tugas farmako finishing.doc

Upload: putridegea

Post on 31-Oct-2015

94 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

A. OBAT-OBAT ANTIARITMIA

Terdiri dari lima kelas I (A,B,C), II, III, IV, V

1. KELAS I

Merupakan obat-obatan yang menghambat pemasukan ion natrium ke dalam sel-sel otot jantung. Umumnya, obat yang termasuk golongan kelas I adalah obat anestesi lokal. Ion Na+ diperlukan untuk kontraksi otot-otot jantung. Kelas ini dibagi menjadi tiga yaitu:

A. KELAS IAMenghambat arus masuk ion Na+, menekan depolarisasi fase 0, dan memperlambat kecepatan konduksi serabut purkinje miokard ke tingkat sedang pada nilai Vmax istirahat normal. Efek ini diperkuat bila membrane sel terdepolarisasi, atau bila frekuensi eksitasi meningkat.

a. KUINIDIN

Indikasi:

Digunakan untuk memelihara ritme sinus pada pasien yang mengalami flutter atrium atau fibrilasi atrium dan untuk mencegah kekambuhan takikardia ventrikel atau fibrilasi ventrikel. Kuinidin memblok arus Na+ dan berbagai arus K+ jantung. Sifatnya yang memblok saluran Na+ menyebabkan peningkatan nilai ambang eksitabilitas dan penurunan automatisitas. Akibat kerja pemblok-saluran K+, kunidin memperpanjang potensial aksi pada sebagian besar sel jantung. Kuinidin memperpanjang kerefrakteran pada sebagian besar jaringan, terutama sebagai akibat dari panjangan durasi potensial aksi dan blok saluran Na+. Kuinidin juga menyebabkan blokade reseptor alfa-adrenergik dan penghambatan vagus.

Efek Samping:

Kuinidin dapat menyebabkan sinkonisme, yaitu suatu kompleks gejala yang meliputi sakit kepala dan tinitus. Hal ini dapat ditanggulangi dengan mengurangi dosis.

Pada konsentrasi kuinidin dalam plasma yang tinggi, dapat terjadi blok saluran Na+ yang nyata, sehingga dapat menyebabkan takikardia ventrikel.

Kuinidin dapat memperburuk gagal jantung atau penyakit sistem penghantaran. Namun, pada sebagian besar pasien gagal jantung kongestif, kuinidin dapat ditoleransi dengan baik, kemungkinan karena kerja vasodilatasinya.

b. DISOPIRAMID

Indikasi:

Digunakan untuk menjaga ritme sinus pada pasien yang mengalami flutter atrium atau fibrilasi atrium dan untuk pencegahan kekambuhan takikardia ventrikel atau fibrilasi ventrikel.

Efek Samping:

Percepatan terjadinya glaukoma,

Konstipasi

Mulut kering

Retensi urin.

Disopiramid umumnya menekan kontraktilitas dan dapat memicu terjadinya gagal jantung.

c. PROKAINAMID

Indikasi

Sangat bermanfaat untuk aritmia dengan QRS kompleks yang lebar.

Mungkin dapat digunakan sebagai terapi pada PSVT dengan tekanan darah yang stabil bilamana manufer fagal dan adenosine tidak berhasil.

Takikardi dengan QRS yang lebar dengan sumber yang tidak jelas (unknown origin)

Fibrilasi atrial dengan QRS yang cepat dan Sindrom Wolf-Parkinson-White

Kontraindikasi:

Pada penurunan fungsi jantung dan ginjal total dosis maksimum diturunkan menjadi 12 mg/kg IV dan pemeliharaan 1-2 mg/menit IV.

Memiliki efek proaritmik terutama pada kondisi IMA, hypokalemia, atau hipomagnesimia

Mungkin dapat memiliki efek hipotensi pada pasien dengan fungsi ventrikel kiri yang menurun

Hati-hati pemberian bersamaan dengan obat yang membuat interval QT memanjang, contoh: amiodarone, sotalol.

Dosis:

20 mg/kg BB IV diinfuskan. Total dosis maksimum 17 mg/kg BB IV.

Pada kondisi gawat dosis dapat diberikan mencapai 50 mg/menit IV mungkin secara total dapat menjadi 17 mg/kg BB IV.

Indikasi lainnya menggunakan dosis 20 mg/kg BB IV secara infus sampai terjadi hal-hal berikut ini: hipotensi, supresi aritmia, QRS yang melebar sampai melebihi 50%, atau total dosis 17 mg/kg BB IV yang telah diberikan.

Dosis pemeliharaan (infus)

1-4 mg/menit IV diencerkan dalam D5W atau saline normal.

B. KELAS IB

Sedikit sekali mengubah depolarisasi fase 0 dan kecepatan konduksi di serabut purkinje bila Vm normal, diperkuat bila membrane terdepolarisasi atau bila frekuensi dinaikkan.

a. LIDOKAIN

Indikasi: Diberikan pada henti jantung dengan irama VF/VT tanpa nadi. Bisa juga diberikan pada VT stabil, dengan kompleks QRS lebar dengan tipe yang tidak jelas. Dapat diberikan melalui selang endotrakeal.

Efek Samping

Jika pemberian berlebihan dapat menimbulkan tanda-tanda toksisitas

Dosis dikurangi pada pasien dengan fungsi hati yang menurun, maupun fungsi ventrikel kiri yang menurun.

Pemberian pencegahan pada infark miokard akut tidak dianjurkan

Cara Pemberian

Dosis awal 1-1,5 mg/kg BB IV bolus

Untuk VF refrakter 0,5-0,75 mg/kg BB IV diulangi 5-10 menit kemudian, dengan dosis maksimum 3 ml/kg BB

Pemberian melalui trakea 2-4 mg/kg

Pada Aritmia

VT stabil, QRS kompleks lebar dengan tipe yang tidak jelas, ektopi yang signifikan: dosisnya adalah 0,5-0,75 mg/kg BB IV sampai 1-1,5 mg/kg BB IV diulangi setiap 5-10 menit dengan total dosis 3 mg/kg

Dosis pemeliharaan 1-4 mg/menit IV (30-50 ug/kg BB permenit) diencerkan dalam D5W, D10W atau saline normal

b. MEKSILETIN DAN TOKAINID

Merupakan analog lidokain dengan struktur yang telah dimodifikasi untuk mengurangi metabolisme lintas pertama di hati agar terapi oral kronis menjadi efektif. Kerja elektrofisiologisnya mirip lidokain. Meksiletin mengalami metabolisme di hati, yang dapat diinduksi oleh obat seperti fenitoin. Tremor dan mual merupakan efek merugikan terkait-dosis yang utama; gejala ini dapat diminimalkan dengan menelan obat tersebut bersama makanan.

C. KELAS IC

Merupakan antiaritmia yang paling poten dalam memperlambat konduksi dan menekan arus masuk Na+ ke dalam sel dan kompleks premature ventrikel spontan.

a. PROPAFENONE

Indikasi : Sebagai obat aritmia untuk aritmia yang berasal dari ventrikel dan supraventricular

Kontraindikasi:

Mempunyai efek negative inotropic yang signifikan

Mungkin meningkatkan angka kematian pada orangtua yang menderita IMA

Efek Samping:

Bradikardi

Hipotensi

Gangguan gastrointestinal

Dosis: 1-2 mg/kg BB IV. Harus diberikan secara infus perlahan.

b. FLEKAINID

Memblok arus Na+ serta arus K+ penyearah tertunda pada konsentrasi yang sama secara in vitro.

Indikasi:

Untuk pemeliharaan ritme sinus pada pasien yang mengalami aritmia supraventrikel, termasuk fibrilasi atrium, untuk pasien tanpa penyakit jantung struktural.

Efek Samping:

Mendorong atau memperburuk aritmia yang berpotensi letal

2. KELAS II -BLOKER

Indikasi:

Diberikan pada semua pasien yang didiagnosa angina pectoris tidak stabil, infark miokard akut (IMA) sejauh tidak ada kontraindikasi kepada pasien yang bersangkutan. Sangat efektif sebagai antiangina dan mengurangi terjadinya VF. Dapat mengurangi non-fatal-reinfark dan iskemia berulang.

Untuk merubah irama dari PSVT, fibrilasi atrial, flutter atrial menjadi irama sinus. Penghambat adalah obat lini kedua setelah derifat adenosine, diltiazem atau digitalis.

Untuk mengurangi iskemia miokard dan kerusakan jaringan yang terjadi pada IMA dengan peninggian nadi, tekanan darah, atau keduanya.

Kontraindikasi dan Efek Samping

Tidak boleh diberikan bersamaan secara IV dengan obat penghambat kalsium seperti verapamil atau diltiazem karena dapat menyebabkan hipotensi berat.

Cegah pemberian pada bronkospasme, gangguan sistem konduksi pada jantung dan gagal jantung.

Dapat menyebabkan depresi miokard

Kontraindikasi jika nadi kurang dari 60 kali per menit, tekanan darah < 100 mgHg, gagal jantung kiri yang berat, hipoperfusi, blok AV derajat 2 atau derajat 3

Kontraindikasi pada sindrom coroner akut yang disebabkan kokain

Dosis:

Metoprolol (regimen untuk IMA)

Dosis awal: 5 mg IV secara lambat dan dapat diulang 5 menit kemudian sampai total dosis 5 mg.

Obat oral yang diberikan setelah IV 50 mg 2 kali sehari untuk 24 jam kemudian dapat ditingkatkan menjadi 100 mg 2 kali sehari

Atenolol

Dosis awal: 5 mg perlahan selama lebih dari 5 menit. Tunggu selama 10 menit kemudian berikan dosis kedua sebesar 5 mg IV lambat selama lebih dari 5 menit. Dalam 10 menit jika toleransinya baik dapat diberikan 50 mg per oral. Selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi 100 mg per hari.

Propanolol

Total dosis: 0,1 mg/kg BB, IV lambat dibagi dalam 3 pemberian dengan interval waktu antara 2-3 menit. Jangan melebihi 1 mg per menit. Dapat diulangi 2 menit kemudian jika sangat diperlukan.

3. KELAS III

Mempunyai kemampuan memperpanjang lama potensial aksi dan refractoriness serabut purkinje dan serabut otot ventrikel.

a. SOTALOL

Indikasi:

Di USA pemberian oral diizinkan untuk mengobati atrial dan ventricular aritmia

Di luar USA digunakan untuk mengobati aritmia supraventricular dan aritmia ventricular pada pasien yang diketahui tidak memiliki kelainan pada jantung.

Kontraindikasi:

Harus dicegah pemberiannya pada pasien dengan perfusi yang buruk sebab memiliki efek inotropic negative.

Harus diinfuskan secara perlahan

Hati-hati pemberian dengan obat-obat yang memiliki efek memperpanjang interval QT contoh: prokainamid, amiodarone

Efek Samping:

Bradikardi

Hipotensi

Aritmia (torsades de pointes)

Dosis: 1-1,5 mg/kg BB IV, kemudian diinfuskan dengan kecepatan 10 mg/menit IV. Infus harus diberikan secara perlahan

b. AMIODARON

Indikasi:

Digunakan secara luas untuk fibrilasi atrial dan takiaritmia ventrikuler. Selain itu untuk mengontrol kecepatan nadi pada aritmia atrial dan pada pasien dengan fungsi ventrikel kiri yang menurun jika pemberian digoksin sudah tidak efektif.

Pemberian direkomendasikan pada keadaan-keadaan berikut ini:

Pengobatan VF yang refrakter, atau VT tanpa nadi

Pengobatan VT yang polimorfik dan takikardi dengan QRS lebar yang tidak jelas sumbernya (unknown origin)

Sebagai obat pendukung pada kardioversi elektrik kasus-kasus SVT dan PSVT

Takikardi atrial multifocal dengan fungsi ventrikel kiri yang baik

Mengkontrol kecepatan nadi pada fibrilasi atrial

Efek Samping dan Perhatian Khusus

Vasodilatasi dan hipotensi

Memiliki efek negative inotropic

Memiliki efek memperpanjang interval QTDosis:

Pada henti jantung 300 mg IV cepat (dalam panduan AHA tahun 200, dianjurkan untuk diencerkan dengan 20-30 ml dekstore 5%). Pertimbangan pemberian berikutnya sebanyak 150 mg IV dalam 3-5 menit. Dosis kumulatif maksimum 2,2 gram IV/24 jam.

Pada kompleks QRS lebar yang stabil, maksimum pemberian 2,2 gram IV/24 jam. Cara pemberian dengan bolus 150 mg IV dalam 5-10 menit dapat diulang 150 mg IV setiap 10 menit jika diperlukan. Dilanjutkan dosis 360 mg IV selama 6 jam (1 mg/menit). Dosis pemeliharaan 540 mg IV dalam 18 jam (0,5 mg/menit). Jangan diberikan secara bersamaan dengan procainamide.

4. KELAS IV (ANTAGONIS KALSIUM)

Menekan potensial aksi yang Ca2+ dependent dan memperlambat konduksi di nodus AV.

a. VERAPAMIL

Indikasi:

Obat pilihan (alternative) setelah adenosine untuk menghentikan PSVT (paroxysmal supraventricular tachycardia) dengan QRS sempit dan tekan darah yang adekuat dan fungsi ventrikel kiri yang baik.

Mengkontrol respons ventrikel pada pasien dengan fibrilasi atrial, flutter atrial, atau multifocal atrial takikardia.

Kontraindikasi dan Efek Samping:

Jangan digunakan pada takikardi dengan QRS kompleks yang lebar yang tidak diketahui sumbernya (uncertain origin).

Jangan diberikan pada WPW dan fibrilasi atrial, sick sinus syndrome, atau AV blok derajat 2 dan derajat 3.

Dapat menyebabkan vasodilatasi perifer dan penurunan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan hipotensi.

Cara Pemberian:

2,5-5 mg IV selama lebih dari 2 menit. Dosis berikutnya 5-10 mg IV jika diperlukan dengan interval waktu 15-30 menit dari pemberian dosis pertama. Dosis maksimum 20 mg IV.

Alternatif: 5 mg bolus tiap 15 menit dengan total dosis 30 mg. Pada usia lanjut obat diberikan selama lebih dari 3 menit.

b. DILTIAZEM

Indikasi:

Untuk mengontrol kecepatan nadi pada fibrilasi atrial dan flutter atrial. Dapat menghentikan re-entrant arrhythmia pada tingkat AV nodal. Digunakan setelah pemberian adenosine untuk mengobati PSVT pada pasien dengan QRS kompleks yang sempit dan tekanan darah yang adekuat.

Kontraindikasi:

Jangan gunakan penghambat kalnal kalsium pada QRS kompleks lebar dengan sumber yang tidak jelas (uncertain origin) atau obat-obatan yang memicu takikardia.

Cegah pemberian penghambat kanal kalsium pada pasien dengan sindrom Wolf-Parkinson-White dengan fibrilasi atrial atau flutter atrial, sick sinus syndrome atau pasien dengan AV block

Perhatian bahwa tekanan darah dapat menurun akibat vasodilatasi perifer.

Cara Pemberian:

Untuk mengkontrol denyut nadi, berikan 15-20 mg (0,25 mg/kg) IV selama lebih dari 2 menit. Dapat diulangi 15 menit kemudian dengan dosis 20-25 mg (0,35 mg/kg) selama lebih dari 2 menit. Dosis pemeliharaan 5-15 mg/jam, ditritasi sesuai denyut nadi. Dapat diencerkan dengan dekstrose 5% atau saline normal.

5. KELAS V

a. MAGNESIUM SULFAT

Indikasi:

Dianjurkan digunakan pada henti jantung hanya jika terjadi torsades de pointes atau hipomagnesimia

VF refrakter (setelah pemberian lidokain)

Torsades de pointes dengan nadi

Mengobati ventrikel aritmia yang disebabkan intoksikasi digitalis

Pemberian profilaksis pada IMA tidak dianjurkan

Kontraindikasi:

Seringkali terjadi penurunan tekanan darah pada waktu diberikan secara cepat

Hati-hati pemberian pada orang yang terkena gagal jantung

Dosis:

Pada henti jantung (jika terjadi hipomagnesemia) atau torsades de pointes

Torsades de pointes (tanpa henti jantung): bolus 1-2 g dicampur dalam 20-100 cc D5W selama lebih dari 5-60 menit IV. Lanjutkan dengan 0,5-1 g per hari IV

Infark miokard akut jika ada indikasi: bolus 1-2 g dicampur dalam 50-100 cc D5W selama 5-60 menit IV. Ikuti dengan 0,5-1 g per hari IV.

b. ADENOSIN

Indikasi:

Obat utama pada takikardi dengan QRS sempit, PSVT (Paroksismal Supraventricular Tachycardia). Efektif untuk menghentikan proses masuk kembali (re-entry) yang terjadi pada nodus AV dan nodus SA. Obat ini tidak mempunyai efek untuk menghentikan fibrilasi atrial, flutter atrial, atau takikardi ventrikel.

Efek Samping dan Perhatian Khusus

Flusihing, periode asistol atau bradikardi, ventricular ektopi.

Kurang efektif pada pasien yang mengkonsumsi teofilin, jandiberikan pada pasien yang mendapat dipiradamole

Jangan diberikan pada takikardia dengan QRS lebar (VT) karena dapat menyebabkan perburukan termasuk hipotensi

Periode transien sinus bradikardi dan ventrikel ektopik bisa terjadi setelah terminasi SVT

Kontraindikasi:

AV Block derajat 2 atau 3

Takikardi yang disebabkan karena obat

Dosis:

Tempatkan pasien pada posisi tredelenburg sebelum pemberian obat

Bolus 6 mg IV cepat dalam waktu 1-3 detik diikuti bolus saline normal 20 ml, kemudian lengan diangkat.

Ulangi pemberian 12 mg IV dalam 1-2 menit jika diperlukan, dapat diulangi lagi.

Adenosin 12 mg IV dapat diberikan dengan jarak 1-2 menit setelah pemberian dosis kedua

B. OBAT- OBAT DIURETIK

I. Penghambat Karbonik Anhidrase

Karbonik Anhidrase terdapat di berbagai lokasi pada nefron, tapi lokasi utama enzim ini adalah di membrane lumen TCP. Karbonik anhydrase akan mengatalisis dehidrasi H2CO3. Dengan menyekat karbonik anhydrase, penghambat menyekiat reabsorpsi NaHCO3 dan menyebabkan diuresis.a. Farmakokinetik

Penghambat karbonik anhydrase diabsorpsi secara baik setelah pemberian oral. Peningkatan pH urin akibat diuresis HCO3- tampak dalam waktu 30 menit, maksimal setelah 2 jam dan bertahan selama 12 jam setelah pemberian dosis tunggal. Obat diekskresi melalui sekresi di segmen S2 tubulus proksimal sehingga dosis obat harus diturunkan pada insufisiensi ginjal.

b. Farmakodinamik

Inhibisi aktivitas karbonik anhydrase sangat menekan reabsorpsi HCO3- di TCP. Pada dosisnya yang paling aman, penghambat karbonik anhydrase menghambat 85% kapasitas reabsorpsi HCO3- oleh TCP superfisial. Beberapa HCO3- tetap dapat diabsorpsi di tempat lain di nefron melalui mekanisme yang tidak bergantung pada karbonik anhydrase sehingga efek keseluruhan penghambatan oleh dosis maksimal acetazolamide hanyalah sebesar 45% dari seluruh reabsorpsi HCO3- di ginjal.c. Indikasi Klinis dan Dosis

1. Glaukoma

Penurunan pembentukan aqueous humor oleh penghambat karbonik anhydrase akan menurunkan tekanan intraocular. Efek tersebut merupakan indikasi penggunaan penghambat karbonik anhydrase yang paling banyak

2. Alkalosis Metabolik

Alkalosis Metabolik umumnya ditangani dengan mengoreksi abnormalitas kadar total K+ dalam tubuh, volume intravascular atau kadar mineralkortikoid. Acetazolamide dapat bermanfaat mengoreksi alkalosis juga menghasilkan sedikit diuresis tambahan untuk koreksi kelebihan volume cairan.3. Penyakit Gunung Akut ( Acute Mountain Sickness)

Gejalanya seperti rasa lemah , pusing, insomnia, nyeri kepala, dan mual. Dengan menurunkan pembentukan cairan serebrospinal dan dengan menurunkan pH cairan serebrospinal serta otak, acetozalamide dapat meningkatkan ventilasi dan mengurangi gejala penyakit gunung ini.

4. Kegunaan lain

Penghambat karbonik anhydrase juga digunakan dalam terapi epilepsy, beberapa bentuk paralisis periodic akibat hypokalemia, dan untuk meningkatkan ekskresi fosfat dalam urine pada hiperfosfatemia berat.

ObatDosis Oral Normal

Acetozalamide250 mg 1-4 kali sehari

Dichlorphenamide50 mg 1-3 kali sehari

Methazolamide50-100 mg 2-3 kali sehari

d. Toksisitas dan Efek Samping

Asidosis Metabolik Hiperkloremik

Batu Ginjal

Pembuangan Kalium Ginjal

Rasa mengantuk dan parestesia pada pemberian acetozalamide dosis besar

Reaksi hipersensitivitas( demam,ruam,supresi sumsum tulang, dan nefritis interstisial) dapat terjadi

II. Diuretik Loop

Diuretik ini secara selektif menghambat reabsorpsi NaCl di CAT. Karena segmen ini memiliki kapasitas absorpsi NaCl yang besar dan efek diuretiknya tidak dibatasi oleh asidosis. Diuretic loop adalah salah satu diuretic yang paling efektif yang tersedia.Dua obat prototype yang termasuk kelompok ini adalah furosemide dan asam etakrinat.

a. Farmakokinetik

Diuretik loop cepat diabsorpsi dan dieliminasi oleh ginajl melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus. Absorpsi torsemid oral lebih cepat (1 jam) daripada furosemide (2-3 jam) dan absorpsinya hampir penuh pada pemberian intravena. Durasi efek furosemide biasanya 2-3 jam dan torsemid biasanya 4-6 jam. Waktu paruhnya bergantung pada fungsi ginjal.

b. Farmakodinamik

Obat ini menghambat NKCC2, yakni transporter Na+/K+/2Cl- di lumen, dalam cabang asenden tebal ansa Henle. Dengan menghambat transporter ini, diuretic loop menurunkan reabssorpsi NaCl dan juga mengurangi potensial positif di lumen akibat siklus kembali K+. Diuretik loop memicu sintesis prostaglandin ginjal yang berperan dalam kerja diuretic ini di ginjal. Selain aktivitas diuretiknya, agen loop mempunyai efek langsung pada aliran darah melalui beberapa dasar vascular. Furosemid dan asam etakrinat terbukti menurunkan kongesti paru dan tekanan pengisian ventrikel kiri pada gagal jantung sebelum terjadi peningkatan keluaran urune yang nyata dan pada penderita anefrik.c. Indikasi Klinis dan Dosis

Diuretik Loop terutama didindikasikan untuk edema paru akut, keadaan edema lain dan hiperkalsemia akut.

ObatDosis Oral Harian Total (sebagai dosis tunggal atau terbagi dalam dua dosis)

Bumetanid0,5-2 mg

Asam etakrinat50-200 mg

Furosemid20-80 mg

Torsemid5-20 mg

d. Reaksi Alergik dan Reaksi Lainnya

Ruam kulit (jarang terjadi)

Reaksi alergik jarang terjadi pada penggunaan asam etakrinat.

Karena ansa Henle bertanggung jawab untuk reabsorpsi sebagian besar garam dan air, diuretic loop dapat menyebabkan dehidrasi berat.

e. Kontraindikasi

Penggunaan berlebihan diuretic apapun sangat berbahaya pada keadaan sirosis hepatic, gagal ginjal atau gagal jantung.

III. Tiazid

Diuretik tiazid muncul dari upaya untuk menyintesis penghambat karbonik anhydrase yang lebih poten. Tiazid menghambat transport NaCl terutama di TCD. Prototipe Tiazid adalah hidroklorotiazid.

a. Farmakokinetik

Semua tiazid memiliki gugus sulfonamide yang tidak tersubstitusi. Semua tiazis dapat diberikan per oral, tetapi dapat terdapat perbedaan dalam metabolismenya.

Klorotiazid bersifat kurang larut dalam lemak dan harus diberikan dalam dosis yang relative besar. Klortalidon diabsorpsi secara perlahan dan durasi kerjanya lebih panjang.

Indapamid diekskresi melalui system empedu, bentuk aktif obat ini di ginajl cukup untuk menimbulkan efek diuretiknya di TCD.

b. Farmakodinamik

Tiazid menghambat reabsorpsi Nacl dari sisi lumen sel epitel TCD dengan memblokade transporter Na+/Cl- (NCC). Tiazid sangat meningkatkan reabsorpsi Ca2+. Peningkatan ini diperkirakan terjadi akibat efek tiazid pada tubulus contortus proximalis dan distalis. Dalam tubulus proksimal, hilangnya volume cairan tubuh akibat tiazid menyebabkan peningkatan reabsorpsi pasif Ca2+ dan Na+ . Dalam TCD, penurunan kadar Na+ intrasel akibat blockade pemasukan Na+ oleh tiazid meningkatkan pertukaran Na+/ Ca2+ di membrane basolateral dan meningkatkan absorpsi Ca2+ keseluruhan.c. Indikasi Klinis dan Dosis

Indikasi utama diuretic tiazid meliputi:

1. Hipertensi

2. Gagal Jantung

3. Nefrolitiasis akibat hiperkalsiuria idiopatik

4. Diabetes Insipidus nefrogenik

ObatTotal Dosis Oral HarianFrekuensi Pemberian

Bendroflumetiazid2,5-10 mgDosis tunggal

Klorotiazid0,5-2 mgDua dosis terbagi

Klortalidon25-50 mgDosis tunggal

Hidroklorotiazid25-100 mgDosis tunggal

Indapamid2,5-10 mgDosis tunggal

Metilklotiazid2,5-10 mgDosis tunggal

d. Toksisitas

1. Alkalosis Metabolik Hipokalemia dan Hiperurisemia

2. Gangguan toleransi karbohidrat

3. Hiperlipidemia

4. Hiponatremia

5. Dapat timbul rasa lemah,letih dan parestesia

e. Kontraindikasi

Penggunaan diuretic yang berlebihan sangat berbahaya pada penderita sirosis hepatis, gagal ginjal atau gagal jantung.

IV. Diuretik Hemat-Kalium

Mencegah sekresi K+ dengan melawan efek aldosterone pada tubulus colligens renalis kortikal dan bagian distal akhir.

a. Farmakokinetik

Spironolakton merupakan steroid sintetik yang bekerja sebagai antagonis kompetitif terhadap aldosterone. Awitan dan durasi kerjanya ditentukan oleh kinetic respons aldosterone di jaringan sasaran.

Amilorid dan triamteren adalah penghambat langsung influx Na+ di TCC. Triamterene memiliki waktu paruh yang sangat singkat sehingga harus diberikan lebih sering dibandingkan dengan amilorid.

b. Farmakodinamik

Diuretik hemat-kalium menurunkan absorpsi Na+ di tubulus colligentes. Absorpsi Na+ (dan sekresi K+) pada tempat ini diatur oleh aldosterone. Antagonis aldosterone mempengaruhi proses ini.

c. Indikasi Klinis dan Dosis

1. Keadaan berlebihnya mineralokortikoid atau hiperaldosteronisme akibat hipersekresi primeratau aldosteronisme sekunder( dipicu oleh gagal jantung, sirosis hepatic, sindrom nefrotik atau kondisi lainnya yang berkaitan dengan hilangnya efektivitas volume intravascular).Nama DagangDiuretik Hemat-KaliumHydrochlorothiazide

AldactazidSpironolakton 25 mg50 mg

DyazidTriamteren 37,5 mg25 mg

InspraEplerenon 25,50 atau 100 mg

ModureticAmilorid 5 mg50 mg

d. Toksisitas

1. Hiperkalemia

2. Asidosis Metabolik Hiperkloremia

3. Ginekomastia

4. Gagal Ginjal Akut

5. Batu Ginjale. Kontraindikasi

1. Pasien insufisiensi ginjal kronik tidak boleh sefring diterapi menggunakan diuretic ini

V. Diuretik Osmotik

a. Farmakokinetik

Diuretic osmotic sulit diabsorpsi maka obat ini harus diberikan secara parenteral. Jika diberikan per oral, manitol menyebabkan diare osmotic. Manitol tidak dimetabolisisasi dan diekskresi melalui filtrasi glomerulus dalam waktu 30-60 menit, tanpa adanya reabsorpsi ataupun sekresi tubular yang berarti.

b. Farmakodinamik

Diuretik osmotic terutama bekerja di tubulus proksimal dan cabang desenden ansa Henle. Melalui efek osmotic, diuretic ini melawan kerja ADH di Tubulus renalis colligens.

c. Indikasi Klinis dan Dosis

1. Meningkatkan Volume urine

Manitol dosis uji (12,5 gr secara intravena) harus diberikan sebelum memulai infus kontinu.

2. Penurunan Tekanan Intrakranial dan Intraokular

Dosis Manitol 1-2 g/kg secara intravena

d. Toksisitas

1. Ekspansi cairan ekstrasel

2. Dehidrasi, Hiperkalemia dan HipernatremiaC. OBAT-OBAT YANG MENGUBAH FUNGSI SISTEM SARAF SIMPATIS1. Obat-obat simpatolegik yang bekerja sentral

Metildopa

Dosis : 1-2 gram per hari per oral dengan dosis terbagi

Farmakokinetik : kurang lebih dua per tiga obat yang mencapai sirkulasi sistemik dibersihkan melalui eksresi ginjal, dengan waktu paruh eliminasi 2 ja.

Klonidin

Dosis terapetik : 0,2-1,2 mg/hari

Dosis maksimal yang dianjurkan : 1,2 mg/hari

Farmakokinetik : Kira-kira separuh dari klonidin dieliminasikan tanpa diubah melalui urin.

Klonidin bersifat larut lemak dan secara cepat dapat masuk ke otak melalui sirkulasi.

2. Obat-obat Penghambat saraf simpatis Guanetidin

Dosis : 10 mg/hari

Farmakokinetik : 50% dari obat dibersihkan oleh ginjal. Penahanan obat dalam dalam ujung-ujung saraf dan ambilan ke tempat lainnya menjelaskan terjadinya volume distribusi yang sangat besar dan waktu paruh guanetidin yang panjang (5 hari).

Reserpin

Dosis : Dosis perhari yang biasanya kurang dari 1 mg (secara khusus 0,25 mg) diberikan secara oral dengan dosis tunggal.

Farmakokinetik : Absorpsi, bersihan dan metabolisme reserpine belum diketahui dengan jelas.

D. BETA BLOKER Metoprolol

Dosis : 100-450 mg/hari

Nadolol, Karteolol, Atenolol dan Betaksolol

Dosis : Nadolol (40 mg/hari), Atenolol (50 mg/hari), Karteolol (2,5 mg/hari) dan betaksolol (10 mg/hari)

Farmakokinetik : sangat sedikit dimetabolisme dan dieksresikan dalam jumalh besar pada urin.

E. ALFA 1 ADRENERGIK BLOKER Prazosin

Dosis : 1 mg 3x sehari, dosis bisa ditingkatkan mencapai 20-30 mg/hari.

Farmakokinetik : Diabsorpsi baik tetapi mengalami metabolism first-pass yang berarti didalam hati. Obat ini dieliminasikan hampir seluruhnya oleh metabolisme dengan waktu paruh plasma 3-4 jam.

Terazosin

Dosis : 5-20 mg/hari

Farmakokinetik : Mengalami metabolisme yang hebat tetapi hanya sedikit mengalami metabolisme first-pass dan mempunyai waktu paruh 12 jam.

Doksazin

Dosis : Diberikan sehari dimulai dengan 1 mg/hari dan ditingkatkan sampai 4 mg/hari atau lebih.

Farmakokinetik : Waktu paruh selama 22 jam.

F. VASODILATOR Hidralazin

Dosis : 40-200 mg/hari.

Farmakokinetik : diabsorpsi baik dan dengan cepat dimetabolisme di hari selama first-pass. Hidralazin dimetabolisme sebagian secara asetilasi dengan kecepatan distribusinya bimodal dalam populasi. Selain itu memiliki waktu paruh 2-4 jam.

Minoksidil

Dosis : (oral) 5 atau 10 mg per hari dibagi dalam dua dosis, dan kemudian dosis harian perlahan-lahan ditingkatkan sampai 40 mg/hari.

Farmakokinetik : Diabsorpsi baik melalui saluran pencernaan dan dimetabolisme, terutama dengan konyungasi pada hati. Minoksidil tidak terikat protein. Waktu paruh sekitar 4 jam.

G. ANTAGONIS KALSIUM VerapamilDosis : 75-150 g/Kg IV; 80-160 mg setiap 8 jam per oral

Farmakokinetik : Kira-kira 90% terikat protein plasma, 70% dieliminasikan oleh ginjal dan 15% oleh saluran gastrointestinal.

Diltiazem

Dosis : 75-150 /Kg IV ; 30-80 mg setiap 8 jam per oral

Farmakokinetik : 70-80% terikat protein plasma. Mengadeasetilasi hebat. Obat dan metabolit dieksresikan dalam feses.

Dihidropiridin (Amlodipin, Felodipin, Isradipin, Nikardipin, dan nefidipin)

Farmakokinetik :

Amlodipine ( 90% terikat protein plasma, metabolisme hebat

Felodipin ( >99% terikat plasma protein, metabolisme hebat

Isradipin ( 95% terikat plasma protein, metabolisme hebat

Nikardipin ( 95% terikat plasma protein, metabolisme di hati.

Nifedipi ( Kira-kira 90% terikat pada protein plasma. Metabolisme menjadi asam laktat 80% obat dan metabolit dikeluarkan melalui urin.

H. ACE INHIBITOR

Kaptopril

Dosis awal : 25 mg 2 atau 3 kali seharim 1-2 jam sebelum makan.

Farmakokinetik : kaptopril diabsorpsi secara cepat. Kaptopril terutama dimetabolisme menjadi konyugat disulfide bersama dengan molekul-molekul yang mengandung sulfihidril lainnya.

Kurang dari separuh dosis oral kaptopril dieksresikan kedalam urin tanpa mengalami perubahan.

Kaptopril didistribusikan hamper ke seluruh dalam tubuh, kecuali system saraf pusat.

Waktu Paruh kaptopril adalm kurang dari 3 jam.

I. ANTIANGINA1. Nitrat organic

Farmakodinamik : NO menjadi aktif setelah dimetabolisme dan mengeluarkan nitrogen monoksida (NO, Endothelial derived relaxing factor). NO akan membentuk kompleks nitrosoheme dengan guanilat siklase dan menstimulasi enxzim ini sehingga kadar cGMPmeningkat yang selanjutnya akan menyebabkan defosforilasi myosin, sehingga terjadi relaksasi otot polos. Efek vasodilatasi pertama ini bersifat non-endothelium-dependent. Mekanisme kedua NO adalah bersifat endothelial-dependent, dimana akibat pemberian obat ini akan dilepaskan prostasiklin(PGI2) dari endothelium yang bersidat vasodilator. Pada keadaan dimana endothelium mengalami kerusakan seperti aterosklerosis dan iskemi, efek ini hilang. Atas dasar ini NO dapat menimbulkan vasodilatasi dan mempunyai efek antiagregrasi vascular.

NO menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplai oksegen dengan cara mempengaruhi tonus vaskuler. NO menimbulkan vasodilatasi semua system vascular. Pada dosisi rendah NO menimbulkan vasodilatasi sehingga terjadi penggumpalan darah pada vena perifer dan dalam splanchnicus. Venous pooling ini menyebabkan berkurangnya alirsan balik darah ke dalam jantun. Sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan menurun. Dengan cara ini maka kebutuhan oksigen miokard akan menurun.Sediaan nitrat organic

sediaandosisintervalLama kerja

1. Nitrat keja singkat

a. Amilnitrit inhalasi0,18-0,3 mgInhalasi3-5 menit

b. Preparat sublingual

-nitrogliserin0,15-0,6 mgSesuai keperluan10-30 menit

-isosorbit dinitrat2,5-5 mgSesuai keperluan10-60 menit

-eritritil tetranitrat5-10 mgSesuai keperluan

2. Nitrat kerja lama

a. Preparat oral

-isosorbit dinitrat biasa10-60 mg4-6 jam4-6 jam

-Isosorbit mononitrsr biasa20mg12 jam6-10 jam

-Nitrogliserinlepas lambat6,5-13 mg6-8 jam6-8 jam

b. Preparat salep nitrogliserin 2%4-8 jam4-6 jam

c. Preparat transdermal nitrogliserin10-25 mg24 jam8-10 jam

d. Preparat lepas lambat1-2 mg4 jam3-6 jam

e. Intravena nitrogliserin5-10 mcg/min lalu tingkatkan

Efek samping obat : sakit kepala, flushing karena dilatasi arteri

serebral, rash.

Indikasi : 1. Angina pectoris

2.Infark jantung

3. gagal jantung kongestif

OCTAVIANI SURYA PUTRI

PSKU 4111111097

TUGAS FARMAKOLOGI