tugas bisnis pariwisata

12
5.1 Sifat Permintaan Pariwisata Permintaan dalam kepariwisataan (tourist demand) dapat dibagi menjadi dua, yaitu potential demand dan actual demand. Yang dimaksud dengan potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata karena memiliki waktu luang dan tabungan yang relatif cukup. Sedangkan yang dimaksud dengan actual demand adalah orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu (Yoeti, 2008:123). Berbeda dengan permintaan terhadap barang dan jasa pada umumnya, permintaan industri pariwisata memiliki karakter sendiri, beberapa sifat atau karakter permintaan pariwisata menurut Yoeti (2008, 139-143): 1. Sangat dipengaruhi oleh musim 2. Terpusat pada tempat-tempat tertentu 3. Tergantung pada besar kecilnya pendapatan 4. Bersaing dengan permintaan akan barang-barang mewah 5. Tergantung tersedianya waktu senggang 6. Tergantung teknologi transportasi 7. Size of family (jumlah orang dalam keluarga) 8. Aksesibilitas 5.2 Perilaku Konsumen dalam Pariwisata Pemasaran pada dasarnya bertujuan memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan wisatawan yang dituju atau wisatawan

Upload: komangsuarningsih

Post on 20-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas bisnis pariwisata

5.1 Sifat Permintaan Pariwisata

Permintaan dalam kepariwisataan (tourist demand) dapat dibagi menjadi dua, yaitu

potential demand dan actual demand. Yang dimaksud dengan potential demand adalah sejumlah

orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata karena memiliki waktu luang dan

tabungan yang relatif cukup. Sedangkan yang dimaksud dengan actual demand adalah orang-

orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu (Yoeti,

2008:123).

Berbeda dengan permintaan terhadap barang dan jasa pada umumnya, permintaan

industri pariwisata memiliki karakter sendiri, beberapa sifat atau karakter permintaan pariwisata

menurut Yoeti (2008, 139-143):

1. Sangat dipengaruhi oleh musim

2. Terpusat pada tempat-tempat tertentu

3. Tergantung pada besar kecilnya pendapatan

4. Bersaing dengan permintaan akan barang-barang mewah

5. Tergantung tersedianya waktu senggang

6. Tergantung teknologi transportasi

7. Size of family (jumlah orang dalam keluarga)

8. Aksesibilitas

5.2 Perilaku Konsumen dalam Pariwisata

Pemasaran pada dasarnya bertujuan memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta

keinginan wisatawan yang dituju atau wisatawan sasaran (target wisatawan). Bidang ilmu

perilaku wisatawan (tourist behavior) mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan

organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan suatu produk dalam rangka

memuaskan kebutuhan dan keinginan wisatawan. Tantangan terbesar yang dihadapi daerah

tujuan wisata, khususnya bagian pemasaran, selama ini bagaimana mempengaruhi perilaku

wisatawan agar dapat mendukung produk (barang dan jasa) yang ditawarkan kepada wisatawan.

Tujuan terpenting dari setiap promosi adalah mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung,

namun tindakan pembelian hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan proses perilaku

konsumen.

Page 2: tugas bisnis pariwisata

Para ahli mendefinisikan perilaku wisatawan, menurut Morrisan (2007:64) perilaku

wisatawan adalah proses dan kegiatan yang terlibat ketika orang mencari, memilih,

menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan mereka. Menurut Loudon dan Della Bitta (Buchari Alma, 2008:236) “Tourist behavior

may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when

evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services“. (Perilaku wisatawan adalah

proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini

melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-

barang dan jasa-jasa). Perilaku wisatawan menurut Ali Hasan (2008:129) adalah respon

psikologis yang kompleks yang muncul dalam bentuk perilaku atau tindakan yang khas secara

perseorangan yang langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan produk serta

menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian produk termasuk dalam

melakukan pembelian ulang, yang dimaksud adalah wisatawan berkunjung ke daerah tujuan

wisata, membeli souvenir, dan suatu saat wisatawan tersebut kembali berkunjung karena merasa

nyaman dan percaya.

Jurnal Ani Wijayanti (2004:108), menggambarkan perilaku wisatawan, yaitu “Tourist

behavior can be defined as the behavior that tourist display in searching for, purchasing, using,

evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”.

Perilaku yang diperhatikan wisatawan dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi

dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan wisatawan untuk

dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan di

daerah tujuan wisata.

Menurut Kotler dan Keller (2009:189) mengemukakan tentang definisi perilaku

wisatawan yaitu, “Tourist behaviour is study of how individuals, groups, and organizations

select, buy, use, and dispose of goods, services, ideas, or experiences to satisfy their needs and

wants”. Dapat dijelaskan bahwa pemasar atau perusahaan harus memahami tentang apa yang

menjadi kebutuhan dan keinginan wisatawan baik itu berupa jasa, ide-ide, atau pengalaman yang

mampu memuaskan keinginan dan kebutuhan wisatawan.

Terdapat beberapa hal yang penting yang dapat diungkapkan dari definisi yang telah

dipaparkan oleh para ahli, perilaku wisatawan adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa

tahap yaitu:

Page 3: tugas bisnis pariwisata

1.    Tahap perolehan (acquisition), mencari (searching) dan membeli (purchasing).

2. Tahap konsumsi (consumption) yang berupa menggunakan (using) dan mengevaluasi

(evaluating).

3.    Tahap tindakan pasca pembelian (disposition) yang berupa tindakan wisatawan.

Perilaku wisatawan dalam mempengaruhi unit-unit pengambil keputusan (decision unit)

menurut Kotler dan Keller (2009:190) terdiri dari, wisatawan sendiri yang membentuk pasar

wisatawan (tourist market) dan wisatawan organisasional yang membentuk pasar bisnis

(business market). Adapun konsep personal tourist dalam definisi perilaku wisatawan dapat

lebih dijelaskan bahwa personal wisatawan merupakan individu yang membeli barang dan jasa

untuk dirinya sendiri, memenuhi kebutuhan keluarga dan dijadikan hadiah untuk orang lain

sehingga personal wisatawan merupakan pengguna terakhir .

Beberapa sifat dari perilaku wisatawan yaitu:

1.    Tourist Behavior Is Dynamic.

Perilaku wisatawan dikatakan dinamis karena proses berpikir, merasakan, dan aksi dari

setiap individu wisatawan, kelompok wisatawan, dan perhimpunan besar wisatawan selalu

berubah secara konstan. Sifat yang dinamis demikian menyebabkan pengembangan strategi

pemasaran menjadi sangat menantang sekaligus sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu

saat dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain, karena itu suatu perusahaan harus

senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara berkala untuk meraih wisatawannya.

2.    Tourist Behavior Involves Interactions.

Perilaku wisatawan terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia,

serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan memahami bagaimana interaksi tersebut

mempengaruhi wisatawan semakin baik perusahaan tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan

keinginan wisatawan serta memberikan value atau nilai bagi wisatawan.

3.    Tourist Behavior Involves Exchange.

Perilaku wisatawan, melibatkan pertukaran antara manusia. Dengan kata lain seseorang

memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu sebagai gantinya.

Page 4: tugas bisnis pariwisata

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Wisatawan

Perilaku wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan Kotler

dan Keller (2009:190) yaitu, faktor budaya, faktor sosial, faktor personal dan faktor psikologi.

Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.    Faktor Budaya

Budaya, subbudaya dan kelas sosial merupakan faktor yang paling banyak mempengaruhi

perilaku kunjungan pada wistawan. Budaya merupakan sesuatu yang dasar dari keinginan dan

kebutuhan seseorang. Masing-masing budaya terdiri dari bagian yang lebih kecil yaitu sub

budaya yang mampu menyediakan identifikasi yang lebih spesifik dan sosialisasi bagi

anggotanya. Sub budaya terdiri dari dari kebangsaan, kepercayaan, ras, dan area geografi.

2.    Faktor Sosial

       Faktor sosial sebagai tambahan dari faktor budaya, faktor sosial terdiri dari referensi keluarga,

kelompok, dan aturan sosial dan status berdampak pada perilaku kunjungan.

3.    Faktor Personal

Keputusan berkunjung juga dipengaruhi oleh karakteristik personal, yang termasuk dalam

kategori ini adalah umur dan daur hidup, pekerjaan dan ekonomi, kepribadian dan konsep diri,

dan gaya hidup dan nilai. Karena beberapa karakteristik ini memiliki dampak yang langsung

dalam perilaku wisatawan, hal ini sangat penting untuk pemasar dalam mendekati wisatawan.

4.    Faktor Psikologi

Langkah utama dalam memahami perilaku wisatawan adalah model tanggapan rangsangan.

Pemasar dan lingkungan mempengaruhi untuk masuk dalam kesadaran wisatawan dan mengatur

proses kejiwaannya yang menggabungkan dengan karakteristik keyakinan wisatawan untuk

menghasilkan proses keputusan dan keputusan berkunjung. Tugas pemasar adalah untuk

memahami apa yang terjadi pada kesadaran wisatawan antara kedatangan stimuli pemasaran

yang masuk dan keputusan berkunjung total. Terdapat empat kunci proses psikologi yaitu,

motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori yang merupakan hal dasar untuk mempengaruhi

tanggapan wisatawan.

Page 5: tugas bisnis pariwisata

5.3 Tipe Variabel – Variabel yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata

Permintaan Potensial Pariwisata tergantung pada berbagai unsur, antara lain:

Jumlah penduduk (population size) suatu negara atau wilayah pasar;

Kemampuan rata-rata ekonomi (economic mean), berupa pendapatan rata-rata

penduduknya (income per capita);

Faktor waktu, utamanya waktu luang (leisure time) yang mereka miliki;

Intensitas bepergian (travel intensity) masyarakat negara yang bersangkutan;

Selain faktor-faktor tersebut, masih banyak faktor lainnya yang mempengaruhi permintaan

terhadap pariwisata secara langsung maupun tidak langsung, antara lain:

Kondisi ekonomi global . Secara umum kondisi ekonomi global sedikit banyaknya akan

mempengaruhi minat untuk melakukan perjalanan, terutama jarak jauh, yang pada

umumnya menuntut biaya yang relatif tinggi. Seperti yang terjadi jika terjadi gangguan

terhadap harga bahan bakar minyak secara global. Bahkan kondisi seperti yang terjadi

ketika krisis moneter melanda dunia, serta krisis financial Amerika dan Eropa akhiur-

akhir ini;

Kondisi ekonomi negara asal wisatawan ( country of Origin ) . Seperti yang terjadi akhir-

akhir ini di mana beberapa negara Eropa mengalami krisis keuangannya, tidak dapat kita

mengharapkan banyak dari penduduknya untuk bepergian jauh, berhubung dengan

kemampuan import negara bersangkutan yang terpaksa dikurangibaahkan tidak mustahil

dihentikan, mengingat bepergian ke luar negeri berarti meng-“import jasa pariwisata”.

Kondisi ekonomi negara tujuan wisata ( destination country ). Indonesia mengalami hal ini

beberapa kali, seperti dalam dekade 1960-an dimana ekonomi kita mengalami inflasi

sampai melebihi 600%, kepariwisataan kita hampir tidak ada yang melirik. Padahal

ketika itu pemerintah bertekad mengembangkan kepariwisataan sejak 1958 dan termasuk

dalam Rencana Pembangunan Semesta Berencana;

Kondisi politik global. Adanya peperangan, bahkan sekedar ketegangan yang terjadi antar

negara di dunia tidak mustahil akan mengurangi minat perjalanan jarak jauh, terutama

jika perjalanannya itu harus melalui wilayah negara yang bersitegang tersebut;

Page 6: tugas bisnis pariwisata

Kondisi politik di negara asal wisatawan. Hal ini juga memberikan pengalaman kepada

kita bahwa negara yang politiknya sedang terganggu, sangat dapat dimengerti jika

penduduknya hampir tidak ada yang bepergian ke luar negeri.

Kondisi politik di negara tujuan wisata. Kerusuhan dan huru-hara yang terjadi di tahun

1998, terrorisme yang terjadi di Indonesia menghasilkan beberapa Travel Advice bahkan

Travel Warning dari beberapa negara untuk tidak berkunjung ke Indonesia.

Berjangkitnya penyakit menular, baik di negara asal wisatawan maupun negara tujuan,

menunjukkan kepada kita pengaruhnya terhadap berkurangnya wisatawan;

Adanya produk wisata negara lain (produk pengganti/pesaing = susbtitute) yang lebih

menarik dalam hal kualitas maupun harga serta upaya pemasarannya yang berhasil

“mengungguli” produk kita. Perlu dicatat, bahwa persaingan tidak hanya datang dari

produk pariwisata atau jasa lainnya, melainkan juga dari produk barang tahan lama

(durables, terutama yang bernilai aset seperti mobil, sebagaimana yang pernah terjadi di

Eropa pada tahun 1982 di saat BBM mengalami lonjakan harga yang menekan ekonomi

rumah tangga yang pada gilirannya penduduk Eropa banyak yang menunda liburan agar

dapat “menukar” kendaraannya dengan  yang hemat BBM).

Upaya pemasaran kita sendiri. Faktor ini merupakan satu-satunya faktor yang sebetulnya

dapat kita kendalikan (berada dalam kekuasaan kendali kita), sehingga keberhasilan

kepariwisataan juga banyak tergantung pada upaya dan jerih payah kita sendiri, yang

dilakukan secara bersama bahu-membahu, saling menunjang satu dengan lainnya antara

Pemerintah (Pusat dan Daerah) dan antar sektoral, masyarakat industri pariwisata dan

industri lainnya serta masyarakat pada umumnya.

Namun demikian, keberhasilan kepariwisatan tidak melulu dipengaruhi faktor-faktor

tersebut, melainkan juga oleh berbagai faktor lainnya baik yang menunjang maupun

menghambat dalam perencanaan, pembinaan, pengambangan di sisi produknya. Mengingat

bahwa kepariwisataan terdiri dari berbagai jasa yang berada di bawah kewenangan lintas sektoral

dan multi disiplin, maka penanganannya pun memerlukan pemikiran dan pertimbangan secara

menyeluruh (holistic).

Page 7: tugas bisnis pariwisata

5.4 Batasan-Batasan Dalam Pariwisata

Kata "Pariwisata" sesungguhnya baru populer di Indonesia setelah diselenggarakan

Musyawarah Nasional Tourisme ke II di Tretes, Jawa Timur pada tanggal 12 - 14 Juni 1458.

PARI berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, lengkap. WISATA berarti perjalanan,

bepergian. PARIWISATA bisa diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau

berputar-putar dari suatu tempat ketempat lain yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata

"tour", sedang untuk pengertian jamak "kepariwisataan" dapat digunakan kata "tourisme" atau

"tourism", lebih lanjut batasan pariwisata menurut ketetapan MPRS No I-II tahun 1960, sebagai

berikut : Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara memenuhi

kebutuhan manusia dalam memberi hiburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja

serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara-

negara lain (pariwisata luar negeri). Sedangkan, mengenai batasan pariwisata hampir tidak

pernah disinggung. Untuk perbandingan lebih lanjut, batasan pariwisata diberikan oleh pendapat

beberapa ahli, diantaranya :

Hermann V. Schuralard (1910), yang dimaksud kepariwisataan disini adalah sejumlah

kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan perekonomian yang secara langsung berhubungan

dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk kota,

daerah atau Negara.

E. Guyer Freuler, merumuskan pengertian pariwisata dengan memberi batasan sebagai

berikut : "Pariwisata dalam pengertian modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang

yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan

menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh

bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada

perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat

pengangkutan".

Prof. K. Kraft (1942) mengemukakan batasan yang lebih bersifat teknis sebagai berikut :

Keseluruhan dari pada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-

orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal

menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu.

Page 8: tugas bisnis pariwisata

Dari beberapa batasan yang disebutkan diatas, tampak pada prinsipnya kepariwisataan

mencakup semua macam perjalanan, asal saja perjalanan tersebut berhubungan dengan rekreasi

dan pertamasyaan. Ada beberapa faktor yang penting dalam pemberian batasan suatu definisi

pariwisata, yaitu:

1. Perjalanan dilakukan sementara waktu

2. Perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya

3. Perjalanan itu walaupun apa bentuknya, harus dikaitkan dengan pertamasyaan atau

rekreasi

4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah ditempat yang

dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen ditempat tersebut.