tugas akhir biopsikologi.docx
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS
MENSTRUASI
Ima Halimatu Sadiah, Ayu Widya
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
[email protected], [email protected]
Abstrak
Siklus mensturasi merupakan waktu sejak hari pertama mensturasi sampai datangnya mensturasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus mensturasi adalah jarak antara tanggal mulainya mensturasi yang lalu dan mulainya mensturasi berikutnya. Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (stresor). Tujuan penelitian untuk mengetahui Hubungan Tingkat Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Angkatan 2014. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional study (study potong lintang). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 62 orang. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square (X2), pada tingkat kemaknaan 95% (α ≤ 0,05) dan didapat nilai p=0,000. ada Hubungan Stres Dengan Siklus Menstruasi. Fakultas psikologi perlu mengadakan program kesehatan mental seperti konseling yang dapat membantu mahasiswa menghadapi stres.
Kata kunci: Siklus Menstruasi, stres
Mensturasi cycle is the time from the first day until the advent mensturasi, mensturasi next period, while mensturasi cycle length is the distance between the start date and the start mensturasi ago mensturasi next. Stress is a physiological response, psychological and behavior of human beings who are trying to adapt and manage both internal and external pressures (stressors). The purpose of the study to determine the Stress Relationship With Menstrual Cycle In Faculty of Psychology University of state Islamic Sunan Gunung Djati Bandung force 2014. The design of this study used the descriptive analytical method by using the cross-sectional study design (cross-sectional study). The sample in this study amounted to 62 people. Data analysis was done by using the chi-square test (X2), at the 95% significance level (α ≤ 0.05) and obtain the value of p = 0.000. There Relationship With Psychological Stress Menstrual Cycle. Management of psychology faculty are advised to encourage programs such as mental health counseling to help students deal with stress.
Keywords: Menstrual Cycle, stress
PENGANTAR
Siklus kehidupan setiap wanita tentu mengalami suatu kejadian dimana wanita dianggap
sudah dewasa yang ditandai dengan terjadinya menstruasi atau haid pada wanita.
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
( deskuaminasi) endometrium ( Proverawati dan Misaroh, 2009). Menstruasi adalah masa
perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya
( Nur Najmi Laila, 2011).
Siklus haid atau menstruasi yang terjadi pada wanita tidak selamanya teratur. Banyak
penyebab kenapa siklus menstruasi menjadi panjang atau sebaliknya, pendek. Namun
penanganan kasus dengan siklus mentruasi yang tidak normal, tak berdasarkan kepada
panjang atau pendeknya sebuah siklus menstruasi, melainkan berdasarkan kelainan yang
dijumpai. Penanganan dilakukan oleh dokter berdasarkan penyebabnya seperti:
a. Fungsi hormon terganggu yaitu menstruasi terkait erat dengan sistem hormon
yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan
mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem
pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu.
b. Kelainan sistemik yaitu ada wanita yang tubuhnya sangat gemuk dan kurus.
Hal ini mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolisme di
dalam tubuhnya tidak bekerja dngan baik. Atau wanita menderita penyakit
diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme wanita sehingga siklus
menstruasinya pun tidak teratur.
c. Kelenjar Gondok yaitu terganggunya fungsi kelenjar gondok atau tiroid juga
bisa menjadi penyebab tidak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa
berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi ( hipertiroid) maupun
terlalu rendah (hipotiroid). Pasalnya, sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
d. Hormon Prolaktin Berlebihan Pada ibu menyusui, produksi hormon
prolaktinnya cukup tinggi. Hormon prolaktin ini sering kali membuat ibu tidak
kunjung menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan
ibu. Pada kasus ini tidak masalah, justru sangat baik untuk memberikan
kesempatan pada ibu guna memlihara organ reproduksinya. Sebaliknya, jika
tidak sedang menyusui, hormon prolaktin juga bisa tinggi, biasanya
disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala
( Proverawati dan Misaroh, 2009).
Siklus mentruasi dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Siklus mentruasi jangka pendek adalah wanita yang mengalami “ Anovulasi ”
karena sel telur tidak terlalu matang sehingga sulit untuk dibuahi.
b. Siklus menstruasi panjang adalah wanita menandakan sel telur jarang sekali
diproduksi atau wanita mengalami ketidaksuburan yang cukup panjang. Jika
sel telur jarang diproduksi berarti pembuahan akan sangat jarang terjadi
( Proverawati dan Misaroh, 2009).
Mekanisme terjadinya perdarahan haid secara medis belum diketahui seluruhnya, tetapi
ada beberapa faktor yang memainkan peranan penting dalam terjadinya proses
perdarahan haid tersebut, yaitu faktor- faktor enzim, pembuluh darah, hormon
prostaglandin, dan hormon- hormon seks steroid ( estrogen dan progesteron). Mekanisme
terjadinya perdarahan haid secara singkat dapat dijelaskan melalui proses- proses yang
terjadi dalam satu siklus haid yang terdiri atas empat fase, yaitu:
a. Fase Proliferasi atau folikuler ( hari ke- 5 sampai hari ke- 14)
Pada masa ini adalah masa paling subur bagi seseorang wanita. Dimulai dari hari 1
sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur ( ovulasi).
Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel didalam
ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga
merangsang pertumbuhan sekitar 3- 30 folikel yang masing- masing mengandung sel
telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus,
sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan
lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan
menghasilkan sel- sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah
dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3- 7 hari rata- rata selama 5 hari.
Darah yang hilang sebanyak 28– 283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku
kecuali jika perdarahannya sangat hebat. Pada akhir dari fase ini terjadi lonjakan
penghasilan hormon LH yang sangat meningkat yang menyebabkan terjadinya proses
ovulasi.
a. Fase Luteal / fase sekresi / fase pramenstruasi ( hari ke- 14 sampai hari ke- 28).
Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari
sisa- sisa folikel- folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel ovum ( telur) pada saat
terjadinya proses ovulasi. Pada fase ini peningkatan hormon progesteron yang bermakna,
yang diikuti oleh penurunan kadar hormon- hormon FSH, estrogen, dan LH. Keadaan ini
digunakan sebagai penunjang lapisan endrometrium untuk mempersiapkan dinding rahim
dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan, digunakan untuk penghambatan
masuknya sperma ke dalam uterus dan proses peluruhan dinding rahim yang prosesnya
akan terjadi pada akhir fase ini.
c. Fase Menstruasi ( hari ke- 28 sampai hari ke-2 atau 3)
Pada fase ini menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan dari lapisan endometrium
uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya. Terjadi kembali peningkatan kadar dan
aktivitas hormon- hormon FSH dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormon LH
dan pengaruhnya karena produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon
progesteron secara maksimal. Hal ini mempengaruhi kondisi flora normal dan dinding-
dinding di daerah vagina dan uterus yang selanjutnya dapat mengakibatkan perubahan-
perubahan hygiene pada daerah tersebut dan menimbulkan keputihan.
d. Fase Regenerasi / pascamensruasi ( hari ke- 1 sampai hari ke- 5)
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium
uteri, sedangkan ovarium mulai beraktifitas kembali membentuk folikel- folikel yang
terkandung di dalamnya melalui pengaruh hormon- hormon FSH dan estrogen yang
sebelumnya sudah dihasilkan kembali didalam ovarium (Proverawati dan Misaroh, 2009)
Stress merupakan salah satu reaksi atau respon psikologis manusia saat dihadapkan pada
hal-hal yang dirasa telah melampaui batas atau di anggap sulit untuk dihadapi. Stress
membuat seseorang yang mengalaminya berpikir dan berusaha keras dalam
menyelesaikan suatu permasalahan atau tantangan dalam hidup sebagai bentuk respon
adaptasi untuk tetap bertahan. (Potter & Perry, 2005). Stress sangat berpengaruh dalam
hal ini, karena tak bisa dipungkiri lagi saat ini stress adalah suatu fonomena universal
yang setiap orang mengalaminya yang berdampak pada: fisik, sosial, emosi, intelektual,
spiritual ( Potter dan Perry, 2005). Semakin dewasa umur wanita maka semakin besar
pengaruh rangsangan dan emosi terhadap otak. Faktor- faktor yang sangat berperan salah
satunya adalah faktor emosi. Stress seringkali membuat siklus mentruasi yang tidak
teratur. Hal ini terjadi karena stress sebagai rangsangan sistem saraf diteruskan ke susunan
saraf pusat yaitu limbic system melalui tranmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autonom
akan diteruskan ke kelenjar- kelenjar hormonal ( endokrin) hingga mengeluarkan secret
( cairan) neurohormonal menuju hipofhisis melalui sistem prontal guna mengeluarkan
gonadotropin dalam bentuk FSH ( Folikell Stimulazing Hormone) dan LH ( Leutenizing
Hormon, produksi kedua) hormon tersebut adalah dipengaruhi oleh RH ( Realizing
Hormone) yang di salurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Pengeluaran RH sangat
dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus sehingga
selanjutnya mempengaruhi proses menstuasi (Prawiroharjho, 2006). Ketidakteraturan siklus
ini merupakan akibat yang terjadi karena stress yang timbul pada diri mereka. Tingkat stress
setiap mahasiswa pun tentu berbeda.
Terdapat beberapa sumber-sumber stress yang dapat mengganggu kesehatan psikis
manusia. Menurut Lazarus & Folkman (Morgan, 1986) kondisi fisik, lingkungan dan
sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor. Stressor
dapat berwujud dan berbentuk fisik, seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan
lingkungan sosial. Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu
ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor. Secara umum
stressor dapat diklasifiksikan sebagai internal dan eksternal. Stressor internal berasal dari
dalam diri seseorang (misalnya: Demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau
suatu keadaan emosi). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang ( misalnya:
perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau
social, atau tekanan dari pasangan) ( Potter dan Perry, 2005).
Gangguan pada pola menstruasi melibatkan mekanisme regulasi intergratif yang
mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh termasuk otak dan psikologis.
Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus- hipofisis- ovarium
yang meliputi multi efek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stress terjadi
aktivasi pada amygdala pada sistem limbic. Sistem ini menstimulasi pelepasan hormon dari
hipotalamus yaitu corticotropic releasing hormone ( CRH). Hormon ini secara langsung
akan menghambat sekresi GnRH hipotalamus pada tempat produksinya di nucleus arkuata.
Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi opiod endogen. Peningkatan
CRH akan menstimulasi pelepasan endorfin dan adino cortiticotropic hormone ( ACTH) ke
dalam darah. Endofin sendiri merupakan opiod endogen yang peranannya terbukti
mengurangi rasa nyeri. Peningkatan hormone ACTH menyebabkan peningkatan pada
kadar kortisol darah. Pada wanita gejala amenore hipotalamik menunjukkan keadaan
hiperkortisolisme yang disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH. Hormon- hormon
tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana
melalui jalan ini stress menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Dari yang tadinya siklus
menstruasinya normal menjadi oligomenore, polimenorea, atau amenore. Gejana klinis
yang timbul ini tergantung pada derajat penekanan pada GnRH. Gejala- gejala ini
umumnya bersifat sementara dan biasanya akan kembali normal apabila stress yang ada
dapat diatasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis memandang perlu untuk
melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress
dengan ketidakteraturan siklus menstruasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD
Bandung angkatan 2014. Mengetahui distribusi frekuensi siklus menstruasi pada
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2014.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur
penelitian (Hidayat, 2007). Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang memuat
tentang struktur dan strategi penelitian untuk menjawab masalah penelitian. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional
untuk mempelajari hubungan antara stress dengan ketidakteraturan pola menstruasi.
Variabel independennya stress dan variable dependen siklus menstruasi. Penelitian
dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati angkatan
2014. Pada tanggal 10-14 Mei tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini mahasiswa
angkatan 2014, dengan teknik pengambilan sampel secara total sampling yaitu 68 orang
mahasiswa angkatan 2014. Dengan kriteria mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2014
yang bersedia menjadi responden dan yang telah mengalami menstruasi. Instrument pada
penelitian ini menggunakan kuesioner DASS 42 yang telah dimodifikasi. Jumlah
kuesioner sebanyak 42 pertanyaan.
HASIL
1. Siklus menstruasi
Tabel 1.1 distribusi frekuensi menstruasi responden
Siklus Frekuensi Prosentase (%)Normal 36 58,1
Tidak normal 26 41,9Total 62 100,0%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mengalamisiklus normal (21-35 hari) sebanyak 36 orang (58,1%).
2. Stres
Tabel 1.2 distribusi stres responden
Tahap Frekuensi Prosentase (%)Stres 36 58,1
Tidak stress 26 41,9Total 62 100,0%
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan :
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar responden mengalami
stres sebanyak 36 orang (58,1%).
3. Hubungan tingkat stress dengan ketidakteraturan siklus menstruasi
Tabel 1.3 Distribusi frekuensi hubungan tingkat stress dengan siklus menstruasi.
stres Menstruasi tidak teratur Teratur Total
Normal 26 orang 0 26
(41,9 %)
(41,9 %)
Stress 0 36
(58,1 %)
36
(58,1 % )
Total 26
41,9 %
36
58, 1 %
62
100 %
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas Wanita Pekerja di Desa
Pelemkerep yang mengalami Stress didapatkan mengalami siklus normal yaitu
sebanyak 36 orang (58,1%). Hasil Uji Chi square diperoleh nilai hasil signifikan =
0,000 < sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Yang
berarti ada hubungan secara bermakna antara stres dengan siklus menstruasi.
DISKUSI
Stres
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa fakultas psikologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung mengalami stres sebanyak 36
orang (58,1%), sedangkan yang tidak stres sebanyak 26 orang (41,9%).
Menurut Hawari (2011) dalam isnaeni mengatakan bahwa stress menurut Hans Selye
merupakan respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban
atasnya. Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga seseorang itu terpaksa mengadakan
adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun tidak semua orang
mampu melakukan adaptasi dan mengalami stressor tersebut, sehingga timbulah
keluhan- keluhan antara lain stres.
Stressor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah satunya
menyebabkan stress fisiologis yaitu gangguan pada menstruasi. Kebanyakan wanita
mengalami sejumlah perubahan dalam pola menstruasi selama masa reproduksi.
Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres melibatkan system
neuroendokrinologi sebagai system yang besar perannya dalam reproduksi wanita.
(Isnaeni, 2012)
Siklus Menstruasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa fakultas psikologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung mengalami s iklus menstruasi
dengan siklus normal (21- 35hari) sebanyak 36 orang (58,1%), sedangkan paling
sedikit dengan siklus tidak normal (>21 hari) sebanyak 26 orang (41,9%).
Menurut Wiknjosastro, (2005), siklus menstruasi dipengaruhi oleh serangkaian
hormon yang diperoleh oleh tubuh yaitu Leuteinizing Hormon, Follicle Stimulating
Hormon dan Estrogen. Selain itu siklus juga dipengaruhi oleh kondisi psikis sehingga
bisa maju dan mundur.
Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya
menstruasi periode berikutnya sedabgkan panjang siklus menstruasi adalah jarak
antara tanggal mulainya menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35
hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama
menstruasi 3-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat
badan, tingkat stress, genetik dan gizi. (Isnaeni, 2011). Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Mahbubah Atik (2012), yang menunjukkan bahwa mayoritas
mahasiswa mengalami siklus menstruasi normal yaitu 23,1%, 44,6% responden
cenderung mengalami stress.
Hubungan stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa fakultas psikologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung yang mengalami stres
didapatkan mengalami siklus normal yaitu sebanyak 36 orang (58,1%), sedangkan
paling sedikit mahasiswa yang mengalami tidak stress didapatkan siklus tidak normal
yaitu sebanyak 26 orang (41,9%).
Selanjutnya untuk mengetahui Hubungan stress dengan siklus menstruasi, digunakan
Analisa Uji Chi square diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,000, atau taraf sinifikan ρvalue
0,000 < = 0,05. Sehingga ρvalue 0,000 Ho ditolak dan Ha diterima. Yang berarti ada
hubungan secara bermakna antara stress dengan siklus menstruasi.
Kesehatan reproduksi remaja khususnya remaja wanita erat kaitannya dengan
menstruasi. Dimana tidak setiap wanita mempunyai siklus menstruasi yang teratur.
Siklus menstruasi yang tidak teratur ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya
adalah perubahan kadar hormon akibat stress dalam keadaan emosi yang kurang
stabil. Selain itu perubahan drastis dalam porsi olah raga atau perubahan berat badan
yang drastis juga mampu memjadi penyebab ketidakteraturan siklus menstruasi.
(Nita, 2011)
Penelitian ini menunjukkan ada kaitan antara tingkat stress dengan siklus menstruasi
pada mahas i swa . Normal dan tidak normalnya siklus menstruasi ini dipengaruhi
oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stress, genetik dan gizi. (Wiknjosastro,
2010). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Desty Nur Isnaeni (2011),
menunjukkan bahwa ada hubungan stres dengan siklus menstruasi. Menurut saryono
(2009), bahwa factor yang mengalami perubahan siklus menstruasi yaitu memiliki
siklus menstruasi sebanyak 86,7%, dibandingkan dengan 37,% yang seperti ini
dipengaruhi oleh beberapa yang memiliki siklus normal, faktor siklus menstruasi
diantaranya yaitu factor hormon, psikis/ stres, aktivitas, gizi, sampai pola makan. Begitu
juga menurut Isnaeni (2011), bahwa Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh
usia, berat badan, tingkat stress, genetic dan gizi.
KESIMPULAN
1. Sebagian besar responden memiliki stress dengan siklus normal sebanyak
58,1%.
2. Sebagian besar responden mengalami menstruasi siklus normal sebanyak
58,1%.
3. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswa yang mengalami stres
didapatkan mengalami siklus normal yaitu sebanyak 36 orang (58,1%),
sedangkan paling sedikit mahasiswa mengalami tidak stres didapatkan
mengalami siklus tidak normal yaitu sebanyak 26 orang (41,9%). Hasil
uji statistic Chi-square menunjukkan ada hubungan secara bermakna
antara stres dengan siklus menstruasi, karena hasil p value 0,000.< 005.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M & Astori, M. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Bethsaida Janiwarty & Herri Zan Pieter (2013). Pendidikan Psikologi Untuk Bidan. Yogyakarta :
Rapha Publishing.
Chandran, L. (2009). Menstruation disorder. Diakses tanggal 13 mei 2015 dari
http://emedicine.medscape.com/article/953945-overview.
Hawari, D. (2006). Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Hernawati, N. (2006). Tingkat Stres dan strategi koping menghadapi stres pada mahasiswa
tingkat persiapan bersama tahun akademik 2005/2006. Diakses pada tanggal 25 April 2015 dari
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46402/JIPI_Aug06%20vol.11(2)%20hlm.
43-49.pdf?sequence=1
Isnaeni, D. N. (2011). Hubungan antara stres dengan pola menstruasi pada mahasiswa D IV
kebidanan jalur reguler Unibersitas Sebelas Maret Surakarta. Diakses tanggal 12 April 2015
dari http://eprints.uns.ac.id/192/1/165240109201010581.pdf
Proverawati, A., & Misaroh, S. (2009). Menarche: Menstruasi pertama penuh makna.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Wangsadjaja, R. S.psi. (2008). Stres. Diakses pada tanggal 14 Mei 2015 dari
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/stres.html
Trianto Safaria. (2012). Manajemen Emosi. Jakarta : Bumi Aksara.
Zulfan Saam. (2012). Psikologi Keperawatan. Jakarta : Raja Grafindo.