tugas akhir lab ep

21
PENGARUH KEBUDAYAAN BETAWI DALAM PEMBANGUNAN WISATA BUDAYA DI DKI JAKARTA Studi Kasus di Condet, Jakarta Timur Disusun oleh Monika Widya Pawestri F0111052 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

Upload: fahrein-all-sandra

Post on 23-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Akhir Lab EP

PENGARUH KEBUDAYAAN BETAWI DALAM

PEMBANGUNAN WISATA BUDAYA DI DKI JAKARTA

Studi Kasus di Condet, Jakarta Timur

Disusun oleh

Monika Widya Pawestri

F0111052

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2013

Page 2: Tugas Akhir Lab EP

a. Latar belakang masalah

Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia disamping sebagai pusat

kegiatan Pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata dan kebudayaan juga sekaligus

merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya dari berbagai penjuru dunia

yang merupakan suatu wadah berinteraksinya dari berbagai aspek sosial budaya

masyarakat, baik yang bersifat lokal maupun nasional. Sehingga dengan demikian kota

Jakarta menempatkan kedudukannya yang sangat potensial dan strategis baik dalam

skala nasional, regional maupun internasional. Seiring dengan pesatnya pembangunan

dan pertumbuhan penduduk menyebabkan beban tugas disektor kebudayaan akan

menjadi sangat kompleks dan dikhawatirkan lambat laun akan memusnahkan adat

istiadat tradisional budaya warganya terutama masyarakat Betawi sebagai inti warga

Jakarta.

Untuk menunjang program pelestarian budaya Betawi dibutuhkan suatu tempat

dimana didalamnya terdapat berbagai fasilitas untuk mempertunjukkan hasil budaya

Betawi. Selain itu terdapat pula sarana pengembangan sehingga budaya Betawi tetap

terjaga. Kebutuhan akan adanya fasilitas tersebut didasari fakta bahwa di Jakarta sendiri

belum memiliki suatu tempat khusus yang ideal untuk mempertunjukkan hasil

kebudayaan Betawi, dimana masyarakat dapat menikmati berbagai pertunjukkan

kesenian Betawi sekaligus mempelajari nilai-nilai budaya Betawi. Salah satu kriteria

lokasi Pusat Budaya adalah berada dekat dengan pemukiman warga daerah setempat,

dimana tujuan dari Pusat Budaya salah satunya adalah mengembangkan potensi dan

mengangkat nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat (The Architect’s Guide to Facility

Programming, chapter 11: Feasibility Program for a Cultural Arts Center, page 198).

Di Jakarta sebagai tempat cikal bakal tumbuhnya budaya Betawi, memiliki

beberapa pemukiman komunitas warga Betawi. Kelompok komunitas warga asli ini telah

terbentuk dari sejak penguasaan Batavia (sekarang Jakarta) oleh Pemerintah Hindia

Belanda. Sejak tahun 1800 terjadi pemekaran pusat pemerintahan yang menyebabkan

warga asli banyak bergeser ke selatan dan beberapa membentuk konsentrat pemukiman

warga asli di tengah perkotaan. Pemukiman komunitas warga Betawi asli di Jakarta, oleh

pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta ditetapkan sebagai cagar budaya yang

dilindungi dan dikembangkan kearah pelestarian budaya Betawi. Pemukiman Betawi

terbesar di masing-masing kotamadya antara lain : Condet-Jakarta Timur, Srengseng

Sawah-Jakarta Selatan Kemayoran-Jakarta Pusat, Marunda-Jakarta Utara dan

Page 3: Tugas Akhir Lab EP

SrengsengJakarta Barat. Diharapkan dengan dipertahankannya komunitas Betawi di

lingkungan cagar budaya, pelestarian budaya bisa berjalan dengan baik serta dapat

meningkatkan PDRB.

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang telah saya paparkan diatas, maka

saya berkeinginan untuk mengkaji pengaruh budaya khususnya Betawi dalam

pembangunan wisata budaya. Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi baik dari sisi

kebudayaan hingga mempengaruhi perekonomian, maka saya ajukan judul :

“PENGARUH KEBUDAYAAN BETAWI DALAM PEMBANGUNAN WISATA

BUDAYA DI DKI JAKARTA (Studi Kasus di Condet, Jakarta Timur)”

b. Tujuan dan kegunaan penelitian

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk menjelaskan pengaruh karakter kebudayaan Betawi dalam rangka

meningkatkan PDRB.

2. Untuk menjelaskan pemberdayaan masayarakat yang dilakukan agar dapat

memperkuat budaya Betawi sebagai objek wisata Budaya di DKI Jakarta.

3. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Kebudayaan Betawi

sebagai pembangun wisata budaya.

MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

melestarikan budaya Betawi yang tentunya dapat meningkatkan PDRB.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam menentukan langkah dan

menghadapi masalah yang sama selanjutnya.

3. Bagi Konsumen

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi wisatawan bahwa di

DKI Jakarta sendiri ada kebudayaan yang masih dilestarikan sampai saat ini.

c. Hipotesis penelitian

Kebudayaan adalah suatu hasil dari cipta, karsa dan rasa yang dapat kita gunakan

sebagai salah satu faktor untuk mengembangkan perekonomian daerah. Ekonomi industri

Page 4: Tugas Akhir Lab EP

yang dapat dihasilkan dari budaya yang dilestarikan menjadi sebuah obyek wisata

menarik yang tentunya selain untuk menjaga kelestarian budaya tersebut akan

mendatangkan peningkatan pendapatan di daerah tersebut. Pengangguran juga bukan lagi

menjadi suatu masalah karena masyarakat di daerah tersebut dapat menciptakan sebuah

lapangan pekerjannya sendiri. Perlu adanya Fasilitas Pusat Budaya Betawi di Srengseng

Sawah yang yang dapat menunjang program pelestarian, pengembangan, pembinaan,

serta pendidikan tentang budaya Betawi. Agar kebudayaan Betawi tidak hilang, dapat

diwariskan kepada generasi penerus, dan dapat meningkatkan PDRB serta menciptakan

lapangan pekerjaan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

d. Tinjauan pustaka

1. Teori Budaya

Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbenuk dan

dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Eropa, Tionghoa, India,

Arab dan lain sebagainya. Kata Kebudayaan, berasal dari kata Sanskerta buddhayah,

bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau kekal. (Koentjaraningrat. 2003:73)

Menurut BAKKER kata kebudayaan dari Abhyudaya, Sansekerta Kata Abhyudaya

menurut Sanskrit Dictionary (Macdonell, 1954): Hasil baik, kemajuan, kemakmuran

yang serba Iengkap.

Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal

dari bahasa sangsakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

atau akal. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai daya budi yang berupa

cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.

Culture dari kata Latin colere yaitu mengolah, mengerjakan, dan berhubungan

dengan tanah atau bertani sama dengan kebudayaan, berkembang menjadi segala daya

upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.

(Koentjaraningrat. 2003:74)

Pada awalnya, konsep kebudayaan yang benar-benar jelas yang pertama kalinya di

perkenalkan oleh Sir Edward Brnett Taylor. Seorang ahli Antropologi Inggris pada tahun

1871, mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, mora, kebiasaan, dn lain-lain. Pada waktu

itu, banyak sekali definisi mengenai kebudayaan baik dari par ahli antropologi, sosiologi,

filsafat, sejarah dan kesusastraan. Bahkan pada tahun 1950, A.L. Kroeber dan Clyde

Page 5: Tugas Akhir Lab EP

Kluchkhon telah berhasil mengumpulkan lebih dari serats definisi ( 176 definisi ) yang

diterbitkan dalam buku berjudul Culture A Critical Review of Concept and Definition

(1952).

Menurut Atmadja, teori kebudayaan adalah kebudayaan yang timbul sebagai suatu

usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan di daerah-daerah seluruh

Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju

kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru

dari kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan itu

sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

2. Teori Ekonomi Pembangunan

Mengenai pertumbuhan ekonomi dalam buku Theory of Economic Development yang

diterbitkan di Jerman pada tahun 1911 (edisi Inggeris tahun 1934) buku ini diteliti

kembali dan direvisi tanpa mengadakan perobahan esensiel dan diterbitkan dalam

Business Cycles (1939) dan Capitalism, Socialism and Democracy(1942). Schumpeter

berpangkal dari asumsi mengenai perekonomian yang bersifat persaingan sempurna yang

berada dalam keseimbangan stabil. Dalam keadaan stabil seperti itu terjadi

keseimbangan persaingan sempurna: tidak ada laba, tingkat bunga, tabungan, investasi

daninvoluntary unemployment. Kata Schumpeter Arus sirkulasi itu merupakan suatu arus

yang bersumber dari tenaga kerja dan tanah, dan mengalir dalam setiap priode ekonomi

ke reservoir yang kita sebut pendapatan, dengan tujuan dirubag menjadi pemuas

kebutuhan.

Arus sirkulasi itu mengalami perubahan spontan dan discontinue gangguan

keseimbangan yang untuk selanjutnya merobah dan menggantikan keadaan equilibrium

yang terjadi sebelumnya. Perubahan-perubahan spontan dan discontinue ini dalam

kehidupan ekonomi tidak dipaksakan dari luar tetapi timbul melalui mekanismenya

sendiri. Dan Nampak dalam bidang kehidupan industry dan komersiel. Pembangunan

merupakan usaha penciptaan kombinasi-kombina baru berdasarkan kemungkinan-

kemungkinan yang ada dalam keadaan stabil. Kombinasi baru terjadi dalam bentuk

innovasi. Dan Inovasi terdiri atas : 1. Usaha memperkenalkan barang baru. 2.

Memperkenalkan metode produksi baru. 3. Pembukaan pasar baru. 4. Pencarian sumber

baru untuk persediaan bahan mentah dan atau barang-barang setengah jadi. 5.

Pemunculan organisasi industry yang baru, seperti penciptaan monopoli. Perananan

Innovator, adalah wiraswastawan. Seorang wiraswastawan bukanlah seorang dengan

kemampuan managerial biasa melainkan seorang yang memperkenalkan sesuatu yang

Page 6: Tugas Akhir Lab EP

sama sekali baru. Ia tidak menyiapkan dana tetapi mengerahkan dana itu. Ia didorong

oleh : a. Kehendak untuk membangun kekuasaan komersial pribadi. b. Kemauan untuk

mendapatkan dan menonjolkan superrioritasnya. c. Keasyikan menciptakan dan

mengusahakan terlaksananya sesuatu, atau hanya karena menyalurkan energy dan

bakatnya.

Sifat dan kegiatannya ditentukan oleh lingkungan social kulturir agar dapat

menjalankan fungsinya dalam ekonomi, ia membutuhkan dua hal : 1. Adanya

pengetahuan teknis untuk menghasilkan produk baru. 2. Kekuatan mengatur factor-faktor

produksi dalam bentuk kredit. Menurut Schumpeter, suatu cadangan pengetahuan teknis

yang belum disadap(untapped) harus ada untuk dapat digunakan. Karena itu kredit sangat

penting untuk memulai pembangunan. Sebagai kesimpulan, tingkat pembangunan suatu

perekonomian merupakan fungsi perobahan persediaan pengetahuan teknis yang dipakai

dalam masyarakat. Tingkat penyempurnaan teknik-teknik produksi tergantung pada

tingkat kewiraswastaan yang diatus oleh besarnya keperluan akan wiraswastawan-

wiraswastawan baru daan penciptaan kredit.

Analisis Schumpeter dan Negara-negara Berkembang. Teori Schumpeter

berhubungan dengan sosio ekonomi tertentu yang berlangsung di Eropa Barat dan

Amerika pada abad 18 dan 19, dalam priode itu beberapa prasyarat pertumbuhan sudah

terjadi dalam Negara berkembang, keadaan-keadaan sosio ekonomi sama sekali berbeda

dan prasyarat bagi pembangunan dalam bentuk economic and social overheads belum

ada. 2. Kekurangan Kewiraswastaan. Analisa Schumpeter berdasar pada eksistensi

golongan kewira swastaan. Tetapi dalam Negara-negara berkembang kewiraswastaan

yang tepat itu kurang. Dalam perekonomian seperti itu, laba yang diharapkan rendah dan

keadaan teknologi rendah yang tidak mendorong investasi innovasionil dalam pabrik dan

perlengkapan yang baru. Apalagi kekurangan kekuatan yang tepat, pengangkutan, tenaga

trampil dan sebagainya, tidak merangcang kegiatan kewiraswastaan. 3. Tidak dapat

diterapkan pada Negara sosialis. Analisa Schumpeter tidak dapat diterapkan pada

mayoritas Negara berkembang yang mempunyai ideology misalnya, penggunaan ukuran-

ukuran social dan pajak pendapatan progresif yang tinggi berlawanan dengan

pengembangan golongan wiraswastawan, karena mereka akan mengurangi laba. 4. Tidak

dapat diterapkan dalam ekonomi campuran. Innovator dari Schumpeter adalah

wiraswastawan yang tidak cocok diterapkan dalam ekonomi campuran. Dalam sebuah

Negara yang sedang berkembang, pemerintah adalah entrepreneur penggerak

pembangunan datangnya dari sector pemerintah dan semi pemerintah. Jadi Schumpeter’s

Page 7: Tugas Akhir Lab EP

innovator mempunyai peranan yang terbatas di Negara-negara yang sedang berkembang.

5. Perubahan-perubahan institusionil dan bukan innovasi yang diperlukan. Untuk

memulai proses pembangunan dan membuatnya self sustaining bukan hanya innovasi

melainkannya kombinasi beberapa factor seperti struktur organisasi, peraktek bisnis,

tenaga trampil dan nilai-nilai tepat sikap dan motivasi-motivasi. 6. Assimilasi innovasi.

Menurut Henry Wallich,, proses pembangunan di Negara yang sedang berkembang

didasarkan bukan pada inovasi melainkan pada assimilasi innovasi yang ada. Karena

para wiraswastawan di Negara-negara berkembang tidak berada dalam posisi untuk

mengadakan innovasi agaknya, mereka mengambil alih innovasi yang terjadi dinegara-

negara maju. 7. Mengabaikan Konsumsi. Proses Schumpeterian bersifat production

oriented sedangkan proses pembangunan merupakan concumtion oriented. Penilaian ini

berdasarkan trent yang sedang berlaku kea rah the welfare state dimana permintaan dan

konsumsi memainkan peranan penting. 8. Mengabaikan Tabungan. Tekanan eksklusif

pada kredit bank mengabaikan peranan tabungan riil dalam investasi. Tekanan itu

mengurangi pula pentingnya difisit financing, budgetary saving, public credit, dan

ukuran-ukuran fiscal lain dalam pembangunan ekonomi. 9. Mengabaikan pengaruh-

pengaruh Extern. Menurut Schumpeter, pembangunan merupakan hasil perubahan-

perubahan yang timbul dari dalam perekonomian. Tetapi dalam Negara berkembang

perubahan-perubahan tidak ditimbulkan oleh factor intern perekonomian, melainkan

lebih ditentukan oleh penngaruh ide-ide, teknologi dan capital yang didatangkan dari

luar. Teknologi yang terbelakang, kemampuan menabung yang rendah, lembaga-

lembaga politis ekonomi dan social yang ketinggalan jaman tidak mampu mendorong

pembangunan dari dalam.

3. Teori Ekonomi Industri

Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang

menjelaskan tentang perlunya pengorganisasian pasar dan bagaimana pengorganisasian

pasar ini dapat memengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri menelaah

struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan kepada studi empiris

dari faktor-faktor yang memengaruhi struktur, perilaku dan kinerja. Organisasi industri

berkaitan erat dengan kebijaksanaan pemerintah dalam usaha mencapai tujuan, yaitu

tercapainya efisiensi di tingkat perusahaan, industri dan efisiensi ekonomi nasional

secara keseluruhan (Jaya, 2001).

Menurut Hasibuan (1993) pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro

dan mikro. Secara mikro, sebagaimana dijelaskan dalam teori ekonomi mikro. Secara

Page 8: Tugas Akhir Lab EP

mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang

yang homogeny, atau barang yang mempunyai sifat saling menggantikan secara erat.

Namun, dari segi pembentukan pendapatan, yang bersifat makro, industi adalan kegiatan

ekonomi yang menciptakan nilai tambah.

Menurut teori organisasi industri, terdapat sebuah konsep SCP atau Structure-

Conduct-Performance. Teori tersebut menjelaskan bahwa kinerja suatu industri pada

dasarnya sangat dipengaruhi oleh struktur pasar. Struktur pasar menunjukan atribut pasar

yang memengaruhi sifat proses persaingan. Unsur-unsur strktur pasar meliputi:

konsentrasi, diferensiasi produk, hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya dan

tingkat pengaturan pemerintah. Struktur pasar penting, karena akan menentukan perilaku

dan strategi perusahaan dalam suatu industri dan kemudian perilaku akan memengaruhi

kinerja (Jaya, 2001).

Hubungan paling sederhana dari ketiga variabel tersebut yaitu StructureConduct-

Performance adalah hubungan linier dimana struktur memengaruhi perilaku kemudian

perilaku memengaruhi kinerja. Dalam SCP hubungan ketiga komponen tersebut saling

memengaruhi termasuk adanya faktor-faktor lain seperti teknologi, progresivitas, strategi

dan usaha-usaha untuk mendorong penjualan (Martin, 2002).

e. Analisis SWOT

Internal/ Eksternal Internal

Kekuatan(S) :

- Melestarikan budaya

daerah

- Memperkenalkan

budaya Betawi ke

dunia luar

- Menambah pemasukan

daerah

- Mengurangi

pengangguran

- Tersedianya potensi

wisata budaya baik

nasional maupun

Kelemahan(W) :

- Penerimaan dari warga

sekitar (sikap)

- Pendidikan yang rendah

- Meningkatnya jumlah

populasi penduduk

- Bertambahnya jumlah

penduduk

- Tanggungan pemerintah

akan bertambah dengan

banyaknya pendatang baru

Page 9: Tugas Akhir Lab EP

internasional

E

k

s

T

e

r

n

a

l

Peluang(O) :

- Berkembangnya

daerah tersebut

- Meningkatnya

kualitas budaya

Betawi di mata

Lokal maupun

internasional

- Stabilitas

perekonomian  dan

politik

- Meningkatnya

kesejahteraan dan

kemampuan dalam

membeli

Strategi:

- Mempromosikan

budaya Betawi baik

secara nasional maupun

internasional

- Menjalin kerjasama

dengan pemerintah

agar dapat

memanfaatkan

momuntem ini sebagai

pengenalan Indonesia

kepada dunia luar

- Mengajarkan sedini

mungkin kepada anak-

anak untuk menghargai

budaya Betawi

Strategi :

- Menyeleksi dengan tepat

orang-orang yang dirasa

memiliki kompetensi dalam

melestarikan budaya Betawi

ini

- Memberikan bukti

kepercayaan kepada

masyarakat agar masyarakat

dapat melihat dengan

transparan usaha yang

benar-benar dijalankan

pemerintah dalam

memajukan budaya Betawi

Ancaman(T):

- Kemacetan dari

aksesibiltas jalan

provinsi

- Belum adanya

rencana

pengembagan

pariwisata

- Pengawasan

pemerintah setempat

untuk menjaga

kelestarian

lingkungan

Strategi :

- Membuat suatu sistem

antara masyarakat,

pemerintah dan

investor yang

transparan agar cara

pengembangan

kebudayaan ini dapat

berjalan dengan baik

dan lancar

- Menyusun rencana

berbagai

pengembangan budaya

Betawi yang dikemas

dengan menarik

Strategi :

- Bekerjasama dengan

pemerintah agar dalam

pengaturan akses dapat

berjalan dengan baik dan

lancar

- Memberikan sosialisai ke

masyarakat dan follow up

agar terjadinya komunikasi

yang baik serta tercapainya

tujuan dari pelestarian

budaya Betawi ini

Page 10: Tugas Akhir Lab EP

f. Metoda penelitian

1. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan mengambil sampel

wisatawan yang mengunjungi DKI Jakarta. Data diperoleh dari responden yaitu

masyarakat yang ingin berlibur dengan keluarga dengan menggunakan kuisioner.

2. JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data yang digunkan dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari jawaban-jawaban wisatawan

yang memilih DKI Jakarta sebagai tempat wisata budaya pada khususnya melalui

kuisioner daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.

2. Data Sekunder, yaitu data yang telah diolah oleh lembaga atau instansi, ataupun

perorangan yang telah mengadakan penelitian. Data sekunder ini berasal dari

pihak-pihak terkait dan pustaka yang relevan dengan penelitian ini.

3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono 2005: 62 ).

Dalam penelitian kualitattif data tidak akan diperoleh di belakang meja, tetapi harus terjun

ke lapangan, ke tetangga, ke organisasi, ke komunitas. Data yang diobservasi dapat

berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, tindakan, keseluruhan interaksi antarmanusia.

Data observasi juga dapat berupa interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para

anggota dalam organisasi (Raco, 2010 : 112). Objek yang dapat diamati mencakup tiga

komponen dalam situasi sosial yaitu place(tempat), actor (pelaku) dan activitis (aktivitas)

(Sugiyono, 2005 : 68). Tempat adalah wilayah yang dijadikan obyek pengamatan, di

mana interaksi dalam berbagai situasi sosial sedang berlangsung di dalamnya. Pelaku

adalah orang-orang yang dengan pengalaman, perasaan, dan pemikirannya melakukan

tindakan tertentu, memainkan berbagai peran untuk menarik perhatian orang lain.

Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku dalam situasi sosial yang

sedang berlaku.

Page 11: Tugas Akhir Lab EP

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumen,

perolehan data dengan melalui berbagai macam cara ini disebut triangulasi

(triangulation) (Raco, 2010 : 111). Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua

orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2006 :

180). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat diperoleh

melalui observasi atau kuesioner. Ini disebabkan oleh karena oleh seberapa jauh dan

mendalam peneliti mengerti tentang situasi dan konteks serta menggambarkannya

sealamiah mungkin (Raco, 2010 : 114). Oleh karena itu observasi dilaksanakan sebagai

pengamatan tidak berstruktur, observasi tidak perlu dipersiapkan secara sistematis tentang

apa yang akan diobservasi. Akan tetapi observasi dilakukan mengikuti alur situasi dan

kondisi wilayah pengamatan, mengalir dan larut dalam aktivitas yang terjadi di lapangan.

Observasi pada penelitian ini diarahkan pada aspek-aspek komunikasi budaya

dalam masyarakat multietnik pada saat penampilan seni musik gambang kromong

ditengah-tengah masyarakat penontonnya. Aspek-aspek tersebut antara lain bagaimana

penampilan pelaku seni mengeksplorasi kreativitas seni di atas panggung, aktivitas pelaku

seni di luar panggung menjelang pertunjukkan. Suasana lingkungan panggung meliputi

interaksi antar pengunjung, keragaman latar belakang budaya dan etnis pengunjung yang

menonton pertunjukkan. Observasi juga dilakukan pada lingkungan masyarakat di sekitar

tempat pertunjukkan, apa bila ada hal-hal menarik yang mendukung dan memperkaya

data penelitian. Observasi dilakuakn secara langsung baik verbal maupun non verbal,

bahkan kalau di pandang perlu dilakukan penelusuran lisan melalui wawancara.

Data penelitian yang tidak diperoleh melalui wawancara maupun observasi, dapat

ditelusuri melalui berbagai dokumen. Metode dokumen adalah salah satu cara

pengumpulan data dalam penelitian sosial, dokumen walaupun tidak diterbitkan seperti

literatur tetapi menyimpan berbagai informasi (Bungin, 2007: 121-122).Secara sederhana,

dokumen dapat diklasifikasikan sebagai dokumen pribadi dan dokumen resmi. Menurut

Moleong (2007:218-219) dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara

tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Dokumen resmi menurut

Bungin (2007:123) adalah dokumen milik institusi atau lembaga baik internal (memo,

pengumuman danlain-lain) maupun eksternal (majalah, buletin dan lain-lain). Di era

teknologi komunkasi dan informasi memperoleh data dokumen semakin mudah, banyak

orang atau lembaga yang menyimpan dokumennya melalui situs internet dan menjadi

terbuka untuk umum.

Page 12: Tugas Akhir Lab EP

Dalam penelitian ini data yang diperoleh diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara

kepada nara-sumber dan informan, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-

buku, dokumen pribadi atau resmi, informasi yang disiarkan melalui media dan lain-

lain. Data primer dalam bentuk hasil pengamatan (observasi) diperoleh dari observasi

tentang berbagai aktivitas komunikasi budaya pelaku seni musik Gambang Kromong

yang ada di daerah penelitian (Jakarta) termasuk di wilayah asal musik Gambang

Kromong dikembangkan atau wilayah yang berbatasan dan berdekatan dengan DKI

Jakarta. Data primer dalam bentuk wawancara diperoleh dengan menanyakan kepada

sumber informasi yang memiliki kompetensi dalam bidang seni musik Gambang

Kromong. Sehingga bisa digali tentang pengalaman, perasaan, dan pemikiran informan

mengenai keterlibatannya dalam seni musik Gambang Kromong.

Data sekunder sebagai data pendukung diupayakan diperoleh dalam bentuk

dokumen dan sumber informasi pendukung dari instansi terkait, seperti buku-

buku tentang kebudayaan Betawi, kumpulan cerita, novel dan lain-lain baik yang

diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta maupun lembaga

penerbit lain. Dokumen resmi tentang berbagai peraturan dan kebijakan pemerintah DKI

Jakarta yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan Betawi, dokumen pribadi yang

membahas tentang seni-budaya Betawi yang kesemuanya ini bisa diakses melalui

internet. Sumber informasi yang disiarkan melalui media massa seperti kliping surat kabar

Kompas, program siaran ’Batavian’ dan ’Asal Goblek’ dari Bens Radio, siaran Jaringan

Musik Indonesia dari TVRI, program siaran ’Just Alvin’ dari TV One dan lain-lain. Data

sekunder ini digunakan terutama untuk dapat memberi gambaran yang jelas tentang peta

komunikasi gambang kromong dari masa ke masa.

Narasumber atau informan kunci dalam penelitian ini yaitu orang atau tokoh

sentral yang dijadikan nara-sumber, yang memiliki kompetensi dan paling mengetahui,

mengerti serta memahami hal-ikhwal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

Sedangkan informan adalah orang-orang yang menjadi bagian komunitas yang diamati,

sehingga dapat dijadikan sumber dan pendukung informasi untuk melengkapi dan sebagai

pembanding terhadap informasi yang diperoleh dari informan kunci.

4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Observasi

Page 13: Tugas Akhir Lab EP

Yaitu melakukan pengamatan langsung pada para responden yaitu wisatawan

yang memilih sarana rekreasi budaya di DKI Jakarta.

2. Wawancara

Yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan cara menanyakan secara

langsung pada responden untuk melengkapi data yang diperlukan.

3. Studi Pustaka

Yaitu mencari literature-literatur yang diperlukan yang berupa data dan teori yng

ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.

g. Kerangka Penelitian

Untuk menganalisis Pengaruh Kebudayaan Betawi Dalam Pembangunan Wisata

Budaya Di DKI Jakarta yang meliputi kebudayaan yang ada, tingkat perekonomian,

ekonomi industri di daerah tersebut, serta menentukan faktor manakah yang paling

dominan berpengaruh dalam peningkatan PDRB. Juga untuk mengetahui persepsi

wisatawan dalam melihat betawi sebagai sektor yang menrik dan potensial untuk

dikembangkan.

Untuk mempermudah dalam memahami apa yang menjadi bahan penelitian ini,

dibuatlah suatu kerangka pemikiran yang sederhana seperti berikut :

h. Daftar pustaka

Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,

2007.

Alwi Shahab, Ciliwung, Venesia Dari Timur, Penerbit Lentera, Jakarta, 2007. Arif

Budi Wurianto, Konstruksi Ketidakseimbangan Pembangunan Dalam Telaah

Kebudayaan

Ekonomi Pembangunan

Ekonomi Industri

Budaya Betawi Sebagai Ekonomi Industri

Peningkatan PDRB dan pengentasan

pengangguranBudaya Betawi Sebagai Ekonomi

Pembangunan

Page 14: Tugas Akhir Lab EP

Harmonisasi Suprastruktur Dan Infrastruktur Kebudayaan, Universitas

Muhammadyah, Malang.

Asante, Molefi Kete, Gudykunst, William B, Handbook of International and

Intercultural Communication, Sage Publications, Newbury Park London New Delhi,

1989.

Agus Salim, Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana, Yogyakarta,

2001.

Castles, Lance, The Ethnic Profile of Jakarta, Indonesia Vol.1, Ithaca : Cornell

University, April 1967.

Deddy Mulyana, Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2001.