tugas akhir imun.docx
TRANSCRIPT
SIRKULASI LIMFOSIT
Sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai semester pendek system Imunologi
Disusun oleh:
1. Titis Meyliawati (2012730104)2. Yaumul Robbi Fakhri (2012730109)3. Zainul Fahmi (2012730112)4. Amalia Devi (2012730116)5. Anjar Puspitaningrum (2012730119)
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2013
Kata pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Dan tidak lupa pula Shalawat beriring salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW karena beliau telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini.
Kami ucapkan terima kasih kepada para pengajar, fasilitator dan narasumber atas bimbingan dan ilmu
yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Laporan ini merupakan salah satu
tugas akhir di semester pendek sistem imun . Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari buku-buku text book,
jurnal dan lainnya dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan.
Kami sadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya dan untuk perbaikan lapoaran kedepannya. Demikian yang
dapat kami sampaikan, Insya Allah laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi adik-adik kami selanjutnya.
Jakarta, September 2013
Penyusun
i | P a g e
Daftar isi
Kata pengantar..................................................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................................................ii
Bab I: Pendahuluan..........................................................................................................................1
I.1. Latar belakang masalah.....................................................................................................1
I.2. Rumusan masalah:............................................................................................................1
I.3. Tujuan pembelajaran:........................................................................................................1
I.4. Manfaat.............................................................................................................................2
Bab II: Pembahasan.........................................................................................................................3
II.I. Pembentukan Limfosit Primer..........................................................................................3
II.II. Limfosit B dan T...............................................................................................................3
II.III. Sirkulasi Limfosit..............................................................................................................3
II.IV. Penelitian-penelitian..........................................................................................................5
II.V. Kelainan pada sirkulasi limfosit........................................................................................7
Bab III: Penutup.............................................................................................................................10
III.1. Kesimpulan.......................................................................................................................10
III.2. Saran..................................................................................................................................11
Daftar Pustaka................................................................................................................................12
ii | P a g e
Bab I
Pendahuluan
I.1.Latar belakang masalah
System imun terdiri dari bebeapa beberapa komponen, mulai dari organ-organ limfoid dan
sel-sel imun yang ada didalamnya. ystem ini berjalan apabila sel-sel yang ada mampu bermigrasi
secara baik di dalam tubuh kita.
Sel-sel imun yang ada di dalam tubuh kita salah satunya sel limfosit. Sel limfosit terdiri
dari limfosit T dan sel limfosit B. sel-sel ini akan matang dan berproliferasi apabila terjadi reaksi
imun pada tubuh kita. Masing-masing sel limfosit memiliki fungsi dan peranannya masing-
masing. Ada sel yang khusus mematangkan sel imun lainnya, ada yang fungsinya untuk
memfagosit antigen yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Karena itu kami membuat makalah mengenai sirkulasi sel limfosit untuk mengetahui
sirkulasi sel limfosit dan untuk mengetahui bagaimanan sirkulasi sel limfosit yang baik di dalam
tubuh kita.
Rumusan masalah:
I.2.1. Apa saja sel limfosit yang terdapat dalam system imun?
I.2.2. Organ apa saja yang berperan dalam sirkulasi sel limfosit?
I.2.3. Bagaimana system sirkulasi limfosit dalam tubuh manusia?
I.2.4. Apa saja kelainan yang terjadi dalam sirkulasi limfosit?
Tujuan pembelajaran:
I.3.1. Untuk mengetahui sel limfosit yang terdapat pada system imun
I.3.2. Untuk mengetahui organ apa saja yang berperan dalam system imun
I.3.3. Untuk mengetahui sirkulasi limfosit dalam tubuh manusia
I.3.4. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi dalam sirkulasi limfosit
1 | P a g e
I.2.Manfaat
Mengetahui bagaimana sirkulasi limfosit manusia, baik secara normal maupun secara
abnormal
2 | P a g e
Bab II
Pembahasan
II.I. Pembentukan Limfosit Primer
Pada kehidupan pascanatal, sumsum tulang dan timus adalah organ limfoid primer
tempat berkembangnya limfosit. Organ limfoid sekunder tempat pembentukan respon imun
spesifik adalah kelenjar getah bening, limpa dn jaringan limfoid saluran cerna dan saluran
napas.
II.II. Limfosit B dan T
Respons imun bergantung pada dua jenis limfosit, yaitu sel B dan sel T. pada manusia,
sel B berasal dari sel induk sumsum tulang. Hingga saat ini masih belum jelas apakah sel
tersebut diproses di luar sumsum tulang untuk menjadi limfosit B matur.
Sel T juga awalnya berasal dari sel induk sumsum tulang tetapi bermigrasi ke timus
tempat diferensiasi menjadi sel T matur selama perjalanan dari korteks menuju medulla.
Selama proses ini, sel T yang swareaktif (self-reactive) dibuang (seleksi negative)sedangkan
sel T yang memiliki sedikit spesifisitas terhadap molekul antigen leukosit manusia (Human
leucocyte antigen, HLA) pejamu diseleksi (seleksi positif). Sel helper matur mengekspresikan
CD4 sedangkan sel sitotoksik mengekspresikan CD8. Sel-sel tersebigt juga mengespresikan
salah satu dari dua heterodimer respetor antigen sel T, yaitu αβ (>90%) atau γδ (<10%)
II.III. Sirkulasi Limfosit
Sirkulasi limfosit memerlukan beberapa organ untuk menjalankan system sirkulasinya.
Organ-organ yang berperan antara lain timus, limfonodus, sumsum tulang, dan kelenjar limfe.
Sirkulasi limfosit berawal dari sirkulasi darah. Sirkulasi darah ada dibawah tekanan dan
komponennya ( plasma ) masuk melalui dinding kapiler yang tipis ke jaringan sekitar.Cairan
ini disebut cairan interstitial yang membasahi semua jaringan dan sel.Bila cairan ini tidak
dikembalikan ke sirkulasi dapat terjadi edema,pembengkakan progresif yang dapat
mengancam nyawa.Hal itu tidak terjadi oleh karena cairan dikembalikan ke darah melalui
dinding venul.Jadi sistem tersebut menampung cairan yang keluar dari pembuluh darah dan
3 | P a g e
masuk ke dalam jaringan,dan mengembalikannya ke pembuluh darah.Hal itu memastikan
adanya keseimbangan cairan dalam sistem sirkulasi.Sel limfosit,SD,makrofag dan sel lainnya
juga dapat masuk melalui dinding tipis sel endotel yang longgar dari pembuluh limfe primer
dan masuk ke dalam arus limfe.
Jantung tidak memompa limfe melalui sistem limfatik,tetapi arus perlahan dicapai
dengan tekanan rendah limfe.Pembuluh limfe diperas oleh gerakan otot tubuh dan sejumlah
katup satu arah epanjang pembuluh limfe memastikan arus limfe bergerak ke satu
arah.Antigen asing yang masuk ke dalam jaringan akan ditangkap oleh sel ke dalam jaringan
akan ditangkap oleh sel sistem imun dan dibawa ke berbagai jaringan limfoid regional yang
terorganisasi seperti KGB.Jadi sistem limfatik juga berperan sebagai alat transpor limfosit dan
atigen dari jaringan ikat ke jaringann limfoid yang terorganisasi,tempat limfosit diaktifkan.
Keuntungan dari resirkulasi limfosit ialah bahwa sewaktu terjadi infeksi
nonspesifik,banyak limfosit akan terpajan dengan antigen/kuman.Keuntungan lain dari
resirkulasi limfosit ialah bahwa bila ada organ limfoid misalnya limpa yang defisit limfosit
karena infeksi,radiasi atau trauma,limfosit dari jaringan limfoid lainnya melalui sirkulasi akan
dapat dikerahkan kedalam organ limfoid tersebut dengan mudah.Hanya iradiasi yang
mengenai seluruh tubuh akan dapat menghentikan pertumbuhan sel sistem imun seluruhnya.
Sel T naif ( sel mataang yang belum terpajan dengan atigen dan belum berdiferensisasi )
cenderung meninggalkan sirkulasi darah dan menuju kelenjar getah bening dalam daerah sel
T.SD/APC dari berbagai bagian tubuh yang membawa antigen juga bermigrasi dan masuk ke
dalam kelenjar getah bening dan mempresentasikan antigen ke sel T.Sel T yang diaktifkan
SD/APC tersebut keluar dari kelenjar limfoid dan melalui aliran darah bergerak ke tempat
infeksi dan bekerja sebagai sel efektof. Tidak seperti leukosit,limfosit terus menerus
diresirkulasikan melalui darah dan limfe keberbagai organ limfoid
4 | P a g e
II.IV. Penelitian-penelitian
a. Penelitian tentang tali pusat
Sel induk telah terbukti menjadi sel potensial yang dapat digunakan dalam
pengobatan untuk penyakit banyak1. Dalam dekade terakhir , penggunaan tali pusat sel
induk darah telah melampaui pengobatan untuk penyakit hematologi dan telah terbukti
berpotensi berguna dalam regenerasi jaringan yang terluka . Darah tali pusat telah
menunjukkan properti unik melalui profil imunogenisitas rendah . Properti unik ini
telah membuat sel-sel mononucleated berasal dari UCB untuk menjadi calon potensial
opsi medis untuk yang lebih luas dari penerima dengan pertandingan HLA - parsial .
Dalam jangka waktu risiko dalam transplantasi alogenik , UCBMNC telah dilaporkan
memiliki lebih rendah memperpanjang graft - versus-host disease.18 Pengakuan
allogenic dimediasi melalui komunikasi antara sel donor ke sel penerima melalui
beberapa molekul . Molekul-molekul yang termasuk antigen leukosit manusia ( HLA )
kelas I dan kelas II agar sesuai dengan pengakuan asing vs diri antigen ke CD8 + dan
CD4 + T sel masing-masing. Oleh karena itu , tingkat ekspresi HLA kelas I dan II
akan menentukan hasil dari antigen pengakuan oleh sel T . Molekul HLA
diekspresikan pada permukaan sel biasanya mengandung peptida terikat . Peptida
terikat molekul HLA alogenik mungkin memainkan beberapa peran dalam pengakuan
molekul-molekul ini . HLA kelas I molekul secara hadir di semua sel berinti ,
sedangkan HLA molekul kelas II umumnya diekspresikan pada sel profesional antigen
–presenting.
b. Penelitian mengenai sel limfosit
Interaksi dengan endogen Ags di timus memainkan peran kritis dalam pemilihan
limfosit T . Sel T yang berinteraksi dengan endogen Antigen dengan afinitas tinggi
yang dipilih negatif . thymocytes yang belum matang yang berinteraksi dengan antigen
endogen / MHC kompleks dengan afinitas tertentu yang dipilih untuk matang dan
menjadi CD4 atau CD8 sel T tunggal - positif yang dapat mengenali peptida Ag asing
disajikan oleh self- MHC . Pemilihan ini menggunakan endogen Ag / Kompleks MHC
sangat penting untuk menghasilkan repertoar sel T yang dapat meningkatkan respon 1 Caroline T. Sardjono et.all, “Immunogenicity characterization of mononucleated cells originated from umbillical cord blood”, medical journal
of Indonesia. 2010;19:19
5 | P a g e
kekebalan terhadap antigen asing tanpa menyebabkan respon sel autoimun T untuk
antigen endogen.
c. Penggunaan kortikosteroid pada penyakit tuberkulosis
Kortikosteroid akan meningkatkan jumlah sel netrofil dalam aliran darah oleh
banyak netrofil baru yang dilepas dari sumsum tulang, disamping itu karena
bertambah panjangnya umur netrofil dalam peredaran darah serta sedikitnya akumulasi
netrofil di lokasi radang karena berkurannya perlekatan sel endotel pada vaskuler.
Penggunaan kortikosteroid dapat menginduksi terjadinya limvopenia oleh karena
banyaknya sel-sel limfosit dari peredaran darah menuju ke jaringan limfoid. Dua per
tiga dari jumlah sel-sel limfosit dalam sirkulasi termasuk dalam kelompok limfosit re-
sirkulasi yakni limfosit yang mudah untuk keluar dan masuk ke dalam sirkulasi. Di
luar sirkulasi sel-sel ini berada dalam duktus thoraksikus, limfa, kelenjar limfe, dan
sumsum tulang. Kortikosteroid lebih banyak mempengaruhi limfosit T untuk
bermigrasi ke jaringan limfoid daripada limfosit B. Mekanisme tepat mengenai
pengaruh kortikosteroid pada redistribusi limfosit ini masih belum jelas.
Penggunaan kortikosteroid juga menginduksi terjadinya monositopenia, hal ini
disebabkan oleh mekanisme redistribusi dan berkurangnya akumulasi sel monosit di
tempat radang. Jumlah eosinofil dan basofil juga menurun dengan alasan yang sama
dengan monosit.
Efek kerja kortikosteroid pada sel-sel monosit dan manofag adalah dengan
menurunkan efek endositosis dan kliren RES serta menghambat aktivitas
bakterisidalnya. Kortikosteroid mempengaruhi makrofag dengan cara menghambat
kerja MIF (Migrasi Inhibitory Factor), sehingga makrofag mudah keluar dari jaringan
yang dipengaruhinya, disamping itu kortikosteroid bekerja dengan cara meredam
sintesa dan sekresi INF gamma dan IL1, dimana IL1 lebih dikenal sebagai pirogen
endogen yang bertanggungjawab terhadap kenaikan suhu tubuh, sehingga
kortikosteroid mampu menurunkan suhu tubuh.
Kortikosteroid memberi efek stabilisasi terhadap membran lisosom yang dapat
mencegah pelepasan enzim-enzim hidralase, sehingga daat mengurangi kerusakan
6 | P a g e
jaringan. Kortikosteroid juga menekan perluasan CMI (Cell Mediated Imune) dengan
cara menghambat respirasi gen IL2 dalam sel-sel T dan menghalangi interaksi IL2
dengan reseptornya didalam sel T.
Kortikosteroid mempunyai kemanpuan mencegah atau menekan berkembangnya
manifestasi inflamasi dan juga mempunyai nilai yang tinggi pada pengobatan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan reaksi imun , baik kondisi yang
berhubungan dengan imnunitas humoral maupun seluler2.
II.V. Kelainan pada sirkulasi limfosit
a. Tuberculosis
Kuman tuberkulosa yang terkumpul dalam alveoli atau bronchioli terminalis
jaringan paru membentuk proses keradangan yang dinamakan fokus primer (Ghon
fokus), selanjutnya proses meluas ke kelenjar getah bening regional, sehingga
terbentuklah komplek primer.
Pada awal kejadian infeksi tuberkulosa adalah setelah kuman terutama di alveoli
akan segera diikuti oleh reaksi keradangan yang tersusun dari sel-sel darah putih terutama
sel PMN, tapi peristiwa ini hanya berjalan singkat karena kemanpuan “fagositosis” PMN
tidak memadai untuk kuman M.TB, meskipun makrofag mengambil alih tugas sel PMN,
aqkibatnya terjadi peristiwa infiltrasi sel-sel makrofag ke dalam sel, sehingga bayak sel-
sel makrofag yang didapatkan pada lesi keradangan, dimana secara patologi anatomi akan
menunjukkan gambaran radang akut dan kronis.
Pada tahap selanjutnya kuman M.TB. difagosit oleh makrofag
jaringan dan pada saat inilah dimulai perjuangan mempertahankan hidup bagi kuman M.
TB. Kuman ynag berada pada sel jaringan pelan-pelan dihancurkan secara proses
biokimia (oksidasi dan Enzimatik). Dalam peristiwa ini lesi dapat sembuh sempurn atau
sebaliknya bahwa kuman bertahan dan memperbanyak diri dalam makrofak.
2 Muzaijadah Retno Arimbi. PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA TUBERKULOSA. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 2007:4
7 | P a g e
Pada umum perkenalan imun (imun recognition) pada tuberkulosa serupa dengan
penyakit infeksi lainnya, yaitu APC (Anti Presenting Cell) akan memproses antigen
untuk disajikan pada T limfosit. Makrofag yang teraktifasi akan mengeluarkan IL1
(Interleukin 1) dan TNF (Tumor Necrotizing Factor). Dibawah pengaruh IL1, resting T
menjadi T yang teraktifasi selanjutnya akan mensekresi sitoksin, antra lain IFN
(Interferon) gama dan IL2 melalui IL6 dan bersama MIF (Migration Inhibitory Factor)
dapat memperkuat sel mediator respon INF gamma dapat mengaktifkan makrofag dengan
menginduksi enzim pada mikrofag yang dapat merubah vitamin D3 menjadi calcitriol
yang aktif, sehingga makrofag menjadi peka terhadap rangsang lipoarabinomanan untuk
membebaskan TNF . TNF ini dalam keadaan normal bersifat protektif, karena dapat
mengaktifkan sel fagosit dan membantu pembentukan granuloma.,namun apabila bila
kadar TNF berlebihan mengakibatkan meluasnya proses tuberkulosa dan terjadilah
kaheksia.
Daya tahan “host” terhadap kuman M.TB. terutama terletak pada makrofak,
sehingga bila daya tahan “host” tidak baik, maka akan menimbulkan mekanisme atau
respon hipersentivity (imunitas) seluler yang terbentuk dalam kurun waktu 4 – 6 minggu
setelah terinfeksi kuman M. TB.
b. HIV-AIDS
Pada penyakit ini, virus HIV akan menyerang sel CD4+ sehingga kadar sel CD4+
pasien menjadi berkurang drastic. Pengurangan sel ini disebabkan adanya factor negatif
HIV-1.3
Selain untuk memroses pematangan virus HIV, factor negative HIV 1 juga dapat
menyerang sel CD4+. HIV - 1 nef mengganggu perjalanan CD4 + limfosit T in vivo dan
secara khusus mengganggu jalur balik mereka ke kelenjar getah bening pada langkah
transmigrasi dari HEV ke kelenjar getah bening parenkim . Pendekatan ini
mengungkapkan ampuh blok Nef yang termediasi ke jalur balik T - limfosit yang
dominan dicantumkan pada langkah diapedesis , dengan nef menyebabkan pengurangan
3 Bettina Stolp et.all. HIV-1 Nef interferes with T-lymphocyte circulation through confined environments in vivo. Department of Infectious Diseases-Virology, University Hospital Heidelberg. 2010:7
8 | P a g e
tambahan tapi kurang dikeluarkan dalam motilitas interstitial limfosit T yang telah
berhasil memasuki kelenjar getah bening parenkim . Secara signifikan penghambatan
kelenjar getah bening diamati dengan F195A Nef mutan menunjukkan bahwa blok ini
kritis melibatkan penghambatan Nef - dimediasi renovasi aktin melalui fosforilasi cofilin
PAK2 - dependen. Mekanisme tambahan renovasi independen aktin jelas terlibat dalam
penurunan T - limfosit ke kelenjar getah bening dan mungkin termasuk pengurangan
sedikit paparan sel - permukaan homing reseptor CD62L dan CCR7 diamati di hadapan
WT dan F195A protein nef ( Gambar . S2B ) . Karena Nef juga menghambat kemotaksis
T - limfosit terhadap sphingosine - 1 -fosfat ( S1P ) , sebuah kemoatraktan kunci yang
terlibat dalam keluar limfosit dari kelenjar getah bening (Gambar S8C ) , protein virus
mungkin juga mempengaruhi jalan keluar dari sel limfosit T yang terinfeksi dari kelenjar
getah bening . Efek ini dapat meningkatkan kepadatan sel yang terinfeksi di dalam
kelenjar getah bening dan dengan demikian memfasilitasi penyebaran virus dengan
meningkatkan probabilitas untuk transmisi virus dari sel ke sel.
9 | P a g e
Bab III
Penutup
III.1. Kesimpulan
Di dalam tubuh manusia terdapat 2 jenis sel limfosit, yaitu sel limfosit T dan sel limfosit
B. sel limfosit B termasuk ke dalam system imun spesifik humoral. Sel B yang dirangsang
oleh benda asing akan berproliferasi, berdifferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma
yang memproduksi antibody. Fungsi utama antibody yaitu sebagai system pertahanan
terhadap infeksi ekstraseluler, virus dan bakteri serta menetralkan toksinnya. Sel limfosit T
merupakan system imun spesifik selular. Bisanya sel ini dibentuk di sumsum tulang dn timus.
Fungsi system selular adalah pertahanan terhadap bakteri intraselular, virus, jamur, parasite
dan keganasan.
Sirkulasi limfosit memerlukan beberapa organ untuk menjalankan sistem sirkulasinya.
Organ-organ yang berperan antara lain timus, limfonodus, sumsum tulang, dan kelenjar limfe.
Sirkulasi limfosit berawal dari sirkulasi darah. Sirkulasi darah ada dibawah tekanan dan
komponennya ( plasma ) masuk melalui dinding kapiler yang tipis ke jaringan sekitar.
Penelitian pada tali pusat yang menghasilkan bukti bahwa sel induk menjadi sel
potensial yang dapat digunakan dalam pengobatan untuk penyakit banyak. Darah tali pusat
telah menunjukkan properti unik melalui profil imunogenisitas rendah . adapula penelitian
mengenai sel limfosit interaksi dengan endogen Ags di timus memainkan yang peran kritis
dalam pemilihan limfosit T . Sel T yang berinteraksi dengan endogen Antigen dengan afinitas
tinggi yang dipilih negatif . Penggunaan kortikosteroid dapat menginduksi terjadinya
limvopenia oleh karena banyaknya sel-sel limfosit dari peredaran darah menuju ke jaringan
limfoid.
Kelainan pada sirkulasi limfosit bisa terjaadi aabila kita terkena suatu penyakit.
Contohny adalah tuberculosis parudan HIV-AIDS. Pada penyakit ini memang tidak terlihat
kelainan sirkulasi limfosit. Jika terjadi infeksi bakteri tuberculosis, maka tubuh akan
mengeluarkan banyak sel limfosit yang berguna untuk mengancurkan bakteri tersebut. Jika
10 | P a g e
terjadi penurunan system iimun maka bakteri tuberculosis bisa menyerang pasien dan
penyakit tuberculosis akan kambuh kembali. Adapula kelainan pada limfosit yaitu pada
penyakit HIV-AIDS. Virus HIV akan menyerang sel CD4+ sehingga kadar sel CD4+ pasien
menjadi berkurang drastis. Pengurangan sel ini disebabkan adanya factor negatif HIV-1.
III.2. Saran
Menurut kami, system sirkulasi limfosit yng baik sangatlah penting bagi tubuh manusia.
Sistem sirkulasi yang lancar dapat membuat tubuh siap melawan antigen kapanpun. Karena
itu kita harus menjaga kesehatan kita agar sirkulasi limfosit tetap lancar. Jika terjadi
perubahan terhadap salah satu limfosit maka kita harus mencurigai pasien terkena penyakit
infeksius yang dapat merugikan pasien dan orang lain yang ada disekitar pasien.
11 | P a g e
Daftar Pustaka
AK, Abbas. 1991.Cellular and molecular immunology. Philadelphia: Saunders
IM, Roit. 1988. Essential imunnology. London: Blackwell
Baratawidjaya, Karnen Garna; Iris, Rengganis. 2012. Imunologi Dasar Edisi
ke-8. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
-----. 2005. Kapita selekta hematologi edisi 4. Jakarta: EGC
Bettina Stolp et.all. 2010. HIV-1 Nef interferes with T-lymphocyte circulation through
confined environments in vivo. Department of Infectious Diseases-Virology, University
Hospital Heidelberg
Michio Tomura et.all. 2010. Naive CD4+ T Lymphocytes Circulate through Lymphoid
Organs To Interact with Endogenous Antigens and Upregulate Their Function. The
journal of immunology.
Caroline T. Surjono, et.all. 2010. Immunogenicity characterization of mononucleated cells
originated from umbillical cord blood. Medical journal of indonesia
12 | P a g e