tugas ekonomi manajerial persaingan harga dan non harga garuda

27
PERSAINGAN HARGA DAN NON HARGA Penetapan harga merupakan salah satu fungsi yang penting dalam pemasaran. Harga merupakan variebel dalam pertukaran. Pada saat perusahaan menyusun program pemasaran, perusahaan dapat bersaing atas dasar harga ataupun bukan harga. Penetapan harga merupakan faktor penentu terhadap permintaan produk. Tetapi harga bukan merupakan satu-satunya faktor penentu sukses perusahaan. Produsen harus mengetahui nilai yang diperoleh konsumen darisebuah produk, dan menggunakan hal itu sebagai dasar penetapan harga. Pentingnya harga bagi produsen : Sering kali merupakan satu-satunya elemen yang dapat diubah dengan cepat karena perubahan permintaan. Berhubungan langsung dengan pendapatan total (TR) TR = Price x Quantity Profits = TR - TC profit dipengaruhi secara langsung oleh harga, serta tidak langsung oleh kuantitas yang terjual. Dapat sebagai simbul kualitas ataupun kekuatan tawar. Sebagai penekan inflasi, karena konsumen sadar harga. Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi. 1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. 1

Upload: radilla-widyastuti

Post on 15-Dec-2014

834 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

PERSAINGAN HARGA DAN NON HARGA

Penetapan harga merupakan salah satu fungsi yang penting dalam pemasaran.

Harga merupakan variebel dalam pertukaran. Pada saat perusahaan menyusun program

pemasaran, perusahaan dapat bersaing atas dasar harga ataupun bukan harga. Penetapan

harga merupakan faktor penentu terhadap permintaan produk. Tetapi harga bukan

merupakan satu-satunya faktor penentu sukses perusahaan. Produsen harus mengetahui

nilai yang diperoleh konsumen darisebuah produk, dan menggunakan hal itu sebagai

dasar penetapan harga.

Pentingnya harga bagi produsen   :

Sering kali merupakan satu-satunya elemen yang dapat diubah dengan cepat karena perubahan permintaan.

Berhubungan langsung dengan pendapatan total (TR) TR = Price x QuantityProfits = TR - TC profit dipengaruhi secara langsung oleh harga, serta tidak langsung oleh kuantitas yang terjual.

Dapat sebagai simbul kualitas ataupun kekuatan tawar. Sebagai penekan inflasi, karena konsumen sadar harga.

Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para

pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.

1.    Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya.

2.    Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas.

A. Persaingan Harga dan Non Harga

1. Persaingan Harga

Persaingan harga yaitu menggunakan harga sebagai faktor utama dalam

persaingan. Agar bisa bersaing, maka perusahaan harus mampu memproduksi pada

tingkat harga terendah. Perusahaan sering kali harus mau dan dapat merubah harga,

oleh karena itu dibutuhkan respon yang cepat dan agresif. Tetapi pada saat yang sama,

pesaing juga dapat bertindak cepat, sebagai reaksi atas perubahan harga yang terjadi.

Konsumen bisa switchin ke produk lain, yang dapatmemberikan harga paling murah.

Dalam kurva permintaan, perusahaan akan bergerak dengan cara menaikkan atau

menurunkan harga.

1

Page 2: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

2. Persaingan Non Harga

Hampir seluruh perusahaan menggunakan lebih dari satu strategi bersaing.

Strategi bersaing ini meliputi strategi bersaing dengan harga dan non harga. Setiap

strategi yang digunakan oleh perusahaan memiliki keunggulan dan kelemahannya.

Kompetisi non harga (non price competition) yaitu usaha penjual untuk

mempengaruhi pembeli tanpa potongan harga (diskon), tetapi dengan cara lain,

misalnya perbaikan pelayanan dan peningkatan mutu atau kualitas (Kamus Bank

Indonesia)

Disini perusahaan lebih menekankan pada feature produk, servis, kualitas dan

sebagainya. Sehingga jika perusahaan memilih bersaing dengan menggunakan variabel

bukan harga, perusahaan bisa menciptakan brand loyalty. Untuk itu merk/produk yang

ditawarkan perusahaan harus bisa dibedakan (memiliki deferensiasi) dengan

produk/merk pesaing. Konsumen juga harus bisa menerima deferensiasi itu sesuai

dengan apa yang diharapkana. Differensiasi itu harus dikomunikasikan untuk

menciptakan customer awareness.

Harga yang berbeda (dengan kompetitornya) dianggap sebagai pengganti

manfaat yang akan diperoleh konsumen. Pada kurva permintaan, perusahan harus dapat

menggeser kurva itu kekanan bukan atas dasaar harga tetepi atas dasar deferensiasi

produk (konsumen harus bisa menerima dan menginginkan deferensiasi tadi).

Diskriminasi harga adalah Adalah kebijakan menjual output yang sama dengan

harga berbeda-beda. Tujuannya adalah menambah laba perusahaan melalaui eksploitasi

surplus konsumen.

Ada beberapa syarat agar diskriminasi harga (berdasarkan elastisistas

permintaan), dapat berhasil :

a. Perusahaan harus memiliki daya monopoli

b. Pasar dapat dibagi beberapa (minimal dua kelompok) yang elastisitas

permintaannya berbeda.

c. Pembagian pasar harus efektif.

d. MR di tiap pasar adalah sama agar diskriminasi harga menghasilkan

laba maksimum.

2

Page 3: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

Diskriminasi harga terbagi menjadi :

1. Diskriminasi harga derajat ketiga: monopolis menetapkan 2 harga yang berbeda

pada 2 segmen pasar yang berbeda

2. Diskriminasi harga derajat kedua : monopolis menetapkan lebih dari 2 macam

harga untuk lebih dari 2 segmen pasarnya

3. Diskriminasi harga derajat pertama : monopolis berhasil menetapkan harga yang

berbeda untuk setiap pembelinya.

Diskriminasi harga di dalam ekonomi tidak dipandang negative karena :

1. Menguntungkan, dengan melakukan diskriminasi harga akan diperoleh laba

maksimum.

2. Dengan adanya diskriminasi harga dapat membantu masyarakat yang kurang

mampu.

B. Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga

1. Tujuan Organisasi dan pemasaran,

Harus konsisten/sesuai dengan tujuan organisasi. Jika distribusor di tempat

eklusif dengan harga mahal, maka hal itu juga harus sesuai dengan tujuan bidang

pemasaran perusahaan.

2. Tujuan penetapan harga :

a. Profit, Satisfactory profit levels vs. profit maximization. Expressed in dollar amount or percent change from the previous period.

b. Market share, tujuan penetapan harga untuk meningkatkan market share atau mempertahankan market share

c. Cash flow, menutup biaya secepat mungkin, terutama untuk produk yangmemiliki plc singkat.

d. Status Quo, menjaga market share, menyamakan harga dengan produk pesaing, untuk memperoleh stabilitas harga atau menjaga citra perusahaan. Hal ini utamanya untuk kompetisi bukan harga.

e. Survival, rugi dalam jangka pendek kadang perlu untuk bertahan.

3. Persepsi Pembeli

Sensitivitas harga berbeda-beda antar segmen dan antar produk (terutama

kebutuhan pokok vs lux), oleh karena itu perusahaan perlu mengetahui tingkat

harga yang bisa diterima target pasar, serta sensitivitas terhadap perubahan

3

Page 4: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

harga.Perusahaan juga perlu mengetahui kadar sensitivitas harga tersebut,

untuk mengetahui sensistivitas permintaan karena perubahan harga.

Elastic demand lebih sensitif terhadap harga jika dibandingkan dengan

inelastic demand.

Elastic demand, nilainya lebih dari 1 (-1) Inelastic demand, nilainya kurang dari 1 (-1) Unitary demand, nilainya sama dengan 1

Jenis permintaan yang terjadi, tergantung kepada :

Jumlah barang substitusi yang ada Tingkat kepentingan barang Brand loyalty

TR = Price * Quantity Jika demand inelastis, maka perubahan harga akan menyebabkan perubahan

TR dalam jumlah yang seimbang (sama). Jika demand elastis, maka perubahan

harga yang sedikit saja akan menyebabkan perubahan perubahan TR cukup

banyak.Sehingga semakin kurang elastis, memungkinkan perusahaan untuk

menaikkan harga jual, dus menikmati margin lebih besar.

4. Biaya

Perusahaan, tidak akan bisa bertahan jika menjual produknya sama dengan biaya

yang dikeluarkan atau lebih kecil.

Analysis permintaan, Hubungan Biaya dan profit .

Perusahaan perlu menetapkan harga yang akan menutup semua biaya, ada dua

metode :

a. Breakeven Analysis

BEP adalah suatu keadaan dimana biaya produksi sama dengan pendapatan

(yang diperoleh dari menjual produknya). Jenis biaya :

Fixed cost : biaya ini tidak berubah walaupun jumlah unit produksi

berubah

Variable cost : biaya ini bervariasi/berbeda tergantung kepada jumlah

yang diproduksi

4

Page 5: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

FC

BEP = -----------------

P - VC/u

Berdasarkan analisis ini, maka perusahaan perlu melihat break even point

yang terjadi unuk beberapa skenario harga.

b. Marginal Analysis

Jika biaya produksi naik untuk setiap unit yang diproduksi sehingga kita

akan mengetahui dititik mana profit akan maximal. Menurut analisis ini

perlu dibedakan antara :

Fixed Cost

Average Fixed Costs, (FC/unit)

Variable Costs

Average Variable Cost, (VC/Unit)

Total Cost = (AFC+AVC)*Q

Marginal cost = biaya tambahan yang muncul untuk memproduksi satu unit

lebih banyak Marginal revenue = tambahan revenue ketika jumlah yang

terjual bertambah satu Profit maximal pada MR = MC, dengan asumsi

semua produk terjual

5. Variabel marketing Mix lainnya,

Semua variebel marketing mix saling berhubungan, contohnya harga

menunjukkan kualitasnya, tipe distribusi yang digunakan (selektif/intensive),

juga berpengaruh terhadap margin yang diambil oleh wholesaler dan retailer,

juga menunjukkan tipe promosi apa yang pas digunakan.

6. Expektasi Distributor

Distibutor mengharapkan memperoleh pendapatan atas jasa (service) tambahan

yang diberikan. Perusahaan juga berharap distributor/retailer senang,

menghindari konflik, dsb. Perusahaan juga perlu menggaransi kepada

wholesaler/retailer bahwa harga yang diberikan merupakan harga terendah yang

bisa diberikan.

5

Page 6: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

C. Strategi Penentuan Harga Jual

1. Demand Oriented Pricing:

Berdasarkan strategi ini, maka perlu diukur berapa kira-kira permintaan atas

produk, kemudian menghitung besar mark up untuk tiap channel member,

kemudian baru melihat biaya untuk membuat produk itu. Perusahaan juga harus

membuat skenario permintaan yang akan terjadi untuk beberapa level harga.

Skenario harga ini akan sangat berguna, terutama jika perusahaan percaya

bahwaa harga merupakan faktor utama dalam pertimbangan konsumen. Ada

beberapa kebijakan yang muncul :

a. Price Skimming menentukan harga tinggi dibandingkan produk sejenis

(sampai tingkat tertentu, konsumen masih mau membeli). Hal ini

dilakukan dengan tujuan tertentu al : mendapatkan cash flow bsar,

menutup biaya R’&’D, membatasi permintaan (karena kapasitas

produksi terbatas) dsb. Harga yang tinggi akan menarik segmen dalam

hal : kualitas, status, unik dsb.kondisi ini, dapat dilakukan jika

persaingan dapat dikurangi karena brand loyalty, patent, barriers to

entry tinggi serta permintaan inelastis.

b. Penetration Pricing yaitu menetapkan harga rendah di pasar.

Perusahaan bisa menggunakan cara ini jika demand elastis, juga

tercapainya scala ekonomi. Kebijakan ini bisa digunakan sebagai

barrier to entry, tetapi disastu sisi lebih mudah bagi perusahaan untuk

menurunkan harga dari pada menaikkan harga.

c. Odd-even pricing, menetapkan harga dengan akhitran genap/ganjil. Rp

99.95 kelihatannya lebih murah dibandingkan dengan Rp100.

Penetapan harga genap biasanya untuk produk yang mahal/eklusif.

d. Price bundling, menawarkan beberapa produk sekaligus dengan satu

harga lebih murah. Di B2B hal ini, sangat serin dilakukan, termasuk

instalasi. Tetapi sekarang menjadi trend di beberapa industri yang lain.

Misalnya di Fast food, seminar, entertainment.

e. Optional-product pricing merupakan penetpan harga untuk produk

asesoris / opsional, bersama dengan produk utama. Contoh : perusahaan

6

Page 7: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

mobil, dimana perusahaan menjual AC mobil lebih mura dari harga

pasar, tetapi harus dengan membeli mobil itu. 

f. Captive-product pricing merupakan menetapkan harga jual produk,

yang harus digunakan bersamaan dengan produk utama, seperti silet

dengan pencukurnya; film dengan kamera. Untuk perusahaan jasa,

strategi ini disebut dengan two-part pricing dimana ada fee tetap, serta

biaya variabel penggunaan (usage rate).

g. Prestige Pricing, harga ditetapkan sebagai ukuran kualitas.

2. Cost oriented pricing

Dengan strategi ini, perusahaan, menentukan lebih dahulu biaya yang timbul

kemudian, menambahkan sebesar rupiah tertentu atau prosentase tertentu.

Metode ini sangat mudah dikelola. Ada dua pendekatan :

a. Cost-plus pricing. Biaya dihitung dulu, kemudian ditambah dengan

prosentase tertentu. Laba perusahaan dinyatakan dalam prosentase dari

biaya, bukan pejualan. Harga tidak muncul karena permintaan produk.

Metode ini baik digunakan jika harga bersifat inelastis, serta perusahaan

memiliki control penuh terhadap harga. Baik untuk menetukan harga

dasar (floor price).

b. Mark-up pricing, umumnya digunakan oleh retailer. Besarnya

bervariasi antar produk satu dengan yang lain, tergantung kepada tingkat

turnover.

3. Competitive Oriented Pricing

Harga jual yang ditetapkan perusahaan, didasarkan kepada harga jual kompetitor,

terutama untuk produk-produk yang bersifat homogen (=sama). Perusahaan bisa

menetapkan harga diatas atau dibawah kompetitor. Metode ini, baik untuk

melakukan estimasi harga, jika marketer tahu harga yang ditetapkan

kompetitornya. Tetapi sering kali sulit untuk menentukan, terutama di pasar

reseller. Tetapi perusahaan juga harus ingat, bagaimaa dengan struktur pasar ?

oligopoly, persaingan sempurna. Apakah harga dikontrol penuh perusahaan, atau

pasar atau pemerintah ?

7

Page 8: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

Ada juga perusahaanyang menetapkan harga secara konsisten yang disebut

dengan customary price, dimana harga ditetapkan berdasar tradisi. Contohnya

harga tidak akan berubah untuk waktu yang lama. Jika ingin merubah harga,

perusahaan merubah ukuran, besar produknya atau harga sama untuk semua

produk.

D. Price Adjustments

Harga sering kali disesuaikan karena segmen yang berbeda dan situasi-siatuasi

berbeda.

E. Diskon dan Potongan

Diskon dan potongan sering dipakai untuk menarik konsumen, karena harga yang

dibayar konsumn lebih murah. Diskon ini dipakai dengan alasan promosi produk, atau

karena konsumen membayar lebih awal. 

a. Fuctional / trade discount, merupakan diskon yang diberikan oleh produsen, kepada middleman (karena fungsinya seperti menjual, menyimpan, mengantar dsb) dalam bentuk potongan sebesar prosentase tertentu.

b. Cash discount merupakan potongan harga yang diberikan kepada pembeli, karena membayar pada saat tertentu yang ditentukan. Contoh : 2/10, 30/30 pembeli akan mendapat potongan 2 % jika membayar dalam jangka waktu 10 hari, jika dibayar sesudah 10 hari sampai 30 hari tidak akan mendapat potongan serta pinalty

c. Quantity discount potongan harga yang diberikan karena membeli dalam jumlah yang banyak..

d. Seasonal discount harga diskon yang diberikan karena membeli diluar musim. Contoh : beli jaket hujan di musim panas.

e. Trade inpotonganharga yang diberikan karena menukar barang yang sudah dibeli dengan barang yang baru

F. Geographic Pricing

Harga juga dipengaruhi oleh faktor geografis. :

a. Free On Board atau harga dasar FOB merupakan penetapan harga atas dasar geografis, dimana harga barang sampai di kapal saja, biaya angkut dibayar pembeli sendiri

b. Uniform-delivered pricing dimana harga ditetapkan sama (untuk semua konsumen) ditambah biaya angkut tanpa memperhatikan loksinya.  This method is fairly easy to administer and advertise nationally. 

8

Page 9: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

c. Zone pricing berarti daerah yang berbeda membayar harga yang berbeda juga, tetapi konsumen di area yang sama membayar harga yang sama. 

d. Basing-point pricing harga yang dibayar konsumen termasuk biaya angkut yang didasarkan atas lokasi tertentu. 

 

G. Pengaruh Hukum

Hukum membatasi perususahaan dalam menentukan harga. Hukum dan peraturan

pemeerintah antar negara satu dengan negara lain berbeda nilai tukar uang juga berubah

dari satu waktu ke waktu yang lain. Sehingga harga produk juga berubah, bisa jadi

kurang menarik di suatu negara, tetapi menarik di negara lain, karena perbedaan nilai

tukar.

a. Predatory pricing, penentuan harga, illegal, menetapkan harga murah

(unreasonably low prices) agar pesaing keluar dari bisnis.

b. Price discrimination, menetapkan harga yang berbeda, untuk produk yang

memiliki kualitas sama, untuk konsumen berbeda. Harga berbeda ini bisa

diterapkan asal karena perbedaan biaya .

c. Dumping yaitu menetapkan harga produk di negara ‘luar’ dibawah biaya

produksi (lebih murah) dibanding dengan harga di negara asal

H. Definisi Kartel

Dalam kamus Oxford, kartel atau cartel didefinisikan sebagai sebuah kelompok

(grup) dari berbagai badan hukum usaha yang berlainan yang bekerja sama untuk

menaikkan keuntungan masing-masing tanpa melalui persaingan usaha dengan pelaku

usaha lainnya. Mereka adalah sekelompok produsen atau pemilik usaha yang membuat

kesepakatan untuk melakukan penetapan harga, pengaturan distribusi dan wilayah

distribusi, termasuk membatasi suplai.

Dalam buku Black's Law Dictionary (kamus hukum dasar yang berlaku di

Amerika Serikat), praktik kartel (cartel) didefinisikan sebagai kombinasi di antara

berbagai kalangan produsen yang bergabung bersama-sama untuk mengendalikan

produksinya, harga penjualan, setidaknya mewujudkan perilaku monopoli, dan

membatasi adanya persaingan di berbagai kelompok industri. Dari definisi tersebut,

praktik kartel bisa dilakukan oleh kalangan produsen manapun atau untuk produk

apapun, mulai dari kebutuhan pokok (primer) hingga barang kebutuhan tersier.

9

Page 10: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

Pengertian kartel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dituliskan kartel

memiliki dua ciri yang menyatu, yaitu:

1. Organisasi perusahaan-perusahaan besar yang memproduksi barang-barang

sejenis

2. Persetujuan sekelompok perusahaan dengan maksud mengendalikan harga

komoditi tertentu.

Poin penting dalam definisi tersebut, bahwa kelompok-kelompok di dalam suatu

kartel terdiri atas kumpulan perusahaan-perusahaan besar yang menghasilkan

barang-barang yang sejenis yang tujuan utamanya berfokus pada pengendalian

harga, sehingga harga yang terbentuk adalah bukan harga persaingan. Definisi ini

telah menyentuh pada aspek perilaku monopoli.

Praktik kartel dalam bentuk apapun pasti akan berujung pada kondisi yang

merugikan konsumen. Sekalipun praktik tersebut diatur oleh pemerintah, kecuali praktik

kartel dilakukan oleh perusahaan milik pemerintah yang notabene tidak selalu

berorientasi untuk mengejar laba (profit). Praktik akan menutup adanya peluang bagi

masuknya inovasi maupun perusahaan (pendatang baru) yang bisa menawarkan harga

lebih murah dan pelayanan yang lebih baik. Seringkali pula terjadi, praktik kartel akan

menutup peluang perusahaan lain (pendatang baru) untuk menawarkan sistem produksi

yang lebih baik, sehingga akan mampu menciptakan harga yang lebih efisien (lebih

murah).

I. Polemik Fuel Surcharge

Fuel Surchage merupakan komponen baru dalam tarif jasa penerbangan

Indonesia, baik domestik maupun internasional yang terpisah dari komponen biaya yang

telah ada selama ini (sumber: Position Paper KPPU Terhadap Fuel Surcharge Maskapai

Penerbangan). Pemberlakuan fuel surcharge sebagai komponen tarif merupakan upaya

maskapai penerbangan Indonesia seizin Pemerintah (Departemen Perhubungan) selaku

regulator, dalam menghadapi kenaikan biaya akibat harga avtur yang meningkat drastis,

seiring dengan peningkatan harga minyak dunia. Jadi, Fuel surcharge merupakan

sebuah komponen tarif yang ditujukan untuk menutup biaya maskapai yang diakibatkan

10

Page 11: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

oleh kenaikan harga avtur semata, sehingga besaran fuel surchrage secara keseluruhan

harus sama persis dengan selisih harga avtur yang harus dibayar maskapai akibat

kenaikan harga avtur.  Biaya fuel surchrage ini tidak boleh dijadikan komponen margin

oleh maskapai penerbangan.

Penerapan fuel surhchage merupakan fenomena yang lumrah terjadi dalam

industri penerbangan. Fuel surchrage juga terjadi pada industri penerbangan di negara-

negara lain. Hal yang kemudian menjadi permasalahan dan dikatakan merugikan

konsumen oleh KPPU adalah, ketika harga avtur turun fuel surchage yang dikenakan

oleh maskapai penerbangan tidak ikut turun.  Bahkan cenderung naik. Pada titik inilah

pelanggaran dilakukan oleh masakapai karena dianggap mengambil margin dari

biaya fuel surcharge yang dikenakan pada konsumen dan dijadikan sebagai pendapatan

perusahaan. Oleh karena itu, KPPU mengeluarkan keputusaan mengenai dugaan

pelanggaran terhadap pasal 5 UU nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang pada intinya membuktikan adanya

kesepakatan usaha, terhadap sembilan maskapai penerbangan nasional termasuk Garuda

Airlines.

Maskapai penerbangan telah melakukan kartel fuel surcharge, dengan menaikkan

fuel surcharge tidak sebanding dengan kenaikan harga avtur. Berdasarkan bukti yang

dimiliki KPPU, sejak adanya ketentuan fuel surcharge pada Mei 2006, tarif hanya

dikenakan Rp 20.000. Sedangkan hingga Desember 2008, tarifnya telah mencapai Rp

160.000-Rp 480.000. Padahal dalam periode yang sama, kenaikan harga avtur hanya

naik dari Rp 5.600 per liter pada Mei 2006 menjadi Rp 8.206 per liter di Desember

2008.

KASUS GARUDA INDONESIA

Profil Garuda Indonesia

Garuda Indonesia (GA/GIA) adalah maskapai penerbangan dari

Indonesia. Garuda adalah maskapai pertama dan tertua di Indonesia, dan

dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Sebagai maskapai negara,

Garuda Indonesia adalah flag carrier dari Indonesia dengan slogan The

11

Page 12: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

Airline of Indonesia. Dalam penerbangan, Garuda memberikan pelayanan

full service. Artinya, Garuda memberikan fasilitas dan kenyamanan lebih

bagi para penumpangnya. Untuk rute domestik, Garuda memberikan 2 kelas

pelayanan, eksekutif dan ekonomi. Penumpang kelas ekonomi akan

mendapatkan fasilitas seperti seat pitch 31 inci, checked baggage 20 kg,

bagasi kabin 10kg, hot meal (penerbangan di atas 1 jam) atau snack

(penerbangan di bawah 1 jam) dan drink service, serta on board Audio

Video on Demand (AVOD) Inflight Entertainment (IFE) dengan katalog film

dan music yang actual dan update.

Penumpang kelas eksekutif akan mendapatkan pelayanan ekstra dan

premium, seperti kursi nyaman dengan seat pitch 38 incidan footrest,

welcome drink, hot meal dan drink service, checked baggage 30kg, bagasi

kabin 10kg, serta AVOD IFE dengan noise-canceling headphones. Untuk

rute internasional jauh (long-haul), Garuda Indonesia memberikan

kenyamanan khusus dengan lie-flat bed untuk penumpang kelas eksekutif.

Dengan program Quantum Leap di tahun 2010, Garuda Indonesia

melakukan peremajaan armada dan brand, yang akhirnya membuahkan hasil

di mana Garuda Indonesia meraih Skytrax 4-star airline rating, 2012 Skytrax

World’s Best Regional Airline, serta 2011 Skytrax World’s Most Improved

Airline.

Dengan ini, Garuda akan bergabung dengan aliansi maskapai

internasional Skyteam, dimana rute Garuda akan bergabung dengan jaringan

rute dari maskapai seperti Air France-KLM, Aeroflot serta Korean Air.

PERMASALAHAN YANG TERJADI

Salah paham penentuan tarif penerbangan antara Garuda Indonesia dan Australia

mencuat. PT. Garuda Indonesia membantah tuduhan Komisi Persaingan Usaha dan

Konsumen Australia (ACCC) telah melakukan permainan harga industri kargo udara

bersama sejumlah maskapai penerbangan asing lain yang beroperasi di Negara itu.

“Garuda Indonesia tidak pernah menerapkan `fuel surcharge` (biaya tambahan bahan

bakar) terhadap kargo yang dikirimkan dari Australia. Garuda juga tidak pernah

mengenakan `fuel surcharge` dalam bentuk apa pun juga terhadap pengirim barang dari

12

Page 13: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

Australia,” kata Manajer Umum Senior Garuda Indonesia untuk Australia dan Pasifik

Barat daya, Poerwoko Soeparyono.

Poerwoko mengatakan, pernyataan ACCC bahwa kesepahamanan Garuda

dengan penerbangan kargo udara internasional lain yang dibuat di Indonesia dan Hong

Kong tidak berarti Garuda mengenakan “fuel surcharge” di Australia. Namun Garuda

mengakui tuduhan bahwa pihaknya telah melakukan “security surcharge” atau

tambahan biaya keamanan untuk kargo di Australia, tetapi itu dilaksanakan bukan

karena ada referensi dari maskapai penerbangan lain.

“Itu dilakukan dengan basis yang sama sekali berbeda dengan `airline-airline`

lain atau `airlines` pada umumnya,” kata Poerwoko. Sehari sebelumnya ACCC

melaporkan Garuda ke Pengadilan Federal, Sydney, dengan telah melakukan permainan

harga industry kargo udara.

Dalam pernyataan persnya, ACCC menyebutkan bahwa antara 2001 dan 2006

Garuda telah membuat kesepahaman dengan sejumlah penerbangan kargo udara

internasional di Indonesia dan Hong Kong tentang penentuan harga “fuel surcharge”

dan “security surcharge” terhadap kargo yang mereka angkut.

Untuk perkara ini, Garuda terancam terkena denda jika terbukti bersalah,

sementara ACCC akan melakukan “hearing” kasus ini di Pengadilan Federal, Sydney,

pada 22 Oktober 2009.

Garuda Indonesia tercatat sebagai maskapai penerbangan ke-10 yang dituduh

ACCC melakukan permainan harga industry kargo udara. Sejauh ini, total denda yang

sudah diperintahkan pengadilan kepada maskapai-maskapai penerbangan yang bersalah

adalah 41 juta dolar Australia.

Denda terbesar dikenakan pengadilan pada Maskapai penerbangan nasional

Australia, “Qantas Airways”, yakni 20 juta dolar Australia, pada 11 Desember 2008.

Delapan maskapai penerbangan lain yang dikenai sanksi adalah British Airways PLC

(sudah didenda lima juta dolar), Societe Air France (tiga Juta dolar), Koninklijke

Luchtvaart Maatschappij NV (tiga juta dolar), Martinair Holland NV (lima juta dolar)

dan Cargolux International Airlines SA (lima jutadolar), Singapore Airlines Cargo Pte

Ltd, Cathay Pacific Airways Ltd, dan Emirates.

Sejak penghentian rute penerbangan Darwin-Denpasar 22 April 2009, Garuda

Indonesia hanya beroperasi di tiga kota utama Australia, yakni Sydney, Melbourne, dan

13

Page 14: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

Perth. Salah paham penentuan tarif penerbangan antara Garuda Indonesia dan Australia

mencuat. PT. Garuda Indonesia membantah tuduhan Komisi Persaingan Usaha dan

Konsumen Australia (ACCC) telah melakukan permainan harga industry kargo udara

bersama sejumlah maskapai penerbangan asing lain yang beroperasi di Negara itu.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menetapkan 9 maskapai

penerbangan nasional bersalah melakukan kartel fuel surcharge. Akibat kartel ini,

masyarakat dirugikan sampai Rp 13,843 triliun.

"Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Merpati Nusantara Airlines, Mandala

Airlines, Travel Express Aviation Service, dan Lion Mentari Airlines, Wings Abadi

Airlines, Metro Batavia, Kartika Airlines, telah sah terbukti melanggar pasal 5 UU No.5

Tahun 1999," Pasal 5 UU No.5 Tahun 2009 ini mengatur:

- Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya

untuk menetapkan harga atas suatu barang, dan atau jasa yang harus dibayar oleh

konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama

- Ketentuan dimaksud pasal 1 tidak berlaku jika :

a. Suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan

b. Suatu perjanjian yang didasarkan UU yang berlaku

PT Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Mertpati, Mandala, Riau, Travel Express,

Lion, Wings, Metro Batavia, Kartika, Linus, Trigana, dan Indonesia Air Asia, terbukti

melanggar pasal 21 UU No.5 Tahun 1999. Pasal 21 mengenai pelaku usaha dilarang

melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang

menjadi bagian komponen harga barang atau jasa yang dapat mengakibatkan praktik

monopoli atau persaingan tidak sehat.

Pada Mei 2010, Garuda Indonesia bersama dengan sembilan maskapai lain

dituntut bersalah oleh KPPU. Garuda dan sembilan maskapai lain dianggap menerapkan

kartel dalam penentuan besaran fuel surcharge dan Garuda Indonesia dikenakan denda

sebesar Rp 25 miliar dan ganti rugi sebesar Rp 162 miliar. Semua tertuang dalam KPPU

No.25/KPPU-I/2009

14

Page 15: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

GARUDA TOLAK PUTUSAN KARTEL

PT Garuda Indonesia secara tegas menolak putusan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) tentang tindakan kartel terhadap BUMN Penerbangan itu

bersama sembilan maskapai lainnya. “Secara tegas kami menolak putusan KPPU itu

baik atas pertimbangan hukum maupun ekonomi,” kata VP Corporate Communication,

PT Garuda Indonesia, Pujobroto dalam siaran pers di Jakarta, Rabu pagi.

Sebelumnya, KPPU menghukum sembilan maskapai penerbangan, termasuk Garuda

untuk membayar denda dan ganti rugi senilai total Rp700 miliar, setelah terbukti

melakukan kartel penetapan harga fuel surcharge sejak 2006 hingga 2009.

Anggota KPPU, Maria Tri Anggraini saat membacakan putusan kasus tersebut

menyebutkan PT Garuda Indonesia terkena denda dan ganti rugi paling besar yaitu

Rp25 miliar dan Rp162 miliar.

Menurut Pujobroto, mengingat putusan KPPU ini belum merupakan putusan

final yang berkekuatan hukum tetap, maka Garuda akan mempelajari kemungkinan

langkah hukum lebih lanjut. Pujobroto mengatakan, selama ini Garuda Indonesia selalu

menjunjung tinggi prinsip `good-corporate governance` dan supremasi hukum serta

menghargai fungsi KPPU. Namun demikian, putusan KPPU terhadap Garuda Indonesia

ini telah didasarkan pada asumsi dan fakta serta data yang keliru dan tidak akurat.

“KPPU menggunakan tabel data tahun 2006 ? 2009 untuk analisa Garuda, sementara

data yang kami beri ke KPPU hanya data tahun 2006 dan 2008 karena data 2009 masih

belum diaudit,” kata Pujobroto. Selain itu analisa dan uji statistik yang dilakukan oleh

KPPU tidak sesuai dan kurang akurat karena hanya dua maskapai yang memberikan

data lengkap dari 12 maskapai yang ada. Penerapan `fuel surcharge` adalah merupakan

suatu hal yang lazim dilakukan di industri penerbangan di dunia dan diterapkan karena

terjadinya peningkatan harga bahan bakar minyak yang terjadi. Fuel surcharge bersifat

fluktuatif dan merupakan upaya maskapai penerbangan mempersempit kesenjangan

antara harga asumsi minyak yang ditetapkan dengan fluktuasi atau kenaikan harga

minyak di pasar.

Dengan demikian penerapan `fuel surcharge` oleh Garuda Indonesia sama sekali

bukan merupakan upaya untuk mencari keuntungan, melainkan upaya untuk menutupi

15

Page 16: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

biaya bahan bakar. Garuda Indonesia juga tidak memperoleh keuntungan dari

pengenaan fuel surcharge mengingat besarannya jauh lebih kecil dari jumlah biaya

bahan bakar (fuel cost) yang ditanggung oleh Garuda Indonesia. Selain itu, penerapan

fuel surcharge bukanlah merupakan perbuatan melawan hukum karena `Undang-

Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan `keputusan Menteri Perhubungan

No.9 Tahun 2002? tentang `Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam

Negeri Kelas Ekonomi` memperbolehkannya. “Penerapannya juga tidak pernah secara

bersama sama dengan maskapai lainnya mengingat kami satu-satunya maskapai yang

menawarkan layanan full service,” katanya.

Keuntungan yang diperoleh Garuda Indonesia pada tahun 2007 2009 merupakan

hasil program transformasi perusahaan yang dilaksanakan, antara lain melalui

restrukturisasi rute, peremajaan pesawat, program efisiensi, pengembangan program

revenue manajemen dan sebagainya. Selain Garuda, maskapai lain yang dihukum denda

oleh KPPU cukup besar adalah PT Mentari Lion Airlines Rp17 miliar dan ganti rugi

sebesar Rp107 miliar. Sedangkan Sriwijaya Air, Merpati Nusantara Airlines, Mandala

Airlines, PT Travel Express Aviation Service, Wings Air dan Kartika Airlines

dikenakan denda bervariasi Rp1-9 miliar. Kemudian, untuk ganti ruginya bervariasi

antara Rp1,6 hingga Rp60 miliar. KPPU juga memperkirakan, akibat praktek kartel

sembilan maskapai itu, konsumen setidaknya dirugikan Rp5-Rp13,8 triliun.

Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Garuda Indonesia Pujobroto

menyatakan, Garuda selalu menjunjung tinggi prinsip good corporate governance dan

supremasi hukum dan menghargai fungsi KPPU sebagai lembaga yang dibentuk

berdasarkan undang-undang melakukan pengawasan atas persaingan usaha di Indonesia.

Namun demikian, Garuda menilai putusan KPPU didasarkan pada asumsi, fakta, serta

data tidak akurat. KPPU menggunakan tabel data tahun 2006 – 2009. "Sementara

Garuda hanya memberikan data 2006 – 2008 mengingat data tahun 2009 masih un-

audited," kata dia  dalam keterangan tertulis, Rabu 5 Mei 2010. Selain itu, analisa dan

uji statistik yang dilakukan KPPU tidak sesuai dan kurang akurat karena hanya dua

maskapai yang memberikan data lengkap dari 12 maskapai yang ada. Dia mengatakan

fuel surcharge lazim dilakukan di industri penerbangan di dunia. Fuel surcharge

16

Page 17: Tugas Ekonomi Manajerial Persaingan Harga dan Non Harga Garuda

diterapkan maskapai penerbangan dalam kaitan dengan terjadinya peningkatan harga

bahan bakar minyak yang terjadi.

Fuel surcharge bersifat fluktuatif, dan merupakan upaya maskapai penerbangan

mempersempit kesenjangan antara harga asumsi minyak yang ditetapkan  dengan

fluktuasi atau kenaikan harga minyak di pasar.

KESIMPULAN

Garuda Indonesia telah terbukti melakukan praktek kartel fuel surcharge.

Sehingga permaalahan ini dikatakan merugikan oleh KPPU karena pada saat harga avtur

turun fuel surchage yang dikenakan oleh maskapai penerbangan tidak ikut turun.

Bahkan cenderung naik. Pada permasalahan inilah pelanggaran dilakukan oleh

masakapai karena dianggap mengambil margin dari biaya fuel surcharge yang

dikenakan pada konsumen dan dijadikan sebagai pendapatan perusahaan.

Oleh karena itu, KPPU mengeluarkan keputusaan mengenai dugaan pelanggaran

terhadap pasal 5 UU nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat yang pada intinya membuktikan adanya kesepakatan

usaha, terhadap sembilan maskapai penerbangan nasional termasuk Garuda Airlines.

SARAN

Garuda Indonesia sebaiknya memperhatikan kepentingan konsumen sesuai

dengan UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah

hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau

jasa; hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk

diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk

mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa

yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan

sebagainya.

17