tugas akhir lab ep
TRANSCRIPT
PENGARUH KEBUDAYAAN BETAWI DALAM
PEMBANGUNAN WISATA BUDAYA DI DKI JAKARTA
Studi Kasus di Condet, Jakarta Timur
Disusun oleh
Monika Widya Pawestri
F0111052
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013
a. Latar belakang masalah
Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia disamping sebagai pusat
kegiatan Pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata dan kebudayaan juga sekaligus
merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya dari berbagai penjuru dunia
yang merupakan suatu wadah berinteraksinya dari berbagai aspek sosial budaya
masyarakat, baik yang bersifat lokal maupun nasional. Sehingga dengan demikian kota
Jakarta menempatkan kedudukannya yang sangat potensial dan strategis baik dalam
skala nasional, regional maupun internasional. Seiring dengan pesatnya pembangunan
dan pertumbuhan penduduk menyebabkan beban tugas disektor kebudayaan akan
menjadi sangat kompleks dan dikhawatirkan lambat laun akan memusnahkan adat
istiadat tradisional budaya warganya terutama masyarakat Betawi sebagai inti warga
Jakarta.
Untuk menunjang program pelestarian budaya Betawi dibutuhkan suatu tempat
dimana didalamnya terdapat berbagai fasilitas untuk mempertunjukkan hasil budaya
Betawi. Selain itu terdapat pula sarana pengembangan sehingga budaya Betawi tetap
terjaga. Kebutuhan akan adanya fasilitas tersebut didasari fakta bahwa di Jakarta sendiri
belum memiliki suatu tempat khusus yang ideal untuk mempertunjukkan hasil
kebudayaan Betawi, dimana masyarakat dapat menikmati berbagai pertunjukkan
kesenian Betawi sekaligus mempelajari nilai-nilai budaya Betawi. Salah satu kriteria
lokasi Pusat Budaya adalah berada dekat dengan pemukiman warga daerah setempat,
dimana tujuan dari Pusat Budaya salah satunya adalah mengembangkan potensi dan
mengangkat nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat (The Architect’s Guide to Facility
Programming, chapter 11: Feasibility Program for a Cultural Arts Center, page 198).
Di Jakarta sebagai tempat cikal bakal tumbuhnya budaya Betawi, memiliki
beberapa pemukiman komunitas warga Betawi. Kelompok komunitas warga asli ini telah
terbentuk dari sejak penguasaan Batavia (sekarang Jakarta) oleh Pemerintah Hindia
Belanda. Sejak tahun 1800 terjadi pemekaran pusat pemerintahan yang menyebabkan
warga asli banyak bergeser ke selatan dan beberapa membentuk konsentrat pemukiman
warga asli di tengah perkotaan. Pemukiman komunitas warga Betawi asli di Jakarta, oleh
pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta ditetapkan sebagai cagar budaya yang
dilindungi dan dikembangkan kearah pelestarian budaya Betawi. Pemukiman Betawi
terbesar di masing-masing kotamadya antara lain : Condet-Jakarta Timur, Srengseng
Sawah-Jakarta Selatan Kemayoran-Jakarta Pusat, Marunda-Jakarta Utara dan
SrengsengJakarta Barat. Diharapkan dengan dipertahankannya komunitas Betawi di
lingkungan cagar budaya, pelestarian budaya bisa berjalan dengan baik serta dapat
meningkatkan PDRB.
Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang telah saya paparkan diatas, maka
saya berkeinginan untuk mengkaji pengaruh budaya khususnya Betawi dalam
pembangunan wisata budaya. Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi baik dari sisi
kebudayaan hingga mempengaruhi perekonomian, maka saya ajukan judul :
“PENGARUH KEBUDAYAAN BETAWI DALAM PEMBANGUNAN WISATA
BUDAYA DI DKI JAKARTA (Studi Kasus di Condet, Jakarta Timur)”
b. Tujuan dan kegunaan penelitian
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk menjelaskan pengaruh karakter kebudayaan Betawi dalam rangka
meningkatkan PDRB.
2. Untuk menjelaskan pemberdayaan masayarakat yang dilakukan agar dapat
memperkuat budaya Betawi sebagai objek wisata Budaya di DKI Jakarta.
3. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Kebudayaan Betawi
sebagai pembangun wisata budaya.
MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
melestarikan budaya Betawi yang tentunya dapat meningkatkan PDRB.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam menentukan langkah dan
menghadapi masalah yang sama selanjutnya.
3. Bagi Konsumen
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi wisatawan bahwa di
DKI Jakarta sendiri ada kebudayaan yang masih dilestarikan sampai saat ini.
c. Hipotesis penelitian
Kebudayaan adalah suatu hasil dari cipta, karsa dan rasa yang dapat kita gunakan
sebagai salah satu faktor untuk mengembangkan perekonomian daerah. Ekonomi industri
yang dapat dihasilkan dari budaya yang dilestarikan menjadi sebuah obyek wisata
menarik yang tentunya selain untuk menjaga kelestarian budaya tersebut akan
mendatangkan peningkatan pendapatan di daerah tersebut. Pengangguran juga bukan lagi
menjadi suatu masalah karena masyarakat di daerah tersebut dapat menciptakan sebuah
lapangan pekerjannya sendiri. Perlu adanya Fasilitas Pusat Budaya Betawi di Srengseng
Sawah yang yang dapat menunjang program pelestarian, pengembangan, pembinaan,
serta pendidikan tentang budaya Betawi. Agar kebudayaan Betawi tidak hilang, dapat
diwariskan kepada generasi penerus, dan dapat meningkatkan PDRB serta menciptakan
lapangan pekerjaan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
d. Tinjauan pustaka
1. Teori Budaya
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbenuk dan
dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Eropa, Tionghoa, India,
Arab dan lain sebagainya. Kata Kebudayaan, berasal dari kata Sanskerta buddhayah,
bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau kekal. (Koentjaraningrat. 2003:73)
Menurut BAKKER kata kebudayaan dari Abhyudaya, Sansekerta Kata Abhyudaya
menurut Sanskrit Dictionary (Macdonell, 1954): Hasil baik, kemajuan, kemakmuran
yang serba Iengkap.
Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal
dari bahasa sangsakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
atau akal. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai daya budi yang berupa
cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.
Culture dari kata Latin colere yaitu mengolah, mengerjakan, dan berhubungan
dengan tanah atau bertani sama dengan kebudayaan, berkembang menjadi segala daya
upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.
(Koentjaraningrat. 2003:74)
Pada awalnya, konsep kebudayaan yang benar-benar jelas yang pertama kalinya di
perkenalkan oleh Sir Edward Brnett Taylor. Seorang ahli Antropologi Inggris pada tahun
1871, mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, mora, kebiasaan, dn lain-lain. Pada waktu
itu, banyak sekali definisi mengenai kebudayaan baik dari par ahli antropologi, sosiologi,
filsafat, sejarah dan kesusastraan. Bahkan pada tahun 1950, A.L. Kroeber dan Clyde
Kluchkhon telah berhasil mengumpulkan lebih dari serats definisi ( 176 definisi ) yang
diterbitkan dalam buku berjudul Culture A Critical Review of Concept and Definition
(1952).
Menurut Atmadja, teori kebudayaan adalah kebudayaan yang timbul sebagai suatu
usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan di daerah-daerah seluruh
Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju
kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru
dari kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan itu
sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
2. Teori Ekonomi Pembangunan
Mengenai pertumbuhan ekonomi dalam buku Theory of Economic Development yang
diterbitkan di Jerman pada tahun 1911 (edisi Inggeris tahun 1934) buku ini diteliti
kembali dan direvisi tanpa mengadakan perobahan esensiel dan diterbitkan dalam
Business Cycles (1939) dan Capitalism, Socialism and Democracy(1942). Schumpeter
berpangkal dari asumsi mengenai perekonomian yang bersifat persaingan sempurna yang
berada dalam keseimbangan stabil. Dalam keadaan stabil seperti itu terjadi
keseimbangan persaingan sempurna: tidak ada laba, tingkat bunga, tabungan, investasi
daninvoluntary unemployment. Kata Schumpeter Arus sirkulasi itu merupakan suatu arus
yang bersumber dari tenaga kerja dan tanah, dan mengalir dalam setiap priode ekonomi
ke reservoir yang kita sebut pendapatan, dengan tujuan dirubag menjadi pemuas
kebutuhan.
Arus sirkulasi itu mengalami perubahan spontan dan discontinue gangguan
keseimbangan yang untuk selanjutnya merobah dan menggantikan keadaan equilibrium
yang terjadi sebelumnya. Perubahan-perubahan spontan dan discontinue ini dalam
kehidupan ekonomi tidak dipaksakan dari luar tetapi timbul melalui mekanismenya
sendiri. Dan Nampak dalam bidang kehidupan industry dan komersiel. Pembangunan
merupakan usaha penciptaan kombinasi-kombina baru berdasarkan kemungkinan-
kemungkinan yang ada dalam keadaan stabil. Kombinasi baru terjadi dalam bentuk
innovasi. Dan Inovasi terdiri atas : 1. Usaha memperkenalkan barang baru. 2.
Memperkenalkan metode produksi baru. 3. Pembukaan pasar baru. 4. Pencarian sumber
baru untuk persediaan bahan mentah dan atau barang-barang setengah jadi. 5.
Pemunculan organisasi industry yang baru, seperti penciptaan monopoli. Perananan
Innovator, adalah wiraswastawan. Seorang wiraswastawan bukanlah seorang dengan
kemampuan managerial biasa melainkan seorang yang memperkenalkan sesuatu yang
sama sekali baru. Ia tidak menyiapkan dana tetapi mengerahkan dana itu. Ia didorong
oleh : a. Kehendak untuk membangun kekuasaan komersial pribadi. b. Kemauan untuk
mendapatkan dan menonjolkan superrioritasnya. c. Keasyikan menciptakan dan
mengusahakan terlaksananya sesuatu, atau hanya karena menyalurkan energy dan
bakatnya.
Sifat dan kegiatannya ditentukan oleh lingkungan social kulturir agar dapat
menjalankan fungsinya dalam ekonomi, ia membutuhkan dua hal : 1. Adanya
pengetahuan teknis untuk menghasilkan produk baru. 2. Kekuatan mengatur factor-faktor
produksi dalam bentuk kredit. Menurut Schumpeter, suatu cadangan pengetahuan teknis
yang belum disadap(untapped) harus ada untuk dapat digunakan. Karena itu kredit sangat
penting untuk memulai pembangunan. Sebagai kesimpulan, tingkat pembangunan suatu
perekonomian merupakan fungsi perobahan persediaan pengetahuan teknis yang dipakai
dalam masyarakat. Tingkat penyempurnaan teknik-teknik produksi tergantung pada
tingkat kewiraswastaan yang diatus oleh besarnya keperluan akan wiraswastawan-
wiraswastawan baru daan penciptaan kredit.
Analisis Schumpeter dan Negara-negara Berkembang. Teori Schumpeter
berhubungan dengan sosio ekonomi tertentu yang berlangsung di Eropa Barat dan
Amerika pada abad 18 dan 19, dalam priode itu beberapa prasyarat pertumbuhan sudah
terjadi dalam Negara berkembang, keadaan-keadaan sosio ekonomi sama sekali berbeda
dan prasyarat bagi pembangunan dalam bentuk economic and social overheads belum
ada. 2. Kekurangan Kewiraswastaan. Analisa Schumpeter berdasar pada eksistensi
golongan kewira swastaan. Tetapi dalam Negara-negara berkembang kewiraswastaan
yang tepat itu kurang. Dalam perekonomian seperti itu, laba yang diharapkan rendah dan
keadaan teknologi rendah yang tidak mendorong investasi innovasionil dalam pabrik dan
perlengkapan yang baru. Apalagi kekurangan kekuatan yang tepat, pengangkutan, tenaga
trampil dan sebagainya, tidak merangcang kegiatan kewiraswastaan. 3. Tidak dapat
diterapkan pada Negara sosialis. Analisa Schumpeter tidak dapat diterapkan pada
mayoritas Negara berkembang yang mempunyai ideology misalnya, penggunaan ukuran-
ukuran social dan pajak pendapatan progresif yang tinggi berlawanan dengan
pengembangan golongan wiraswastawan, karena mereka akan mengurangi laba. 4. Tidak
dapat diterapkan dalam ekonomi campuran. Innovator dari Schumpeter adalah
wiraswastawan yang tidak cocok diterapkan dalam ekonomi campuran. Dalam sebuah
Negara yang sedang berkembang, pemerintah adalah entrepreneur penggerak
pembangunan datangnya dari sector pemerintah dan semi pemerintah. Jadi Schumpeter’s
innovator mempunyai peranan yang terbatas di Negara-negara yang sedang berkembang.
5. Perubahan-perubahan institusionil dan bukan innovasi yang diperlukan. Untuk
memulai proses pembangunan dan membuatnya self sustaining bukan hanya innovasi
melainkannya kombinasi beberapa factor seperti struktur organisasi, peraktek bisnis,
tenaga trampil dan nilai-nilai tepat sikap dan motivasi-motivasi. 6. Assimilasi innovasi.
Menurut Henry Wallich,, proses pembangunan di Negara yang sedang berkembang
didasarkan bukan pada inovasi melainkan pada assimilasi innovasi yang ada. Karena
para wiraswastawan di Negara-negara berkembang tidak berada dalam posisi untuk
mengadakan innovasi agaknya, mereka mengambil alih innovasi yang terjadi dinegara-
negara maju. 7. Mengabaikan Konsumsi. Proses Schumpeterian bersifat production
oriented sedangkan proses pembangunan merupakan concumtion oriented. Penilaian ini
berdasarkan trent yang sedang berlaku kea rah the welfare state dimana permintaan dan
konsumsi memainkan peranan penting. 8. Mengabaikan Tabungan. Tekanan eksklusif
pada kredit bank mengabaikan peranan tabungan riil dalam investasi. Tekanan itu
mengurangi pula pentingnya difisit financing, budgetary saving, public credit, dan
ukuran-ukuran fiscal lain dalam pembangunan ekonomi. 9. Mengabaikan pengaruh-
pengaruh Extern. Menurut Schumpeter, pembangunan merupakan hasil perubahan-
perubahan yang timbul dari dalam perekonomian. Tetapi dalam Negara berkembang
perubahan-perubahan tidak ditimbulkan oleh factor intern perekonomian, melainkan
lebih ditentukan oleh penngaruh ide-ide, teknologi dan capital yang didatangkan dari
luar. Teknologi yang terbelakang, kemampuan menabung yang rendah, lembaga-
lembaga politis ekonomi dan social yang ketinggalan jaman tidak mampu mendorong
pembangunan dari dalam.
3. Teori Ekonomi Industri
Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang
menjelaskan tentang perlunya pengorganisasian pasar dan bagaimana pengorganisasian
pasar ini dapat memengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri menelaah
struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan kepada studi empiris
dari faktor-faktor yang memengaruhi struktur, perilaku dan kinerja. Organisasi industri
berkaitan erat dengan kebijaksanaan pemerintah dalam usaha mencapai tujuan, yaitu
tercapainya efisiensi di tingkat perusahaan, industri dan efisiensi ekonomi nasional
secara keseluruhan (Jaya, 2001).
Menurut Hasibuan (1993) pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro
dan mikro. Secara mikro, sebagaimana dijelaskan dalam teori ekonomi mikro. Secara
mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang
yang homogeny, atau barang yang mempunyai sifat saling menggantikan secara erat.
Namun, dari segi pembentukan pendapatan, yang bersifat makro, industi adalan kegiatan
ekonomi yang menciptakan nilai tambah.
Menurut teori organisasi industri, terdapat sebuah konsep SCP atau Structure-
Conduct-Performance. Teori tersebut menjelaskan bahwa kinerja suatu industri pada
dasarnya sangat dipengaruhi oleh struktur pasar. Struktur pasar menunjukan atribut pasar
yang memengaruhi sifat proses persaingan. Unsur-unsur strktur pasar meliputi:
konsentrasi, diferensiasi produk, hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya dan
tingkat pengaturan pemerintah. Struktur pasar penting, karena akan menentukan perilaku
dan strategi perusahaan dalam suatu industri dan kemudian perilaku akan memengaruhi
kinerja (Jaya, 2001).
Hubungan paling sederhana dari ketiga variabel tersebut yaitu StructureConduct-
Performance adalah hubungan linier dimana struktur memengaruhi perilaku kemudian
perilaku memengaruhi kinerja. Dalam SCP hubungan ketiga komponen tersebut saling
memengaruhi termasuk adanya faktor-faktor lain seperti teknologi, progresivitas, strategi
dan usaha-usaha untuk mendorong penjualan (Martin, 2002).
e. Analisis SWOT
Internal/ Eksternal Internal
Kekuatan(S) :
- Melestarikan budaya
daerah
- Memperkenalkan
budaya Betawi ke
dunia luar
- Menambah pemasukan
daerah
- Mengurangi
pengangguran
- Tersedianya potensi
wisata budaya baik
nasional maupun
Kelemahan(W) :
- Penerimaan dari warga
sekitar (sikap)
- Pendidikan yang rendah
- Meningkatnya jumlah
populasi penduduk
- Bertambahnya jumlah
penduduk
- Tanggungan pemerintah
akan bertambah dengan
banyaknya pendatang baru
internasional
E
k
s
T
e
r
n
a
l
Peluang(O) :
- Berkembangnya
daerah tersebut
- Meningkatnya
kualitas budaya
Betawi di mata
Lokal maupun
internasional
- Stabilitas
perekonomian dan
politik
- Meningkatnya
kesejahteraan dan
kemampuan dalam
membeli
Strategi:
- Mempromosikan
budaya Betawi baik
secara nasional maupun
internasional
- Menjalin kerjasama
dengan pemerintah
agar dapat
memanfaatkan
momuntem ini sebagai
pengenalan Indonesia
kepada dunia luar
- Mengajarkan sedini
mungkin kepada anak-
anak untuk menghargai
budaya Betawi
Strategi :
- Menyeleksi dengan tepat
orang-orang yang dirasa
memiliki kompetensi dalam
melestarikan budaya Betawi
ini
- Memberikan bukti
kepercayaan kepada
masyarakat agar masyarakat
dapat melihat dengan
transparan usaha yang
benar-benar dijalankan
pemerintah dalam
memajukan budaya Betawi
Ancaman(T):
- Kemacetan dari
aksesibiltas jalan
provinsi
- Belum adanya
rencana
pengembagan
pariwisata
- Pengawasan
pemerintah setempat
untuk menjaga
kelestarian
lingkungan
Strategi :
- Membuat suatu sistem
antara masyarakat,
pemerintah dan
investor yang
transparan agar cara
pengembangan
kebudayaan ini dapat
berjalan dengan baik
dan lancar
- Menyusun rencana
berbagai
pengembangan budaya
Betawi yang dikemas
dengan menarik
Strategi :
- Bekerjasama dengan
pemerintah agar dalam
pengaturan akses dapat
berjalan dengan baik dan
lancar
- Memberikan sosialisai ke
masyarakat dan follow up
agar terjadinya komunikasi
yang baik serta tercapainya
tujuan dari pelestarian
budaya Betawi ini
f. Metoda penelitian
1. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan mengambil sampel
wisatawan yang mengunjungi DKI Jakarta. Data diperoleh dari responden yaitu
masyarakat yang ingin berlibur dengan keluarga dengan menggunakan kuisioner.
2. JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang digunkan dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari jawaban-jawaban wisatawan
yang memilih DKI Jakarta sebagai tempat wisata budaya pada khususnya melalui
kuisioner daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.
2. Data Sekunder, yaitu data yang telah diolah oleh lembaga atau instansi, ataupun
perorangan yang telah mengadakan penelitian. Data sekunder ini berasal dari
pihak-pihak terkait dan pustaka yang relevan dengan penelitian ini.
3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono 2005: 62 ).
Dalam penelitian kualitattif data tidak akan diperoleh di belakang meja, tetapi harus terjun
ke lapangan, ke tetangga, ke organisasi, ke komunitas. Data yang diobservasi dapat
berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, tindakan, keseluruhan interaksi antarmanusia.
Data observasi juga dapat berupa interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para
anggota dalam organisasi (Raco, 2010 : 112). Objek yang dapat diamati mencakup tiga
komponen dalam situasi sosial yaitu place(tempat), actor (pelaku) dan activitis (aktivitas)
(Sugiyono, 2005 : 68). Tempat adalah wilayah yang dijadikan obyek pengamatan, di
mana interaksi dalam berbagai situasi sosial sedang berlangsung di dalamnya. Pelaku
adalah orang-orang yang dengan pengalaman, perasaan, dan pemikirannya melakukan
tindakan tertentu, memainkan berbagai peran untuk menarik perhatian orang lain.
Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku dalam situasi sosial yang
sedang berlaku.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumen,
perolehan data dengan melalui berbagai macam cara ini disebut triangulasi
(triangulation) (Raco, 2010 : 111). Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua
orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2006 :
180). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat diperoleh
melalui observasi atau kuesioner. Ini disebabkan oleh karena oleh seberapa jauh dan
mendalam peneliti mengerti tentang situasi dan konteks serta menggambarkannya
sealamiah mungkin (Raco, 2010 : 114). Oleh karena itu observasi dilaksanakan sebagai
pengamatan tidak berstruktur, observasi tidak perlu dipersiapkan secara sistematis tentang
apa yang akan diobservasi. Akan tetapi observasi dilakukan mengikuti alur situasi dan
kondisi wilayah pengamatan, mengalir dan larut dalam aktivitas yang terjadi di lapangan.
Observasi pada penelitian ini diarahkan pada aspek-aspek komunikasi budaya
dalam masyarakat multietnik pada saat penampilan seni musik gambang kromong
ditengah-tengah masyarakat penontonnya. Aspek-aspek tersebut antara lain bagaimana
penampilan pelaku seni mengeksplorasi kreativitas seni di atas panggung, aktivitas pelaku
seni di luar panggung menjelang pertunjukkan. Suasana lingkungan panggung meliputi
interaksi antar pengunjung, keragaman latar belakang budaya dan etnis pengunjung yang
menonton pertunjukkan. Observasi juga dilakukan pada lingkungan masyarakat di sekitar
tempat pertunjukkan, apa bila ada hal-hal menarik yang mendukung dan memperkaya
data penelitian. Observasi dilakuakn secara langsung baik verbal maupun non verbal,
bahkan kalau di pandang perlu dilakukan penelusuran lisan melalui wawancara.
Data penelitian yang tidak diperoleh melalui wawancara maupun observasi, dapat
ditelusuri melalui berbagai dokumen. Metode dokumen adalah salah satu cara
pengumpulan data dalam penelitian sosial, dokumen walaupun tidak diterbitkan seperti
literatur tetapi menyimpan berbagai informasi (Bungin, 2007: 121-122).Secara sederhana,
dokumen dapat diklasifikasikan sebagai dokumen pribadi dan dokumen resmi. Menurut
Moleong (2007:218-219) dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara
tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Dokumen resmi menurut
Bungin (2007:123) adalah dokumen milik institusi atau lembaga baik internal (memo,
pengumuman danlain-lain) maupun eksternal (majalah, buletin dan lain-lain). Di era
teknologi komunkasi dan informasi memperoleh data dokumen semakin mudah, banyak
orang atau lembaga yang menyimpan dokumennya melalui situs internet dan menjadi
terbuka untuk umum.
Dalam penelitian ini data yang diperoleh diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
kepada nara-sumber dan informan, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-
buku, dokumen pribadi atau resmi, informasi yang disiarkan melalui media dan lain-
lain. Data primer dalam bentuk hasil pengamatan (observasi) diperoleh dari observasi
tentang berbagai aktivitas komunikasi budaya pelaku seni musik Gambang Kromong
yang ada di daerah penelitian (Jakarta) termasuk di wilayah asal musik Gambang
Kromong dikembangkan atau wilayah yang berbatasan dan berdekatan dengan DKI
Jakarta. Data primer dalam bentuk wawancara diperoleh dengan menanyakan kepada
sumber informasi yang memiliki kompetensi dalam bidang seni musik Gambang
Kromong. Sehingga bisa digali tentang pengalaman, perasaan, dan pemikiran informan
mengenai keterlibatannya dalam seni musik Gambang Kromong.
Data sekunder sebagai data pendukung diupayakan diperoleh dalam bentuk
dokumen dan sumber informasi pendukung dari instansi terkait, seperti buku-
buku tentang kebudayaan Betawi, kumpulan cerita, novel dan lain-lain baik yang
diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta maupun lembaga
penerbit lain. Dokumen resmi tentang berbagai peraturan dan kebijakan pemerintah DKI
Jakarta yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan Betawi, dokumen pribadi yang
membahas tentang seni-budaya Betawi yang kesemuanya ini bisa diakses melalui
internet. Sumber informasi yang disiarkan melalui media massa seperti kliping surat kabar
Kompas, program siaran ’Batavian’ dan ’Asal Goblek’ dari Bens Radio, siaran Jaringan
Musik Indonesia dari TVRI, program siaran ’Just Alvin’ dari TV One dan lain-lain. Data
sekunder ini digunakan terutama untuk dapat memberi gambaran yang jelas tentang peta
komunikasi gambang kromong dari masa ke masa.
Narasumber atau informan kunci dalam penelitian ini yaitu orang atau tokoh
sentral yang dijadikan nara-sumber, yang memiliki kompetensi dan paling mengetahui,
mengerti serta memahami hal-ikhwal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
Sedangkan informan adalah orang-orang yang menjadi bagian komunitas yang diamati,
sehingga dapat dijadikan sumber dan pendukung informasi untuk melengkapi dan sebagai
pembanding terhadap informasi yang diperoleh dari informan kunci.
4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Observasi
Yaitu melakukan pengamatan langsung pada para responden yaitu wisatawan
yang memilih sarana rekreasi budaya di DKI Jakarta.
2. Wawancara
Yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan cara menanyakan secara
langsung pada responden untuk melengkapi data yang diperlukan.
3. Studi Pustaka
Yaitu mencari literature-literatur yang diperlukan yang berupa data dan teori yng
ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.
g. Kerangka Penelitian
Untuk menganalisis Pengaruh Kebudayaan Betawi Dalam Pembangunan Wisata
Budaya Di DKI Jakarta yang meliputi kebudayaan yang ada, tingkat perekonomian,
ekonomi industri di daerah tersebut, serta menentukan faktor manakah yang paling
dominan berpengaruh dalam peningkatan PDRB. Juga untuk mengetahui persepsi
wisatawan dalam melihat betawi sebagai sektor yang menrik dan potensial untuk
dikembangkan.
Untuk mempermudah dalam memahami apa yang menjadi bahan penelitian ini,
dibuatlah suatu kerangka pemikiran yang sederhana seperti berikut :
h. Daftar pustaka
Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2007.
Alwi Shahab, Ciliwung, Venesia Dari Timur, Penerbit Lentera, Jakarta, 2007. Arif
Budi Wurianto, Konstruksi Ketidakseimbangan Pembangunan Dalam Telaah
Kebudayaan
Ekonomi Pembangunan
Ekonomi Industri
Budaya Betawi Sebagai Ekonomi Industri
Peningkatan PDRB dan pengentasan
pengangguranBudaya Betawi Sebagai Ekonomi
Pembangunan
Harmonisasi Suprastruktur Dan Infrastruktur Kebudayaan, Universitas
Muhammadyah, Malang.
Asante, Molefi Kete, Gudykunst, William B, Handbook of International and
Intercultural Communication, Sage Publications, Newbury Park London New Delhi,
1989.
Agus Salim, Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana, Yogyakarta,
2001.
Castles, Lance, The Ethnic Profile of Jakarta, Indonesia Vol.1, Ithaca : Cornell
University, April 1967.
Deddy Mulyana, Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2001.