diusulkan oleh pihak  isteri.

Page 8: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

Alasan yang dapat digunakanuntuk mengajukan fasakh,

antara lain:

a) suami cacat tubuh yang serius;

b) suami tidak memberi  nafkah kepada isteri;

c) suami berselingkuh dengan wanita lain;

d) suami murtad atau pindah agama.

B. Thalak menurut hukumnya

Ditinjau dari segi keadaan isteri, thalakitu dibagi dua macam, yaitu

talak sunni dan talak bid’i.

Talak sunni

adalah talak yang dijatuhkan seorang suami kepada isterinya,

ketika isterinya sedang suci sedang suci, yaitu tidak sedang haid;

atau isteri dalam keadaan suci dan tidak dicampuri; atau sama

sekali belum dikumpuli; atau dalam keadaan hamil. Hhukumnya

bolehh dilakukan.

Talak bid’i

adalah talak yang dijatuhkan suami, ketika isterinya sedang haid,

atau sedang suci tetapi telah dicampuri, atau thalak dua/tiga

sekaligus.thalak bid’I hukumnya haram.

C. Thalak menurut sifatnya

Ditinjau dari segi sifatnya atau cara menjatuhkannya talak itu terbagi

dua, yaitu talak sarih dan talak kinayah

Talak sarih

adalah talak yang diucapkan suami dengan ucapan yang jelas, yaitu

ucapan talak (cerai), firak (pisah), atau sarah (lepas).talak yang

diucapkan dengan menggunakan kata-kata tersebut  dinyatakan sah

dengan tidak diragukan lagi keabsahannya.

Page 9: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

Talak kinayah

adalah ucapan yang tidak jelas maksudnya, tetapi mengarah kepada

perceraian. Misalnya dengan ucapan yang bernada mengusir,

menyuruh pulang  atau ucapan yang bernada tidak memerlukan

lagi dan sejenisnya. Jika ucapan itu diniatkan thalak, maka talaknya

jatuh.karena itu untuk menghindari terjadinya talak kinayah,

sebaliknya suami berhati-hati  dalam menggunakan kata-kata

kepada isterinya, nabi bersabda yang Artinya: “Dari Abu Hurairah

ra. Ia berkata: Rasulllah bersabda: Ada tiga perkara yang apabila

disungguhkan jadi dan bila main-mainpun tetap jadi, yaitu nikah,

talak, dan rujuk”.

D. Talak menurut hak rujuk suami isteri

Ditinjau dari segi dapat rujuk atau tidaknya, maka talak terbagi dua,

yaitu talak raj’I dan talak bain.

Talak raj’i

adalah talak dimana suami bisa kembali kepada bekas

isterinyadengan tidak memerlukan nikah kembali, yaitu talak satu

dan talak duayang dijatuhkan  oleh suami kepada isterinya.

Talak bain

adalah talak dimana suami tidak boleh merujuk kembalibekas

isterinya, kecuali dengan persyaratan tertentu, talak bain ada dua

macam, yaitu talak bain sugra dan talak bain kubra.

1. Talak bain sugra

adalah talak yang dijatuhkan kepada isteri yang belum

dicampuri dan talak khuluk atau tebus. pada talak ini suami

tidak boleh merujuk kembali kepada bekas isterinya, kecuali

menikahinya dengan pernikahan baru. Sedangkan talak khuluk

adalah talak yang dijatuhkan suami atas permintaan isteri

dengan alasan tertentu. Dalam hal ini suami tidak perlu

memperhatikan keadaan isterinya, apakah sedang haid atau

Page 10: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

suci, semuanya itu ditanggung isteri karena permintaannya

sendiri. Talak khuluk disebut juga talak tebus karena isteri

wajib membayar ‘iwad atau tebusan ke pengadilan.

2. Talak bain kubra

adalah talak tiga di mana bekas suami tidak boleh merujuk atau

mengawini kembali bekas ieterinya, kecuali bekas isterinya itu

telah dinikahi oleh laki-laki laindan telah dicampuri. Jika

suaminya itu menceraikannya, maka bekas suami pertama

boleh mengawininya kembali. Pernikahan dan perceraian

kedua dengan suami barunya tidak boleh direkayasa.

Semuanya harus terjadi secara kebetulan.

1.2 IDDAH

2.2.1 Pengertian Iddah

Secara bahasa, kata “Iddah” dalam bahasa arab diambil dari kata

“al-‘Adad” dan “al-Ihsha’” yang berarti “Bilangan”, yakni sesuatu yang

dihitung oleh perempuan (istri) dari hari-hari dan haid atau hitungan dari haid

atau suci, atau hitungan bulan.

Secara istilah , “Iddah” berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk menunggu

bagi perempuan dan tidak boleh untuk menikah setelah wafat suaminya atau

berpisah denganya. Dikalangan para ulama fiqh terdapat banyak pendapat

dalam memberikan pengertian iddah. Menurut ulama Hanafiah, iddah berarti

saat-saat tertentu menurut syara’ untuk menyelesaikan hal-hal yang terkait

dengan perkawinan. dengan kata lain saat menunggu bagi wanita ketika

berpalingnya perkawinan atau yang serupa. Sedangkan menurut ulama

jumhur,Iddah berarti saat menunggu bagi perempuan (istri) untuk mengetahui

kekosongan rahimnya, atau untuk beribadah, atau keadaan bersedih-berduka

cita terhadap perkawinanya, yang berakhir.

Page 11: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

2.2.2 Hukum

‘Iddah wajib bagi seorang isteri yang dicerai oleh suaminya, baik cerai

karena kernatian maupun cerai karena faktor lain. Dalil yang menjadi

landasan nya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian dengan mening galkan

isteri-isteri, maka hendaklah para isteri itu menangguhkan diri nya (ber’iddah)

empat bulan sepuluh hari.“(Al-Baqarah: 234)

Dan firman-Nya yang lain:

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian menikahi wanita- wanita

yang beriman, kemudian kalian hendak menceraikan mereka sebelum kalian

mencampurinya, maka sekali-kali tidak Wajib atas mere ka ‘iddah bagi kalian yang

kalian minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut’ah dan lepaskanlah

mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya.“ (A1-Ahzab: 49)

Yang dimaksud dengan “mut’ah” di sini adalah pemberian untuk

menyenangkan hati isteri yang diceraikan sebelum dicampuri.

2.2.3 Massa Iddah

Lamanya masa iddah bagi seorang perempuan sebagai berikut:

Wanita yang dicerai suaminya, kalau ia sedang mengandung maka masa

iddahnya sampai dengan lahirnya anak yang dikandungnya. Hal ini

berdasarkan firman Allah SWT dalam QS At-Thalaq ayat 4:

    Artinya:

[4]. dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara

perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya),

Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-

Page 12: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu

iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang

-siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya

kemudahan dalam urusannya.

Wanita yang ditinggal mati suaminya, sedangkan ia tidak

mengandung (hamil),  maka iddahnya empat bulan sepuluh hari.

Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat

234:

 

 

Artinya:

[234]. orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan

isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah)

empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka

tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri

mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

                    

Wanita yang dicerai oleh suaminya. Sedangkan ia masih dalam

keadaan haid, maka iddahnya tiga quru’ (3 kali suci). Hal ini

berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 228:

Page 13: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

 

Artinya:

[228]. wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga

kali quru'. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah

dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan

suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka

(para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang

seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para

suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Lama masa quru` ada dua pendapat. Pertama, masa suci dari haidh. Kedua, masa haid sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW

“Dia (isteri) ber’iddah (menunggu) selama tiga kali masa haid. “(HR Ibnu Majah)

Demikian pula sabda beliau yang lain:

“Dia menunggu selama hari-hari quru’nya. “(HR Abu Dawud dan Nasa’i)

Wanita yang tidak pernah datang haid lagi, misalnya karena ia masih

kecil atau sudah manupause ( usia yang sudah lanjut), maka iddahnya

tiga bulan.  Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT dalam QS At-

Thalaq ayat 4:

Artinya:

[4]. dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara

perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya),

Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-

Page 14: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu

iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang

-siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya

kemudahan dalam urusannya.

Wanita yang dicerai suaminya sebelum dicampuri maka baginya

tidak ada iddah, dalam arti begitu heri itu cerai, maka hari itu pula ia

boleh menikah dengan laki-laki lain. Hal ini berdasarkan Firman

Allah SWT Al-Ahzab ayat 49:

Artinya:

[49] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-

perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu

mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang

kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah1226 dan

lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya.

2.2.4 Hak istri selama masa iddah

Wanita yang dalam masa iddah raj’iah (iddah talak satu atau talak dua

berhak menerima tempat tinggal, pakaian dan belanja dari suaminya. Karena

pada hakekatnya mereka masih belum putus tali perkawinannya, dan masih

berstatus suami isteri. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang

artinya: “perempuan berhak mengambil nafkah dan rumah kediaman dari

bekas suaminya yang masih boleh rujuk kepadanya (H.R. Ahmad dan An

Nasa’i)”

Page 15: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

Wanita dalam iddah ba’in (talak tiga atau khuluk) tetapi tidak hamil hanya

berhak mengambil tempat tinggal saja. Berdasarkan Firman Allah SWT

dalam QS At-Thalaq ayat 6:

Artinya:

[6]. tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut

kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan

(hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,

Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika

mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka

upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan

jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)

untuknya.

Wanita dalam iddah wafat tidak mendapat hak seperti wanita dalam iddah

li’an tetapi ia dan anak kandungnya mendapat hak pusaka dari suaminya

yang meninggal dunia. Rasusullah SAW Bersabda yang artinya: “ wanita

hamil yang kematian suaminya tidak berhak mengambil nafkah” (H.R.

Muslim).

2.2.5 Hikmah disyari’atkannya iddah1. Memberikan kesempatan kepada suami isteri untuk kembali kepada

kehidupan rumah tangga, apabila keduanya masih melihat adanya

kebaikan di dalam hal itu.

Page 16: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

2. Untuk mengetahui adanya kehamilan atau tidak pada isteri yang

dicerai kan. Untuk selanjutnya memelihara jika terdapat bayi di

dalam kandungannya, agar menjadi jelas siapa ayah dan bayi tersebut.

3. Agar isteri yang diceraikan dapat ikut merasakan kesedihan yang

dialami keluarga suaminya dan juga anak-anak mereka serta menepati

permintaan suami. Hal ini jika ‘iddah tersebut di karenakan oleh

kematian suami.

2.2.6 Larangan Bagi Wanita Yang Sedang Menjalani Masa ‘Iddah.

Di antara yang tidak boleh dilakukan oleh wanita yang sedang

ber`iddah adalah:

1. Tidak boleh menerima khitbah (lamaran) dari laki-laki lain kecuali dalam

bentuk sindiran.

2. Tidak boleh menikah

3. Tidak boleh keluar rumah

4. Tidak Berhias (Al-Hidad/Al-Ihtidad)

Seorang wanita yang sedang dalam masa iddah dilarang untuk berhias atau

bercantik-cantik. Dan di antara kategori berhias itu antara lain adalah:

o Menggunakan alat perhiasan seperti emas, perak atau sutera

o Menggunakan parfum atau wewangian

o Menggunakan celak mata, kecuali ada sebagian ulama yang

membolehkannya memakai untuk malam hari karena darurat.

o Memakai pewarna kuku seperti pacar kuku (hinna‘) dan bentuk-

bentuk pewarna lainnya.

o Memakai pakaian yang berparfum atau dicelup dengan warna-

warna seperti merah dan kuning.

Di dalam kitab Fiqhus-Sunnah, As-Sayyid Sabiq mengatakan:

“Isteri yang sedang menjalani masa ‘iddah berkewajiban untuk menetap di

rumah yang ia dahulu tinggal bersama sang suami, hingga selesai masa

Page 17: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

‘iddahnya. Dan tidak diperbolehkan baginya keluar dan rumah tersebut.

Sedangkan suaminya juga tidak diperbolehkan untuk mengeluarkannya dari

rumahnya. Seandainya terjadi perceraian di antara mereka berdua, sedang

isterinya tidak berada di rumah di mana mereka berdua menjalani kehidupan

rumah tangga, maka si isteri wajib kembali kepada suaminya untuk sekedar

suaminya mengetahuinya di mana ia berada.”

Sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah SWT (Qs.Ath-Thalaq : 1)

[65:1] Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu

ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang

wajar)1482 dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah

Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah

mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang

terang1483. Itulah hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim

terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan

sesudah itu sesuatu hal yang baru1484

Apabila isteri yang dithalak itu melakukan perbuatan keji secara terang-

terangan memperlihatkan sesuatu yang tidak baik bagi keluarga suaminya,

maka dibolehkan bagi suami untuk mengusirnya dari rumah tersebut,

demikian menurut Ibnu Abbas.

Pendapat Sayyid Sabiq di atas juga ditentang oleh Aisyah Radhiyallahu

Anha, Ibnu Abbas, Jabir bin Zaid, Hasan, Atha’, dan diriwayatkan Ali dan

Page 18: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

Jabir; di mana Aisyah sendiri pernah mengeluarkan fatwa kepada isteri yang

ditinggal mati suaminya untuk keluar dan rumah pada saat menjalani masa

‘iddahnya. Lalu isteri tersebut keluar rumah bersama dengan saudara

perempuannya, Ummu Kultsum berangkat ke Makkah untuk menjalankan

ibadah umrah, yaitu ketika Thalhah bin Ubaid terbunuh.

1.3 RUJUK

1.3.1 Pengertian

Ruju‘ dari segi bahasa berarti kembali. Manakala dari segi syara‘

pula ialah mengembalikan isteri kepada nikah dalam waktu ‘iddah

yang bukan talaq ba’in dengan syarat-syarat tertentu.

Ruju‘ adalah hak yang diberikan oleh Islam kepada bekas suami

untuk melanjutkan ikatan perkawinannya dengan bekas isteri yang

diceraikannya sebelum habis waktu ‘iddah isteri.

Seorang suami yang hendak merujuk isterinya tidak perlu

mendapatkan persetujuan kepada bekas isteri  terlebih dahulu.

Seorang suami yang telah menceraikan isterinya dengan talak satu

atau dua, harus baginya untuk rujuk kembali kepada isterinya selama

isteri itu masih dalam iddah kerana rujuk adalah hak suami, bukan

hak isteri.

Rujuk digalakkan oleh Islam. Dalam Firman Allah: 

(Surah Al-Baqarah, 2:228)

Maksudnya:“Dan suami-suami, mereka lebih berhak untuk mengambil kembali (ruju‘) akan isteri-isteri di dalam masa ‘iddah itu jika mereka bertujuan mahu membuat perdamaian.”

(Surah At-Talaq, 65:2)

Maksudnya:“Maka apabila mereka telah mendekati akhir ‘iddah, ruju‘lah

Page 19: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

mereka dengan cara yang ma‘ruf (baik) atau ceraikan mereka dengan cara yang ma‘ruf (baik).”

Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam telah bersabda kepada ‘Umar ketika dikhabarkan bahawa anaknya (‘Abdullah) telah menceraikan isterinya ketika haidh maka Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam bersabda yang bermaksud:

“Suruh anakmu supaya dia rujuk kepada isterinya.”(Maksud Al-Hadith)

      

1.3.2 Hukum Rujuk

1. Wajib — Suami yang menceraikan salah seorang daripada isteri-

isterinya dan dia belum menyempurnakan  pembahagian giliran

terhadap isteri yang diceraikan itu.

2.  Haram — Apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan

kemudaratan kepada isteri tersebut.

3. Makruh — Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada

rujuk.

4. Harus — Jika membawa kebahagiaan kepada ahli keluanga kedua-

dua belahpihak.

5. Sunat — Sekiranya mendatangkan kebaikan.Suami boleh merujuk isteri yang ditalakkannya dengan syarat-

syarat berikut:

  Belum habis iddah.

  Isteri tidak diceraikan dengan talak tiga.

  Talak itu setelah persetubuhan.

1.3.3 Rukun Rujuk1. Suami yang merujuk

Syarat-syarat suami sah merujuk:  Berakal.  Baligh.

Page 20: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

  Dengan kemahuan sendiri.  Tidak dipaksa — tidak sah rujuk suami yang murtad.

2. Isteri yang dirujuk.  Syarat isteri yang sah dirujuk: Telah disetubuhi. Bercerai dengan talak, bukan dengan fasakh. Tidak bercerai dengan khuluk — tidak sah dirujuk isteri yang

bercerai dengan khuluk.  belum dijatuhkan talak tiga

3. Ucapan yang menyatakan rujuk.  Syarat-syarat lafaz:

Lafaz yang menunjukkan maksud rujuk, misalnya kata suami “aku rujuk engkau” atau “aku kembalikan engkau kepada nikahku”.

Tidak bertaklik — tidak sah rujuk dengan lafaz yang bertaklik,misalnya kata suami “aku rujuk engkau jika engkau mau”. Rujuk itu tidak sah walaupun isteri mengatakan mau.

Tidak terbatas waktu - seperti kata suami “aku rujuk engkau selama sebulan”.

Isteri yang telah habis tempo iddahnya atau diceraikan dengan Talak Bain termasuklah Talak Tiga tidak boleh dirujuk semula. Sekiranya ingin bersatu semula hendaklah dengan akad yang baru.

1.3.4 Syarat Rujuk

1. Selesai iddah dari suami pertama.

2. Bekas isteri berkawin dengan lelaki lain.

3. Suami kedua sudah melakukan persetubuhan dengannya.

4. Bercerai dengan suami kedua, fasakh, atau mati (habis iddah)

5. Setelah tamat iddahnya, suami pertama boleh kembali bekas

isterinya itu dengan akad nikah yang baru mengikut syarat-syarat

dan rukun-rukun nikah yang ditetapkan

6. Rujuk secara bengurau dianggap sah walaupun dilakukan secara

main-main dan tanpa saksi.

Page 21: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

1.3.5 Prosedur Rujuk

1. Jika selepas perceraian yang boleh diruju‘kan (dalam ‘iddah

raj‘iyy) dan ruju‘ telah berlaku dengan persetujuan bersama, pihak-

pihak itu hendaklah melaporkan hal peruju‘kan tersebut kepada

Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju‘ Daerah berkenaan dalam tempoh

tujuh (7) hari daripada tarikh peruju‘kan berlaku serta menerangkan

butir-butir yang berkaitan dengannya dalam borang yang

ditetapkan.

2. Bagi pihak-pihak yang ingin memohon ruju‘ atas persetujuan

bersama semasa di dalam ‘iddah raj‘iyy, pemohon hendaklah hadir

di hadapan Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju‘ Daerah bersama isteri

dan dua orang saksi lelaki.

3. Setiap ruju‘ yang hendak dibuat di hadapan Pendaftar Nikah, Cerai

dan Ruju‘ Daerah hendaklah memastikan pemohon mengemukakan

sijil cerai asal atau keputusan bercerai daripada Mahkamah

Syari‘ah berkaitan sebelum ruju‘ dijalankan.

4. Apabila Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju‘ Daerah berpuashati

bahawa ruju‘ tersebut berlaku secara sah dari segi hukum syara‘,

baharulah pendaftaran atau permohonan ruju‘ diterima setelah

pemohon menyertakan bersama-sama borang permohonan, salinan

resit pendaftaran kes perceraiannya di Mahkamah atau Sijil Cerai

yang asal.

5. Pendaftaran atau permohonan ruju‘ hendaklah dilakukan di

hadapan Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju‘ Daerah.

6. Setiap ruju‘ yang telah didaftarkan, Sijil Cerai asal tersebut akan

diambil oleh Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju‘ Daerah berkaitan

dan dihantar kepada Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju‘ Daerah yang

Page 22: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

mengeluarkan untuk dibatalkan dan direkodkan di dalam Buku

Daftar Cerai Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju‘ Daerah berkaitan.

7. Pemohon yang telah didaftarkan ruju‘ mereka akan diserahkan

kepada mereka Surat Keterangan Ruju‘ (Borang 2D) dan

direkodkan di dalam Buku Daftar Serahan Keterangan Ruju‘.

8. Butir-butir peruju‘kan tersebut hendaklah dicatitkan dan disimpan

oleh Pendaftar Nikah, Cerai dan Ruju

1.3.6 Hikmah Rujuk

1. Dapat menyambung semula hubungan suami isteri untuk

kepentingan   kerukunan numah tangga.

2. Membolehkan seseorang berusaha untuk rujuk meskipun telah

berlaku perceraian.

3. Dapat menimbulkan kesadaran untuk lebih bertanggungjawab

dalam soal rumahtangga.

BAB III

KESIMPULAN

1.        Thalak adalah melepaskan ikatan nikah dari suami dengan mengucapkan lafaz

tertentu, misalnya suami mengatakan kepada isterinya; “saya thalak engkau”,

dengan ucapan tersebut lepaslah ikatan pernikahan dan terjadilah perceraian.

Thalak menurut hukum asalnya adalah makruh, karena talak merupakan perbuatan

yang halal tetapi paling tidak disukai oleh Allah SWT

2.        Iddah berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk menunggu bagi perempuan dan tidak

boleh untuk menikah setelah wafat suaminya atau berpisah denganya. Dikalangan

para ulama fiqh terdapat banyak pendapat dalam memberikan pengertian iddah.

Page 23: Tugas Fiqih Bab1-Selesai

20

Menurut ulama Hanafiah, iddah berarti saat-saat tertentu menurut syara’ untuk

menyelesaikan hal-hal yang terkait dengan perkawinan. dengan kata lain saat

menunggu bagi wanita ketika berpalingnya perkawinan atau yang serupa.

Sedangkan menurut ulama jumhur, Iddah berarti saat menunggu bagi perempuan

(istri) untuk mengetahui kekosongan rahimnya, atau untuk beribadah, atau

keadaan bersedih-berduka cita terhadap perkawinanya, yang berakhir.

3.        Rujuk dan segi bahasa kembali atau pulang. Dari segi istilah hukum syarak rujuk

bermaksud mengembalikan perempuan kepada nikah selepas perceraian kurang

daripada tiga kali dalam masa idah dengan syarat-syarat tertentu.