tugas ebp

12
POLA PIKIR BERWIRAUSAHA A. Bagaimana Pengusaha Berpikir Pengusaha berpikir dengan cara yang berbeda dari golongan non pengusaha. Seroang pengusaha dalam situasi tertentu mungkin akan berpikir secara berbeda ketika berhadapan dengan tugas atau lingkungan keputusan yang berbeda. Pengusaha seringkali membuat keputusan dalam lingkungan ketidakpastian yang tinggi dimana risiko yang dihadapi tinggi, tekanan waktu yang mendesak, dan dalam investasi yang sangat melibatkan emosi. Dalam lingkungan pengambilan keputusan seperti ini, pengusaha kadang harus menumbuhkan efektuasi, dapat beradaptasi secara kognitif, dan belajar dari kegagalan. 1. Efektuasi Sebagai seorang pemimpin bisnis potensial dilatih untuk berpikir secara rasional dan mungkin akan diperingatkan bila tidak seperti itu. Tetapi, terdapat cara berpikir alternatif yang kadang digunakan oleh seorang pengusaha, terutama ketika berpikir tentang peluang- peluang. Profesor Saras Sarasvathy dari University of Virginia, Darden, mengatakan bahwa pengusaha tidak selalu berpikir untuk melalui sebuah masalah dalam cara yang dimulai dengan hasil yang diinginkan lalu berfokus pada cara untuk mendapatkan hasil tersebut. Proses ini disebut sebagai proses kausa. Pengusaha seringkali menggunakan proses efektuasi yang artinya menggunakan apa yang dimiliki (siapa mereka, apa yang mereka tahu, dan siapa yang mereka tahu) lalu memilih di antara hasil yang memungkinkan. Professor Sarah adalah seorang ahli memasak, beliau memberikan contoh kasus di seputar dunia masakan. Seorang juru masak yang ditugaskan untuk menyiapkan makan malam. Ada dua cara untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pertama, tuan rumah atau klien memilih menu terlebih dahulu. Juru masak mendaftar bahan-bahan yang dibutuhkan, belanja, lalu memasak. Ini adalah proses kausa, dimulai dengan sebuah menu tertentu dan berfokus pada pemilihan cara yang efektif untuk menyiapkan makanan. Pada kasus kedua, tuan rumah meminta kepada juru masak untuk melihat bahan dan bumbu yang ada di dapur lalu

Upload: radita-ikapratiwi

Post on 03-Dec-2015

249 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

tugas EBP

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas EBP

POLA PIKIR BERWIRAUSAHA

A. Bagaimana Pengusaha BerpikirPengusaha berpikir dengan cara yang berbeda dari golongan non pengusaha.

Seroang pengusaha dalam situasi tertentu mungkin akan berpikir secara berbeda ketika berhadapan dengan tugas atau lingkungan keputusan yang berbeda. Pengusaha seringkali membuat keputusan dalam lingkungan ketidakpastian yang tinggi dimana risiko yang dihadapi tinggi, tekanan waktu yang mendesak, dan dalam investasi yang sangat melibatkan emosi. Dalam lingkungan pengambilan keputusan seperti ini, pengusaha kadang harus menumbuhkan efektuasi, dapat beradaptasi secara kognitif, dan belajar dari kegagalan.1. Efektuasi

Sebagai seorang pemimpin bisnis potensial dilatih untuk berpikir secara rasional dan mungkin akan diperingatkan bila tidak seperti itu. Tetapi, terdapat cara berpikir alternatif yang kadang digunakan oleh seorang pengusaha, terutama ketika berpikir tentang peluang- peluang. Profesor Saras Sarasvathy dari University of Virginia, Darden, mengatakan bahwa pengusaha tidak selalu berpikir untuk melalui sebuah masalah dalam cara yang dimulai dengan hasil yang diinginkan lalu berfokus pada cara untuk mendapatkan hasil tersebut. Proses ini disebut sebagai proses kausa. Pengusaha seringkali menggunakan proses efektuasi yang artinya menggunakan apa yang dimiliki (siapa mereka, apa yang mereka tahu, dan siapa yang mereka tahu) lalu memilih di antara hasil yang memungkinkan. Professor Sarah adalah seorang ahli memasak, beliau memberikan contoh kasus di seputar dunia masakan.

Seorang juru masak yang ditugaskan untuk menyiapkan makan malam. Ada dua cara untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pertama, tuan rumah atau klien memilih menu terlebih dahulu. Juru masak mendaftar bahan-bahan yang dibutuhkan, belanja, lalu memasak. Ini adalah proses kausa, dimulai dengan sebuah menu tertentu dan berfokus pada pemilihan cara yang efektif untuk menyiapkan makanan.

Pada kasus kedua, tuan rumah meminta kepada juru masak untuk melihat bahan dan bumbu yang ada di dapur lalu menyiapkan masakan. Juru masak harus membayangkan menu yang mungkin dihasilkan berdasarkan bahan dan bumbu yang ada, memilih menu, dan menyiapkan makan malam. Ini adalah proses efektuasi, dimulai dari bahan dan bumbu yang ada lalu berfokus untuk menyiapkan satu atau lebih menu yang mungkin.

Prinsip efektuasi ini membantu pengusaha untuk berpikir dalam lingkungan ketidakpastian yang tinggi. Organisasi saat ini beroperasi dalam lingkungan yang kompleks dan dinamis, yang semakin ditandai dengan perubahan secara cepat, mendasar, dan berkelanjutan. Dengan sifat dasar dari jenis lingkungan ini, sebagian besar manajer perusahaan perlu menggunakan pola pikir berwirausaha, sehingga perusahaan yang ada dapat dengan sukses beradaptasi pada perubahan lingkungan. Pola pikir berwirausaha meliputi kemampuan untuk merasa, bertindak, dan memobilisasi secara cepat, bahkan dalam kondisi yang tidak pasti. Dalam mengembangkan suatu pola pikir berwirausaha (entrepreneurial mind set), individu harus mencoba melogiskan peluang dalam konteks tujuan yang berubah, terus menerus mempertanyakan “logika dominan” seseorang dalam konteks lingkungan yang berubah,

Page 2: Tugas EBP

serta memunculkan kembali “pertanyaan-pertanyaan yang seakan-akan terlihat sederhana” tentang apa yang dirasa benar mengenai pasar dan perusahaan. Sebagai contoh, pengusaha yang efektif akan terus menerus berpikir “memikirkan kembali tindakan strategis yang ada, struktur organisasi, sistem komunikasi, kultur perusahaan, pemanfaatan aset, strategi investasi, dalam setiap aspek jangka pendek operasi perusahaan dan kesehatan jangka panjang perusahaan. Agar dapat melakukan hal ini dengan baik, individu harus mengembangkan kemampuan beradaptasi secara kognitif.

2. Kemampuan Beradaptasi secara KognitifKemampuan beradaptasi secara kognitif (cognitive adaptability)

menggambarkan sejauh mana pengusaha bersikap dinamis, fleksibel, mengatur diri sendiri, dan terlibat dalam proses mendapatkan kerangka kerja pengambilan beragam keputusan yang berfokus pada kemampuan merasakan serta memproses perubahan dalam lingkungan mereka lalu bertindak terhadap perubahan tersebut. Kerangka kerja pengambilan keputusan adalah pengetahuan sebelumnya yang terorganisasi tentang orang dan situasi yang digunakan untuk membantu seseorang merasakan apa yang sedang terjadi. Kemampuan beradaptasi secara kognitif terefleksi dalam kesadaran metakognitif pengusaha, yaitu kemampuan untuk merefleksikan, memahami, dan mengendalikan cara berpikir orang lain dan belajar. Secara spesifik, metakognitif menggambarkan proses kognitif tingkat tinggi yang menjadi dasar untuk mengorganisasi apa yang diketahui individu, mengakui diri sendiri, tugas, situasi, dan lingkungan untuk mempromosikan fungsi kognitif yang efektif dan dapat diadaptasikan dalam menghadapi umpan balik dari lingkungan yang dinamis dan kompleks.

Secara sederhana, kemampuan ini membuat kita berpikir tentang apa yang dibutuhkan, membantu menyediakan pengertahuan serta kontrol terhadap pemikiran dan kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini membuat kita menjadi lebih mawas diri, berpikir keras, bersikap strategis, berencana, memiliki rencana di pikiran kita, mengetahui apa yang perlu diketahui, dan mengawasi diri sendiri. Kita akan mampu mencapai tingkat ini dengan menanyakan serangkaian pertanyaan kepada diri sendiri yang berkaitan dengan pemahaman, keterkaitan, strategi, dan refleksi.

Pengusaha yang mampu meningkatkan adaptasi kognitifnya memiliki kemampuan yang teruji untuk :

a. Mengadopsi situasi baru; menyediakan dasar dimana pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang akan mempengaruhi pembelajaran atau pemecahan permasalahan dalam situasi baru

b. Menjadi kreatif; kemampuan ini dapat menciptakan ide, solusi, atau ilham yang orisinil dan adaptif

c. Mengomunikasikan alasan seseorang di balik respons tertentu.

3. Pembelajaran dari Kegagalan BisnisBisnis mengalami kegagalan yang terjadi karena adanya penurunan pendapatan

dan/atau peningkatan pada pengeluaran dalam skala yang sangat besar sehingga perusahaan menjadi pailit serta tidak mampu mengambil pinjaman baru maupun pendanaan ekuitas; akibatnya perusahaan tidak dapat melanjutkan operasinya di bawah kepemilikan dan manajemen yang ada.

Page 3: Tugas EBP

Kasus kegagalan bisnis banyak terjadi, hal yang paling umum terjadi adalah pengalaman yang tidak mencukupi. Pengusaha yang memiliki pengalaman yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan untuk melakukan peran dan tugas yang dibutuhkan secara lebih efektif untuk meraih keberhasilan.

Kegagalan melambangkan peluang untuk belajar, tetapi pembelajaran tidak otomatis atau instan. Pembelajaran dari kegagalan adalah hal yang sulit karena kegagalan bisnis merupakan kerugian besar bagi pengusaha. Pengusaha banyak merasakan kesedihan sehingga mengganggu proses pembelajaran. Pengusaha yang mampu memulihkan diri dari kesedihan akan lebih cepat berada pada posisi yang lebih baik untuk belajar dari pengalaman. Pengusaha dapat melalukan sesuatu untuk meningkatkan proses pemulihan kesedihan dengan menggunakan proses ganda dari pemulihan kesedihan yang bergerak antara orientasi kehilangan dan orientasi pada perbaikan. Pengusaha dapat memaksimalkan pemrosesan informasi dan meminimalisasi gangguan emosional terhadap proses tersebut.

B. Pengambilan Keputusan Manajerial Versus KewirausahaanKewirausahaan menggambarkan suatu bentuk pengelolaan perusahaan yang telah

ada, berbeda dari perusahaan yang dikelola secara tradisional. Manajemen wirausaha berbeda dari pengelolaan tradisional dalam dimensi yaitu orientasi bisnis, komitmen tentang peluang, komitmen terhadap sumber daya, kontrol sumber daya, struktur manajemen, filosofi pemberian penghargaan, orientasi pertumbuhan, kultur kewirausahaan1. Orientasi bisnis dan komitmen tentang peluang

Dua faktor awal yang membantu membedakan perusahaan yang dikelola secara wirausaha dari perusahaan yang dikelola secara tradisional berhubungan dengan isu strategis. Orientasi strategis mengacu pada faktor yang merupakan masukan terhadap formulasi strategi perusahaan. Hal tersebut merupakan filosofi perusahaan yang mengarahkan keputusannya tentang strategi; cara perusahaan memandang dunia, bagaimana perusahaan memandang dirinya sendiri, dan seluruh persepsi ini merupakan faktor penentu dari strategi perusahaan.

Kewirausahaan dan strategi lebih dari sekedar pemikiran tentang masa depan perusahaan, berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan dinilai melalui tindakan yang dilakukannya, seringkali melalui analisis kinerja finansial dan kompetitifnya. Perusahaan yang dikelola secara wirausaha dan tradisional dapat dibedakan melalui komitmen terhadap peluang. Perusahaan yang dikelola secara wirausaha berkomitmen atas tindakan terhadap peluang potensial, sehingga dapat mengejar peluang tersebut dengan cepat, menciptakan banyak jendela peluang.

2. Komitmen atas sumber daya dan kontrol sumber dayaPengusaha harus memperhatikan sumber daya yang harus disediakan untuk

mengejar sebuah peluang. Pemikiran tentang sumber daya berubah menjadi lebih pada bagaimana perusahaan dapat meminimalisasi sumber daya yang dibutuhkan saat mengejar peluang tertentu. Dengan meminimalisasi sumber daya yang harus diinvestasikan perusahaan dalam melakukan pengejaran awal sebuah peluang, jumlah sumber daya yang beresiko jika peluang tersebut tidak berhasil diperoleh juga dapat diminimalisasi.

3. Struktur manajemen dan Filosofi Pemberian Penghargaan

Page 4: Tugas EBP

Struktur manajemen yang dikelola secara wirausaha bersifat organik yaitu struktur organisasi memiliki sejumlah lapisan birokrasi antara manajemen tingkat atas dengan pelanggan dan pada umumnya memiliki jaringan informal. Dengan cara ini perusahaan dapat menangkap dan mengkomunikasikan lebih banyak informasi dari lingkungan eksternal serta cukup adaptif dalam mengambil tindakan secara cepat berdasarkan informasi tersebut. Perusahaan yang dikelola secara wirausaha lebih terstruktur untuk memanfaatkan jaringan internal dan jaringan eksternal. Sebaliknya perusahaan yang dikelola secara tradisional memiliki struktur yang sesuai untuk efisiensi internal dari alokasi sumber daya yang terkontrol.

Perusahaan diorganisasikan tidak hanya melalui struktur, tetapi juga melalui filosofi pemberian penghargaan. Perusahaan yang dikelola secara wirausaha berfokus pada pengejaran peluang untuk masuk ke pasar baru yang melambangkan nilai baru bagi perusahaan. Perusahaan yang dikelola secara wirausaha memiliki filosofi mengenai pemberian penghargaan yang memberikan kompensasi kepada karyawan berdasarkan kontribusi mereka atas penemuan atau hasil dan eksploitasi peluang. Perusahaan yang dikelola secara tradisional memberikan penghargaan pada manajemen dan karyawan berdasarkan tanggung jawab mereka, dimana tanggung jawab tersebut pada umumnya ditentukan oleh jumlah sumber daya melalui kontrol terhadap manajer atau karyawan masing-masing. Promosi merupakan penghargaan dan memberikan manajer kontrol yang lebih besar terhadap sumber daya, sehingga memperluas cakupan penghargaan yang diberikan.

4. Orientasi pertumbuhan dan kultur berwirausahaPerusahaan yang dikelola secara wirausaha terdapat keinginan yang besar

untuk menumbuhkan perusahaan dan melakukannya dengan cepat. Merskipun juga memiliki keinginan untuk tumbuh, perusahaan yang dikelola secara tradisional memilih pertumbuhan yang lebih lambat pada kecepatan yang stabil. Perusahaan menyukai kecepatan pertumbuhan yang lebih terkelola dan tidak membahayakan kestabilan perusahaan melalui penempatan risiko sumber daya yang dikontrol perusahaan sehingga tidak menimbulkan risiko bagi pekerjaan dan kekuatan dari manajemen puncak.

Perusahaan yang dikelola secara wirausaha menyediakan kultur organisasi yang mendorong karyawan menghasilkan ide, eksperimen, dan terlibat dalam tugas lain yang dapat memberikan hasil kreatif. Hasil ini bernilai tinggi pada manajemen wirausaha karena sering menjadi sumber peluang bagi pasar baru. Peluang merupakan fokus dari perusahaan yang dikelola secara wirausaha. Sebaliknya, perusahaan yang dikelola secara tradisional diawali dengan penilaian sumber daya yang dikontrolnya. Perusaan hanya tertarik pada ide yang berkisar pada sumber daya yang dikontrol saat ini, cakupan peluang yang ditemukan dan dihasilkan oleh perusahaan yang dikelola secara tradisional sifatnya terbatas

Page 5: Tugas EBP

INTENSI-INTENSI KEWIRAUSAHAAN DAN KEWIRAUSAHAAN KORPORAT

A. Intensi untuk Bertindak secara WirausahaIntensi menunjukkan faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku dan

merupakan indikasi-indikasi tentang betapa sulitnya orang-orang yang besedia untuk berusaha, serta seberapa banyak upaya yang mereka rencanakan untuk digunakan dalam melaksanakan perilaku tersebut. Semakin kuat intensi untuk terlibat dalam sebuah perilaku, semakin besar kemungkinan hal tersebut dilaksanakan. Individu mempunyai intensi-intensi yang lebih kuat untuk bertindak ketika pengambilan tindakan dirasakan layak dan menyenangkan. Intensi-intensi kewirausahaan dapat dijelaskan dalam cara yang sama.

Persepsi tentang kelayakan sangat berkaitan dengan kemampuan diri seorang pengusaha. Kemampuan diri wirausaha (self-efficacy entrepreneurial) berhubungan dengan pendirian bahwa seseorang dapat melakukan perilaku yang diharuskan dengan berhasil; orang-orang yang yakin mereka mempunyai kapasitas untuk melakukan (kemampuan diri yang tinggi), cenderung bertindak dengan baik. Kemampuan diri yang tinggi menghasilkan inisiatif dan ketekuanan yang lebih baik sehingga meningkatkan kinejra; kemampuan diri yang rendah akan mengurangi upaya sehingga menurunkan kinerja.

Seorang individu seharusnya tidak hanya merasa bahwa tindakan wirausaha yang dilakukan adalah sangat layak untuk tujuan kewirausahaan yang tinggi, tetapi juga herus merasa bahwa tindakan ini diinginkan. Kesenangan yang dirasakan (perceived desirability) merujuk pada sikap seorang individu terhadap tindakan wirausaha. Sebagai contoh, tindakan-tindakan kreatif kemungkinan besar tidak akan muncul, kecuali tindakan-tindakan tersebut menghasilkan penghargaan-penghargaan pribadi yang secara relatif dianggap sebagai perilaku yang lebih disukai daripada perilaku yang lebih lazim. Oleh karena itu, semakin tinggi kelayakan dan kesenangan yang dirasakan, maka semakin kuat intensi untuk bertindak secara wirausaha.

B. Latar Belakang dan Karakteristik Pengusaha1. Pendidikan

Tingkat pendidikan seorang pengusaha mendapatkan perhatian riset yang signifikan.Pendidikan sangatlah penting dalam perjalanan pengusaha. Pentingnya tidak hanya tercermin dalam tingkat pendidikan yang dicapai tetapi juga dalam kenyataan bahwa pendidikan terus memainkan peranan penting dalam membantu pengusaha mengatasi masalah yang dihadapi. Meskipun pendidikan formal tidak begitu penting untuk memulai sebuah bisnis baru, pendidikan tetap memberikan sebuah latar belakang yang baik, terutama ketika pendidikan tersebut berhubungan dengan bidang usaha tersebut.

2. Nilai-nilai pribadiPengusaha mempunyai sikap yang berbeda tentang sifat proses manajemen dan

bisnis secara umum. Sifat perusahaan, paham oportunis, istitusi, dan individualitas pengusaha berbeda secara signifikan dari organisasi birokrasi dan perencanaannya, rasionalitas, serta kemampuan memprediksi para manajer. Karakteristik konsensus yang ditemukan semua konsumen dan kelompok kepemimpinan meliputi kualitas produk, jasa yang berkualitas untuk para pelanggan, fleksibiltas (kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam pasar), manajemen kaliber

Page 6: Tugas EBP

tinggi, serta kejujuran dan etika dalam praktik bisnis. Aspek lain yang penting yaitu etika dan perilaku etis dari seorang pengusaha.

3. UsiaAdalah penting untuk membedakan antara usia wirausaha (usia pengusaha yang

tercermin dalam pengalamannya) dan usia kronologis. Pengalaman wirausaha merupakan salah satu ukuran untuk memprediksi keberhasilan yang baik, terutama ketika usaha baru beroperasi dalam bidang yang sama dengan pengalaman bisnis sebelumnya. Dalam usia kronologis, sebagian besar pengusaha memulai karier wirausaha antara usia 22 dan 45 tahun.

4. Sejarah kerjaMerupakan pengalaman kerja dari seorang individu. Pengalaman dalam bidang-

bidang berikut sangatlah penting : keuangan, perkembangan produk atau jasa, manufaktur, perkembangan saluran-saluran distribusi, dan penyiapan sebuah rencana pamasaran. Pengalaman pembentukan usaha baru memberi para pengusaha keyakinan yang lebih besar dalam kemampuan mereka untuk mencapai hasil-hasil wirausaha dengan berhasil, kemungkinan tercapainya hasil-hasil ini akan memperkuat intensi-intensi kewirausahaan

5. Teladan dan sistem-sistem pendukungSalah satu faktor penting yang mempengaruhi para pengusaha dalam jalan karir

adalah pilihan atas seorang teladan (role model). Teladan adalah individu yang mempengaruhi gaya dan pilihan karier seorang pengusaha. Teladan bisa saja orang tua, saudara, kerabat, maupun pengusaha yang lain. Teladan dapat berfungsi dalam kapasitas pendukung sebagai mentor selama dan setelah pembentukan usaha baru. Seorang pengusaha butuh dukungan yang kuat dan sistem penasihat dalam setiap fase dari usaha barunya.

6. Jaringan dukungan moralJaringan dukungan moral adalah individu-individu yang memberikan dukungan

psikologis untuk seorang pengusaha. Penting bagi setiap pengusaha untuk membangun sebuah jaringan dukungan moral (moral support network) keluarga dan teman-teman, sebuah regu penghibur. Regu penghibur ini memainkan peranan penting selama masa sulit dan sepi yang muncul di sepanjang proses wirausaha.

7. Jaringan dukungan profesionalJaringan dukungan profesional adalah individu yang membantu seorang

pengusaha dalam aktivitas bisnis. Selain dorongan, seorang pengusaha membutuhkan nasihat sepanjang pembentukan usaha baru. Nasihat didapatkan dari seorang mentor, asosiasi-asosiasi bisnis, asosiasi-asosisasi perdagangan, atau afiliasi-afiliasi pribadi.

8. Pengusaha pria versus pengusaha wanitaKarakteristik lain yang telah dipelajari diantara para pengusaha yaitu gender.

Meskipun karakteristik dari pengusaha pria dan wanita pada umumnya sama, para pengusaha wanita memiliki perbedaan dalam hal motivasi, keterampilan bisnis, dan latar belakang pekerjaan. Pria lebih termotivasi oleh dorongan untuk mengendalikan nasib mereka sendiri, dalam merealisasikan segalanya. Dorongan ini seringkali berasal dari perselisihan dengan atasan mereka atau perasaan bahwa mereka bisa menjalankan segalanya dengan baik. Sebaliknya, wanita cenderung lebih termotivasi oleh kebutuhan untuk prestasi yang berasal dari rasa frustasi terhadap pekerjaan karena tidak

Page 7: Tugas EBP

diperkenankan untuk bekerja dan tumbuh dalam situasi pekerjaan mereka yang sebelumnya. Titik keberangkatan (departure points) dan alasan-alasan untuk memilai bisnis untuk pria dan wanita adalah sama. Pada umumnya baik pria dan wanita memiliki minat yang kuat dan penglaman dalam bidang usaha mereka. Tetapi, untuk pria, transisi dari pekerjaan di masa lalu menuju usaha baru seringkali dimudahkan ketika usaha baru tersebut merupakan perkembangan dari pekerjaan saat ini. Di sisi lain, wanita sering kali meninggalkan pekerjaan yang sebelumnya dengan tingkat frustasi terhadap pekerjaan yang tinggi begitu juga dengan antusiasme untuk usaha baru daripada pengalaman praktis, yang dengan demikian agak menyulitkan proses transisi.

9.

C. Intensi-Intensi Kewirausahaan dalam Organisasi atau KorporatSebuah tema umum untuk semua studi yang berfokus pada intensi-intensi

kewirausahaan dalam organisasi dalah bahwa organisasi tersebut berbeda dalam cara mereka memberikan lingkungan yang membantu perkembangan aktivitas kewirausahaan. Lingkungan yang membantu perkembangan secara wirausaha adalah sebuah lingkungan yang meningkatkan persepsi para anggota organisasional mengenai tindakan kewirausahaan, baik yang mungkin dilaksanakan maupun yang disenangi. Kewirausahaan korporat merupakan sebuah metode yang menstimulasi kemudian mengelola individu-individu di dalam sebuah organisasi yang berpikir bahwa sesuatu dapat dilakukan secara berbeda serta lebih baik. Peningkatan dalam kewirausahaan korporat mencerminkan peningkatan dalam tekanan sosial, kultural, dan bisnis. Kewirausahaan korporat sangat tercermin dalam aktivitas-aktivitas kewirausahaan begitu juga dengan orientasi-orientasi manajemen puncak dalam organisasi. Usaha keras wirausaha ini terdiri dari empat elemen utama yaitu usaha bisnis baru, keinovatifan, pembaruan diri, dan keproaktifan.

Kultur korporat (corporate culture) yang umum mempunyai suasana dan sistem penghargaan yang mendukung pembuatan keputusan konservatif. Penekanannya ada pada pengumpulan data dalam jumlah besar sebagai dasar pengambilan keputusan yang rasional dan kemudian penggunaan data tersebut untuk membenarkan keputusan tersebut apabila hasil yang diharapkan tidak muncul. Kultur korporat tradisional berbeda secara signifikan dari kultur kewirausahaan. Instruksi penuntun dalam kultur tradisional adalah taat pada instruksi yang diberikan, tidak berbuat kesalahan apapun, tidak boleh gagal, jangan mengambil inisiatif dan menunggu instruksi. Lingkungan yang terbatas ini tidak kondusif untuk kreativitas. Sedangkan tujuan dari kultur kewirausahaan yaitu untuk mengembangkan visi, tujuan, dan rencana bertindak; untuk mendapatkan penghargaan atas tindakan-tindakan yang diambil; untuk memberi saran, berusaha, dan bereksperiman; untuk menciptakan dan mengembangkan tanpa menghiraukan bidang tersebut serta untuk mengambil tanggung jawab dan kepemilikan.

Perbedaan normal dari kedua kultur tersebut yaitu korporat tradisional memiliki sifat hierarkis, mempunyai prosedur yang sudah terbentuk, sistem laporan, garis otoritas dan tanggung jawab, instruksi, serta mekanisme pengendalian. Kultur dari sebuah perusahaan wirausaha kontras dengan model tersebut dimana iklim wirausaha mempunyai struktur organisasi yang datar yang memiliki banyak pembangunan jaringan, kerja sama tim, sponsor, dan mentor. Hubungan kerja yang dekat membantu membentuk suasana kepercayaan yang memudahkan pencapaian visi-visi dan sasaran-sasaran.

Page 8: Tugas EBP

Suasana untuk kewirausahaan korporat dibentuk dengan adanya faktor-faktor dan karakteristik-karakteristik kepemimpinan tertentu yaitu (1) organisasi beroperasi di garis perbatasan teknologi, (2) eksperimen didorong, (3) sebuah organisasi harus memastikan tidak ada parameter peluang (opportunity parameters) awal yang menghalangi kreativitas dalam pengembangan produk baru, (4) sumber-sumber perusahaan harus tersedia dan dapat diakses, (5) sebuah pendekatan tim multidisiplin perlu didorong, (6) semangat kewirausahaan korporat tidak dapat dipaksakan pada individu, ia harus didasarkan pada rasa sukarela, (7) adanya sistem penghargaan, (8) lingkungan korporat yang baik untuk kewirausahaan korporat tidak hanya mempunyai sponsor dan pembela yang mendukung aktivitas kreatif di seluruh organisasi, tetapi juga mempunyai fleksibilitas perencanaan untuk menentukan tujuan dan arah baru apabila dibutuhkan.

Kewirausahaan korporat bukannya tanpa masalah, usaha baru yang dimulai dalam sebuah korporasi mempunyai kinerja yang lebih buruk apabila dibandingkan dengan usaha baru yang dimulai secara bebas oleh para pengusaha. Alasannya adalah kesulitan korporasi dalam mempertahankan komitmen jangka panjang, kurangnya kebebasan untuk membuat keputusan otonom dan sebuah lingkungan yang sangat membatasi. Pada umumnya, usaha baru yang bebas dan berbasis modal usaha dari para pengusaha cendering memiliki kinerja yang lebih baik secara signifikan apabila dibandingkan dengan usaha-usaha korporat.

Perusahaan yang berkomitmen pada konsep kewirausahaan korporat contohnya adalah Hawlett-Packard (HP). Setelah gagal mengakui potensial dari proposal Steven Wozniak untuk sebuah komputer pribadi (yang merupakan dasar untuk Apple Computer, Inc.). Hawlett-Packard telah mengambil langkah untuk memastikan bahwa ia telah diakui sebagai pemimpin dalam inovasi dan tidak melewatkan peluang di masa depan.