tugas akhir studi jaringan distribusi oleh idris.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini
menyebabkan tingginya kebutuhan akan pemanfaatan energi di berbagai
aspek kehidupan. Salah satu sumber energi yang paling banyak
digunakan hingga saat ini adalah sumber energi listrik. Energi listrik
mempunyai banyak keunggulan dibandingkan sumber energi lain,
demikian juga sebaliknya. Hal inilah yang menyebabkan energi listrik
merupakan salah satu pilihan utama pemakaian energi.
Tingginya kebutuhan akan tenaga listrik tersebut, maka dibutuhkan suatu
sistem pengelolaan energi listrik, ini agar energi listrik tersebut dapat
dimanfaatkan secara maksimal guna memenuhi kebutuhan masyarakat
akan energi listrik saat ini maupun di masa mendatang. Oleh karena itu,
diperlukan suatu perencanaan sistem tenaga listrik seperti desain sistem
pembangkit, jaringan transmisi dan sistem jaringan distribusinya.
Salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang menyalurkan energi
listrik dari pusat pembangkit sampai ke konsumen atau pelanggan adalah
sistem distribusi. Sedangkan salah satu komponen sistem distribusi yang
memegang peranan cukup penting dalam penyaluran daya adalah
transformator dan jaringan distribusinya.
Sistem distribusi mempunyai fungsi yang penting sebagai komponen dari
sistem tenaga listrik khususnya dalam penyaluran tenaga listrik
kekonsumen maka perlu dilakukan suatu studi sebagai salah satu upaya
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan energi listrik terhadap konsumen
(masyarakat).
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah sistem jaringan distribusi yang ada di PT. PLN
(Persero) Ranting Watang Sawitto yang digunakan dalam
upaya pendistribusian energi listrik ke masyarakat?
b. Bagaimanakah mengukur kapasitas daya transformator distribusi
untuk 1 fasa dan 3 fasa?
c. Bagaimanakah sistem pemeliharaan yang dilakukan pada jaringan
distribusi dan transformator pada PT. PLN (Persero) Ranting watang
sawitto.
1.3. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui sistem jaringan distribusi yang ada di PT. PLN
(Persero) Ranting Watang Sawitto yang digunakan dalam
upaya pendistribusian energi listrik ke masyarakat?
2. Untuk mengetahui cara mengukur kapasitas daya transformator
distribusi untuk 1 fasa dan 3 fasa?
3. Untuk mengetahui sistem pemeliharaan yang dilakukan pada jaringan
distribusi dan transformator pada PT. PLN (Persero) Ranting watang
sawitto.
1.4. Batasan Masalah
Studi jaringan distribusi pada PT.PLN (Persero) Ranting Watang Sawitto
difokuskan pada wilayah kota pinrang, meliputi :
1. Analisa terhadap hasil pengukuran triwulan (3 bulan) pada gardu
bulan September 2010
2. Sistem pemeliharaan terhadap transformator dan jaringan distribusi
yang digunakan
1.5. Metode Penelitian
a. Survey
Survey adalah melakukan kunjungan atau pengamatan langsung
pada PT. PLN (Persero) Ranting Watang Sawitto untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas
akhir
b. Wawancara
Wawancara adalah mengadakan tatap muka atau wawancara
secara langsung dengan pimpinan perusahaan serta beberapa staf
personalia yang ada kaitannya dengan penyusunan tugas akhir ini.
c. Studi literature
Studi literatur adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
mengadakan studi dari buku-buku/pustaka yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas dalam penulisan ini
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk menggambarkan mengenai isi penulisan Tugas Akhir ini maka
penyusun menguraikan secara singkat sistematika penulisan pada tugas
akhir ini yang dibagi dalam 5 (Lima) Bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara singkat tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini dipaparkan mengenai uraian umum, jaringan distribusi,
gardu distribusi, dan transformator distribusi.
Bab III Pengaman Pada Sistem Jaringan Distribusi
Dalam bab ini membahas tentang pengaman dan peralatan jaringan
distribusi
Bab IV Evaluasi Studi Jaringan Distribusi
Bab ini menguraikan secara singkat tentang jenis-jenis gardu distribusi
dan sistem pemeliharaan terhadap transformator dan jaringan distribusi
yang digunakan pada PT. PLN (Persero) Ranting watang sawitto
Bab IV Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulisan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Secara garis besar sistem tenaga listrik terbagi atas tiga komponen utama
yaitu bagian pembangkit, bagian transmisi, dan bagian distribusi.
PT. PLN (Persero) Ranting watang Sawitto merupakan salah satu bagian
yang di bawahi oleh PT. PLN (Persero) Cabang Pinrang Wilayah
SULTANBATARA (Sulawesi selatan, sulawesi barat dan sulawesi
tenggara) dan PT. PLN (Persero) Ranting watang Sawitto sendiri
membawahi 2 (dua) unit kantor pelayanan yaitu Kantor pelayanan Tiroang
dan Kantor pelayanan Malimpung.
Distribusi tenaga listrik PT. PLN (Persero) Ranting Watang Sawitto di
suplai dari Gardu Induk Pinrang yang melayani 6 feeder, yaitu F1
Langnga, F2 Kariango, F3 Tiroang, F4 Lasinrang, F5 Jampue dan F6
Polewali.
Bagian distribusi merupakan bagian yang mendistribusikan daya listrik ke
tiap-tiap beban. Bagian ini dimulai dari gardu induk distribusi. Pada gardu
induk distribusi, tingkat tegangan subtransmisi di turunkan menjadi tingkat
tegangan distribusi primer dengan kisaran antara 6 kV sampai 30 kV.
Tegangan distribusi standar PLN adalah 20 kV. Dari gardu induk
distribusi daya listrik di salurkan melalui jaringan distribusi primer
diturunkan menjadi tingkat tegangan distribusi sekunder dengan harga
kisaran antara 127 V sampai 380 V. Tegangan standar distribusi PLN
adalah 220/380 V. Dari gardu distribusi selanjutnya daya listrik
didistribusikan kepada konsumen tegangan rendah. Disamping konsumen
tegangan rendah terdapat juga konsumen tegangan menengah yaitu 20
kV dan konsumen tegangan tinggi 150 kV.
2.2. Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi adalah suatu sistem jaringan yang berfungsi untuk
menyalurkan energi lisrik dari pusat listrik hingga sampai ke rumah-rumah
dan konsumen kecil lainnya (pelanggan).
Jaringan distribusi berawal dari sisi sekunder transformator daya di gardu
induk (GI) penerima dan kemudian melalui saluran tegangan menengah.
Pada gardu distribusi di hubungkan dengan penyulang-penyulang,
tegangan menengah diubah menjadi tegangan rendah memalui
transformator distribusi. Melalui perangat hubung bagi (PHB) tegangan
rendah, tenaga listrik di salurkan kesaluran udara tegangan rendah
(SUTR) atau kabel bawah tanah tegangan rendah dan selanjutnya tenaga
listrik tersebut memasuki instalasi beban.
Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik (energi
listrik) dari gardu induk ke gardu distribusi dan mendistribusikan tenaga
listrik tersebut kebeban. Jaringan distribusi primer yang bertegangan
menengah berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari gardu induk ke
transformator distribusi yang terhubung ke beban industri.
Jaringan distribusi merupakan salah satu komponen yang perlu mendapat
perhatian dan pemeliharaan yang kontinyu. Oleh karena itu, dibutuhkan
perencanaan pengembangan optimum jaringan distribusi. Perencanaan ini
harus mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku pada penyelengggara
sistem yaitu PLN. Jadi standarisasi yang di gunakan PT. PLN (Persero)
menjadi standar pokok yang selalu diutamakan dalam perencanaan
jaringan distribusi sehingga menghasilkan perencanaan yang
menguntungkan dari segi biaya dan memadai dari segi teknis.
Secara umum komponen jaringan distribusi terdiri dari tiga bagian yaitu
1. Saluran distribusi primer
2. Transformator distribusi
3. Saluran distribusi sekunder
2.2.1. Saluran Distribusi Primer
Pada jaringan distribusi primer ada beberapa bentuk struktur dari sistem
bentuk struktur dari sistem. Bentuk-bentuk dari jaringan distribusi
primer ini tergantung dari jenis lokasi akan di pasang dan sesuai dengan
kebutuhan. Dalam pemilihan bentuk jaringan distribusi ada beberapa
faktor yang perlu di pertimbangkan, yaitu jenis beban ( beban domestic,
beban komersial atau beban industri), daerah (kota atau desa), kepadatan
beban, faktor keindahan dan keamanan. Berdasarkan hal-hal tersebut,
maka timbul batasan-batasan dalam menentukan jaringan distribusi, yaitu:
a) Jatuh tegangan
Jatuh tegangan antara titik awal dan titik akhir pada jaringan distribusi
tidak boleh terlampau besar.
b) Keandalan pelayanan
Gangguan pada jaringan tidak boleh terlampau sering dan lama, sehingga
kelangsungan pelayanan tetap terjaga.
c) Fleksibilitas jaringan
Sistem jaringan distribusi mudah disesuaikan dengan perkembangan
beban.
d) Biaya
Biaya investasi jaringan tidak boleh terlampau mahal.
Bagian-bagian dari sistem distribusi primer yaitu :
a) Peralatan tegangan menengah pada gardu induk
Gardu induk adalah kumpulan peralatan listrik yang disusun menurut pola
tertentu yang dipengaruhi oleh fungsi masing-masing peralatan sehingga
aliran daya listrik dapat berlangsung dengan baik. Peralatan tersebut
disusun menurut pola tertentu yang pada dasarnya merupakan
pertimbangan dari segi teknis, ekonomis dan keindahannya.
Fungsi gardu induk adalah mengubah tegangan satu atau beberapa
saluran transmisi menjadi satu atau beberapa tegangan primer.
Berdasarkan konstruksi gardu induk di klasifikasikan sebagai berikut :
- Gardu pasangan dalam
Gardu induk tegangan tinggi seperti transformator utama, peralatan
penghubung dipasang di luar dan peralatan kontrol dipasang dalam
gedung. Jenis ini memerlukan tanah yang luas tetapi biaya konstruksinya
murah dan pendinginnya mudah, sehingga bisa dipasang di daerah
pinggiran kota dimana harga tanah murah.
- Gardu pasangan dalam
Baik peralatan tegangan tinggi seperti transformator utama, peralatan
penghubung dan sebagainya, maupun peralatan kontrol terpasang dalam
gedung. Jenis gardu ini dipakai di :
Pusat kota
Daerah pantai, dimana ada pengaruh kontaminasi garam
- Gardu induk pasangan setengah bawah tanah
Gardu induk pasangan setengah bawah tanah ini merupakan gardu unduk
jenis pasangan dalam dimana sebagian peralatan tegangan tingginya
dipasang dibawah tanah.
b) Penyulang utama
Penyulang utama adalah jaringan distribusi radial yang merupakan
saluran yang menghubungkan gardu induk dengan gardu trafo distribusi,
sehingga penyulang ini berfungsi menyalurkan daya listrik dari gardu
induk kegardu-gardu distribusi.
c) Gardu distribusi
Gardu distribusi adalah tempat untuk mendistribusikan tenaga listrik
dengan merubah tegangan menengah menjadi tegangan rendah
kemudian di salurkan ke konsumen. Gardu distribusi berfungsi untuk
menurunkan tegangan primer menjadi tegangan pelayanan dan
mendistribusikan tenaga listrik kepada para pelanggan.
Secara umum peralatan-peralatan yang sering di temukan pada gardu
distribusi (PLN Diklat ujung pandang 2000) :
- Isolating switch (saklar pemisah), gunanya untuk menhubungkan
kabel yang datang dari arah gardu induk (incoming cable) ke rel utama
pada gardu.
- Load break switch (saklar beban), berfungsi untuk
menghubungkan rel utama gardu distribusi dengan kabel luar (outgoing
cable) menuju arah gardu hubung.
- Trafo distribusi, yang dihubungkan melalui saklar pemisah ke rel
utama yang diamankan sebuah sekering.
Adapun jenis-jenis gardu distribusi dapat di golongkan menurut jenis
pasangan dan jenis konstruksinya. Menurut jenis pasangan gardu
distribusi di bagi dalam :
- Pasangan dalam, yaitu dimana semua peralatan utamanya di
tempatkan dalam ruangan tertutup.
- Pasangan luar, yaitu gardu distribusi yang semua peralatan utama
sisi tegangan menengah dan transformator distribusi ditempatkan pada
ruang terbuka, namun sebagian peralatan penghubung dan pengaman
masih di tempatkan dalam ruangan tertutup.
Menurut konstruksinya gardu distribusi dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
- Gardu distribusi jenis besi (metal cland)
Gardu distribusi di tempatkan pada suatu bagian peti logam yang
didudukkan di atas pondasi beton dengan kapasitas 630 kVA. Begitu juga
halnya dengan peralatan utama lainnya ditempatkan dalam box metal.
- Gardu distribusi jenis mobil
Gardu distribusi jenis mobil di bangun diatas sebuah kereta (trailler) atau
semacam truk dan dapat berpindah-pindah. Gardu jenis ini di gunakan
pada lokasi yang mengalami gangguan layanan beban dari gardu
distribusi jenis lain. Gardu ini digunakan untuk pemakaian sementara atau
untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dalam keadaan darurat.
- Gardu distribusi jenis tiang
Gardu distribusi jenis tiang adalah gardu distribusi yang dibangun dengan
menggunakan tiang sebagai penyangga bagi peralatan - peralatan utama
gardu dengan kapasitas kecil sampai kurang dari 200KVA.
Gardu jenis tiang dibagi atas 2 macam, yaitu :
Gardu dengan menggunakan 2 tiang, yaitu tiang dipasang dengan
bentuk “H” dimana Transformator distribusi dan peralatan utama lainnya
ditempatkan diantara dua tiang tersebut.
Dengan menggunakan 4 tiang, untuk membuat platform sebagai
tempat dudukan transformator distribusi sedangkan peralatan utama
lainnya dipasang antara tiang lebih tinggi dari dua tiang lainnya.
Pemakaian gardu distribusi jenis konstruksi tiang menggunakan 4 tiang
sesuai kondisi tanah yang beresiko tinggi terhadap longsor.
- Gardu distribusi jenis beton atau batu
Gardu distribusi ini dibangun dengan diinding drop dan atap terbuat dari
beton tertulang, bata, ubin yang dapat menahan beban atau balok beton.
Jenis ini banyak digunakan untuk melayani beban - beban yang besar.
Transformator distribusi diletakkan diatas lantai yang terbuat dari beton
yang tebalnya tidak kurang dari 10 cm. sedangkan busbar dan lainnya
dipasang didinding dengan menggunakan isolator sebagai penopang.
Ada beberapa macam struktur jaringan distribusi primer yang digunakan
pada suatu sistem distribusi yaitu :
a) Struktur radial
Struktur radial merupakan struktur yang paling sederhana dari jenis
struktur yang ada. Bentuknya di tandai dengan penyulang utama yang
keluar dari gardu induk dan bercabang-cabang menyerupai pohon, karena
strukturnya yang sederhana maka biaya konstruksi dan operasi lebih
murah. Akan tetapi keandalannya kurang baik, karena hanya dihubungkan
pada suatu sumber melalui satu jalan saja. Sehingga bila ada gangguan
pada penyulang utama dekat gardu induk maka pelayanan daya secara
keseluruhan akan terputus. Kemudian tidak dapat melayani daerah yang
sangat luas atau terlalu jauh sebab semakin luas daerah yang dilayani
oleh struktur ini semakin besar jatuh tegangan.
b) Struktur Loop (Ring)
Struktur loop ini membentuk suatu jaringan tertutup yang dimulai dari
gardu Induk melalui daerah-daerah beban dan kembali lagi ke gardu induk
yang sama. Struktur ini merupakan pengembangan dan bentuk radial,
yang mana pada operasinya dapat bekerja sebagar sistem radial biasa
yang saklar dayanya dalam keadaan terbuka. Jika terjadi gangguan, maka
bagian jaringan yang mengalarni gangguan akan diisolir, kemudian saklar
daya tertutup yang tenaga listriknya tetap dapat disalurkan. Dengan
demikian nampak bahwa keandalannva lebih baik dibandingkan dengan
sistem radial dan struktur ini sering di pakai pada daerah pusat penduduk
yang lokasinya rnenyerupai bentuk loop. Struktur loop ini lebih mahal
karena kapasitas dan konduktor yang digunakan harus sanggup untuk
menanggung beban secara keseluruhan jika salah satu penyulang yang
dekat gardu Induk mengalarni gangguan.
c) Struktur Spindel
Struktur spindel merupakan pengembangan dan struktur loop. Spindel
berarti gelondong atan kumparan. Struktur spindel adalah suatu pola
jaringan khusus yang ditandai dengan ciri adanya sejumlah kabel yang
keluar dan suatu gardu induk (outgoing cable) menuju ke arah suatu titik
temu yang disebut gardu hubung. Struktur ini memiliki sebuah penyulang
cadangan dan sejumlah penyulang yang ditempati oleh gardu-gardu
distribusi yang disebut sebagai penyulang kerja.
Pada struktur ini, jika terjadi gangguan pada salah satu penyulang kerja
maka terlebih dahuIu gangguan diisolir. Kemudian saklar daya di gardu
hubung yang terhuhung ke penyulang tersebut tertutup. Sehingga daya
listrik disalurkan rnelalui penyulang cadangan. Bentuk struktur spindel ini
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
2.2.2. Transformator Distribusi
Transformator distribusi adalah suatu transformator yang berfungsi
menerima tegangan dari jaringan distribusi primer yang bertegangan
menengah dan menurunkan tegangan tersebut ke tingkat tegangan
rendah, yaitu 220/380 volt Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam transformator Distribusi yaitu, yaitu :
a) Jumlah fasa
Berdasarkan jumlah fasanya transformator dibagi dibagi atas 2 (dua)
macam, yaitu :
Transformator 3 fasa
transformator 1 fasa
b) Tegangan nominal
Tegangan nominal adalah tegangan kerja yang mendasari perencanaan
dan pembuatan instalasi serta peralatan listrik. Berdasarkan tegangan
nominalnya, transformator distribusi dapat digolongkan ke dalam
beberapa bagian yaitu :
Tegangan primer Transformator distribusi harus disesuaikan
dengan tegangan nominal pada sistem jaringan distribusi primer yang
berlaku. Adapun tegangan jaringan distribusi primer yang berlaku adalah 6
kV, 12 kV, dan 20 kV.
Tegangan sekunder yaitu tegangan nominal pada sisi sekunder
transformator distribusi yang disesuaikan dengan tegangan distribusi
sekunder yang berlaku di Indonesia, yaitu 220/380 V.
c) Daya nominal
Daya nominal adalah daya yang mendasari pembuatan dan peralatan
listrik. Berdasarkan daya nominalnya dapat di kelompokkan transformator
distribusi sebagai berikut yaitu 50 kVA, 75 kVA, 100 kVA, 125 kVA, 160
kVA, 200 kVA, 250 kVA, 315 kVA, 400 kVA, 500 kVA, 630 kVA, 800 kVA,
1000 kVA, 1250 kVA, dan 1600 kVA.
Kapasitas dari suatu transformator distribusi untuk 3 fasa ditentukan oleh
jumlah maksimum beban yang dilayani (daya yang terpasang)
ditambahkan dengan perkembangan beban dikemudian hari (cadangan).
Terlebih dahulu menghitung daya (P) setiap fasanya, yang dirumuskan
sebagai berikut :
PR = VN x IR
PS = VN x IS
PT = VN x IR
Kemudian hasilnya dijumIahkan, rumusnya adalah
PTot 3Φ = PR + PS + PT
Dari hasilnya itu akan dijumlahkan dengan kapasitas trafo, yang
dirumuskan sebagai berikut :
Kapasitas trafo = ∑ Daya terpasang + 30 % dan Daya terpasang
Sedangkan kapasitas dan suatu transfomator distribusi untuk 1 fasa
ditentukan oleh jumlah maksimum beban yang dilayani (daya yang
terpasang) ditambahkan dengan perkembangan beban dikemudian hari
(cadangan). namun sebelumnya, terlebih dahulu rnenghitung daya yang
terpasang (P).
P = I x V
2.2.3. Jaringan Distribusi Sekunder
Saluran sekunder berfungsi untuk rnenyalurkan daya listrik dan gardu
distribusi ke rangkaian pemakai yang dihubungkan dengan panel - panel
pembagi beban. Jaringan sekunder pada sistern distibusi tenaga listrik
adalah 220/380 Volt.
Penghantar pada jaringan sekunder terdiri atas dua macam, yaitu :
a) Penghantar telanjang dan aIuminium campuran. Bagi JTR yang
memerlukan kabel antara gardu ke tiang pertama digunakan kabel dengan
kemampuan hantar arus (KHA) satu tingkat diatas kernampuan hantar
arus penghantar telanjangnya.
b) Penghantar berisolasi dipilin dengan penghantar fasa aluminium dan
penghantar netral aluminium campuran.
2.3. Manajemen Pemeliharaan pada Jaringan Distribusi dan
Transformator
2.3.1. Defenisi manajemen Pemeliharaan
Secara umum, manajemen pemeliharaan yang dimaksud di sini adalah
suatu proses kegiatan pemeliharaan yang meliputi rangkaian tahapan -
tahapan kerja yang teratur secara sistematis mulai pada fase
perencanaan, pelaksanaan hingga pada fase pengendalian dan evaluasi.
Bentuk-bentuk pemeliharaan yang sering ditemui di lingkungan sehari -
hari, antara lain :
a) Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan preventif adalah bentuk perneliharaan yang mencegah
terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dengan mempertahankan
unjuk kerja jaringan agar selalu beroperasi dengan keandalan dan
efesiensi yang tinggi.
Kegiatan pokok pemeliharaan preventif ditentukan berdasarkan pada
periode waktu pemeliharaan triwulan, semester, atau tahunan. Sedangkan
berdasarkan tingkat kegiatan, pemeliharaan preventif dibedakan atas :
- Pemeriksaan rutin
Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan jaringan secara visual (inspeksi)
untuk kemudian diikuti dengan pelaksanaan pekerjaan - pekerjaan
pemeliharaan sesuai dengan saran (rekomendasi) dan hasil inspeksi,
antara lain penggantian, pembersihan, peneraan dan pengetesan.
- Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan sistematis adalah pekerjaan pemeliharaan yang
dimaksudkan untuk menemukan kerusakan atau gejala kerusakan yang
tidak dapat ditemukan/diketahui pada saat pemeriksaan seperti
penggantian, pembersihan, peneraan dan pengetesan.
b) Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif dapat dibedakan dalam dua kegiatan, yaitu :
terencana dan tidak terencana. Kegiatan terencana diantaranya adalah
pekerjaan perubahan/ penyempurnaan yang dilakukan pada jaringan
untuk memperoleh keandalan yang baik (dalam batas pengertian operasi)
tanpa rnengubah kapasitas semula. Sedang kegiatan yang tidak
terencana misalnya mengatasi kerusakan peralatan atau gangguan.
c) Pemeliharaan Khusus
Pemeliharaan khusus atau disebut juga pemeliharaan darurat adalah
pekerjaan pemeliharaan untuk memperbaiki jaringan yang rusak akibat
force majeure seperti bencana alam, kebakaran, huru hara dan
sebagainya.
2.3.2. Ruang Lingkup Pemeliharaan dan Tujuan Pemeliharaan
a) Ruang Lingkup Pemeliharaan
Dalam pemeliharan transformator dan jaringan distribusi, tata
laksana pengelolaan anggaran, akuntansi dan pengelolaan material yang
herhubungan dengan manajemen pemeliharaan agar berpedoman
kepada surat edaran direksi atau surat edaran yang berlaku. Disamping
itu, buku petunjuk manual dan pabrik pembuat agar dijadikan pedoman
dalam pelaksanaan pemeliharaan peralatan distribusi. Bila dipandang
perlu agar membuat pedoman atau petunjuk teknis dalam pelaksanaan
pemeliharaan.
b) Tujuan Pemeliharaan
Pemeliharaan transformator dan jaringan distribusi memiliki
beberapa tujuan, antara lain :
- Menjaga dan merawat agar peralatan/komponen dapat
dioperasikan secara optimal berdasarkan spesifikasinya sehingga sesuai
dengan umur ekonomisnya.
- Menjamin agar peralatan atau kornponen tetap berfungsi dengan
baik untuk menyalurkan energi listrik dan pusat listrik sampai ke
konsumen (pelanggan/masyarakat).
- Menjamin bahwa energi listrik yang diterima pelanggan selalu
berada dalam tingkat keandalan dan mutu yang baik.
Dengan demikian akan mencapai suatu tingkat keamanan yang tinggi baik
keamanan manusia (petugas dan penduduk sekitarnya) maupun
keamanan peralatan itu sendiri, serta dicapai keandalan, mutu, kualitas,
efektifitas dan efisiensi, distribusi energi listrik yang optimal.
BAB III
PENGAMAN PADA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI
3.1. Umum
Pada saat terjadi gangguan ketidaknormalan pada sistem tenaga listrik.
misalnya adanya arus lebih, tegangan lebih, dan sebagainya. maka perlu
diambil suatu tindakan untuk mengatasi kondisi gangguan tersebut. Jika
dibiarkan, gangguan itu akan meluas keseluruh sistem sehingga bisa
merusakkan semua peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Untuk
mengatasi hal tersebut. Mutlak diperlukan suatu sistem pengaman yang
handal. Salah satu komponen yang penting untuk pengaman tenaga listrik
adalah relai pengaman (protective relay).
Relai pengaman adalah susunan piranti, baik elektronik maupun magnetik
yang direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidak normalan
pada peralatan listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Jika
bahaya itu muncul maka relai pengaman akan secara otomatis
memberikan sinyal atan perintah untuk membuka pemutus tenaga (circuit
breaker agar bagian yang terganggu dapat dipisahkan dan sistem yang
normal. Relai pengaman dapat mengetahui adanya gangguan pada
peralatan yang perlu diamankan dengan mengukur atau membandingkan
besaran - besaran yang diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya,
sudut fase, frekuensi, impedansi, dan sebagainya sesuai dengan besaran
yang telah ditentukan.
Alat tersebut kemudian akan mengambil keputusan seketika dengan
perlambatan waktu membuka pemutus tenaga atau hanya memberikan
tanda tanpa membuka pemutus tenaga. Pemutus tenaga dalam hal ini
harus mempunyai kemampuan untuk memutus arus hubung singkat
maksimum yang melewatinya dan harus mampu menutup rangkaian
dalam keadaan hubung singkat yang kemudian membuka kembali. Di
samping itu relai juga berfungsi untuk menunjukkan lokasi dan macam
gangguannya. Berdasarkan data dan relai maka akan memudahkan kita
dalam menganalisis gangguanya.
3.2. Pengertlan Pengaman
Sistem pengaman tenaga Iistrik merupakan sistem pengaman pada
peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti
generator, bus bar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran
kabel bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal
operasi sistem tenaga listrik tersebut
3.3. Fungsi Pengaman
Sistem proteksi tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada
peralatan peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik. misalnya generator,
transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi
sistem itu sendiri. Kondisi abnormal jut dapat berupa antara lain: hubung
singkat. tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron
dan lain-lain.
Dengan kata lain sistem proteksi itu bermanfaat untuk :
a) Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-
peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin
cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin
sedikit pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.
b) Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi
sekecil mungkin.
c) Dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
d) Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik.
Pengetahuan Mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe
gangguan pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi
pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada
sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut
diharapkan segera dapat mengoperasikan circuit-circuit breaker (CB) yang
tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan
pembangkit dan jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang
operator untuk mengawasi gangguan gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan
tersebut secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat
mungkin dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan
untuk mendeteksi keadaan keadaan yang tidak normal tersebut dan
selanjutnva rnenginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja
memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan
tersebut kita kenal dengan relai.
3.4. Persyaratan Kualitas Sistem Proteksi
Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu
perencanaan sistem proteksi yang efektif, yaitu:
a) Selektivitas dan Diskriminasi
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dan kesanggupan sistem
dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b) Stabilitas
Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona
yang melindungi (gangguan luar).
c) Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir. semakin
besar kemungkinan kerusakan pada peralatan. Hal yang paling penting
adalah perlunya membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum
generator - generator yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi
dengan sistem. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistem-
sistem tegangan tinggi adalah 140 ms, Dimana dimasa mendatang waktu
ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relai dengan
kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying).
d) Sensitivitas (kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat
dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer)
atau sebagai presentase dan arus sekunder (trafo arus).
e) Pertimbangan ekonornis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis,
oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal
saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam suatu sistem
transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun
demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap
kelangsungan peralatan sistem adalah vital.
f) Realiabiitas (keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dan “outage” rangkaian adalah tidak
bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya
terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat
mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama. memiliki trafo-trafo
dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo -trafo
tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi
utama melindungi suatu area arau zona sistem daya tertentu. Ada
kemungkiuan suatu daerah kecil diantara zona -zona yang berdekatan
misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak
dilindungi.
3.5. Perlengkapan Pengaman Pada Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan
dan peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi
maupun peralatan proteksi. Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara,
peratan - peralatan proreksi dipasangkan diatas tiang-tiang listrik
berdekatan dekat letak pemasangan trafo, perlengkapan utama pada
sistem distribusi tersebut antara lain:
a) Penghantar
Penghantar Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dan trafo daya pada
gardu induk ke konsumen. Kebanyakan penghantar yang digunakan pada
sistem distribusi Begitu juga dengan beberapa kawat jaringan bawah
tanah.
b) Recloser
Recloser Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis ketika
terjadi gangguan dan akan segera menutup kembali beberapa waktu
kemudian sesuai dengan setting waktunya. Biasanya alat ini disetting
untuk dua kali bekerja. yaitu dua kali pemutusan dan dua kali
penyambungan Apabila hingga kerja recloser yang kedua keadaan masih
membuka dan menutup. berarti telah rerjadi gangguan permanen.
c) Fuse
Fuse Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan
beban lebih maupun adanya gangguan hubung singkat.
d) PMT
PMT Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap
output. Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga
secara otomatis PMT akan membuka ataupun secara manual diputuskan
karena adanya pemeliharaan jaringan.
e) Transformator
Transformator Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga
sesuai dengan tegangan kerja yang diinginkan.
f) Isolator
Isolator Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dan penghantar,
menahan tegangan langsung.
g) Relai Arus Lebih
Relai Arus Lebih Berfungsi berdasarkan adanya kenaikan arus yang
melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan jangka waktu tertentu.
3.6. Gangguan
Yang dimaksud dengan gangguan dalam operasi sistem tenaga listrik
adalah kejadian yang menyebabkan bekerjanya relai dan menjatuhkan
Pemutus Tenaga yang melalui (PMT) diluar kehendak operator, sehingga
menyebabkan putusnya aliran daya yang melalui PMT tersebut. Untuk
bagian sistem yang tidak dilengkapi PMT misalnya yang diamankan
dengan sekering. maka gangguan adalah kejadian yang menyebabkan
putusnya hubungan (bekerjanya) sekering.
Ditinjau dan sifatnya, ada gangguan yang bersifat temporer dan ada yang
bersifat permanen. Yang bersifat Temporer ditandai dengan normalnya
kerja PMT setelah dimasukkan kembali, yang bersifat permanen ditandai
dengan bekerjanya kembali PMT untuk memutus daya listrik (dalam
praktek dikatakan PMT trip kembali). Gangguan permanen baru dapat
diatasi setelah penyebab Gangguannya dihilangkan. Sedangkan pada
gangguan temporer, sebab Gangguan hilang dengan sendirinya setelah
PMT trip.
Gangguan permanen bisa disebabkan karena ada kerusakan peralatan
sehingga gangguan ini baru hilang setelah kerusakan ini diperbaiki atau
karena ada sesuatu yang mengganggu secara permanen misalnya dahan
yang menimpa kawat fasa dan saluran udara dan dahan ini perlu diambil
terlebih dahulu untuk dapat memasukkan kembali PMT secara normal
dalam arti bahwa PMT tidak akan trip kembali. Gangguan temporer yang
terjadi berkali - kali dapat menyebabkan timbulnya kerusakan peralatan
dan akhirnya menimbulkan gangguan yang permanen sebagai akibat
timbulnya kerusakan pada peralatan tersebut.
3.7. Usaha - Usaha Mengurangi Jumlah Gangguan
Karena gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah hal yang tidak
diinginkan tetapi tidak dapat dihindarkan, maka perlu dilakukan usaha
usaha untuk mengurangi jumlah gangguan dengan memperhatikan hasil
analisa gangguan.
Usaha - Usaha untuk mengurangi jumlah gangguan dapat dilakukan
dengan :
- Merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan peralatan sesuai
dengan bukti instruksi pemeliharaan. sehingga terjadinya Forced Outage
dapat sebanyak mungkin dicegah.
- Membuat rencana operasi yang mencakup butir hal diatas serta
juga memperhatikan agar tidak akan ada bagian - bagian instalasi yang
mengalami beban lebih.
- Memeriksa alat - alat pengaman (Relay - relay) secara periodik dan
juga segera setelah ada laporan yang menyatakan keraguan atas
kerjanya suatu relai. Kerjanya relay yang baik diperlukan untuk mencegah
kerusakan peralatan maupun untuk rnencegah luasnya gangguan.
- Dalam Operasi Real Time mengikuti perkembangan cuaca
khususnya yang menyangkul petir karena penyebab gangguan terbesar
adalah petir. Jika diketahui bahwa daerah suatu SUTT sedang banyak
petir, diusahakan mengurangi bebannya. selama ini mungkin dilakukan
dengan mengatur alokasi pembangkitan dalam sistem sehingga apabila
SUTT tersebut mengalami gangguan diharapkan tidak menimbulkan
Gangguan Kaskade.
- Menandakan analisis gerakan untuk menemukan sebab gangguan
dengan tujuan sedapat mungkin mencegah atau mengurangi
kemungkinan terulangnya gangguan yang serupa.
- Mengembangkan sistem seirama dengan pertumbuhan beban
sehingga dapat dicegah terjadinya beban lebih dalam sistem. Untuk ini
diperlukan analisa dan evaluasi secara tenis menerus mengenai
perkembangan sistem.
- Karena salah satu sumber gangguan yang utama adalah
kesalahan montage (pemasangan) peralatan maka perlu ada pendidikan
dan latihan secara terus menerus dengan tujuan agar kesalahan montage
peralatan dapat dihindarkan.
- Pada SUTM dan SUTR, tanaman juga merupakan sumber
gangguan yang utama karena SUTM dan SUTR tidak mempunyai jalur
khusus yang bebas tanaman seperti halnya pada SUTT 150 KV, 70 KV
dan 30 KV sehingga untuk SUTM dan SUTR perlu ada pemeliharaan yang
intensif agar pada jalurnya tidak terdapat tanaman yang menyentuh
penghantar.
3.8. Akibat - Akibat Gangguan
Gangguan bisa disebabkan adanya peralatan yang rusak yang
merupakan akibat gangguan. Gangguan sesungguhnya merupakan
peristiwa hubung singkat baik antar fasa maupun antara fasa denga
tanah. Apabila peristiwa hubung singkat ini tidak segera dihilangkan maka
hal ini bisa merusak peralatan seperti kawat penghantar putus. isolator
pecah. Transformator arus terbakar bahkan mungkin juga. transformator
tenaga atau generator dapat terbakar. Yang bertugas menghentikan
peristiwa hubung singkat ini adalah Relay dan PMT. PMT adalah alat yang
bertugas langsung memutus arus hubung singkat maka PMT memerlukan
pemeriksaan dan pemeliharaan rutin khususnya apabila sudah sering
mernutus arus hubung singkat yang besar agar PMT tidak mengalami
kerusakan - kerusakan sebagai akibat gangguan.
BAB IV
EVALUASI HASIL STUDI
3.1. Pengukuran Beban Gardu Distribusi
PT. PLN (Persero) Ranting Watang Sawitto mendapat suplai tegangan
dari gardu induk (GI) Pinrang. Gardu Induk Pinrang melayani 6 feeder,
yakni :
1) Feeder 1 Langnga
2) Feeder 2 Kariango
3) Feeder 3 Tiroang
4) Feeder 4 Lasinrang
5) Peeder 5 Jampue
6) Feeder 6 Polewali
Pengukuran terhadap setiap gardu distribusi, pada tiap feeder di lakukan
pertriwulan yaitu sekali dalam 3 bulan. Data pengukuran yang diperoleh
dalam studi ini yaitu data pada triwulan 3 bulan September 2010. Dan
hasiI pencatatan pada setiap gardu distribusi dapat diketahui kondisi
beban yang didistribusikan kepada konsumen apakah kondisi beban
normal/seimbang atau tidak. hal ini dimaksudkan agar pihak PLN dapat
mengantisipasi timbulnya rugi-rugi tegangan, mengetahui kapasitas
Iayanan tiap gardu dan lain sebagainya untuk memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan energi listrik ke masyarakat (konsumen)
khususnya masyarakat kabupaten Pinrang.
3.2. Analisa Hasil Pengukuran
a. Untuk trafo 1Φ
P = V x I
= 206 x 115
= 23690 VA
= 23,69 kVA
Keterangan :
P = Daya
V = Tegangan
I = Arus
Penentuan kapasitas trafo
Kapasitas trafo = ∑ Daya terpasang + 30 % dan Daya terpasang
= 23,69 + 7,107
= 30,797 kVA
Jadi daya yang digunakan adalah 30,797 kVA, maka trafo yang layak
digunakan adalah trafo yang berkapasitas 50 kVA.
b. Untuk trafo 3 Φ
PR = VN x IR
= 220 x 125
= 27500
PS = VN x IS
= 220 x 150
= 33000
PT = VN x IR
= 220 x 250
= 55000
PTot 3Φ = PR + PS + PT
= 27500 + 33000 + 55000
= 115500
= 115,500 Kv
Jadi daya yang digunakan adalah 115,500 KVA, maka trafo yang layak
digunakan adalah trafo yang berkapasitas 160 K VA
3.3. Sistem Pemeliharaan terhadap Transformator dan Jaringan
Distribusi yang Digunakan pada PT. PLN (Persero) Ranting Watang
Sawitto
a. Strategi dan Dasar Kebijakan Pemeliharaan Transformator dan
Jaringan distribusi di PT PLN (Persero,) Wilayah SULTAN BATARA
Cabang Pinrang, Ranting Watang Sawitto
Strategi pemeliharaan Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap transformator dan jaringan distribusi dilaksanakan
secara proaktif dengan mengutamakan tindakan preventif yang bertujuan
untuk mcncegah terjadinya gangguan dan pada tindakan reprensif dalam
mengatasi gangguan. Untuk itu diperlukan beberapa hal, yaltu
Komitmen dan peran serta pimpinan Ranting dan semua unit yang
terkait dalam pelaksanaan pemeliharaan tersebut.
Informasi atau data asset jaringan distribusi
Data aset laringan distribusi yang dipenlukan untuk menyusun program
dan memprioritaskan pemeliharaan fisik jaringan, misalnya : narma
peralatan, tipe atau jenis peralatan, spesifikasi atau merek, tahun
pembuatan, tahun operasi dan jumlah atau panjang aset dan sebagainva
yang dianggap penting bagi pengelolaan jaringan distribusi, disamping itu,
buku petunjuk atau manual dari pabrik pembuat perlu disimpan dan
dikelolah secara baik sebagai bagian dan data aset jaringan.
Peningkatan kemampuan petugas pelaksana pemeliharaan
Program pemeliharaan harus dilaksanakan oleh petugas yang terampiI
dalam bidangnya. OIeh karena itu, peningkatan kemampuan petugas
pelaksana. baik keterampilan teknis maupun manajemen harus
dilaksanakan secara haik dan berkesinambungan. Untuk perencanaan
karir, kaderisasi petugas juga harus dilakukan, disamping itu pembinaan
terhadap mitra kerja (kontraktor listrik/KUD) yang menangani
pcmeliharaan merupakan kewajiban PLN.
Pemeliharaan transtormator dan jaringan distribusi yang
dilaksanakan dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang dimiliki
PLN.
Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan agar diupayakan secara swakelolah
yaitu dilaksanakan sendiri oleh petugas pemeliharaan PLN. Pekerjaan
pendukung yang tidak memiliki keahlian atau pekerjaan yang memerlukan
tenaga kasar dapat diserahkan pada pihak ketiga. Dalam kondisi
kurangnya petugas pemeliharaan, maka pekerjaan pemeliharaan seluruh
atau sebagian dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga dengan supervise
oleh PLN. Sehagai tolak ukur keherhasilan pemeliharaan dapat dilihat dari
beberapa aspek, antara lain :
- Berkurangnya jumlah gangguan
- Berkurangnya jumlah jurusan yang bertegangan di bawah standar
pada gardu - gardu (transformator).
- Berkurangnya pengaduan pelanggan yang berhubungan dengan
mutu dan kualitas penyaluran tenaga listrik.
Dasar kebijakan
PengambiIan kebijakan terhadap pemeliharaan transformator dan jaringan
distribusi didasarkan pada metode pemeliharaan yang berlandaskan pada
periode waktu dan kondisi.
c. Tanggung Jawab Pemeliharaan Transfamator dan Jaringan distribusi
PT PLN (Persero) Wilayah SULTAN BATARA Cabang Pinrang, Ranting
Watang Sawitto.
Tujuan pemeliharaan transformator dan jaringan distribusi hanya dapat
terlaksana dengan adanya kesadaran, sikap proaktif dan rasa tanggung
jawab dan seluruh pimpinan Ranting sampai kepada unit-unit terkecil guna
melaksanakan manajemen pemeliharaan dengan sebaik-baiknya.
d. Perencanaan Pemeliharaan Transformator dan Jaringan distribusi di
PT PLN (Persera) Wilayah SULTAN BATARA Cabang Pinrang, Ranting
Watang Sawitto.
Sasaran
Dalam membuat rencana pemeliharaan untuk suatu periode
tertentu (tahunan) harus ditetapkan sasaran yang ingin dicapai atas hasil
pemeliharaan. Sasaran yang dimaksud dapat berupa unjuk kerja dari
jaringan, seperti :
Jumlah gangguan
Jumlah jaringan atau gardu yang bertegangan di bawah standar.
Pemanfaatan anggaran pemeliharaan yang dinyatakan dalam bentuk
rasio-rasio secara kuantitatif
Kegiatan pokok
Kegiatan pokok pemeliharaan preventif ditentukan berdasarkan
periode dan waktu pemeliharaan, yaitu triwulan, semester, atau tahunan.
Untuk pemeliharaan kolektif kegiatannva disesuaikan dengan
kerusakan atau gangguan yang terjadi dan macari pekeraan yang
dilakukan, misalnya : perbaikan dan rehabilitasi.
a) Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan pengamatan secara
visual. Dengan rnelaksanasan pemeriksaan rutin diharapkan dapat
ditemukan hal-hal atau kelainan yang dicurigai atau dikhawatirkan dapat
mengakibatkan timbulnya gangguan sebelum periode pemeriksaan rutin
berikutnya.
Dengan demikian suatu jaringan dinyatakan sudah dilakukan
pemeriksaan rutin apabila jaringan tersebut sudah diperiksa secara visual
(inspeksi) dan sarannya sudah dilaksanakan (kecuali saran yang sifatnya
perubahan dan penyempurnaan atau rehabilitasi). Sesuai dengan periode
pemeriksaan, maka semua keadaan fisik Gardu, JTM dan JTR yang ada
harus direncanakan dan dilakukan pemeriksaan rutin.
b) Pemeliharaan sistematis
Pekerjaan ini dilakukan lebih teliti dan lebih luas dari pada
pemeriksaan rutin dan malahan bisa sampai pada tahap bongkar pasang.
BiIa diperlukan pemeriksaan sistematis dapat diikuti dengan pengujian,
begitu pula dengan melaksanakan pekerjaan yang disarankan kecuali
saran - saran yang Sifatnya perubahan, penyempurnaan dan rehabilitasi.
Pemeriksaan sistematis pada jaringan distribusi hanya di kenal pada
gardu dan Jaringan tegangan menengah lengkap dengan peralatanya.
c) Pemeliharaan terpadu
Pemeliiharaan di lakukan secara terpadu, artinya pemeliharaan penyulang
TM (SUTM) berikut gardu distribusi beserta jaringan tegangan rendah
yang terkait pada penyulang tersebut dilakukan secara serentak dan
apabila memungkinkan pemeliharaan jaringan tegangan menengah
dipadukan dengan pekerjaan disisi pembangkit dan gardu induk.
Sumber Daya
a) Material
Kebutuhan material pemeliharaan (fast moving) harus direncanakan
dengan baik, karena pada umumnya material ini mudah diperoleh di
pasaran dan harganya relatif murah, maka pengadaan dengan jumlah
yang besar tidak diperlukan. Persediaan pada tingkat minimum yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan perneliharaan rutin selama 1 (satu)
bulan serta persediaan untuk mengatasi gangguan.
b) Manusia
Setiap cabang atau ranting harus mempunyai regu pemeliharaan yang
telah dididiik sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
Setiap rencana pekerjaan pemeliharaan harus mencakup jumlah
dan tingkat keahlian personil serta dipimpin oleh penyelia (supervisor)
selaku penanggung jawab.
c) Peralatan Kerja
Peralatan kera maupun peralatan keselamatan kerja, baik kualitas
maupun kuantitas harus tersedia. Peralatan kerja harus dirawat dengan
baik. Jenis perawatannya antara lain : penyimpanan, perbaikan atau
penggantian yang rusak.
Jadwal Pemeliharaan
Perencanaan pemeliharaan harus memperhatikan waktu atau jadwaI yang
dapat mempengaruhi antara lain :
- Keandalan jaringan
- Program kerja pemeliharaan gardu induk atau pcembangkit listrik
yang terisolated.
- Hari - hari penting nasional
- Permulaan Musim Hujan
- Jadwal Pemeriksaan Pengukuran Rutin
Secara Periodik jadwal pemeriksaan rutin di tetapkan sebagai berikut :
- Gardu distribusi : Sekurang – kurangnya 1 x 1 Tahun
- JTM dan Peralatan : Sekurang – kurangnya 1 x 1 Tahun
- JTR : Sekurang – kurangnya 1 x 1 Tahun
- Sambungan Rumah : 3 – 5 Tahun sekali
e. Pelaksanaan pemeliharaan Transformator dan Jaringan Distibusi
pada PT. PLN (Persero) Wilayah SULTAN BATARA Cabang Pinrang,
Ranting Watang Sawitto
Persiapan
Prosedur pelaksanaan pcmeliharaan fisik harus dilaksanakann sesuai
dengan tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan
Hal – hal yang perlu disiapkan untuk melaksanakan rencana,
pemeliharaan adalah sehagai berikut :
Sumber daya
- Perangkat kerja baik perangat lunak maupun perangkat keras, kedua
peralatan tersebut harus dikuasai oleh para peIaksana antara lain :
ketentuan peraturan dan petunjuk yang berlaku, buku manual, formulir
isian serta sarana kerja.
- Material pemeliharaan (jumlah, kualitas dan lokasi penempatannya).
- Personil (jumlah dan kualitasnya).
- Pengambilan data operasi sebelum dan sesudahnya.
Koordinasi
- Koordinasi harus dilakukan dengan bagian yang terkait maupun
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dan menunjuk seorang pejabat
sebagai koordinator.
- Komunikasi harus dilakukan dengan bahasa yang jelas, ringkas
dan mudah dimengerti.
- Harus memperhatikan lingkungan dan K3.
b. Jadwal Pemadaman
Pengaturan jadwal pemadaman (untuk kegiatan pemeliharaan yang
memerlukan pemadarnan) harus disampaikan pada masyarakat 3 (tiga)
hari sebelum hari H pernadaman melalui media masa. Waktu pemadaman
harus sesingkat mungkin dan tidak berulang-ulang.
Perintah kerja
Perintah kerja berisikan :
- Perincian kerja yang akan dilakukan
- Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan pemeliharaan fisik
- Jumlah personil pelaksana dan penyelia
- Organisasi pelaksana pemeliharaan
- Anggaran pelaksanaan
Pelaksanaan Pekerjaan
Mengacu pada perintah kerja, memperhatikan koordinasi dan komunikasi,
penggunaan peralatan kerja yang benar.
Pembongkaran, pembersihan, pengukuran, perbaikan dan pemasangan
kembali sesuai dengan buku manual dan petunjuk. Kalibrasi koordinasi
nilai dan memperhatikan Iingkungan dan K3.
Pengujian
Petugas pemeliharaan dalam melaksanakan pengujian harus mengacu
pada perintah kerja dan prosedur yang berlaku.
Pencatatan
Kegiatan pemeliharaan harus dicatat dengan jelas dan benar, antara lain :
Pemakaian material
Pemakaian waktu
Pemakaian biaya
Pemakaian sumber daya manusia
Pemakaian energy
Unjuk kerja pemliharaan
Penyimpangan dan temuan yang ada
Kejadian tentang K3
Pemeliharaan Dalam Keadaan Bertegangan
Pemeliharaan pada SUTM dan SUTR dapat dilakukan dengan
menerapkan PDKB khususnya penyaluran yang memasok kawasan
industri dan kawasan bisnis dan VIP.
Unit Gardu Bergerak
Unit Gardu Bergerak (UGB) adalah instalasi gardu distribusi khusus yang
mobile sebagai unit gardu wing dapal dipindahkan sesuai dengan
kebutuhan penggunaannya.
Dengan penggunaan UGB pemadaman instalasi listrik di sisi pelanggan
pada pelaksanaan pemeliharaan instalasi gardu dapat di hindari
Aspek Lingkungan
Pelaksanaan pemeliharaan harus memperhatikan dampak Iingkungan.
Untuk itu, pada setiap pelaksanaan pemeliharaan harus dibersihkan
kotoran—kotoran yang ditimbulkan dan pekerjaan tersebut.
Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti peraturan atau prosedur K3,
penggunaan peralatan keselamatan kerja harus memenuhi syarat. Apabila
tidak digunakan, maka peralatan tersebut disimpan pada tempatnya dan
dirawat dengan baik dan benar. Persyaratan kerja misalnya kondisi
kesehatan petugas, kondisi tempat kerja, waktu kerja dan sebagainya.
Pengamanan lingkungan kerja harus diiperhatikan, misalnya :
penyimpangan barang dan peralatan kerja alat pemadam kebakaran,
pengamanan terhadap orang yang tidak berkepentingan dan sebagainya.
f. PengendalianPemeliharaan Transformator dan Jaringan distribusi di
PT PLN (Persero) Wilayah SULTAN BATARA Cabang Pinrang, Ranting
Watang Sawitto
Kegiatan pengendalian mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan pemeliharaan sekaligus merupakan masukan
untuk penyempurnaan kegiatan pemeliharaan berikutnya. Hambatan
selama pelaksanaan pemeliharaan harus dievakuasi baik hambatan teknis
maupun non teknis.
Pengawasan
Untuk peningkatan kulitas dan efisiensi jaringan distribusi harus dilakukan
pengawasan secara terus menerus meliputi pengawasan teknis dan non
teknis, sehingga kelancaran penyediaan penyaluran tenaga Iistrik Iebih
terjamin, aman, efektif dan efisien.
Pelaporan
Laporan pemeliharaan harus dibuat secara ringkas, sistematis dan kulitatif
sedemikian rupa sehingga dapat memberi gambaran kondisi peralatan,
perbaikan dan penggantian komponen peralatan beserta biaya
- biayanya.
Proses masing – masing laporan harus jelas. Jenis dan distribusi laporan
harus diatur sesuai dengan jenjang jabatan struktural sedemikian rupa
sehingga jenis laporan dapat dibedakan baik yang bersifat informasi
(laporan rekapitulasi ) maupun yang dipergunakan untuk evaluasi Iebih
lanjut (laporan rinci).
Evaluasi
Data laporan pcmeliharaan harus dievaluasi terhadap rencana
perneliharaan untuk mengetahui adanya penyimpangan yang terjadi
meliputi formulir isian, biaya material dan jasa, jadwal, jenis dan lama
evaluasi dilakukan terhadap :
Efektifitas penggunaan dana dengan mengukur : jumlah
gangguan penyulang, per gardu, per panjang JTR dan pelanggan per SR.
Eflsiensi penggunaan dana seperti
- Realisasi anggaran pemeliharaan per kms SUTM
- Realisasi anggaran pemeliharaan per kms SUTR
- Realisasi anggaran pemeliharaan per gardu Realisasi anggaran
pemeliharaan per SR
- Realisasi anggaran peml iharaan per kWh jual
Realisasi jumlah ganguan dan efisiensi pendanaan pemeliharaan harus
ditetapkan menjadi kinerja PLN cabang atau ranting.
Indikator
Untuk menilai keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan diperlukan
pengukuran atau indikator yang berkaitan dengan keandalan dan efisiensi
jaringan, yaitu :
Berkurangnya jumlah gangguan
Berkurangnya jumlah gangguan yang diadukan pelanggan
Berkurangnya jaringan dan gardu yang bertegangan di bawah
nominal.
BAB VPENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi yang telah di lakukan pada PT. PLN (Persero)
Ranting Watang Sawitto, maka dapat di tarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Jaringan distribusi yang digunakan pada PT. PLN (Persero) Ranting
watang sawitto terdiri dari saluran distribusi primer, transformator distribusi
dan saluran distribusi sekunder. Jaringan distribusi ini digunakan untuk
mendistribusikan energy listrik keseluruh masyarakat kabupaten pinrang.
2. Kapasitas dari suatu transformator distribusi untuk 3 fhasa dan 1
fhasa ditentukan oleh jumlah beban yang dilayani ditambahkan dengan
perkembangan beban dikemudian hari.
3. Sistem pemeliharaan yang dilakukan pada jaringan distribusi dan
transformator pada PT. PLN (Pesero) Ranting watang sawitto dilakukan
secara rutin dan proaktif yang bertujuan untuk mengutamakan tindakan
preventif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya gangguan dari pada
tindakan reprensif dalam mengatasi terjadinya gangguan.
5.2. Saran
1. Untuk memperoleh ketelitian data hasil pencatatan pada setiap gardu
distribusi diperlukan keseriusan dalam mengamati hasil pendataan pada
alat ukur gardu distribusi.
2. Dibutuhkan studi yang lebih lanjut demi kesempurnaan isi penulisan
ini, khususnya dalam upaya peningkatan pelayanan tenaga listrik kepada
masyarakat dimasa sekarang hingga dimasa yang akan data
DAFTAR PUSTAKA
Diktat PLN undiklat ujung pandang, 2000
Kadir, abdul, frof. Ir, 1986, Transformator, Jakarta, PT. Elex Media
Komputindo Gramedia.
Pabla, A.S., Abdul Hadi. Ir, 1991, Sistem Distribusi Daya Listrik,
Jakarta, Cetakan Kedua, Penerbit Erlangga.
PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik), 2000. Badan standarisasi
nasional.
Weedy, B.M, 1978 Sistem Tenaga Listrik, Edisi Ketiga, Penerbit Aksara
Persada Indonesia.