tugas etika pak supri

Upload: julaiha-qosim

Post on 18-Jul-2015

131 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

APLIKASI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KASUS PELANGGARAN IKLAN KOSMETIK (PRODUK KRIM PEMUTIH WAJAH) Pengantar Mempunyai kulit putih bercahaya merupakan impian setiap wanita, berbagai macam cara dilakukan untuk memiliki kulit putih bercahaya. Maka tak heran jika ada seorang wanita yang rela mengeluarkan segepok uang hanya untuk mendapatkan kulit putih nan bercahaya. Hal ini merupakan kesempatan yang tidak akan dilewatkan begitu saja oleh produsen kosmetik local maupun luar negeri untuk memproduksi dan memasarkan produk kream pemutih. Tentu saja Negara Negara asia tenggara (termasuk indonesia) merupakan pangsa pasar yang menjanjikan untuk memasarkan produk pemutih wajah. Dalam mempromosikan produknya, para pelaku usaha (produsen maupun distributor) biasanya mengiklankan produknya melalui media elektronik ataupun media cetak berskala nasional maupun lokal. Iklan mempunyai peran penting dibidang pemasaran, terutama dalam hubungan antara pelaku usaha baik produsen maupun distributor, dengan konsumen. Dalam hubungan pelaku usaha dengan konsumen ini, iklan bisa berperan sebagai berikut: Media komunikasi untuk menyampaikan pesan pemasaran suatu produk kepada masyarakat Iklan adalah sumber informasi bagi konsumen sebelum mengkonsumsi produk barang atau jasa Iklan sebagai salah satu unsur penentu konsumen jadi atau tidak untuk membeli produk (1). Oleh sebab itu, maka iklan harus mampu memberikan informasi yang benar, jelas, jujur dan bertanggung jawab, serta informasinya harus utuh dan tidak sepotong-sepotong. Mengingat pentingnya arti iklan ini, terutama bagi pelaku usaha maka paling sering kita jumpai penyalahgunaan iklan, baik untuk kepentingan bisnis maupun kepentingan politik. Penyalahgunaan iklan yg efeknya bisa dirasakan langsung oleh konsumen adalah yang dilakukan

oleh pelaku usaha, terkait dengan produk yg mereka jual. Untuk melindungi konsumen dari perilaku nakal pelaku usaha ini, maka negara memberlakukan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Permasalahan Tingginya permintaan pasar terhadap kosmetik pemutih wajah, membuat produsen kosmetik skala local antaupun internasional berlomba lomba untuk memproduksi produk pemutih. Maka tak heran untuk memperkenalkan produk pemutih wajah, para produsen kosmetik memperkenalkan produknya melalui media cetak dan elektronik baik dalam skala nasional ataupun daerah. Berbagai ragam jingle iklan produk kosmetik diciptakan untuk menarik minat konsumen. Bahkan terkadang jingle iklan yang ditayangkan terkesan berlebihan dan kurang memuat informasi tentang produk yang diiklankan. Sebuah iklan krim pemutih yang dimuat dalam Koran lokal Riau Pos halaman 15, pada hari rabu tanggal 3 November 2010. Dengan tampilkan iklan sebagai berikut (2) :

Dari tampilan iklan tersebut sangat jelas sang produsen kosmetik menawarkan suatu solusi untuk perawatan wajah menjadi putih dan cemerlang. Selain itu dalam iklan tersebut produsen kosmetik mengklaim bahwa produknya terbuat dari bahan-bahan alami, serta dengan harga yang murah meriah. Kalau kita cermati lebih jauh klaim produsen terhadap produknya, akan menimbulkan

beberapa pertanyaan. Diantaranya : Apakah produk tersebut telah mendapatkan izin edar dari badan POM ?, karena dalam tampilan iklannya tidak tertera no.registrasi BPOM. Apakah produk tersebut benar-benar terbuat dari bahan alami ?, karena dalam tampilan iklannya tidak mencantumkan bahan atau zat aktif yang paling dominan dalam komposisi produk tersebut. Jika memang produk tersebut terbuat dari bahan alami, kenapa harganya murah meriah ?, padahal seharusnya jika suatu produk kosmetik yang berasal dari bahan alami murni harganya pasti jauh lebih mahal daripada kosmetik dengan komposisi zat kimia sintetik. Pembahasan Kebenaran informasi merupakan dasar dari persyaratan semua jenis iklan. Pada umumnya iklan harus memenuhi persyaratan umum : 1). Menyampaikan informasi dengan benar Tanggung jawab utama bagi iklan yang benar dan tidak menyesatkan terletak pada pembuat iklan, harus siap untuk membuktikan setiap klaim atau penawaran yang dilakukan sebelum dipublikasi atau disiarkan, dan jika diminta memberi bukti termaksud dengan segera kepada perusahaan iklan atau pihak yang berwenang. 2). Informasi iklan tidak boleh menyesatkan Iklan yang tidak benar, menyesatkan, melakukan pernyataan palsu, membohongi, menjelekkan kompetitor secara tidak benar, mengajukan penawaran yang tidak sungguh-sungguh, tidak boleh dipakai. Suatu iklan secara keseluruhan mungkin menyesatkan walaupun setiap bagian kalimat bila dipisahkan secara harafiah benar (3). Ditinjau dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman

Periklanan Kosmetik Nomor: 386/Men.Kes/SK/IV/1994, maka iklan produk pemutih tersebut sebenarya tidak layak untuk ditampilkan karena tidak sesuai dengan aturan yang sudah ada. Dimana dalam aturan peiklanan kosmetik harus mencatumkan beberapa hal. Diantaranya : Nomor regrister, dalam iklan produk pemutih tersebut tidak dicantumkan nomor register dari BPOM. Sehingga sangat mungkin produk tersebut belum terdaftar di BPOM. Lengkap, dalam iklan produk pemutih tersebut hanya mencantumkan kegunaan dari krim pemutih wajah saja. Tetapi tidak mencantumkan informasi tentang peringatan dan halhal lain yang harus diperhatikan oleh pemakai. Kosmetik yang terbuat dari bahan alami tertentu hanya dapat diiklan mengandung bahan alami yang dimaksud, dalam iklan produk pemutih yang mengklaim menggunakan bahan alami tidak mencantumkan nama bahan alaminya. Untuk kosmetik jenis tertentu diantaranya pemutih kulit harus disertai spot Ikuti Petunjuk dan Pemakaian. Dalam iklan produk pemutih tersebut tidak menuliskan spot Ikuti Petunjuk dan Pemakaian (4). Permasalahan klaim harga murah meriah yang diberikan produsen, hal itu memang tidak ada undang-undang atau aturan yang mengaturnya. Namun sudah seharusnya kita sebagai konsumen berfikir jernih tentang apa mungkin suatu produk pemutih yang terbuat dari bahan alami harganya murah meriah?. Produk pemutih yang mengandung zat kimia sintetik saja harganya sudah cukup lumayan menguras kocek apalagi kosmetik pemutih yang alami. So sudah saatnya kita sebagai konsumen harus bersikap cermat dalam memilih kosmetik. Selain terjadi pelanggaran etika dalam tampilan iklannya, juga terjadi perlanggaran terhadap undang-undang perlindungan konsumen (UUPK) pasal 4 tentang hak-hak konsumen diantaranya : Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi barang dan

atau jasa. Pelanggaran terhadap hak konsumen dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen, meliputi kerugian immaterial yang membahayakan keselamatan jiwa konsumen (karena ketidakjelasan bahan-bahan pembuatan dan kandungan zat aktif krem pemutih tersebut) dan material (hilangnya nilai ekonomi barang dan biaya pengobatan dalam pengatasan efek merugikan dari krem pemutih tersebut) (5). Beberapa kerugian immaterial (dampak kesehatan) dari penggunaan krem pemutih yang tidak jelas komposisinya, dan mempunyai kecenderungan mengandung zat aktif berbahaya seperti mercuri dan hidroquinon yang mudah diserap masuk ke peredaran darah, kemudian memasuki sistem saraf tubuh. Manifestasi gejala keracunan merkuri dapat berupa gangguan sistem saraf,

seperti tremor, insomnia, kepikunan, gangguan penglihatan, gerakan tangan abnormal (ataxia), gangguan emosi, gagal ginjal, batu ginjal (6). Dengan adanya pelanggaran terhadap UUPK pasal 4, maka sudah menjadi kewajiban bagi perusahaan/ produsen untuk memberikan kompensasi kepada konsumen. Kompensasi dapat berupa pengembalian uang, atau bentuk penggantian lain perlu juga diberikan kepada konsumen, apabila barang dan atau jasa yang sudah dijual kepada konsumen merugikan kepentingan konsumen, baik kerugian fisik, maupun kerugian materiil yang keduanya mempunyai bobot berbeda (5). Dengan disahkannya UUPK tersebut pada tanggal 20 april 1999, telah menjadikan masalah perlindungan konsumen sebagai hal yang penting, yang artinya kehadiran undang-undang tersebut tidak saja memberikan posisi tawar yang kuat pada konsumen untuk menegakan hak-haknya, melainkan juga agar dapat tercipta aturan main yang lebih fair bagi semua pihak. Namun demikian, posisi konsumen pada umumnya lebih lemah dibandingkan pelaku usaha. Hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat kesadaran akan haknya, kemampuan finansial, dan daya tawar yang rendah. Terhadap posisi konsumen tersebut maka ia harus

dilindungi oleh hukum. Karena salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Perlindungan kepada masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk kepastian hukum yang menjadi hak konsumen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim penyusun naskah akademik RUU tentang perlindungan konsumen dari FH-UI di tahun 1991-1992 menunjukan bahwa tingkat kesadaran konsumen akan hak-haknya, baik diperkotaan maupun di pedesaan masih sangat rendah. Tidak seorangpun diantara responden yang dirugikan oleh produk cacat pernah melakukan tindakan hukum, baik secara pribadi, melalui YLKI/YLK Daerah, maupun melalui jalan pengadilan. Umumnya dalam suatu transaksi bisnis, konsumen berada dalam posisi sangat lemah dan tidak mempunyai daya tawar yang memadai apabila berhadapan dengan pelaku usaha. Karena keawamannya, saluran pengaduanpun seringkali tidak dimanfaatkan oleh konsumen. Sehingga kasus-kasus di bidang konsumen menjadi jarang muncul di permukaan. Permasalahan yang sering dihadapi konsumen tersebut lebih banyak dialami pada konsumen di wilayah negara-negara berkembang. Hal ini di akui dalam resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa no. 39/248 tanggal 16 April 1985 tentang Consumer Protection. Lebih lanjut dari itu, dalam resolusi ini kepentingan konsumen yang harus dilindungi meliputi : Perlindungan konsumen dari bahaya terhadap kesehatan dan keamanannya. Promosi dan perlindungan kepentingan sosial ekonomi konsumen. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan kemampuan mereka dalam melakukan pilihan yang tepat sesuai dengan kehendak dan kebutuhan pribadi. Pendidikan konsumen. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif.

Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen (5). Kesimpulan Dalam implementasikan UUPK terhadap iklan kosmetik perlu adanya edukasi tentang cara pemilihan kosmetik yang aman bagi kesehatan konsumen yang dilakukan oleh dinas kesehatan dan BPOM. Harus adanya sosialisasi tentang UUPK dan saluran pengaduan terkait ketidaksesuaian produk kepada konsumen.

DAFTAR PUSTAKA (1). Anonim, 2010, Undang Undang Melindungi Konsumen dari Pengusaha Nakal, http://www.politikana.mobile.com.html (diakses 04 Desember 2010). (2). Riau Pos, 2010, Iklan Krem Pemutih Ayu Laurence :15 (3). Anonim, 2005, Etika Pariwara Indonesia, Dewan Periklanan Indonesia, Jakarta (4). Anonim, 1994, Keputasan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

386/Men.Kes/SK/IV/1994 Tentang Pedoman Periklanan : Obat Bebas, Obat Tradisional,

Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan Minuman, Departemen Kesehatan RI, Jakarta (5). Makarim, Edmon, 2004, Kompilasi Hukum Telematika, Rajawali Press, Jakarta (6). Sampurno, 2009, Manajemen Pemasaran Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta