tugas anfis

15
TUGAS ANFIS EVA JUNITA 1. Jelaskan elastisitas paru berkaitan dengan recoil elastik dan compliance. Selama siklus pernapasan, paru secara bergantian mengembang selama inspirasi dan menciut selama ekspirasi. Sifat elastik paru disebabkan oleh adanya serat-serat jaringan ikat elastic dan tegangan permukaan alveolus. Sifat elastisitas paru melibatkan dua konsep yang saling berkaitan yaitu: recoil elastic dan compliance.1 1.Recoil elastic (penciutan elastik) mengacu kepada seberapa mudah paru kembali ke bentuknya setelah diregangkan. Sifat ini menentukan kembalinya paru ke volume prainspirasi sewaktu otot-otot inspirasi melemas di akhir ekspirasi.1 2.Compliance mengacu kepada seberapa besar usaha yang diperlukan untuk meregangkan atau mengembangkan paru; hal ini analog dengan usaha untuk meniup sebuah balon.1 Peningkatan volume dalam paru menghasilkan tekanan positif, sedangkan punurunan volume dalam paru

Upload: eva

Post on 14-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

anatomi fisiologi

TRANSCRIPT

TUGAS ANFIS EVA JUNITA

1. Jelaskan elastisitas paru berkaitan dengan recoil elastik dan compliance.Selama siklus pernapasan, paru secara bergantian mengembang selama inspirasi dan menciut selama ekspirasi. Sifat elastik paru disebabkan oleh adanya serat-serat jaringan ikat elastic dan tegangan permukaan alveolus. Sifat elastisitas paru melibatkan dua konsep yang saling berkaitan yaitu: recoil elastic dan compliance.11.Recoil elastic (penciutan elastik) mengacu kepada seberapa mudah paru kembali ke bentuknya setelah diregangkan. Sifat ini menentukan kembalinya paru ke volume prainspirasi sewaktu otot-otot inspirasi melemas di akhir ekspirasi.12.Compliance mengacu kepada seberapa besar usaha yang diperlukan untuk meregangkan atau mengembangkan paru; hal ini analog dengan usaha untuk meniup sebuah balon.1 Peningkatan volume dalam paru menghasilkan tekanan positif, sedangkan punurunan volume dalam paru menimbulkan tekanan negatif. Perbandingan antara volume paru dengan satuan perubahan tekanan saluran udara (V / P) menggambarkan kemudahan diregangkannya (komplians) jaringan paru dan dinding dada.2 Secara spesifik, compliance adalah ukuran tingkat perubahan volume paru yang ditimbulkan oleh gradient tekanan transmural. Untuk peningkatan perbedaan tekanan tertentu, paru dengan compliance yang tinggi akan mengembang lebih besar dibandingkan paru yang compliance nya rendah. Dengan kata lain, semakin rendah compliance paru, semakin besar gradient tekanan transmural yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal.1 Pada gilirannya, gradient tekanan transmural lebih besar dari normal dapat dicapai hanya dengan membuat tekanan intrapleura lebih subatmosferik dibandingkan dengan biasanya. Hal ini dilakukan dengan ekspansi toraks yang lebih besar melalui kontraksi otot inspirasi yang lebih kuat. Dengan demikian, semakin rendah compliance paru, semakin besar kerja yang diperlukan untuk menghasilkan inflasi dalam derajat tertentu.

Paru yang compliance nya rendah disebut paru kaku, karena tidak memiliki daya regang seperti paru normal. Compliance pernapasan dapat menurun akibat adanya beberapa factor, misalnya digantikannya jaringan paru normal oleh jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi serat asbestos atau iritan serupa. Sifat elastic paru terutama bergantung pada dua factor; jaringan ikat paru yang sangat elastic dan tegangan permukaan alveolus. Jaringan ikat paru mengandung sejumlah besar serat elastin. Selain memperlihatkan sifat elastic, serat-serat ini juga tersusun dari suatu jaringan yang semakin memperkuat daya elastic tersebut, seperti benang pada selembar kain rajutan yang dapat diregangkan.1 Factor yang lebih penting lagi yang mempengaruhi sifat elastic paru adalah tegangan permukaan alveolus yang diperlihatkan oleh lapisan cairan tipis yang meliputi semua alveolus.1,2 Pada pertemuan air-udara, molekul-molekul air di permukaan melekat lebih erat ke molekul air di sekitarnya dibandingkan ke udara di atas permukaan. Tarik-menarik yang tidak seimbang ini menciptakan suatu gaya yang dikenal sebagai tekanan permukaan di permukaan cairan. Tegangan permukaan menimbulkan dua efek. Pertama, lapisan cairan menahan setiap gaya yang meningkatkan luas permukaannya; yaitu, lapisan tersebut melawan ekspansi alveolus karena molekul-molekul air permukaan menentang memisahkan mereka.1 Dengan demikian, semakin besar tegangan permukaan, semakin rendah compliance paru. Kedua, luas permukaan cairan cenderung menjadi sekecil-kecilnya karena molekul-molekul air permukaan, yang lebih tertarik satu sama lain, mencoba berdekatan satu sama lain. Dengan demikian, tegangan permukaan cairan yang melapisi sebuah alveolus cenderung memperkecil ukuran alveolus, dan memeras udara yang ada di dalamnya. Sifat ini, bersama dengan sifat elastin menyebabkan paru menciut kembali ke ukuran pra inspirasinya setelah inspirasi berakhir

2. Definisikan berbagai volume dan kapasitas paruSuatu metode sederhana untuk mempelajari pertukaran udara paru-paru adalah mancatat volume udara yang bergerak ke dalam dan ke luar paru-paru disebut spirometer. Sebuah alat spirometer terdiri dari sebuah silinder yang berada dalam sebuah ruangan berisi air yang keseimbangannya dapat diatur melalui suatu pemberat. Dalam selinder terdapat campuran udara pernafasan biasanya udara atau O2, suatu tabung yang menghubungkan mulut dengan ruang udara. Karena nafas masuk dan ke luar ruang udara maka silinder terangkat/naik dan turun, dan suatu grafik akan terlihat pada kertas yang terdapat pada silinder yang berputarGambar SpirometerSpirometer adalah suatu metoda sederhana yang dapat digunakan untuk mempelajari ventilasi paru, yaitu dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru.Untuk memudahkan menjelaskan berbagai kejadian pertukaran udara paru-paru maka udara dalam paru-paru telah dibagi menjadi 4 volume dan 4 kapasitas.Volume paru-paru bagian kiri terdiri atas 4 volume yang berbeda dan bila dijumlahkan semuanya sama dengan volume maksimum paru-paru yang masih dapat diharapkan. Arti penting dari masing-masing volume tersebut adalah sebagai berikut.1.Volume tidal (tidal volume = TV) adalah volume udara pada waktu inspirasi atau ekspirasi normal, dan volumenya kira-kira 500 ml.2.Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume = IRV) adalah volume ekstra udara yang masih dapat dihirup setelah inspirasi normal sebagai volume udara tambahan terhadap volume volume tidal, dan biasanya volume udara itu kira-kira 3000 ml.3.Volume cadangan ekspirasi (expiratory reseve volume = ERV) adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan berekspirasi sekuat-kuatnya (maksimum) pada saat akhir ekspirasi normal, biasanya volume ini kira-kira 1100 ml.4.Volume residu (residual volume = RV) adalah volume udara yang masih tinggal di dalam paru-paru setelah melakukan respirasi maksimum. Volume residu ini rata-rata 1200 ml.Kapasitas paru-paru dalam siklus paru-paru kadang-kadang perlu mempertimbangkan 2 atau lebih volume udara tersebut di atas secara bersama-sama. Penggabungan ini disebut kapasitas paru-paru. Kapasitas paru-paru berbeda-beda dapat dijelaskan sebagai berikut ini.1.Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity/IC) = volume tidal (TV) + volume cadangan inspirasi (IRV).Ini adalah sejumlah udara (kira-kira 3500 ml) yang berarti seseorang bernafas mulai dengan tingkat ekspirasi normal dan memperbesar paru-parunya hingga maksimum.2.Kapasitas residu fungsional (functional residual capacity/FRC) = volume cadangan ekspirasi (ERV) + volume residu (RV).Ini adalah sejumlah udara yang tinggal dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml).3.Kapasitas vital (vital capacity/VC) = volume cadangan inspirasi (IRV) + volume tidal (TV) + volume cadangan ekspirasi (ERV).Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ekspirasi dan dilanjutkan dengan ekspirasi maksimum.4.Kapasita total paru-paru (total lung capacity/TLC) adalah volume maksimum paru-paru yang masih dapat diperbesar dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800 ml). TLC = IRV + TV + ERV + RV.

3. Bandingkan ventilasi paru dan ventilasi alveolus.Ventilasi ParuVentilasi merupakan suatu proses pemindahan udara inspirasi ke dalam alveolar(Astrand, 1970). Ventilasi paru tersebut dipengaruhi oleh:1. Volume paru2. Resistensi terhadap aliran yang terjadi di dalam saluran nafas3. Sifat elasitik atau daya kembang paru dan dinding dada (Sodeman, 1995)4. Pada saat beraktivitas, ventilasi meningkat pula sesuai dengan beratnya aktivitas tersebut (Astrand, 1970).Volume paru normal sangat dipengaruhi oleh ukuran sistem pernapasan dan usia.Volume paru pria juga lebih besar daripada wanita. Pada saat gerak badan, ambilanoksigen dapat mencapai 4 6 liter per menit dan volume udara inspirasi per menit dapat meningkat sampai dua puluh kali lipat. Keadaan ini dicapai dengan peningkatan volume tidal dan frekwensi pernapasan (Horisson, 1997)Ventilasi paru adalah volume udara yang dihirup dan dihembuskan dalam 1 menit.Rumusnya : TV x RRVentilasi alveoli adalah volume udara yang dapat dipertukarkan antara atmosfer dan aleoli permenit.Rumusnya : (TV dead space) x RRKeterangan : dead space adalah bagian dari saluran pernapasan yang tidak melakukan pertukaran gas dalam darah. Dead space d bagi 2 yaitu dead space anatomik dan alveoli.a. Dead space anatomik adalah bagian konduksi dari saluran pernapasana. Volumenya (150 ml)b. Dead space alveoli adalah bagian zona respiratorik yang gagal melakukan pertukaran gas dengan darah akibat kedaan tertentu, seperti alveoli yang kempis aau tertutup mukus.Tidal volume (TV) adalah volume udara yang masuk atau keluar paru selama 1x bernapas. Nilai rata ratanya : 500 ml

4. Sumber dan fungsi surfaktan paruPERAN SURFAKTAN DALAM PARU

Suatu bahan senyawa kimia yang memiliki sifat permukaan aktif. Merupakan campuran beberapa fosfolipid, protein dan ion. Dihasilkan oleh sel epitel alveolar tipe II. Fungsi surfaktan ini melawan tegangan permukaan sehingga alveoli tidak mengempis/kollaps. Senyawa ini terdiri dari fosfolipid (hampir 90% bagian), berupa Dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC) yang juga disebut lesitin, dan protein surfaktan sebagai SPA, SPB, SPC dan SPD (10% bagian). DPPC murni tidak dapat bekerja dengan baik sebagai surfaktan pada suhu normal badan 37C, diperlukan fosfolipid lain (mis. fosfatidil-gliserol) dan juga memerlukan protein surfaktan untuk mencapai air liquid-interface dan untuk penyebarannya keseluruh permukaan.Surfaktan dibuat oleh sel alveolus tipe II yang mulai tumbuh pada gestasi 22-24 minggu dan mulai mengeluarkan keaktifan pada gestasi 24-26 minggu,yang mulai berfungsi pada masa gestasi 32-36 minggu. Produksi surfaktan pada janin dikontrol oleh kortisol melalui reseptor kortisol yang terdapat pada sel alveolus type II. Produksi surfaktan dapat dipercepat lebih dini dengan meningkatnya pengeluaran kortisol janin yang disebabkan oleh stres, atau oleh pengobatan deksamethason yang diberikan pada ibu yang diduga akan melahirkan bayi dengan defisiensi surfaktan. Karena paru-paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid dalam cairan amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolok ukur kematangan paru, dengan cara menghitung rasio lesitin/sfingomielin dari cairan amnion. Sfingomielin adalah fosfolipid yang berasal dari jaringan tubuh lainnya kecuali paru-paru. Jumlah lesitin meningkat dengan bertambahnya gestasi, sedangkan sfingomielin jumlahnya menetap. Rasio L/S biasanya 1:1 pada gestasi 31-32 minggu, dan menjadi 2:1 pada gestasi 35 minggu. Rasio L/S 2:1 atau lebih dianggap fungsi paru telah matang sempurna, rasio 1,5-1,9 sejumlah 50% akan menjadi RDS, dan rasio kurang dari 1,5 sejumlah 73% akan menjadi RDS. Bila radius alveolus mengecil, surfaktan yang memiliki sifat permukaan alveolus, dengan demikian mencegah kolapsnya alveolus pada waktu ekspirasi. Kurangnya surfaktan adalah penyebab terjadinya atelektasis secara progresif dan menyebabkan meningkatnya distres pernafasan pada 24-48 jam pasca lahir.Surfaktan merupakan suatu komplek material yang menutupi permukaan alveoli paru, yang mengandung lapisan fosfolipid heterogen dan menghasilkan selaput fosfolipid cair, yang dapat menurunkan tegangan permukaan antara air-udara dengan harga mendekati nol, memastikan bahwa ruang alveoli tetap terbuka selama siklus respirasi dan mempertahankan volume residual paru pada saat akhir ekspirasi. Rendahnya tegangan permukaan juga memastikan bahwa jaringan aliran cairan adalah dari ruang alveoli ke dalam intersisial. Kebocoran surfaktan menyebabkan akumulasi cairan ke dalam ruang alveoli. Surfaktan juga berperan dalam meningkatkan klirens mukosiliar dan mengeluarkan bahan particulate dari paru. Jenis SurfaktanTerdapat 2 jenis surfaktan , yaitu :1. Surfaktan natural atau asli, yang berasal dari manusia, didapatkan dari cairan amnion sewaktu seksio sesar dari ibu dengan kehamilan cukup bulan2. Surfaktan eksogen barasal dari sintetik dan biologic:a. Surfaktan eksogen sintetik terdiri dari campuran Dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC), hexadecanol, dan tyloxapol yaitu Exosurf dan Pulmactant ( ALEC) dibuat dari DPPC 70% dan Phosphatidylglycerol 30%, kedua surfaktan tersebut tidak lama di pasarkan di amerika dan eropa.2,5 Ada 2 jenis surfaktan sintetis yang sedang dikembangkan yaitu KL4 (sinapultide) dan rSPC ( Venticute), belum pernah ada penelitian tentang keduanya untuk digunakan pada bayi prematur b. Surfaktan eksogen semi sintetik, berasal dari campuran surfaktan paru anak sapi dengan dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC), tripalmitin, dan palmitic misalnya Surfactant TA, Survanta.c. Surfaktan eksogen biologik yaitu surfaktan yang diambil dari paru anak sapi atau babi, misalnya Infasurf, Alveofact, BLES, sedangkan yang diambil dari paru babi adalah Curosurf Saat ini ada 2 jenis surfaktan di indonesia yaitu : Exosurf neonatal yang dibuat secara sintetik dari DPPC , hexadecanol, dan tyloxapol. Surfanta dibuat dari paru anak sapi, dan mengandung protein, kelebihan surfanta biologi dibanding sintetik terletak di protein. Komposisi surfaktanMenurut penelitian Gluck (1972) dan Hallman (1976) surfactant terdiridari susunan dan subsistim sebagai berikut.1. 90% terdiri dari lipid dengan susunan subsistema.a. 80% dipalmitoilfosfatidilkolin/lesitin 50% dnaturated lecithin 30% unsaturated lecithinb. 8-15 % merupakan lipid dalam bentukfosfatidilglisserol yangberfungsi untuk menurunkan tekanan permukaan paru, fungsipastinya belum diketahui dengan baik.2. 10 % terdiri dari proteinBayi yang lahir dengan perbandingan L/S aterm, lebih dari 2,pernapasannya akan berlangsung dengan baik.Fungsi masing-masing komponen surfaktanMasing-masing komponen surfaktan mempunyai fungsi khusus sebagai berikut.1. Saturated phosphatidylcholine, terutama: dipalmitoyl phosphatidylcholine(DPPC), berfungsi menurunkan ketegangan antara udara-cairan pada alveolisehingga memberikan peluang kepada paru untuk berkembang/me-ngembung2. Protein surfaktan (SP) A berfungsi:a. Mengoordinasikan protein surfaktan lainnya dan lipids.b. Memperbaiki sifat-sifat alveoli.c. Mengatur dan pengambilan kembali surfaktan sehingga dapat dilakukandaur ulang.3. Protein surfaktan B dan C merupakan lipophilic protein untuk memfasilitasi pelekatan dan penyebaran lipid untuk membentuk lapisan surfaktan tunggal.4. Protein surfaktan D merupakan kesamaan protein surfaktan dan berfungsisebagai pertahanan paru.