tugas bussiness ethic and good governance untuk 25agustus2012

22
TUGAS BUSSINESS ETHIC and GOOD GOVERNANCE : STAKEHOLDER THEORY, CORPORATE GOVERNANCE and PUBLIC MANAGEMENT: WHAT CAN THE HISTORY of STATE-RUN ENTERPRISES TEACH US in the POST- ENRON ERA? Dosen : Dr. Jeffry, SE, Ak., MM Nama : Kristine Melva Hakim Sianipar NIM : 55111120095 Magister Manajemen

Upload: kristine-sianipar-m-h

Post on 30-Jul-2015

364 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

TUGAS BUSSINESS ETHIC and GOOD GOVERNANCE :

STAKEHOLDER THEORY, CORPORATE GOVERNANCE and PUBLIC MANAGEMENT: WHAT CAN THE HISTORY of STATE-RUN ENTERPRISES TEACH US in the POST-ENRON ERA?

Dosen : Dr. Jeffry, SE, Ak., MM

Nama : Kristine Melva Hakim Sianipar

NIM : 55111120095

Magister Manajemen

Universitas Mercu Buana

2012

Page 2: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

BAB I

LATAR BELAKANG

Penerapan corporate governance didasarkan pada teori agensi. Teori

agensi menjelaskan hubungan antara manajemen dengan pemilik. Manajemen

sebagai agen, secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan

para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi

sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda

di dalam perusahaan, dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau

mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki sehingga munculah

informasi asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) yang

dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba

(earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham)

mengenai kinerja ekonomi perusahaan.

Salah satu pihak yang merupakan bagian terpenting dari terlaksananya

konsep GCG adalah dewan komisaris yang terdiri dari komisaris independen.

Dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan karena

dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, sedangkan

manajemen bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing

perusahaan, sehingga dewan komisaris dapat mengawasi segala tindakan

manajemen dalam mengelola perusahaan termasuk kemungkinan manajemen

melakukan manjemen laba.

Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi

peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja

manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan

mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan

demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua

pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka

diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan

Page 3: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya

menguntungkan banyak pihak.

stakeholder adalah suatu kelompok atau individu yang memiliki

kepentingan yang juga dapat mempengaruhi jalannya operasional perusahaan. Jika

dicermati secara substansial kedua pendapat diatas, memiliki orientasi konsep

yang sama yaitu menyangkut masalah kelangsungan hidup (going concern)

perusahaan. Berbeda dengan perspektif teori keagenan yang hanya berorientasi

kepada maksimalisasi kepentingan masing-masing pihak (Prinsipal dan agen),

stakeholder theory secara filosofis menghubungkan faktor-faktor eksternal yang

sangat berhubungan erat dengan pencapaian tujuan perusahaan.

Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi

pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return

atas investasinya dengan benar. Corporate governance juga membantu

menciptakan lingkungan kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang efisien dan

sustainable di sektor korporat. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai

susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer,

kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain

sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.Atau dengan kata lain GCG merupakan

sistem yang mampu memberikan perlindungan dan jaminan hak kepada

stakeholders, termasuk di dalamnya adalah shareholders, lenders, employees,

executives, government, customers dan stakeholders yang lain.

Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang

perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang saham sehingga

terjadi asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek

akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu.

Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya oportunistik manajemen yang akan

mengakibatkan laba yang dilaporkan semu, sehingga akan menyebabkan nilai

perusahaan berkurang dimasa yang akan datang ( Heath and Norman, 2004).

Page 4: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Keagenan

Pemegang saham sebagai pihak prinsipal mengadakan kontrak untuk

memaksimalkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu

meningkat. Masalah keagenan muncul karena adanya oportunistik dari agen yaitu

perilaku manajemen untuk memaksimumkan kesejahteraan sendiri yang

berlawanan dengan kepentingan prinsipal. Manajer memiliki dorongan untuk

memilih dan menerapkan metoda akuntansi yang dapat memperlihatkan reaksi

pasarnya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus prinsipal.

Teori keagenan menjelaskan bagaimana cara terbaik dalam mengatur

hubungan antara pemilik perusahaan (stakeholder dan kreditur) dalam hal

mendelegasikan tugas atau pekerjaan kepada agen atau dewan. Stakeholder

memilih dewan komisaris yang kemudian menggaji manajemen sebagai agen

mereka dalam menjalankan aktivitas bisnis dari hari ke hari. Teori keagenan ini

muncul akibat para stakeholder mengalami kesulitan didalam memverifikasi apa

yang sesungguhnya dikerjakan manajemen sebagai agen mereka.

2.2 Teori Stakeholder

Stakeholder adalah suatu kelompok atau individu yang memiliki

kepentingan dan dapat pula mempengaruhi jalannya operasional perusahaan.

Berdasarkan konsep tersebut, maka orientasinya adalah menyangkut masalah

kelangsungan hidup (going concern) perusahaan. Berbeda dengan perspektif teori

keagenan (agency theory) yang hanya berorientasi kepada maksimalisasi

kepentingan masing-masing pihak (Prinsipal dan agen), stakeholder theory secara

filosofis menghubungkan faktor-faktor eksternal yang sangat berhubungan erat

dengan pencapaian tujuan perusahaan.

Page 5: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

Beberapa literature menekankan 4 (empat) hal yang menjadi isu-isu krusial

dalam ruang lingkup stakeholder saat ini, yaitu:

1. Regulasi Pemerintah (Govermental Regulation), yaitu peraturan-peraturan

yang dikeluarkan pemerintah menjadi aspek penting yang harus diperhatikan

oleh perusahaan. Beberapa contoh termasuk dalam regulasi pemerintah ini

adalah ijin operasional perusahaan, analisis dan standar dampak lingkungan,

peraturan tentang tenaga kerja perbutuhan dan lainnya.

2. Kelompok Masyarakat (Community), kelompok masyarakat adalah elemen

konsumen yang akan mengkonsumsi hasil produksi dari perusahaan.

Kelompok lain yang dapat dikategorikan bagian dari masyarakat adalah

institusi pendidikan yang selalu merespon secara kajian akademis jika terjadi

sesuatu hal di dunia usaha terutama yang merugikan masyarakat umum demi

kepentingan dan tujuan kelompok tertentu.

3. Organisasi Lingkungan (Environmental Organization), dewasa ini telah

menjadi salah satu kekuatan kontrol sosial yang dapat mengawasi aktivitas

perusahaan. Orientasi organisasi lingkungan secara umum adalah menghindari

eksploitasi yang berlebihan terhadap lingkungan hidup untuk kepentingan

perusahaan (profit).

4. Media Massa (Mass Media) dalam lingkungan bisnis saat ini memiliki peran

yang sangat dominan dalam membentuk opini masyarakat terhadap suatu

aktivitas perusahaan. Media menyediakan informasi bagi perusahaan dan dapat

pula sebagai alat publikasi dan sosiaialisasi yang digunakan oleh perusahaan

untuk dapat membangun kepercayaan (image) publik tentang aktivitas-aktivitas

sosial yang dijalankan perusahaan (Maksum, 2005).

2.3 Corporate Governance

Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi

peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja

manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan

mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan

Page 6: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua

pengguna laporan keuangan.

Corporate governance menurut OECD (Organisation for Economic Co-

operation and Development) yaitu cara-cara manajemen perusahaan (yaitu para

direktur) bertanggung jawab kepada pemiliknya (yakni pemegang saham). Para

pengambil keputusan atas nama perusahaan agar dapat dipertanggungjawabkan,

menurut tingkatan yang berbeda pada pihak lain yang dipengaruhi oleh keputusan

tersebut, termasuk perusahaan itu sendiri, para pemegang saham, kreditur dan para

publik penanam modal.

Tujuan utama corporate governance seperti yang dinyatakan dalam OECD

adalah: (1) Untuk mengurangi kesenjangan (gap) antara pihak-pihak yang

memiliki kepentingan dalam suatu perusahaan (pemegang saham mayoritas dan

pemegang saham lainnya), (2) Meningkatkan kepercayaan bagi para investor

dalam melakukan investasi, (3) Mengurangi biaya modal (cost of capital). (4)

Meyakinkan kepada semua pihak atas komitmen legal dalam pengelolaan

perusahaan, (5) Menciptakan nilai bagi perusahaan termasuk hubungan antara

para stakeholders (kreditur, investor, karyawan perusahaan, bondholders,

pemerintah dan shareholders).

Di Indonesia, Code Of Good Corporate Governance yang diterbitkan oleh

Komite Nasional Corporate Governance berisi 5 prinsip yang harus dilakukan

oleh setiap perusahaan, yaitu:

1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu Pengungkapan yang akurat dan

tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja

perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan.

2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif.

3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam

pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan

perundangan yang berlaku.

Page 7: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola

secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari

pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan

yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di

dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta

peraturan perundangan yang berlaku. (www.bapepam.go.id)

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) telah menjadi fokus utama

dalam pengembangan iklim usaha di Indonesia terutama dalam rangka mendorong

pertumbuhan ekonomi. Perbaikan dan pengembangan corporate governance terus

dilakukan, mengingat posisi Indonesia dalam bidang ini masih sangat

memprihatinkan. Survey tahun 1999 yang dilakukan PricewaterhouseCoopers

dengan responden investor institusional di Singapura menunjukkan bahwa praktek

corporate governance di Indonesia masih sangat rendah. Sementara hasil survey

Corporate Governance Watch 2007 yang dikeluarkan oleh CLSA Asia-Pasific

Markets suatu investment group independen di Hong Kong, menempatkan

Indonesia pada posisi terendah bersama Philipina dari 11 pasar Asia yang

disurvey, dengan kelemahannya pada peraturan, praktik, penegakkan, akuntansi,

budaya governance dan lingkungan politik.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menunjang dan mewujudkan GCG.

Pada tahun 1999 Pemerintah membentuk Komite Nasional Kebijakan Corporate

governance (KNKCG) yang kemudian pada November 2004 berganti nama

menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), yang lingkup

tugasnya lebih luas tidak hanya membuat kebijakan governance di sektor

korporasi tetapi juga di sektor publik. Komite ini memiliki fungsi untuk

memprakarsai pengembangan tata kelola yang baik sekaligus memantau

perbaikan tata kelola perusahaan di Indonesia. Pada tahun 2001 KNKCG telah

berhasil menerbitkan pedoman praktik GCG (Code of Good Corporate

Governance). Swasta juga berperan dalam mengembangkan corporate

governance ini, dengan membentuk organisasi non-pemerintah seperti Forum for

Corporate Governance for Indonesia (FCGI) pada tahun 2000, The Indonesian

Page 8: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

Institute for Corporate governance (IICG), Corporate Leadership Development in

Indonesia (CLDI), dan Indonesian Institute of Independent Commissioners (IIIC).

Pemerintah harus memperkuat ketentuan hukum yang melindungi kepentingan

pemegang saham dan meningkatkan penegakan hukum dan peraturan tersebut.

Demikian juga perusahaan harus memperbaiki corporate governance-nya.

Berkaitan dengan corporate governance perusahaan publik di Indonesia

paling tidak terdapat dua peraturan yang terkait, yaitu undang-undang perseroan

dan undang-undang di pasar modal.

Struktur dewan di Indonesia menurut FCGI mengacu pada sistem two tier

system (Model Continental European) seperti yang diterapkan di negara Jerman,

Jepang, Belanda, karena sistem hukum Indonesia berasal dari sistem hukum

Belanda. Pada two tier system ini, perusahaan mempunyai dua dewan yang

terpisah, yaitu Dewan Pengawas atau Dewan Komisaris (Board of

Commissioners) dan Dewan Manajemen atau Dewan Direksi (Board of

Directors). Perbedaannya dengan sistem one-tier adalah pada sistem one-tier

hanya memiliki satu dewan (board of director-BOD) yang terdiri dari dua organ,

yaitu Chief Executive Officer (CEO) yang bertanggung jawab untuk mengelola

perusahaan dan chairman yang merupakan direksi non-eksekutif yang

bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan perusahaan.

Undang-undang perusahaan di Indonesia (perseroan terbatas) yang diatur

dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1995

sebagaimana telah diganti dengan UU Nomor 40 tahun 2007, merupakan

kerangka hukum corporate governance yang paling penting di Indonesia (FCGI).

Direksi dan komisaris diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS). Dengan demikian, dewan direksi maupun dewan komisaris

bertanggung jawab langsung pada RUPS.

Selain tunduk pada undang-undang perseroan, juga tunduk pada Undang-

undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal serta peraturan-peraturan terkait

yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

(Bapepam-LK) serta otoritas terkait seperti BEI. Bapepam telah mengeluarkan

berbagai peraturan yang terkait dengan corporate governance seperti peraturan

Page 9: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

yang mengharuskan perusahaan publik untuk memiliki direktur dan komisaris

yang indipenden, peraturan tentang tanggung jawab dewan direksi dan komisaris

independen, peraturan bahwa perusahaan harus mengungkapkan informasi yang

material melalui laporan tahunan dan laporan keuangan kepada pemegang saham

dan kepada Bapepam secara tepat waktu, akurat, dapat dimengerti dan obyektif.

Selain itu, perusahaan harus mengambil inisiatif untuk tidak hanya

mengungkapkan materi-materi yang diwajibkan oleh peraturan, tetapi juga

materimateri yang penting yang berguna bagi investor, pemegang saham, kreditur

dan stakeholder lainnya untuk mengambil keputusan.

2.4 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)

The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan

CSR sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan

ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga

karyawan, komunitas lokal, dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka

meningkatkan kualitas kehidupan. Sankat dan Clement (2002) dalam Rudito dan

Famiola (2007) mendefinisikan CSR sebagai komitmen usaha untuk bertindak

secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas

hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan komunitas luas.

Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan untuk

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan kemampuan

manusia sebagai individu untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada,

menikmati, memanfaatkan, dan memelihara lingkungan hidup yang ada.

CSR merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam

pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian

perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan

keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan

pemeliharaan lingkungan hidup. Dengan perkataan lain, CSR dikembangkan

dengan koridor Tri Bottom Line (3BL) yang mencakup sosial, ekonomi, dan

lingkungan.

Page 10: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

2.5 Implementasi CSR di Indonesia

Tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan, pertumbuhan ekonomi,

dan kesejahteraan sosial masyarakat bukan hanya menjadi tanggung jawab

perusahaan besar saja, meskipun pada dasarnya mayoritas perusahaan yang

melakukan CSR adalah perusahaan besar. Dengan perkataan lain, perusahaan

kecil pun harus bertanggung jawab melakukan CSR. Di Indonesia, pelaksanaan

CSR sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan Chief Executive Officer (CEO)

sehingga kebijakan CSR tidak secara otomatis akan sesuai dengan visi dan misi

perusahaan. Jika CEO memiliki kesadaran akan tanggung jawab sosial yang

tinggi, maka kemungkinan besar CSR akan dapat dilaksanakan dengan baik,

sebaliknya jika CEO tidak memiliki kesadaran tentang hal tersebut pelaksanaan

CSR hanya sekedar simbolis untuk menjaga dan mendongkrak citra perusahaan di

mata karyawan dan di mata masyarakat.

Lemahnya Undang-Undang (UU) yang mengatur kegiatan CSR di

Indonesia mengakibatkan tidak sedikit pelanggaran-pelanggaran terjadi dan

mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang ada. Sebagai contoh UU Nomor

23 tahun 1997 Pasal 41 ayat 1 tentang pengelolaan lingkungan hidup menyatakan

“Barang siapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang

mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam

dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima

ratus juta rupiah.” Pengaturan pencemaran lingkungan hidup tidak langsung

mengikat sebagai tanggung jawab pidana mutlak, dan tidak menimbulkan efek

jera bagi para pelaku tindakan ilegal yang merugikan masyarakat dan

menimbulkan kerusakan lingkungan.

Kasus kerusakan lingkungan di lokasi penambangan timah inkonvensional

di pantai Pulau Bangka-Belitung dan tidak dapat ditentukan siapakah pihak yang

bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi karena kegiatan penambangan.

dilakukan oleh penambangan rakyat tak berizin yang mengejar setoran pada PT.

Timah Tbk. Sebagai akibat penambangan inkonvensional tersebut terjadi

pencemaran air permukaan laut dan perairan umum, lahan menjadi tandus, terjadi

abrasi pantai, dan kerusakan laut (Ambadar, 2008). Selain itu ada juga konflik

Page 11: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

antara PT Freeport Indonesia dengan rakyat Papua. Bencana kerusakan

lingkungan hidup dan komunitas lain yang ditimbulkan adalah jebolnya Danau

Wanagon hingga tiga kali (20 Juni 1998; 20-21 Maret 2000; 4 Mei 2000) akibat

pembuangan limbah yang sangat besar kapasitasnya dan tidak sesuai dengan daya

dukung lingkungan. Kasus PT Newmont Minahasa Raya, kasus Lumpur panas

Sidoarjo yang diakibatkan kelalaian PT Lapindo Brantas, kasus perusahaan

tambang minyak dan gas bumi, Unicoal (perusahaan Amerika Serikat), kasus PT

Kelian Equatorial Mining pada komunitas Dayak, kasus suku Dayak dengan

perusahaan tambang emas milik Australia (Aurora Gold), dan kasus pencemaran

air raksa yang mengancam kehidupan 1,8juta jiwa penduduk Kalimantan Tengah

yang merupakan kasus suku Dayak vs Minamata. Kasus – kasus tersebut adalah

gambaran fenomena kegagalan CSR yang muncul di Indonesia.

Selain itu ada juga beberapa penerapan CSR yang berhasil dilakukan

perusahaan di Indonesia. Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat

dijelaskan melalui berbagai bentuk aktivitas perusahaan seperti program

pembangunan, pengembangan, pelayanan, atau pemberdayaan komunitas.

Meskipun kegiatan tersebut tampak sederhana akan tetapi memberi dampak

positif yang dapat dirasakan masyarakat. Sebagai contohnya adalah program

pembinaan tukang roti dan pedagang martabak gerobak yang dilakukan oleh PT.

Bogasari merupakan program pemberdayaan masyarakat yang didasarkan pada

strategi marketing dan sebagai media promosi yang efektif bagi para produsen

bahan baku. Program ini merupakan wujud nyata kepedulian dan peran

perusahaan-perusahaan dalam mengembangkan kemampuan sosial dan

meningkatkan perekonomian masyarakat. PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk.

Dalam rangka pelaksanaan CSR perusahaan ini melakukan kegiatan Program

Clean Development Mechanism (CDM), kerjasama antara negara maju dan

negara berkembang dalam penandatanganan Protokol Kyoto untuk menurunkan

emisi gas rumah kaca untuk mendukung pembangunan berkelanjutan yang

melibatkan beberapa pihak seperti kementrian lingkungan hidup yang

bertanggung jawab dalam pengadaan aturan untuk pemanfaatan BBMA, pihak

akademisi dari Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung sebagai pihak

Page 12: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

yang bertanggung jawab memantau efek proses dengan pemanfaatan BBMA

secara berkelanjutan.

Ada juga PT. HM Sampoerna yang melakukan program Mitra Produksi

Sampoerna (MPS) dengan perusahaan kecil dan menengah, koperasi, dan pondok

pesantren untuk menjadi mitra produksi perusahaan sejak 1994 dan telah

melahirkan sebanyak 25 MPS. MPS dirancang dengan pendekatan saling

menguntungkan (win-win approach). Manfaat utama yang dirasakan komunitas

adalah penyerapan tenaga kerja, transfer teknologi, dan menghidupkan ekonomi

pedesaan (de-urbanisasi).

PT Kaltim Prima Coal menunjukkan citranya sebagai perusahaan yang

peduli terhadap komunitas sekitarnya melalui kesuksesannya dalam menjalankan

program baik di bidang lingkungan, ekonomi, maupun sosial sehingga menerima

penghargaan sebagai The Most Outstanding Recognition Awards dalam CSR

Awards 2005 yang diselenggarakan oleh Surindo bekerjasama dengan CFD

(Corporate Forum For Community Development, majalah SWA dan Mark Plus).

Salah satu prinsip utama dalam menjamin keberhasilan pelaksanaan CSR

adalah adanya komunikasi yang benar. Hal ini memberikan makna bahwa setiap

kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai wujud pelaksanaan tanggung

jawab sosial harus disosialisasikan kepada masyarakat sekitar untuk mendapatkan

umpan balik dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar

Page 13: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

BAB III

KESIMPULAN dan SARAN

3.1 Kesimpulan

Corporate governance merupakan mekanisme pengendalian untuk

mengatur dan mengelolah bisnis dengan maksud untuk meningkatkan

kemakmuran dan akuntabilitas perusahaan yang tujuan akhirnya untuk

mewujudkan shareholder value serta membantu menciptakan lingkungan

kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor

korporat yang berdasarkan Transparency, Accountability, Responsibility,

Independency, Fairness di dalam penerapannya dalam mengambil keputusan dan

yang mampu memberikan perlindungan dan jaminan hak hak mereka baik dalam

perusahaan swasta maupun BUMN.

3.2 Saran

Untuk mendukung dan menjamin tercapainya tujuan pelaksanaan CSR dan

mencapai keseimbangan yang efektif antara lingkungan dan pembangunan

diperlukan pengaturan yang baik (good governance) yang melibatkan pemerintah

sebagai salah satu pelaku dalam sistem pengaturan serta kesadaran perusahaan

(shareholders, lenders, employees, executives, customers dan stakeholders yang

lain) dan rasa memiliki terhadap lingkungan dan komunitas sekitar.

Page 14: Tugas Bussiness Ethic and Good Governance Untuk 25agustus2012

DAFTAR PUSTAKA

Ambadar, J., 2008. Corporate Social Responsibility dalam Praktik di Indonesia. Edisi 1, Penerbit Elex Media Computindo

Heath, J. and W. Norman. 2004. Stakeholder Theory, Corporate Governance and Public Management: What can the History of State-Run Enterprise Teach Us in the Post-Enron Era?.Journal of Business Ethics 53 : 247-265. Kluwer Academic Publisher. Netherlands.

Kimber, D. and P. Lipton. 2005.Corporate Governance and Business Ethics in the Asia-Pacific Region. Business and Society Vol 44 No 2 : 178-210. Sage Publicstion.

Maksum, A. (2005), Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia, http://www.usu.ac.id.

OECD, (2004), OECD Principles of Corporate Governance.

Roshima Said, Yuserrie Hj Zainuddin and Hasnah Haron. 2009. The Relationship between Corporate social Responsibility Disclosure and Corporate Governance Characteristics in Malaysian Public Listed Companies. SOCIAL RESPONSIBILITY JOURNAL Vol 5 N0.2 : 212-226. Emerald Group Publishing Limited.

Rudito, B. dan Famiola, M., 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Edisi 1. Penerbit Rekayasa Bisnis. Jakarta.

Thomsen, S. 2004. Corporate Values and Corporate Governance. Corporate Governance Vol 4 No 4 : 29-48. Emerald Group Publishing limited.

www.bapepam.go.id