tugas akhir - identifikasi caplak sapi dengan metode slide
DESCRIPTION
berisi tentang cara identifikasi caplak dengan metode slideTRANSCRIPT
IDENTIFIKASI DAN PREPARASI CAPLAK SAPI
DENGAN METODE SLIDE
TUGAS AKHIR
NOOR IRSAN
10/307643/DKH/01688
PROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN HEWAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
i
IDENTIFIKASI DAN PREPARASI CAPLAK SAPI
DENGAN METODE SLIDE
Tugas Akhir
Guna memenuhi sebagian syarat yang diperlukan
Untuk memperoleh sebutan
AHLI MADYA KESEHATAN HEWAN
Disusun Oleh :
NOOR IRSAN
10/307643/DKH/01688
PROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN HEWAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ii
PENGESAHAN
Telah dipertanggungjawabkan di hadapan dosen penguji
Pada tanggal 25 Juni 2013 dan diterima
Guna memenuhi sebagian syarat yang diperlukan
Untuk memperoleh sebutan
AHLI MADYA KESEHATAN HEWAN
Pada
NOOR IRSAN
10/307643/01688/DKH
PROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN HEWAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
Dosen pembimbing / penguji
Tanda tangan
1. drh. Ana Sahara, MSi .........................
2. Prof. Dr. drh. Pudji Astuti, MP .........................
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH S.W.T atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga sampai saat ini terus diberikan kemudahan dan
kelancaran untuk menyelesaikan tugas ini yang merupakan tugas wajib guna
memenuhi sebagian syarat untuk memenuhi sebutan Ahli Madya Kesehatan
Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Judul dari Tugas Akhir ini adalah
Identifikasi dan Preparasi Caplak Sapi dengan Metode Slide.
Selanjutnya hingga tersusunnya tugas akhir ini, penyusun banyak
memperoleh bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu
tidak berlebihan apabila penyusun mengucapkan terimakasih kepada
1. Kedua orang tua yang tiada hentinya selalu mendukung, membimbing
dan memberi doa restu untuk kesuksesan ananda.
2. drh. Ana Sahara, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan tugas akhir
ini.
3. Dr. drh. Puji Astuti, MP yang telah berkenan menjadi dosen penguji
dan memberi masukan demi kesempurnaan penulisan tugas akhir ini.
4. Prof. Dr. Drh. Ida Tjahajati, MP, selaku kepala Pengelola Program
Studi Diploma III yang telah membantu selama pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan.
iv
5. Pimpinan dan staff karyawan Bagian Parasitologi Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada atas kesediannya dalam
menyediakan fasilitas bagi penulis.
6. Teman-teman yang selalu membantu dan mendukung penulis
sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini.
7. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu segala kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
penulis khususnya.
Yogyakarta, Juni 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
INTISARI ................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................. viii
1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 2
1.3 Manfaat .......................................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Boophilus microplus ............................ 5
2.2 Siklus Hidup ................................................................................... 6
2.3 Gejala Klinis dan Dampak Umum Akibat Terkena Caplak ........... 8
2.4 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ........................................ 9
3. MATERI DAN METODE ................................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................. 10
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 10
3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 11
3.3.1 Pengambilan Sampel ................................................. 11
3.3.2 Pembuatan Slide Preparat ......................................... 11
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 12
5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 16
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 16
5.2 Saran ......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17
LAMPIRAN ............................................................................................... 18
vi
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Caplak Boophilus microplus .......................................................... 4
2 Siklus Hidup Boophilus ................................................................. 7
3 Investasi caplak daerah leher (kiri) dan ambing (kanan) ............... 12
4 Contoh kandang sapi dengan pemeliharaan tradisional ................. 13
5 A. Lekuk anal mengelilingi anus disebalah posterior
dengan lekuk anal memudar, B. Palpus pendek,
C. Hypostoma pendek, D. Feston tidak ada ................................... 14
6 Larva caplak dengan asam laktat (perbesaran 10x) ....................... 15
7 Larva caplak dengan KOH 10% (perbesaran 10x) ........................ 15
vii
INTISARI
IDENTIFIKASI DAN PREPARASI CAPLAK SAPI
DENGAN METODE SLIDE
NOOR IRSAN
10/307643/01688/DKH
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi caplak, sekaligus mengenal
cara pembuatan preparat slide dengan menggunakan asam laktat dan KOH 10%
yang bertujuan agar lapisan khitine menipis. Pengambilan caplak dilakukan secara
manual menggunakan pinset dan disimpan dalam tabung yang berisi kapas basah
dan ditunggu sampai bertelur hingga menjadi larva dan dibuat preparat slide.
Pembuatan preparat slide menggunakan alkohol bertingkat dan direndam dalam
minyak cengkeh. Caplak diidentifikasi secara mikroskopik menggunakan
mikroskop binokuler dengan perbesaran 40x, meliputi bentuk palpus, hypostoma,
feston dan lekuk anal. Larva caplak mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh seperti
segitiga dengan bagian posterior sedikit membulat. Lekuk anal mengelilingi anus
disebalah posterior dengan lekuk anal memudar, Hypostoma dan Palpus pendek,
Feston tidak ada, jumlah kaki 3 pasang dan koksa I dan II “bifid”. Berdasarkan
identifikasi dapat disimpulkan bahwa caplak termasuk dalam genus Boophilus.
Perbedaan preparasi menggunakan asam laktat dan KOH 10%, dengan
menggunakan asam laktat lebih gelap dari pada yang menggunakan KOH 10%.
viii
ABSTRACT
IDENTIFICATION AND PREPARATION OF TICKS IN CATTLE
WITH SLIDE METHOD
NOOR IRSAN
10/307643/01688/DKH
This research aims to identify the ticks, at once was to know introduced
making preparation used with lactic acid and KOH 10% . The ticks sample taken
manually using tweezers and stored in a tube to lay their eggs to be larva and
making slides preparat. Making slides preparation using multilevel alcohol and
soaked in the clove oil. Tick identified microscopically using a binocular
microscope with a magnification of 40x includes palpus, hypostome, feston, and
anal groove. Larva tick has characteristics body shape like triangle with the
posterior rounded. Anal groove around the anus posterior side with anal groove
fading, Hypostoma and Palpus short, Feston absent, the number of three pairs of
legs and coxa I-II bifid. Based on the results of the microscopic identification can
be concluded that ticks included in the genus Boophilus. Difference preparat the
used of lactic acid is darker than on the used of KOH 10%.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan gizi terutama yang berasal dari komoditas
ternak, selalu meningkat. Hal ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya
permintaan produk-produk peternakan. Pola konsumsi masyarakat akan berubah
seiring dengan berubahnya ekonomi masyarakat. Semakin baik pendapatan
masyarakat, semakin meningkat permintaan. Permintaan produk peternakan yang
berkualitas baik menjadi tuntutan utama.
Salah satu hasil peternakan yang menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia
adalah daging sapi. Kualitas daging yang bagus pastinya berasal dari manajemen
peternakan yang baik. Dari sanitasi, pencegahan dan pengendalian penyakit yang
dapat merugikan peternakan, sehingga menurunkan kualitas ternak itu sendiri,
sebelum dipotong maupun sesudah dipotong untuk diambil karkasnya.
Ada banyak hal yang dapat merugikan peternak, salah satu dari sekian
banyak penyebab itu sendiri adalah infestasi ektoparasit yang tinggal di
luar/permukaan tubuh induk semang. Ektoparasit yang sering dijumpai antara lain
caplak, kutu, tungau dan pinjal. Caplak merupakan satu di antara ektoparasit yang
berperan cukup besar sebagai vektor penular berbagai penyakit yang disebabkan
oleh virus, bakteri, rickettsia, protozoa dan lain–lain (Levine 1994). Salah satu
caplak yang sering ditemui dan mampu menurunkan kualitas maupun kuantitas,
yaitu adanya infestasi caplak. Akibat dari serangan caplak, sapi mendapat banyak
2
gangguan. Gangguan yang paling ringan berupa rasa gatal pada kulit yang
menyebabkan sapi terus menggosok-gosok badanya sehingga dapat menimbulkan
luka pada kulit. Serangan caplak dalam jumlah banyak dapat menyebabkan sapi
menderita anemia, sehingga produksi daging ataupun susu akan terganggu. Lebih
parah lagi caplak sapi juga menyebarkan penyakit protozoa pada induk
semangnya seperti Babesia bigemina (Subronto, 2008).
Upaya penanggulangan caplak Boophilus microplus yang paling populer
dan paling mudah dilakukan adalah dengan sanitasi lingkungan dan penggunaan
bahan kimiawi (akarisida). Hal ini dikarenakan biaya yang diperlukan tidak terlalu
banyak dan aplikasinya yang cukup mudah. Sebenarnya pencabutan caplak satu-
persatu secara manual juga sering dilakukan, namun hal ini dirasa kurang efektif
karena tidak cukup efektif dan efisien apalagi bila infestasi caplak cukup banyak.
1.2 Tujuan
Sebagai media pembelajaran cara pembuatan slide preparat yang baik dan
untuk mengidentifikasi caplak pada sapi di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan
Selatan dalam rangka upaya meningkatkan wawasan dan pengalaman tentang
penanganan dan pengendalian caplak.
1.3 Manfaat
Mengerti cara pembuatan slide preparat dan mendapatkan informasi
mengenai jenis caplak yang ada di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Caplak pada galibnya tungau raksasa. Mereka membentuk sub ordo
Ixodorina. Yang dewasa dan nimfa memiliki sepasang stigmata disebelah
posterior atau lateral koksa. Hipostoma mengandung gigi yang melengkung ke
belakang. Terdapat organ haller. Sub ordo tersebut dibagi menjadi dua familia
atas dasar ada atau tidaknya skutum (perisai) pada punggung. Pada familia
Argasidae (Argas, Ornithodoros, Otobius) tidak ada skutum pada stadium yang
manapun. Familia ini terdapat kira-kira 85 jenis.
Pada familia Ixodidae, yang terdiri dari semua caplak lainnya, terdapat
skutum pada semua stadium. Caplak ini merupakan caplak sejati. Terdapat kira-
kira 11 genus yang mempunyai arti penting bagi kedokteran hewan. Semua
stadium menempel pada hewan dan menghisap darah. Ada caplak berinduk
semang satu, dua dan tiga, tergantung dari berapa kali mereka jatuh di tanah dan
mencari induk semang baru untuk menyilih. Larva, nimfa dan dewasa dari caplak
berinduk semang satu semuanya terdapat pada hewan yang sama, sedangkan dari
caplak berinduk semang tiga terdapat pada hewan yang berbeda (yang kadang-
kadang dari jenis yang sama), dan dari caplak yang berinduk semang dua terdapat
diantara kedua caplak terdahulu (Levine, 1994).
Caplak Boophilus microplus (Gambar 1) yang terdapat luas di berbagai
negara dapat menjadi vektor penyakit babesiosis, anaplasmosis. Bahkan di Bali
Boophilus juga pernah di duga bertindak sebagai vektor penyakit Jembrana.
4
(Subronto, 2008). Caplak sapi adalah jenis caplak berkulit keras yang dianggap
paling penting dalam dunia pertenakan sapi. Karena telah mendatangkan kerugian
yang sangat besar bagi peternakan sapi.
Gambar 1. Caplak Boophilus microplus
Sumber : Anonim, 1997
Dalam keadaan tidak menghisap darah caplak ini berukuran hanya sebesar
biji mentimun dan berwarna coklat. Alat penghisap terletak di ujung yang
berfungsi untuk menempel dan menghisap darah. Caplak sapi betina dapat
mengembang 10-12 kali dari ukuran aslinya sesudah menghisap darah. Caplak
sapi terkenal sebagai caplak satu induk yang berarti larva, nimfa, dapat di jumpai
pada satu induk semang. Setelah kenyang menghisap darah akan menjatuhkan diri
dari induk semang untuk bertelur. Telurnya sejumlah 3000-5000 butir yang di
keluarkan sedikit demi sedikit setiap harinya. Dalam keadaan kelembaban tinggi
dan suhu yang memadai telur akan menetas dalam waktu sekitar 14 hari. Larva
yang berkaki 3 pasang segera naik ke daun-daun rumput untuk menunggu
kesempatan menempel pada induk semang. Bila tidak cepat mendapat induk
semang yang baru larva dapat menahan lapar untuk berminggu-minggu bahkan
5
sampai berbulan-bulan. Setelah berhasil mendapatkan induk semang dan
menghisap darahnya, larva akan melepaskan diri dari induk semang untuk
berganti kulit menjadi nimfa. Proses ini di ulangi lagi oleh nimfa untuk menjadi
dewasa (Anonim, 2009).
Perbedaan caplak keras dan caplak lunak : Caplak keras mempunyai
skutum, gnatosoma ada di tepi anterior dari idiosoma
Caplak lunak : tidak punya skutum, gnatosoma di bagian ventro anterior (Cable,
1976). Perbedaan caplak jantan dan betina ; caplak jantan skutum menutupi
seluruh bagian dorsal dan caplak betina skutum hanya menutupi sebagian kecil di
belakang gnatosoma.
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Boophilus microplus
Menurut Canestrini, 1887 dalam Lapage, 1962. Caplak sapi (Boophilus
microplus) diklasifikasikan sebagai berikut : kingdom Animalia, filum Arthropoda,
kelas Arachnida, sub kelas Acari, ordo Ixodida, sub ordo Parasitiformes, super
famili Ixodoidea, famili Ixodidae, genus Boophilus, spesies Boophilus microplus.
Palpus Maksilaris dan Hipostomanya pendek, gepeng bagian dorsal dan
lateralnya bergigi, Basis Kapituli bersegi enam disebelah dorsal. Skutum tidak
berornamen dan sangat kecil pada yang betina. Mata ada, Koksa kaki ke-1 tidak
memiliki taji panjang, pasangan Kaki ke-4 besarnya normal, spirakel bundar atau
oval, caplak jantan berukuran kecil, memiliki Perisai Adanal dan Perisai
Tambahan, Lengkung anal tidak ada pada caplak betina, ada pada caplak jantan
mengelilingi anus disebelah posterior. Feston tidak ada dan kadang-kadang
ditemukan penonjolan caudal (Whitlock, 1960).
6
2.2 Siklus Hidup
Daur hidupnya diawali dari bentuk telur yang diletakkan induknya di
tanah. Caplak dewasa setelah kawin akan menghisap darah sampai kenyang, lalu
jatuh ke tanah dan disinilah akan bertelur. Larva yang baru menetas segera akan
mencari inangnya dengan pertolongan benda-benda sekitarnya serta bantuan
olfaktoriusnya. Setelah mendapatkan inangnya, ia akan menghisap darah inang
darah hingga kenyang (enggorged) lalu akan jatuh ke tanah atau tetap tinggal pada
tubuh inang tersebut dan segera menyilih (molting) menjadi nimfa. Nimfa
menghisap darah kembali, setelah kenyang akan jatuh ke tanah dan molting
menjadi capak dewasa. Satu siklus daur hidup berkisar antara 6 minggu sampai
tiga tahun. Yang dewasa dapat bertelur sekitar 100-18.000 butir/caplak. Caplak
sangat tahan terhadap perubahan fisik misalnya terendam air, kekeringan atau
ketidakadaan makanan dalam waktu berbulan-bulan. Berdasarkan jumlah inang
yang diperlukan caplak dalam melengkapi satu siklus daur hidupnya dikenal
istilah caplak berumah satu, berumah dua dan berumah tiga (Levine 1994).
Caplak berumah satu yaitu semua stadiumnya (larva, nimfa dan dewasa)
tinggal dalam satu inang yang sama, begitu pula proses pergantian kulit (molting)
dan perkawinan. Setelah caplak dewasa kenyang darah barulah ia menjatuhkan
diri dan bertelur di tanah, menetas menjadi larva dan menunggu inangnya dipucuk
daun atau rumput. contohnya caplak sapi Boophilus microplus.
Caplak berumah dua yaitu larva dan nimfa tinggal dalam satu inang sedangkan
dewasa tinggal dalam inang yang lain, jadi dalam melengkapi siklus hidupnya
caplak memerlukan dua inang. Contohnya Haemaphysalis dan Hyalomma. Caplak
7
berumah tiga yaitu setiap stadium larva, nimfa, dan dewasa masing-masing
memerlukan inang yang berbeda. Larva berada pada inang pertama sampai
kenyang menghisap darah, setelah jatuh dan berganti kulit menjadi nimfa segera
mencari inang kedua. Nimfa yang kenyang akan menjatuhkan diri dan
berkembang menjadi caplak dewasa. Caplak dewasa makan dan kawin pada inang
ketiga. Contohnya Amblyomma (Hadi dan Soviana, 2000).
Gambar 2. Siklus hidup Boophilus
(1) Telur menetas menjadi larva, (2) Larva menempel pada inang dan mengisap
darah sampai jenuh dan menyilih menjadi nimfa, (3) Nimfa mengisap darah
sampai jenuh minyilih menjadi caplak dewasa, (4) Caplak dewasa kawin, (5)
Caplak betina jenuh darah jatuh ke tanah dan bertelur (Hall, 1985 dalam Aryani,
1994)
8
2.3 Gejala Kllinis dan Dampak Umum Akibat Terkena Caplak
Caplak berperan dalam penularan dan pemindahan berbagai penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, dan rickettsia; beberapa diantaranya
bersifat zoonosis. Penyakit yang dapat ditularkan oleh caplak pada sapi antara lain
anaplasmosis, babesiosis, theileriosis, ensefalitis, ehrlichiosis, dan lain-lain.
Penyakit babesiosis yang ditularkan berbagai caplak dapat menyebabkan kematian
80-90% sapi dewasa yang tidak diobati dan 10-15% ternak muda umur satu
sampai dua tahun. Babesia memakan sel eritrosit sehingga menyebabkan anemia
hemolitika. Babesia bigemina menghasilkan enzim kallikrein yang meningkatkan
permeabilitas dinding sel sehingga menyebabkan pembendungan dan shock.
Kerugian lain yang timbul akibat penyakit ini adalah penurunan berat badan,
penurunan produksi susu.
Perubahan patologik klinik oleh ektoparasit caplak pada umumnya
disebabkan oleh aktifitas mekanis dan atau efek toksik yang dihasilkan oleh
parasit tersebut. Selain menyebabkan luka gigitan , parasit tersebut juga
menghisap darah, hingga pada saat bersamaan dapat memindahkan agen penyakit
ternak, baik virus, kuman, nematoda atau protozoa. Secara mekanis gigitan parasit
akan diikuti oleh rasa nyeri, menimbulkan iritasi dan rasa gatal, dan untuk
mengurangi rasa tersebut penderita mencoba menggigit, menggaruk, atau
menggosok-gosokkan bagian yang sakit ke obyek-obyek keras, yang akibat
selanjutnya menimbulkan kerusakan kulit atau rambut. Terjadinya luka abrasif
(gesekan) menyebabkan infeksi sekunder oleh kuman, hingga terjadi radang
infeksi. (Subronto, 2008)
9
2.4 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pengendalian biasanya menggunakan bahan kimia dengan tepat, bisa di
aplikasikan dengan cara pencelupan dan penyemprotan. Meskipun banyak bahan
kimia yang berguna untuk ini, beberapa bahan kimia dapat meninggalkan residu
yang tidak diinginkan dalam daging atau susu. Untuk pengendalian caplak dapat
menggunakan akarisida pada daerah pagar tanaman, alur berumput, dan padang
rumput kecil (Galloway, 1974).
10
BAB 3
MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Sampel caplak diambil dari salah satu peternak tradisional di Kabupaten
Tanah Laut, Kalimantan Selatan pada tanggal 23 April 2013 dan sampel
dimasukkan ke dalam tabung plastik yang berisi kapas basah, dipisahkan menurut
besar kecilnya. Selanjutnya dikirim melalui jasa kurir ke Jogjakarta. Preparasi
dilakukan di laboratorium parasitologi, FKH-UGM.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk mengkoleksi caplak di lapangan adalah tabung
plastik dan pinset, sedangkan pada waktu pembuatan slide preparat peralatan
yang digunakan adalah object glass, cover glass, dan mikroskop. Pembuatan slide
preparat digunakan asam laktat dan KOH 10%, aquades, alkohol 70%, alkohol
85%, alkohol 95%, minyak cengkeh, entelan, dan xylol.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mencabut caplak pada
beberapa regio tubuh sapi menggunakan pinset, kemudian dimasukkan ke dalam
tabung plastik yang berisi kapas basah.
11
3.3.2 Pembuatan Slide Preparat
Menyiapkan tempat yang berisi asam laktat dan KOH 10% dan caplak
dimasukkan ke dalam tempat tersebut. Perlakuan ini bertujuan agar lapisan khitine
caplak menipis. Perendaman caplak dalam larutan asam laktat dan KOH 10%
berlangsung selama 24 jam.
Setelah selesai, caplak lalu dibilas dengan air sampai bersih sebanyak
empat kali. Jika dibandingkan abdomen menggembung maka bagian tersebut
ditusuk dengan jarum atau ditekan perlahan supaya isi abdomen dapat
dikeluarkan.
Selanjutnya dilakukan dehidrasi secara bertahap dengan alkohol 70%,
80%, dan 95%. Dalam fase dehidratasi dibutuhkan waktu sekitar 10 menit tiap
fasenya. Setelah itu clearing dapat dilakukan dengan merendam caplak selama
15-30 menit di dalam minyak cengkeh. Kemudian caplak dicuci dengan larutan
xylol. Pencucian pertama kali terlihat berkabut, oleh karena itu larutan xylol
dibuang lalu diganti dengan larutan baru. Spesimen yang telah bersih tersebut
kemudian disimpan dalam object glass yang telah ditetesi medium entelant dan
ditutup dengan cover glass (Hadi dan Soviana, 2000).
12
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Caplak diambil dari salah satu peternak dengan nama Bapak Denan yang
berada di Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Jumlah sapi yang dimiliki 5 ekor dengan ras sapi Bali, caplak yang diambil 7-15
caplak per sapi. Di ambil dari beberapa bagian tubuh, seperti sekitaran ambing,
leher, paha dan perut. Di dapat beberapa caplak dan dimasukkan ke dalam wadah
yang telah disediakan yang selanjutnya di kirim ke Jogjakarta. Caplak betina lebih
besar dari pada caplak jantan, dikarenakan pada caplak jantan memiliki skutum
yang melindungi sebagian besar permukaan dorsal dan hanya melindungi bagian
kecil didaerah kepala stadium larva, nimfa dan dewasa betina.
.
Gambar 3. Investasi caplak daerah leher (kiri) dan ambing (kanan)
Sanitasi kandang bisa dilakukan sebagai langkah awal pencegahan,
dilakukan dengan cara pembersihan kandang setiap hari dengan menggunakan
desinfektan. Hal ini dimaksudkan untuk membersihkan telur, larva, dan nimfa
caplak yang ada di kandang. Untuk keberhasilan, hewan juga membutuhkan
13
kondisi tubuh yang sehat, dengan rutin memandikannya dan fisik yang sehat
didapat dari makanan yang mengandung nutrisi tinggi.
Letak kandang berada di belakang rumah dengan keadaan umum kandang
yang sederhana dan cara pemeliharaan tradisional. Kandang kotor dan nampak
tidak terawat, kondisi lingkungan sekitar panas dan lembab. Melihat dari kondisi
lingkungan sangat memungkinkan adanya infestasi caplak, ditambah manajemen
perawatan yang kurang baik dan perkandangan yang pastinya harus diperbaiki.
Gambar 4. Contoh kandang sapi dengan pemeliharaan tradisional
Pengendalian dengan bahan kimia yang tepat, bisa di aplikasikan dengan
cara pencelupan dan penyemprotan. Meskipun banyak bahan kimia yang berguna
untuk ini, beberapa bahan kimia dapat meninggalkan residu yang tidak diinginkan
dalam daging atau susu. Untuk pengendalian caplak dapat menggunakan akarisida
pada daerah pagar tanaman, alur berumput, dan padang rumput kecil (Galloway,
1974).
Tujuan pengobatan adalah untuk mengeliminasi caplak dewasa dari tubuh
inang, dalam hal ini sapi. Sedangkan tujuan pengendalian adalah untuk memutus
siklus hidup caplak serta mematikan caplak pra dewasa dan caplak dewasa yang
14
ada di sekitar lingkungan inang. Pendekatan pengendalian caplak yang terbaik
adalah dengan menggabungkan tindakan sanitasi, fisik, dan kimia.
Selanjutnya caplak diproses menjadi slide preparat, dalam hal ini yang
diproses menjadi slide preparat adalah larva caplak. Ada beberapa kendala dalam
pembuatan slide preparat antara lain pembuatan yang memang harus dilakukan
dengan teliti, karena bentuk yang sangat kecil sehingga tubuh caplak mudah
rusak, memposisikan caplak haruslah hati-hati dan pemberian entelant yang
banyak dapat menimbulkan gelembung-gelembung udara.
Selanjutnya identifikasi menggunakan kunci identifikasi Famili Ixodidae,
menurut Soulsby (1982). Bentuk tubuh seperti segitiga dengan bagian posterior
sedikit membulat. Lekuk anal mengelilingi anus disebalah posterior dengan lekuk
anal memudar, Hypostoma dan Palpus pendek, Feston tidak ada (Gambar 7) dan
Skutum tidak berornamen, koksa kaki ke-1 bergabung (bifid), caplak jantan
memiliki sepasang adanal dan perisai tambahan, pada bagian belakang ditemukan
penonjolan dan koksa kaki ke-4 biasa (terlihat pada caplak dewasa).
Gambar 7. A. Lekuk anal mengelilingi anus disebalah posterior dengan lekuk anal
memudar, B. Palpus pendek, C. Hypostoma pendek, D. Feston tidak ada
15
Berdasarkan hasil identifikasi, caplak tersebut mempunyai ciri-ciri yang
sama dengan kunci identifikasi menurut soulsby (1982) dengan genus Boophilus.
Gambar 5. Larva caplak dengan KOH 10% (perbesaran 10x)
Gambar 6. Larva caplak dengan asam laktat (perbesaran 10x)
Larva caplak secara mikroskopis pada gambar 5, dengan menggunakan
KOH 10% dan gambar 6, dengan menggunakan asam laktat. Pada slide preparat
yang menggunakan asam laktat lebih gelap dari pada yang menggunakan KOH
10%. Asam laktat bersifat menyerap air dan larut dalam alkohol, sehingga
berpengaruh dalam proses preparasi, sedangkan KOH tidak, sehingga ketika
proses perendaman dengan minyak cengkeh penyerapan masing-masing sampel
beda dan menghasilkan warna yang lebih terang dengan menggunakan KOH 10%
dan lebih gelap dengan asam laktat.
16
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi caplak tersebut adalah genus Boophilus,
mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh seperti segitiga dengan bagian posterior sedikit
membulat dan bagian lateral pipih. Lekuk anal mengelilingi anus disebalah
posterior dengan lekuk anal memudar, Hypostoma dan Palpus pendek, Feston
tidak ada. Pada penggunaan asam laktat preparat lebih gelap dari pada
menggunakan KOH 10%.
Untuk mencegah infestasi caplak itu sendiri maka diperlukan kesadaran
dan kepedulian pemilik akan kebersihan dan perawatan yang baik sangat
berpengaruh besar dengan kesehatan ternak sapi, dalam hal ini banyak tidaknya
infestasi caplak. Kondisi kandang yang menyebabkan kebersihan kurang
menyebabkan mudahnya infestasi caplak.
5.2 Saran
Preparasi bisa saja menggunakan asam laktat dan KOH 10%, sesuai
dengan keinginan. Sebagai saran bahwa perlunya meningkatkan kepedulian
terhadap ternak, sehingga ternak sehat dan tidak mudah sakit atau parasit
pembawa penyakit dalam hal ini caplak. Perlu adanya tindakan sanitasi, fisik, dan
kimia yang lebih baik. Pengobatan untuk membasmi caplak sangat diperlukan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2009. Caplak Sapi atau Boophilus mikroplus.
http://robertstynblog.wordpress.com/2009/09/17/caplak-sapi-atau-
boophilus-micropluss/ [ Tanggal 17 Mei 2013]
Anonymous.1998.http://www.spc.int/lrd/ext/Disease_Manual_Final/cattle_tick.ml
[ Tanggal 21 Mei 2013]
Aryani, L. 1994. Caplak Keras (Acari: Ixodidae) pada Mamalia. Skripsi FKH
IPB
Cable, Raymond. M. 1976. An Illustrated Laboratory Manual of Parasitology.
Burgess Publishing. Indiana. 91
Galloway, Joseph H, 1974. Farm Animal Health and Diseases Control. Lea &
Febiger. Philadelphia. 78-79
Hadi, U.K dan S. Soviana. 2000. Ektoparasit: Pengenalan, Diagnosa, dan
Pengendalian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 65-85
Lapage, G. 1962. Moonig’s Veterinari Helminthology and Entomology. 4 ed.
London. 408-412
Levine, N.D 1994. Parasitologi Veteriner. Gatut Ashadi, penerjemah.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Veterinary
Parasitology. 312-324
Soulsby E. J. L. 1974. Helminth, Arthropods, and Protozoa of Domesticated
animals. Ed ke-6. London: Moning’s Veterinary Helminthology and
Entomology. 181-182
Subronto, 2003. Ilmu Penyakit Ternak (mamalia). Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. 458-459
Urquhart, G. M., J. Armour., J.L Duncan., A. M Dunn, dan F. W Jennings. 1990.
Veterinary Parasitology. Glasgow: Longman Scientific and Technical. 181-
186
Whitlock. J. H. 1960. Diagnosis of Veterinary Parasitisms. Lea & Febiger.
Philadelphia. 63-67
18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kunci Determinasi famili Oxididae (Soulsby, 1982)
1 Lekuk anal (“anal groove”) mengelilingi anus
disebelah anterior (Prostriata)
……………………………………..
Lekuk anal mengelilingi anus disebelah posterior
(Metastriata) pada Boophilus dan Margaropus lengkung
anal memudar ….
Ixodes
2
2 Hypostoma dan Palpus pendek
………………...………
Hypostoma dan Palpus panjang
………………..………
3
8
3 Mata, tidak ada …………………………………………
Mata, ada ………………………………………………
Haemaphysalis
4
4 Feston, ada
………………………………………………
Feston, tidak ada
…………………….……………….....
5
7
5 Jantan, koksa kaki ke-4 lebih besar dibandingkan ke-1
dan ke-3, Keping Ventral tidak ada
……………………
Jantan, pada koksa kaki ke-4 tidak lebih besar
6
19
dibandingkan ke-1 dan ke-3, Keping Adanal ada,
Keping tambahan ada (spesies biasanya skutum tidak
berornamen, basis kapituli umumnya bersegi enam
disebelah atas) ………………………
Rhipicephalus
6 Skutum berornamen, Basis kapituli bersegi empat
disebelah dorsal
……………………………..…………...
Skutum tidak berornamen, Basis kapituli bersegi enam
dengan sudut yang jelas. Koksa kaki ke-4 pada yang
jantan memiliki dua duri (“spine”) panjang
……………..
Dermacentor
Rhipicentor
7 Skutum tidak berornamen, Koksa kaki ke-1 memiliki
satu duri pendek. Caplak jantan memiliki perisai
median menonjol ke belakang disekitar sisi anus dan
memiliki penonjolan keluar disebelah kaudal ketika
sudah menghisap darah. Koksa kaki ke-4 pada yang
jantan melebar ………………………………..
Skutum tidak berornamen, koksa kaki ke-1 bergabung
(“bifid”), caplak jantan memiliki sepasang perisai
adanal dan perisai tambahan dan pada bagian belakang
ditemukan penonjolan, Koksa kaki ke-4
biasa………….
Margarophus
Boophylus
8 Mata, ada ………………………………………………. 9
20
Mata, tidak ada atau mengalami rudimenter, spesies :
menginfeksi hospes yang khusus
………………………..
Aponomma
9 Feston tidak ada atau ada, Caplak jantan memiliki
sepasang perisai adanal dan dua penonjolan abdominal,
perisai tambahan ada atau tidak
ada……………………..
Skutum biasanya berornamen, Feston ada, caplak
jantan tidak memiliki perisai adanal,
………………...…………
Hyalomma
Amblyomma