tugas akhir (608502a) fire fighting system pada pabrik ...repository.ppns.ac.id › 2331 › 1 ›...

169
TUGAS AKHIR (608502A) DESAIN FIRE FIGHTING SYSTEM PADA PABRIK GULA BERDASARKAN PERHITUNGAN HARGA MATERIAL DAN ESTIMASI BIAYA JASA KONSTRUKSI Nur Syamsu Ernandy NRP. 0815040055 PEMBIMBING : HEROE POERNOMO, ST.,M.T. EKKY NUR BUDIYANTO, S.ST.,M.T. ROGRAM STUDI TEKNIK PERPIPAAN JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    TUGAS AKHIR (608502A)

    DESAIN FIRE FIGHTING SYSTEM PADA PABRIK GULA

    BERDASARKAN PERHITUNGAN HARGA MATERIAL DAN

    ESTIMASI BIAYA JASA KONSTRUKSI

    Nur Syamsu Ernandy

    NRP. 0815040055

    PEMBIMBING :

    HEROE POERNOMO, ST.,M.T.

    EKKY NUR BUDIYANTO, S.ST.,M.T.

    ROGRAM STUDI TEKNIK PERPIPAAN

    JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    SURABAYA

    2019

  • ii

    2019

  • iii

    TUGAS AKHIR (608502A)

    DESAIN FIRE FIGHTING SYSTEM PADA PABRIK GULA

    BERDASARKAN PERHITUNGAN HARGA MATERIAL DAN

    ESTIMASI BIAYA JASA KONSTRUKSI

    Nur Syamsu Ernandy

    NRP. 0815040055

    PEMBIMBING :

    HEROE POERNOMO, ST.,M.T.

    EKKY NUR BUDIYANTO, S.ST.,M.T.

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERPIPAAN

    JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    SURABAYA

    2019

  • iv

    (Halaman Ini Sengaja Diskosongkan)

  • v

  • v

    (Halaman Ini Sengaja Diskosongkan)

  • v

  • vi

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis tujukan atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat,

    kuasa, ijin, hidayah, serta ridho-Nya penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir

    dengan baik, lancar dan tepat waktu. Sholawat serta salam terlimpahkan oleh

    penulis kepada Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi teladan dan panutan

    bagi seluruh umat manusia serta membawa umat manusia dari zaman kebodohan

    menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

    Tugas Akhir yang berjudul “Desain fire fighting system pada pabrik gula

    berdasarkan perhitungan harga material dan estimasi biaya jasa Konstruksi”

    disusun sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan dan penilaian kompetensi

    penulis dalam studi di Program Studi D4 – Teknik Perpipaan Politeknik Perkapalan

    Negeri Surabaya.

    Penulis menyadari penyelesaian dan penyusunan Tugas Akhir ini tidak

    terlepas dari kerjasama, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena

    itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

    Tugas Akhir dengan lancar dan tepat waktu.

    2. Kedua orang tua ( Bapak Ernandy Dan Ibu Mas Rupah ) yang selalu memberi

    doa, dukungan moril dan materil, nasehat, kasih sayang, semangat, dan

    segalanya bagi penulis.

    3. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., FRINA. selaku Direktur Politeknik Perkapalan

    Negeri Surabaya.

    4. Bapak Heroe Poernomoe, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing 1 yang telah

    memberikan bimbingan dan pengarahan serta ilmu yang bermanfaat selama

    pengerjaan Tugas Akhir.

    5. Bapak Ekky Nur Budiyanto S.ST. M.T. sebagai dosen pembimbing 2 yang

    telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta ilmu yang bermanfaat

    selama pengerjaan Tugas Akhir.

  • viii

    6. Seluruh staf pengajar Program Studi Teknik Perpipaan yang telah memberikan

    banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

    7. Kepada seluruh pimpinan dan staff PT. Adhi Karya Terutama devisi piping

    salah satu lead dan engineer yang telah membimbing dan memberikan ilmunya

    selama On the Job Training.

    8. Teman – teman seperjuangan Teknik Perpipaan 2015 yang telah memberikan

    dukungan, doa, semangat, kebersamaan, canda tawa selama kuliah di PPNS.

    9. Teman – teman satu kontrakan @mulyos_squad (diki, ali, ibnu, togok, pedro,

    stefanus, rendi) yang telah memberi semangat, kebersamaan, hiburan, canda

    tawa kepada penulis.

    10. Senior Teknik Perpipaan mas sendi (2014) yang telah membatu penulis

    menyelesaikan permasalahan pada Tugas Akhir.

    11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

    Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari kata sempurna, oleh

    karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat

    menjadi lebih baik kedepannya. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

    pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Teknik Perpipaan.

    Surabaya, 20 Juli 2019

    Penulis,

    Nur Syamsu Ernandy

    0815040055

  • ix

    DESAIN FIRE FIGHTING SYSTEM PADA PABRIK GULA BERDASARKAN PERHITUNGAN HARGA MATERIAL DAN

    ESTIMASI BIAYA JASA KONTRUKSI

    Nur Syamsu Ernandy

    ABSTRAK

    PT. Adhi Karya adalah General Contractor yang mengerjakan plant revitalisasi pabrik gula Modjo – Sragen berkapasitas 4.000 TCD (Ton Cane per Day). Dalam perencanaan tersebut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satu di antaranya tanggung jawab sosial perusahaan dalam bidang ketenagakerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja sesuai aturan dinas ketenagakerjaan, NFPA 850 dan undang-undang republik indonesia nomor 30 tahun 2009 pasal 44 ayat 1-7. Aturan tersebut berisi tentang pembangkit listrik yang harus memiliki sistem keamanan yang handal untuk keamanan perusahaan. Sistem tersebut adalah fire fighting system. Desain fire fighting system harus sesuai dengan standar NFPA 850. Desain tersebut membutuhkan Head losses, daya pompa, volume tangki, jarak support yang diijinkan. Selain itu estimasi harga material dan biaya jasa konstruksi juga harus diperhitungkan. Perhitungan tentang kebutuhan hidran, springkler, jarak support, daya pompa, volume tangki dan estimasi biaya dilakukan secara manual. Software pipe flow expert digunakan juga pada desain tersebut untuk menentukan headloss. Hasilnya 28 pilar hidran dan 175 springkler dibutuhkan pada desain sistem ini. Jarak support yang dibutuhkan untuk pipa berdiameter 12”, 8”, 6”, 4”, dan 3” adalah 10,7 m, 8,4 m, 7,3 m, 5,6 m, dan 3,5 m. Daya pompa yang dibutuhkan untuk distribusi ke setiap hidran dan springkler adalah 242,460 kW. Hasil perhitungan menggunakan software pipe flow expert adalah head losses hidrannya 70.597 m dan springklernya 123,578 m. Total estimasi biaya yang dibutuhkan dalam desain ini sebesar Rp 4.786.535.546 ,-

    Kata Kunci : Fire fighting system, Pompa, NFPA 850, UU 30 Tahun 2009 pasal 44 ayat 1-7, Pipe flow expert.

  • x

    (Halaman Ini Sengaja Diskosongkan)

  • v

    FIRE FIGHTING SYSTEM DESIGN OF A SUGAR PLANT BASED ON MATERIALS AND CALCULATION SERVICE COST

    ESTIMATION Nur Syamsu Ernandy

    ABSTRACT

    PT. Adhi Karya is a general contractor that revitalizes sugar plant with 4,000 TCD (Ton Cane per Day) capacity at Modjo – Sragen. There are some important things to be considered for revitalization such as company social responsibility for manpower, health and work safety according to NFPA 850 labor standard and Indonesian regulation no. 30 section 44 verse 1-7, year 2009 about fire fighting system. Fire fighting system design must meet the standard. It needs allowable head losses, pump power, tank volume, support distance, material and construction service estimation. Estimation about hydrant, springkler, support distance, pump power, tank volume, and cost calculation will be carried out manually. Pipe flow expert software is also used to determine headloss. The result is 28 hydrant pillars and 175 sprinklers needed for the design. Its supporting pipes needs 12 inch, 8 inch, 6 inch, 4 inch, 3 inch for diameter and 10.7 m, 8.4 m, 7.3 m, 5.6 m, 3.5m for pipe distance. The pump power of 242.460 Kw is also needed for distribution to every hydrant and sprinkler. The calculation result using Pipe flow expert software is 70.597 m for head losses hydrant and 123.578 m for sprinkler. The total cost needed is IDR.4,786,535,546.00.-

    Keywords: Fire fighting system, NFPA 850, Indonesian regulation 30 section 44 verse 1-7, 2009. Pumps, Pipe flow experts.

  • vi

    (Halaman Ini Sengaja Diskosongkan)

  • vii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

    ABSTRAK ............................................................................................................. ix

    ABSTRACT ............................................................................................................... v

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

    BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

    1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2

    1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3

    1.5 Batasan Masalah............................................................................................ 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

    2.1 Klasifikasi Fire Fighting System ................................................................... 5

    2.1.1 Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan Jenis Bangunan .............................. 13

    2.1.2 Lokasi dan Identifiksi .............................................................................. 16

    2.2 Ketentuan Pemasangan System Hydrant .................................................... 17

    2.3 Aturan Fire Springkler System Menurut NFPA .......................................... 18

    2.3.1 Aturan Pemasangan Fire Springkler System Menurut NFPA ................. 21

    2.3.2 Pandangan Umum ................................................................................... 21

    2.3.3 Jenis-jenis Sprinkler ................................................................................ 21

    2.3.4 Jenis-jenis Detector ....................................................................................... 23

    2.4. Persamaan Fluida ........................................................................................ 24

    2.4.1. Persamaan Energi .................................................................................... 24

    2.4.2 Head Total Pompa ................................................................................... 24

    2.4.3 Bilangan Reynold .................................................................................... 26

    2.4.4 Faktor Gesekan ........................................................................................ 27

    2.4.5 Daya Pompa ............................................................................................ 27

    2.4.6 Hukum Bernaulli ..................................................................................... 28

    2.4.7 Klasifikasi Bahaya Hunian ...................................................................... 28

  • viii

    2.5 API PR 1102 ............................................................................................... 31

    2.6 Kapasitas Tangki ........................................................................................ 32

    2.6.1 Lokasi Tangki ......................................................................................... 32

    2.6.2 Perhitungan Kebutuhan Air Fire Fighting System ................................. 33

    2.6.3 Standard Warna ....................................................................................... 33

    2.7 Material ....................................................................................................... 33

    2.8 Perhitungan Allowable Span ....................................................................... 34

    2.9 Volume ........................................................................................................ 34

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 37

    3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian .................................................................... 38

    3.2 Tahap Identifikasi Masalah ........................................................................ 38

    3.3 Tahap Tinjauan Pustaka.............................................................................. 38

    3.4 Tahap Pengumpulan Data ........................................................................... 39

    3.4.1 Tahap Pengolahan Data .......................................................................... 39

    3.4.2 Tahap Kesimpulan Dan Saran ................................................................ 40

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 43

    4.1 Desain dan Spesifikasi ................................................................................ 43

    4.2 Penentuan Data Sistem Hidran ................................................................... 43

    4.2.1 Perhitungan Jumlah Hindran dan Debit Yang Dibutuhkan .................... 43

    4.2.2 Penentuan Diameter Pipa pada Hidran dan Springkler........................... 44

    4.2.3 Hasil dari Perhitungan Software Pipe Flow Expert Hidran .................... 45

    4.2.4 Perhitungan Manual Cover Area Hidran ................................................ 45

    4.3 Penentuan Data Sistem Springkler ............................................................. 46

    4.3.1 Penentuan Cover Area Springkler dan Debit .......................................... 46

    4.3.2 Penentuan Cover Area Springkler .......................................................... 47

    4.3.3 Penentuan Debit Pada Sistem Springkler ............................................... 49

    4.3.4 Hasil Dari Perhitungan Software Pipe Flow Expert Springkler ............. 49

    4.4 Perhitungan Kebutuhan Pompa pada Sistem Fire Fighting Hidran dan

    Springkler .............................................................................................................. 50

    4.5 Perhitungan Kapasitas Tangki .................................................................... 50

    4.6 Penentuan Allowable Span ......................................................................... 51

    4.7 Penentuan Estimasi Harga Material ........................................................... 58

  • ix

    4.7.1 Work Volume Material ........................................................................... 58

    4.7.2 Estimsi Harga Material dan Fitting ......................................................... 60

    4.8 Penentuan Estimasi Harga Kontruksi.......................................................... 63

    4.8.1 Perhitungan Estimasi Harga Kontruksi ................................................... 63

    4.9 Total Harga Estimasi Material dan Harga Kontruksi .................................. 63

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 65

    5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 65

    5.2 Saran ............................................................................................................ 65

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 67

    Lampiran A – General Arangement

    Lampiran B – 3D PDMS

    Lampiran C – Isometri

    Lampiran D – Pipe Flow Expert

    Lampiran E – Work Volume

    Lampiran F – List Material, Estimasi Harga Material

    Lampiran G – Spesifikasi Equipment

    Lampiran H – Estimasi Harga Kontruksi

    Lampiran I – Standar NFPA, B31.3, Spesifikasi Hidran dan Springkler

    Lampiran j – Lembar Asistensi

    Lampiran k – Lembar Rekomendasi

    Lampiran L – Lembar Revisi

    Lampiran M – Biodata Mahasiswa

  • x

    (Halaman Ini Sengaja Diskosongkan)

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1 Hydrant box unit................................................................................. 7

    Gambar 2. 2 Hydrant pillar .................................................................................... 8

    Gambar 2. 3 Jenis special springkler .................................................................... 10

    Gambar 2. 4 jenis Special springkler .................................................................... 10

    Gambar 2. 5 Jenis special springkler .................................................................... 11

    Gambar 2. 6 Jenis special springkler .................................................................... 11

    Gambar 2. 7 Jenis special springkler .................................................................... 12

    Gambar 2. 8 Jenis special springkler .................................................................... 12

    Gambar 2. 9 Jenis special springkler .................................................................... 13

    Gambar 2. 10 Jenis spray springkler .................................................................... 13

    Gambar 2. 11 Segitiga api ..................................................................................... 30

    Gambar 2. 12 Klasifikasi kebakaran ..................................................................... 31

    Gambar 2. 13 Standar warna ................................................................................ 33

    Gambar 4. 1 Penentuan diameter fire fighting system 44

    Gambar 4. 2 Penentuan diameter kombinasi 44

    Gambar 4. 3 Gerak parabola 46

    Gambar 4. 4 Sistem deluge valve 47

  • xii

    (Halaman Ini Sengaja Diskosongkan)

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian.................................................................................. 41

    Tabel 4. 1. Tabel head pada perhitungan pipe flow expert ................................... 45

    Tabel 4. 2 Tabel head pada perhitungan pipe flow expert sprinkler ..................... 49

    Tabel 4. 3 Tabel head pada perhitungan pipe flow expert springkler dan hidran . 50

    Tabel 4. 4 Pipe span 12 inch ................................................................................. 52

    Tabel 4. 5 Pipe span 8 inch ................................................................................... 53

    Tabel 4. 6 Pipe span 6 inch ................................................................................... 54

    Tabel 4. 7 Pipe span 4 inch ................................................................................... 56

    Tabel 4. 8 Pipe span 3 inch ................................................................................... 57

    Tabel 4. 9 Presentase estimasi material................................................................. 59

    Tabel 4. 10 data list material pipa ......................................................................... 60

    Tabel 4. 11 Data list material Fitting ................................................................... 61

    Tabel 4. 12 Data list material Flange .................................................................... 62

    Tabel 4. 13 Data list material Gasket .................................................................... 62

    Tabel 4. 14 Data list material Valve...................................................................... 62

    Tabel 4. 15 Data list material bolt & nut ............................................................... 63

    Tabel 4. 16 Total list of material ........................................................................... 63

    Tabel 4. 17 Total List Of equipment .................................................................... 64

    Tabel 4. 18 Total work volume piping for erection ............................................... 64

  • xiv

    (Halaman Ini Sengaja Diskosongkan)

  • xv

    DAFTAR SIMBOL

    𝑸 = Kapasitas aliran (m3/hr)

    𝑽 = Kecepatan aliran (m/s)

    𝑨 = Luas penampang pipa (m2)

    𝑹𝒆 = Reynold’s number

    𝛒 = Massa jenis aliran (Kg/m3)

    𝑫 = Diameter Dalam (m)

    𝒆 = Roughness (mm)

    𝒇 = Friction factor

    𝑳 = Panjang pipa (m)

    𝑯𝑳𝒎𝒂𝒋𝒐𝒓 = Head losses major (m)

    𝒈 = Percepatan gravitasi (m/s2)

    𝑯𝑳𝒎𝒊𝒏𝒐𝒓 = Head losses minor (m)

    𝑲 = Nilai K dari fitting

    𝑯𝑳𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = Head losses total (m)

    𝑷𝒑𝒖𝒎𝒑 = Daya pompa (Kw)

    𝑯𝑷𝒖𝒎𝒑 = Head pompa (m)

    L = Jarak span yang di ijinkan

    Z = Section modulus

    𝑺𝒉 = Allowable tensile stress

    W = Total berat pipa

    ∆ = Allowable deflection

    I = Momen inercia

    E = Modulus elastisitas

  • xvi

    (Halaman Ini Sengaja Diskosongkan)

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pabrik gula modjo - sragen mempunyai proyek revitalisasi untuk

    menjadikan pabrik gula modern dengan kapasitas 4.000 TCD (Ton Cane per Day),

    dalam perencanaan tersebut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah

    satunya tanggung jawab sosial perusahaan dalam bidang ketenagakerjaan,

    kesehatan, dan keselamatan kerja.

    Salah satu kecelakaan kerja yang terjadi adalah kebakaran. Selain berbahaya

    bagi karyawan, kebakaran juga salah satu penyebab terjadinya kerugian. Kebakaran

    biasanya disebabkan oleh korsleting listrik. Mengingat keterbatasan peralatan

    pencegahan kebakaran yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran dan

    ketergantungan terhadap pemadam kebakaran alternatif, perlu dilakukan upaya

    pengendalian terhadap sumber bahaya kebakaran tersebut.

    Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, pabrik gula tersebut tidak

    menutup kemungkinan untuk terjadi kebakaran terhadap pembangkit listriknya,

    dikarenakan hal tersebut mengacu pada tidak tersedianya fire fighting system, pada

    sistem tersebut maka upaya pengendalian yang bisa dilakukan yaitu perencanaan

    dan perancangan sistem pemadam kebakaran (fire fighting system). Dalam

    pembuatan desain fire fighting system perlu dilandaskan berdasarkan standar dan

    code yang telah ditetapkan oleh NFPA (National Fire Protection Assocoiation)

    guna meminimalisir kegagalan sistem dan mengutamakan faktor keselamatan. Hal

    tersebut tercantum pada NFPA 850 (Recommended Practice for Fire Protection

    for Electric Generating Plants and High Voltage Direct Current Converter Stations

    2010 Edition) dan undang-undang republik indonesia nomor 30 tahun 2009 tentang

    ketenaga listrikan pada pasal 44 ayat 1 – 7.

    Untuk memenuhi syarat terhadap dinas ketenaga kerja dan untuk memenuhi

    syarat standardisasi terhadap perusahaan tersebut maka penanggulangan tersebut

    diharapkan segera dilaksanakan oleh karena itu, pada tugas akhir ini akan

  • 2

    membahas tentang rencana desain fire fighting system pada area system pembangkit

    listrik.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan

    dibahas pada tugas akhir ini adalah:

    1. Bagaimana desain fire fighting system yang sesuai dengan Standard NFPA 850

    (Recommended Practice for Fire Protection for Electric Generating Plants and

    High Voltage Direct Current Converter Stations 2010 Edition) pada pabrik

    gula ?

    2. Berapakah hasil head losses pada fire fighting system?

    3. Berapakah daya pompa yang di butuhkan pada fire fighting system?

    4. Berapakah hasil perhitungan harga material dan estimasi harga jasa konstruksi

    pada desian fire fighting system pada pabrik gula?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari

    penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui desain fire fighting system yang sesuai dengan Standard NFPA 850

    (Recommended Practice for Fire Protection for Electric Generating Plants and

    High Voltage Direct Current Converter Stations 2010 Edition) pada pabrik

    gula

    2. Mengetahui hasil head losses pada fire fighting system

    3. Mengetahui daya pompa yang di butuhkan pada fire fighting system

    4. Mengetahui hasil harga material dan estimasi harga jasa kontruksi pada desian

    fire fighting system pada pabrik gula

  • 3

    1.4 Manfaat Penelitian

    Penyusunan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

    berikut:

    1. Sebagai referensi desain dan proses installasi fire fighting system untuk

    menjamin konstruksi sistem perpipaan yang aman tanpa mengalami kegagalan.

    2. Dapat dijadikan sebagai referensi perhitungan harga pada disiplin piping untuk

    borongan pekerjaan pada system piping fire fighting pada pabrik gula.

    3. Sebagai sebuah karya tulis dan nilai tambah untuk mendukung disiplin ilmu

    serta keprofesian.

    1.5 Batasan Masalah

    Batasan masalah pada penelitian ini antara lain:

    1. Hidran pilar dan Sprinkler.

    2. Fluida menggunakan water.

    3. Material pipa menggunakan A 53 Gr. B.

    4. Perhitungan menggunakan pipe flow expert

    5. Perhitungan harga material dan harga jasa kontruksi

  • 4

    (Halaman Ini Sengaja Diskosongkan)

  • 5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Klasifikasi Fire Fighting System

    Berlaku kode & Standar dan persyaratan layanan kebakaran, mengikuti

    sistem perlindungan kebakaran perlu dirancang dan diimplementasikan (Leena,

    2016).

    Pompa kebakaran otomatis

    Sistem hidran eksternal

    Sistem springkler otomatis

    Fire fighting system merupakan system pemadam kebakaran yang terdiri

    dari beberapa subsystem seperti sumber air, pompa, perpipaan dan komponen

    hidran dan sprinkle, pada fire fighting system ini sumber air di ambil dari air sumur

    yang di tampung pada tangki, fire fighting system merupakan koneksi berupa alat

    yang terdapat di atas tanah atau didalam suatu bangunan gedung/bangunan industri

    yang menyediakan akses pasokan air untuk tujuan pemadaman kebakaran. Air yang

    digunakan untuk fire fighting ini dapat bertekanan, seperti dalam kasus dimana

    tersambung dengan pompa dalam menghasilkan tekanan, atau unpressurized (tidak

    bertekanan) dimana fire fighting tersambung secara langsung ke sumber air seperti

    kolam atau tangki air dengan menggunakan pompa tersendiri (Waskito Hendra,

    Poernomo, & Arumsari, 2018) .

    Tiap fire fighting memiliki satu atau lebih penghubung (connector) selang

    kebakaran. Jika suplai air bertekanan, maka hidran juga dilengkapi dengan satu atau

    lebih katup untuk mengatur aliran. Jika suplai air bertekanan, maka fire fighting

    juga dilengkapi dengan satu atau lebih katup untuk mengatur aliran air. Dalam

    rangka menyediakan air yang cukup untuk pemadaman kebakaran, fire fighting

    mengacu pada induk standart NFPA 850 salah satu standart yang membahas pada

    sistem kelistrikan, salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga uap yang terdiri

    dari hydrant dan springkle yang memiliki standard NFPA 13 mengenai standart

    instalasi springkler system dan hydrant menggunkan standard NFPA 24 mengenai

    standar pemasangan fire hydrant dan perlengkapannya.

  • 6

    Berdasarkan (NFPA 850 Recommended practice for fire protection for

    electric generating plants and high voltage direct current vonverter stations 2010

    edition, 2010)

    Dokumen ini dimaksutkan untuk di gunakan oleh seseorang/pihak yang meiliki

    pengetahuan aplikasi dari proteksi untuk plant pembangkit listrik dan pusat

    konversi aliran direct current yang bertegangan tinggi

    Rekomendasi dari dokumen ini dimaksurkan untuk penggunaan instalasi baru,

    sedangkan untuk penggunaan instalasi yang pernah ada mungkin tidak

    praktisible, dokumen ini mereflesentasikan pengeplaian pada industryi yang

    baik dan harus dipertimbangkan pada instalasi yang pernah ada harus memalai

    pertimbangan

    Seharusnya sudah di ketahui bahwa keseragaman kegetasan dari pembangkit

    dan prosedur operasi tidak ada tiap fasilitas akan memiliki kondisi spesial

    tersendiri yang berdapak pada sifat dasar dari nstalasi tersebut, banyak spesifik

    rekomendasi di sini, mungkin memerlukan modifikasi berkelanjutan dengan

    konsidurasi dari seluruh faktor aplikasi yang terkait. modifikasi harus dibuat

    hanya setelah metodologi berikut yang tertulis pada chapter 4 NFPA 850:

    1. Proses desain perlindungan kebakaran harus dimulai di bawah arahan

    seseorang yang berpengalaman di bidang teknik perlindungan kebakaran

    dan memiliki pengetahuan luas dan pengalaman dalam operasi pembangkit

    listrik dari jenis atau pembangkit sedang dipertimbangkan. 4.1.1

    2. Penciptaan dasar desain perlindungan kebakaran harus dimulai sejak awal

    dalam proses desain pabrik sebagai hal praktis untuk memastikan bahwa

    rekomendasi pencegahan kebakaran dan perlindungan kebakaran

    sebagaimana dijelaskan dalam dokumen ini telah dievaluasi dalam

    pandangan pertimbangan khusus pabrik mengenai desain, tata letak, dan

    mengantisipasi persyaratan operasi. 4.1.2

    3. Teknik manajemen keselamatan proses (PSM) yang berlaku harus

    dipertimbangkan. 4.1.3

    4. Tujuan dokumen dasar desain perlindungan kebakaran (DBD) adalah untuk

    memberikan catatan pengambilan keputusan proses dalam menentukan

  • 7

    pencegahan kebakaran dan perlindungan kebakaran untuk bahaya tertentu.

    4.1.4

    5. Tujuan dokumen dasar desain perlindungan kebakaran (DBD) harus

    menjadi dokumen hidup yang akan dilanjutkanuntuk berkembang, karena

    desain pabrik disempurnakan dan akan dipertahankan dan direvisi untuk

    kehidupan pabrik. 4.1.5

    Kebutuhan akan Fire fighting system yang semakin tinggi diiringi dengan

    munculnya sistem air bawah tanah. Sebelumnya, air diperoleh dari sumur terdekat

    atau kolam yang mudah diakses, hal ini mempersulit dalam proses pemadaman

    kebakaran karena akses terhadap suplai air yang kemungkinan sulit didapat di

    sekitar lokasi kebakaran ada beberapa jenis hydrant, yaitu :

    1. Hydrant System

    Hydrant gedung adalah sistem pencegahan kebakaran yang menggunakan

    pasokan air dan dipasang di dalam bangunan atau gedung .

    2. Hydrant box unit

    Unit hydrant box merupakan bagian dari sistem pemadam kebakaran yang

    berhubungan langsung dengan operator. Fungsi hydrant box adalah sebagai

    tempat penyimpan perangkat tempur melawan api yang harus selalu ready. Di

    dalam hydrant box terdapat:

    a). 1 buah connector + stop valve ukuran 1 1/2",

    b). 1 buah connector + stop valve ukuran 2 1/2",

    c). 1 roll hydrant hose ukuran 1 1/2" panjang minimal 30 meter,

    d). 1 buah nozzle ukuran 1 ½

    Gambar 2. 1 Hydrant box unit

    (Sumber; http://www.envi-c.com)

  • 8

    3. Hydrant pillar

    Hydrant pillar sering disebut dengan hydrant halaman atau hydrant kota, suatu

    system pemadam yang membutuhkan pasokan airyang terletak diluar

    bangunan. Biasanya air didapat dari mobil PMK atau sumber air terdekat. Jika

    sumber air terlalu jauh maka air dibuatkan saluran bawah tanah untuk

    memudahkan pasokan air yang dibutuhkan saat melakukan pemadaman, untuk

    menentukan jumlah pillar hydrant yang dibutuhkan dapat menggunakan

    persamaan berikut:

    Jumlah pillar = A/1000 𝑚² (2.1)

    Di mana : A = Area (m²)

    Gambar 2. 2 Hydrant pillar

    (Sumber :. www.indiamart.com)

    4. Komponen yang diperlukan pada sistem hydrant pillar adalah berikut:

    a) Stand hydrant

    Komponen ini terdiri atas lima jenis, yaitu:

    1. Automatic wet

    Merupakan sistem stand hydrant otomatis yang mampu memenuhi

    kebutuhan air secara otomatis.

    2. Automatic dry

    Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara

    bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve,

    untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dan

    dapat menghemat kerja pompa.

  • 9

    3. Semi-automatic dry

    Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat

    seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya

    dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak

    pada setiap hose connection. suplay air harus mampu memenuhi

    kebutuhan sistem.

    4. Manual wet

    Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang

    sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun

    tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem.

    5. Manual dry

    Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang

    permanen, air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department

    pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire

    department connection.

    5. Sprinkle system

    Adalah kombinasi dari deteksi panas dan pemadaman, hingga bekerja secara

    otomatik penuh tanpa bantuan orang atau sistem lain. Sehingga system ini

    merupakan sistem penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang paling

    efektif. jenis pemadaman. penyiram berikut didefinisikan sesuai dengan

    karakteristik desain dan kinerja yaitu (NFPA 13) :

    Early suppression fast-response (ESFR).

    Jenis springkler respons cepat yang memenuhi kriteria dan terdaftar karena

    kemampuannya untuk memberikan api penindasan bahaya kebakaran

    khusus tantangan tinggi. 3.6.4.2

  • 10

    Gambar 2. 3 Jenis special springkler

    (Sumber :. https://www.tyco-fire.com/)

    Extended Coverage Sprinkler.

    Suatu jenis sprinkler semprot dengan area jangkauan maksimum

    sebagaimana ditentukan dalam Bagian 8.8 dan 8,9 dari standar ini. 3.6.4.3

    Gambar 2. 4 jenis Special springkler

    (Sumber :. http://www.vikingcorp.com)

    Nozzel.

    Perangkat untuk digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan pola

    pembuangan air khusus, semprotan directional, atau lainnya karakteristik

    debit yang tidak biasa. 3.6.4.4

  • 11

    Gambar 2. 5 Jenis special springkler

    (Sumber https://harga-jual.com/sprinkler-nozzle)

    Open Sprinkler.

    Sprinkler yang tidak memiliki aktuator atau elemen yang responsif

    terhadap panas. 3.6.4.

    Gambar 2. 6 Jenis special springkler (Sumber https://sincofire.en.made-in-china.com/)

    Quick-response (QR) sprinkler.

    Jenis semprotan penyiram yang memenuhi kriteria respons cepat dan

    terdaftar sebagai sprinkler respons cepat untuk penggunaan yang

    dimaksudkan. 3.6.4.7

  • 12

    Gambar 2. 7 Jenis special springkler

    (Sumber https://siron.eu/sprinklers/quick-response-sprinklers/)

    Residential sprinkler.

    Jenis sprinkler respons cepat memiliki elemen termal dengan RTI 50

    (meter detik) 1/2 atau kurang, yang telah diselidiki secara khusus karena

    kemampuannya untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup di

    ruang api asal, dan yang terdaftar untuk digunakan dalam perlindungan

    tinggal unit 3.6.4.7

    Gambar 2. 8 Jenis special springkler (Sumber :. http://www.vikingcorp.com)

    Special sprinkler.

    Alat penyiram yang telah diuji dan terdaftar sebagaimana ditentukan dalam

    8.4.8. 3.6.4.9

  • 13

    Gambar 2. 9 Jenis special springkler (Sumber :. http://www.vikingcorp.com)

    Spray Sprinkler.

    Jenis sprinkler terdaftar untuk itu kemampuan untuk memberikan

    kontrol kebakaran untuk berbagai macam kebakaran bahaya. 3.6.4.10

    Gambar 2. 10 Jenis spray springkler (Sumber :. www.patigeni.com)

    2.1.1 Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan Jenis Bangunan

    Berdasarkan (Indonesia, 2009), Untuk mengetahui bangunan dengan

    menggunaan pembangkit listrik dalam kentuan menggunakan standard NFPA 850

    dengan undang-undang republik indonesia nomor 30 tahun 2009 tentang ketenaga

    listrikan pada pasal 44 ayat 1-7 berbunyi:

    1. Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan

    ketenagalistrikan

  • 14

    2. Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    bertujuan tuntuk mewujudkan kondisi:

    a. Andal dan aman bagi instalasi

    b. Aman dari bahaya bagi manusia dan mahluk hidup lainnya, dan

    c. Ramah lingkungan

    3. Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    meliputi:

    a. Pemenuhan standardisasi peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik

    b. Pengamanan instalasi tenaga listrik, dan

    c. Pengamanan pemanfaatan tenaga listrik

    4. Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki sertifikat layak

    operasi

    5. Setiap peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan

    Standar Nasional Indonesia

    6. Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat

    kompetensi

    7. Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan, sertifikat layak operasi,

    Standar Nasional Insonesia, dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur oleh Peraturan Pemerintah.

    Berdasarkan (keputusan menteri negara pekerjaan umum nomor:

    10/Kpts/2000, 2000) tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya pada

    gedung dan lingkungan, maka bangunan dapat dibagi menjadi :

    Kelas 1: Bangunan hunian biasa

    A. Kelas 1A : Bangunan hunian tinggal berupa

    Satu rumah tunggal satu atau lebih bangunan hunian gandeng,

    yang masingmasing bangunannya dipisahkan dengan suatu

    dinding tahan api, termasuk rumah deret, rumah taman, unit

    town house, villa

    B. Kelas 1 B : Rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel, atau

    sejenisnya dengan luas total lanta kurang dari 300 m2 dan tidak

    ditinggali lebih dari 12 orang secara tetap, dan tidak terletak di

  • 15

    atas atau di bawah bangunan hunian lain atau bangunan kelas

    lain selain tempat garasi pribadi

    Kelas 2 : Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang masing-

    masing merupakan tempat tinggal terpisah.

    Kelas 3 : Bangunan hunian di luar bangunan kelas 1 atau 2, yang umum

    digunakan sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah

    orang yang tidak berhubungan, termasuk

    rumah asrama, rumah tamu, losmen

    bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel

    bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah

    panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak

    bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan perawatan

    kesehatan yang menampung karyawan-karyawannya

    Kelas 4 : Bangunan hunian campuran adalah tempat tinggal yang berada di dalam

    suatu bangunan kelas 5, 6, 7, 8, atau 9 dan merupakan tempat tinggal

    yang ada dalam bangunan tersebut

    Kelas 5 : Bangunan kantor adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk

    tujuan-tujuan usaha profesional, pengurusan administrasi, atau usaha

    komersial, di luar bangunan kelas 6, 7, 8, atau 9.

    Kelas 6 : Bangunan Perdagangan adalah bangunan toko atau bangunan lain yang

    dipergunakan untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran atau

    pelayanan kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk

    Ruang makan, kafe, restoran

    Ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu

    hotel atau motel

    Tempat potong rambut/salon, tempat cuci umum

    Pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel

    Kelas 7 : Bangunan penyimpanan/gudang

    Adalah bangunan gedung yang dipergunakan penyimpanan,

    termasuk tempat parkir umum

  • 16

    Gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual

    atau cuci gudang

    Kelas 8 : Bangunan laboratorium/industri/pabrik adalah bangunan Gedung

    laboratorium dan bangunan yang dipergunakan untuk tempat

    pemrosesan suatu produksi, perakitan, perubahan, perbaikan,

    pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang produksi dalam

    rangka perdagangan atau penjualan

    Kelas 9 : Bangunan umum adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk

    melayani kebutuhan masyarakat umum, yaitu:

    Kelas 9a: Bangunan perawatan kesehatan, termasuk bagianbagian

    dari bangunan tersebut yang berupa laboratorium

    Kelas 9b: Bangunan pertemuan, termasuk bengkel kerja,

    laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan,

    hall, bangunan peribadatan, bangunan budaya atau sejenis, tetapi

    tidak termasuk setiap bagian dari bangunan yang merupakan kelas

    lain.

    Kelas 10 : Adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian:

    Kelas 10a : Bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi,

    carport, atau sejenisnya

    Kelas 10b : Struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding

    penyangga atau dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau

    sejenisnya.

    2.1.2 Lokasi dan Identifiksi

    1. Sambungan pemadam kebakaran harus pada sisi jalan dari bangunan, mudah

    terlihat dan dikenal dari jalan atau terdekat dari titik jalan masuk peralatan

    pemadam kebakaran, dan harus diletakkan dan disusun sehingga saluran slang

    dapat dilekatkan ke inlet tanpa mengganggu sasaran yang berdekatan, termasuk

    bangunan, pagar, tonggak-tanggak atau sambungan pemadam kebakaran.

    2. Setiap sambungan pemadam kebakaran harus dirancang dengan suatu

    penandaan dengan huruf besar, tidak kurang 25 mm ( 1 inci ) tingginya, di tulis

  • 17

    pada plat yang terbaca : “pipa tegak” Jika springkler otomatik juga dipasok oleh

    sambungan pemadam kebakaran, penandaan atau kombinasi penandaan harus

    menunjukkan keduanya (contoh : “Pipa tegak dan springkle otomatik” atau

    ‘springkle otomatik dan pipa tegak”). Suatu penandaan juga harus menunjukkan

    tekanan yang dipersyaratkan pada inlet untuk penyaluran kebutuhan sistem.

    3. Apabila sambungan pemadam kebakaran hanya melayani suatu bagian

    bangunan, suatu penandaan harus dilekatkan menunjukkan bagian bangunan

    yang dilayani.

    4. Suatu sambungan pemadam kebakaran untuk masing-masing sistem pipa tegak

    harus diletakkan tidak lebih dari 30 m ( 100 ft) dari hidran halaman terdekat yang

    dihubungkan ke pasokan air yang disetujui.

    5. Sambungan pemadam kebakaran harus diletakkan tidak kurang 45 cm (18 inci)

    tidak lebih dari 120 cm (48 inci) diatas permukaan tanah sebelah, jalan samping

    atau permukaan tanah.

    2.2 Ketentuan Pemasangan System Hydrant

    Dalam merencanakan sistem perpipaan harus diperhatikan ketentuan

    berikut:

    A. Diameter pipa induk minimum 15 cm (6 Inch) dan diameter pipa cabang

    minimum 10 cm (4 Inch) atau dihitung secara hidrolis.

    B. Tidak boleh digabungkan dengan instalasi lainnya.

    C. Pipa berdiameter sampai 6,25 cm (2,5 Inch) harus menggunakan sambungan ulir

    dan lebih besar dari 6,25 cm (2,5 Inch) menggunakan sambungan las.

    D. Memasang pipa horizontal:

    Diberi penggantung dengan kemampuan 5x berat pipa berisi air.

    Harus terpisah dengan penggantung lain.

    Jarak antara penggantung maksimum 3,5 m.

    E. Pipa yang menembus beton bangunan harus disediakan selongsong dari

    besi/tulang pipa baja dengan kelonggaran minimum 25mm diluar pipa.

    F. Pipa yang dipasang didalam tanah harus memenuhi persyaratan:

    Kedalaman minimal 75 cm dari permukaan tanah.

  • 18

    Pipa harus diberi tumpuan jarak setiap 3m.

    Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata.

    Pipa harus dicat (flincoote) minimum 3 lapis

    Pemasangan pipa didaerah korosi perlu dilindungi dengan cara yang tepat.

    G. Berdasarkan acuan (national fire & 14, 2010) cara pemasangan hydrant harus

    pipa utama pemadam kebakaran pribadi, seperti yang digunakan dalam standard

    adalah pipa dan perlengkapannya di properi pribadi

    Antara sumber air dan pangkalan riser sistem untuk sistem proteksi

    kebakaran ber basis air

    Antara sistem air dan yang masuk ke sistem busa

    Antara sumber air dan pangkal siku utama hydrant atau monitor nozel

    Digunakan untuk pipa hisap dan dan debit pompa kebakaran

    Mulai dari sisi saluran katup masuk masuk dan tangka bertekanan atau

    grvitasi

    Untuk pemasangan pipa hidran outdoor diketahui oleh NFPA 14 yaitu jarak

    hidran di area industry/pabrik utamanya harus berjarak 300ft (91.4 m) dari jarak

    hidran dari jarak yang terkecil. 6.4.1.1

    2.3 Aturan Fire Springkler System Menurut NFPA

    A. Peraturan Umum

    1. Springkler harus dilokasikan, diberi jarak , dan di posisikan sesuai

    dengan syarat NFPA 13

    2. Springkler harus diposisikan untuk menyediakan proteksi pada area

    yang tetap dengan tujuan dari NFPA 13 dengan merencanakan posisi

    dan daerah yang diijinkan dari area terproteksi untuk setiap sprinkler

    3. Persyaratan harus diaplikasikan untuk semua tipe sprinkler kecuali

    kalau dimodifikasi oleh aturan yang lebih ketat pada jenis sprinkle

    Karena system valves dan alat ukur harus mudah di akses untuk operasi,

    inspeksi , pengujian ,dan perawatan.

  • 19

    B. Area proteksi antar sprinkler

    1. Area proteksi dari cakupan per unit springkler (As) dapat ditentukan

    dengan:

    a. Sepanjang garis cabang sebagai berikut:

    Menentukan jarak antara sprinkler (atau ke dinding atau

    penghalang pada kasus dari ujung sprinkler di garis cabang)

    hulu dan hilir.

    Memilih yang lebih besar baik dua kali jarak ke dinding atau

    jarak ke sprinkler berikutnya.

    Dimensi ini akan di definisikan sebagai S.

    b. Antara garis cabang sebagai berikut :

    Menentukan jarak perpendicular ke sprinkler di garis cabang

    terdekat ( atau ke dinding atau penghalang pada kasus dari ujung

    sprinkler di garis cabang) pada setiap sisi dari garis cabang yang

    dimana sprinkler subjek diposisikan.

    Memilih yang yang lebih besar baik dua kali jarak ke dinding

    atau jarak ke sprinkler berikutnya.

    Dimensi ini akan di definisikan sebagai L.

    Daerah proteksi dari cakupan sprinkler ditetapkan dengan

    mengalikan dimeni S dan dimensi L , dengan formula :

    As= S x L

    2. Area proteksi maksimum dari perlindungan

    a) Area maksimum proteksi perlindungan yang diizinkan untuk

    sprinkler (As) harus sesuai dengan nilai yang diindikasikan pada

    setiap type sprinkler.

    b) Area maksimum proteksi perlindungan dari semua jenis sprinkler

    tidak boleh melebihi 400 ft² (36 m²).

    3. Jarak sprinkler.

    a) Jarak maksimum antar sprinkler.

  • 20

    Jarak maksimum yang di izinkan antar sprinkler harus di

    dasarkan pada jarak garis tengah antara sprinkler terdekat.

    Jarak maksimum harus di ukur sepanjang lekukan dari langit

    langit.

    Jarak maksimum yang di izinkan antar sprinklers harus sama

    dengan nilai indikasi dalam seksi aplikasi tiap jenis sprinkler.

    b) Jarak maksimum dari dinding.

    Jarak maksimum dari sprinkler ke dinding harus tidak boleh

    melebihi satu setengah dari jarak maksimum antar sprinkler

    yang di izinkan.

    Jarak dari dinding menuju sprinkler harus di ukur

    perpendicular menuju dinding.

    Jarak dari dinding ke sprinkler harus di ukur ke dinding

    dibelakang furniture , seperti lemari , rak , dan tempat piala.

    Jarak maksimum dari dinding ke sprinkler harus diukur ke

    tembok ketika sprinklers dekat jendela dan tidak ada tambahan

    lantai kosong yang di buat.

    c) Jarak minimum dari tembok.

    Jarak minimum sprinkler yang di ijinkan antar sprinkler dan

    tembok harus sesuai dengan nilai indikasi dari jarak aplikasi

    dari setiap tipe sprinkler.

    Jarak minimum dari tembok ke sprinkler harus di ukur

    perpendicular ke tembok.

    d) Jarak minimum antar sprinkler.

    Jarak minimum harus diatur antar sprinklers untuk mencegah

    pengoperasian sprinkler dari basah ayng di sebabkan sprinkler

    terdekat dan untuk mencegah pelewatan dari sprinkler.

    Jarak minimum sprinkler yang di ijinkan antar sprinkler dan

    tembok harus sesuai dengan nilai indikasi dari jarak aplikasi

    dari setiap tipe sprinkler

  • 21

    2.3.1 Aturan Pemasangan Fire Springkler System Menurut NFPA

    Pemasangan sprinkler sistem untuk menentukan posisi penyiram untuk

    menghindari penghalang waktu Springkle aktif. Jika sprinkler tidak dapat

    melampaui cakupan yang memadai karena penghalang, maka sistem semprotan air

    menggunakan nozel atas dan bawah harus dipertimbangkan sebagai pengganti

    sistem sprinkler jika posisi terhalang (standard for the installation of sprinkler

    system NFPA 13, 2010).

    2.3.2 Pandangan Umum

    Berdasarkan national fire protection association (NFPA) standart untuk

    fire sprinkler system dijelaskan pada NFPA 13 standard for the installation of

    sprinkler systems, berdasarkan (Standard for the installation of sprinkler system

    NFPA 13, 2010) ini harus menyediakan persyaratan minimum untuk desain dan

    pemasangan sistem sprinkler api otomatis dan tertutup sistem sprinkler

    perlindungan dalam standart ini. Standar ini ditulis dengan asumsi bahwa sistem

    sprinkler harus dirancang untuk melindungi terhadap satu api yang berasal dari

    dalam gedung.

    2.3.3 Jenis-jenis Sprinkler

    Berdasarkan (Lake et al., 2010) menyebutkan bahwa terdapat beberapa jenis

    sprinkler antara lain:

    1. Wet pipe system

    Sistem sprinkler pipa basah adalah jenis sistem sprinkler yang paling

    sederhana dan paling umum digunakan. Dalam sistem pipa basah, perpipaan

    mengandung air setiap saat dan terhubung ke pasokan air sehingga air

    mengalir langsung dari sprinkler ketika sprinkler diaktifkan, karena sistem

    pipa basah memiliki komponen yang relatif sedikit, mereka memiliki

    tingkat keandalan yang secara inheren lebih tinggi daripada jenis sistem

    lainnya.

  • 22

    2. Dry pipe system

    Sistem pipa kering harus dipasang hanya jika panas tidak memadai

    untuk mencegah pembekuan air di semua bagian, atau di bagian, sistem.

    Sistem pipa kering harus dikonversi untuk sistem pipa basah ketika mereka

    menjadi tidak perlu karena panas yang cukup disediakan, penyiram jangan

    dimatikan dalam cuaca dingin.

    Bila dua atau lebih katup pipa kering digunakan, sebaiknya sistem

    dibagi secara horizontal untuk mencegah operasi simultan lebih dari satu

    sistem dan akibatnya peningkatan waktu tunda dalam sistem pengisian dan

    pemakaian air dan untuk mencegah penerimaan lebih banyak dari satu

    sinyal alarm aliran air.

    Jika ada panas yang cukup di bagian sistem pipa kering, harus

    dipertimbangkan diberikan untuk membagi sistem menjadi sistem pipa

    basah yang terpisah dan sistem pipa kering. Penggunaan sistem pipa kering

    yang minimal diperlukan di mana kecepatan operasi menjadi perhatian

    khusus.

    3. Preaction systems and deluge systems

    Preaction Systems lebih kompleks daripada sistem pipa basah dan

    pipa kering karena mengandung lebih banyak komponen dan peralatan.

    Preaction Systems membutuhkan pengetahuan khusus dan pengalaman

    dengan desain dan instalasi mereka, dan kegiatan inspeksi, pengujian, dan

    pemeliharaan yang diperlukan untuk memastikan keandalan dan

    fungsionalitas mereka lebih terlibat, spesifikasi dari pabrik dan batasan

    daftar harus dipatuhi dengan ketat.

    Berbagai jenis katup yang di klasifikasikan untuk digunakan dalam

    preaction Systems telah tersedia dengan karakteristik operasi dari katup-

    katup ini menyebabkan jenis sistem preaksi tertentu memiliki kualitas yang

  • 23

    serupa orang-orang dari sistem pipa kering, seperti sistem preaksi interlock

    ganda. Karena itu, sama saja aturan dan batasan yang berlaku untuk sistem

    pipa kering berlaku untuk sistem preaksi interlock ganda.

    4. Combined dry pipe and preaction systems for piers, terminals, and wharves.

    Pipa kering kombinasi dan preaction systems tidak umum seperti

    beberapa dekade lalu. Sistem semacam itu dimaksudkan untuk diterapkan

    pada struktur yang tidak biasa, seperti dermaga atau general powerplan yang

    di pasang pada equipmen, yang membutuhkan pipa yang sangat panjang.

    2.3.4 Jenis-jenis Detector

    Berdasarkan (Department of Veterans Affairs, 2011) menyebutkan bahwa

    terdapat beberapa jenis detector antara lain :

    1. Detektor asap harus dipasang hanya jika diminta oleh kode kebakaran

    Nasional, ini manual desain, atau jika diperlukan dengan kesetaraan. Semua

    detektor asap harus hanya tipe fotolistrik. Verifikasi alarm tidak akan

    digunakan untuk detektor asap yang dipasang untuk tujuan peringatan dini.

    Stasiun perawat yang tidak memiliki staf 24/7 dipertimbangkan ruang yang

    terbuka ke koridor dan mungkin memerlukan deteksi asap sesuai dengan

    NFPA 101.

    2. Detektor panas tidak diperlukan kecuali digunakan bersama dengan

    shutdown elevator, di mana digunakan sebagai pengganti detektor asap di

    lingkungan yang tidak cocok untuk detektor asap, atau di mana digunakan

    untuk melindungi generator darurat yang tidak dilengkapi dengan alat

    penyiram otomatis, pengecualian yaitu detektor panas tidak diperlukan di

    bangunan kecil terpencil yang menampung darurat generator. Berikan

    detektor panas di semua ruang generator di bangunan yang tidak disiram.

    Itu detektor panas harus suhu tetap, suhu ekstra tinggi (325-375 ° F) rating.

    Ini mengantisipasi bahwa sebagian besar ruang generator akan dilindungi

    sprinkler dan tidak akan membutuhkan panas detektor.

  • 24

    2.4. Persamaan Fluida

    Perancangan fire fighting system pada pabrik gula menggunakan persamaan

    untuk mengetahui parameter - parameter dalam meniliti kebutuhan pompa. Adapun

    persamaan - persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

    2.4.1. Persamaan Energi

    Persamaan energi dihasilkan dari penerapan prinsip kekekalan energi pada

    aliran fluida. Energi yang dimiliki oleh suatu fluida yang mengalir terdiri dari energi

    dalam dan energi - energi akibat tekanan, kecepatan, dan kedudukan (ketinggian)

    dalam arah aliran, prinsip energi diringkas dengan suatu persamaan umum sebagai

    berikut:

    Energi di bagian 1 + Energi yang ditambahkan - Energi yang hilang - Energi

    yang diambil = Energi di bagian 2.

    2.4.2 Head Total Pompa

    Head total pompa harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti

    yang direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi sistem yang akan dilayanai

    pompa.

    A. Head loss mayor

    Head loss mayor disebabkan karena rugi - rugi yang diakibatkan oleh

    gesekan sepanjang pipa.

    ℎL = 𝑓𝐿

    𝐷

    𝑉2

    2𝑔 (2.1)

    Di mana:

    hL = Head loss mayor (m)

    f = Faktor gesekan (tanpa dimensi)

    L = Panjang pipa (m)

    D = Diameter dalam pipa (m)

    V = Kecepatan aliran (m/s)

    g = Percepatan gravitasi = 9,81 (m/s²)

  • 25

    B. Head loss minor Head loss minor disebakan karena rugi - rugi akibat fittings pada

    sistem perpipaan. Dapat dihitung dengan cara menambahkan nilai koefisien

    K (koefisien fitting) pada sistem perpipaan.

    ℎ = 𝐾𝑉2

    2𝑔 (2.2)

    Di mana:

    h = Head loss minor (m)

    K = Koefisien fitting (tanpa dimensi)

    V = Kecepatan aliran (m/s)

    g = Percepatan gravitasi = 9,81 (m/s²)

    C. Head statik (Z) Head statik adalah perbedaan antara ketinggian permukaan air pada

    titik hisap pompa dan titik tekan pompa. Head statik dilambangkan dengan

    Z dengan satuan meter.

    D. Head tekan Head tekan adalah perbedaan antara tekanan pada titik hisap pompa

    dan titik tekan pompa.

    ℎ𝑃 =𝑃2−𝑃1

    2𝑔 (2.3)

    Di mana:

    hP = Head tekan (m)

    P2 = Tekanan titik tekan pompa (Pa)

    P1 = Tekanan titik hisap pompa (Pa)

    g = Percepatan gravitasi = 9,81 (m/s²)

    E. Head kecepatan Head kecepatan adalah perbedaan antara kecepatan pada titik hisap

    pompa dan titik tekan pompa.

    ℎ𝐾 =𝑉22−𝑉12

    2𝑔 (2.4)

    Di mana:

    Hk = Head kecepatan (m)

    V2 = Kecepatan titik tekan pompa (m/s)

  • 26

    V1 = Kecepatan titik hisap pompa (m/s)

    g = Percepatan gravitasi = 9,81 (m/s²)

    F. Head loss total H = hL + hf + Z + hP + hK (2.5)

    Di mana:

    hL = Head loss mayor (m)

    h = Head loss minor (m)

    2.4.3 Bilangan Reynold

    Bilangan reynold adalah bilangan tak berdimensi, yang menyatakan

    perbandingan gaya-gaya inersia terhadap gaya-gaya kekentalan (viskositas). Untuk

    pipa bundar yang fluidanya mengalir penuh (memenuhi penampang pipa):

    𝑅𝑒 =𝜌𝑉𝐷

    𝜇=

    𝑉𝐷

    ʋ (2.11)

    Di mana:

    Re = Bilangan reynold (tanpa dimensi)

    V = kecepatan rata-rata (m/detik)

    D = Diameter dalam pipa (m)

    ρ = Rapat massa fluida (kg/m³)

    μ = Kekentalan mutlak (Pa detik)

    ʋ = Kekentalan kinematik (m²/detik)

    Aliran fluida yang mengalir dalam pipa dibedakan menjadi tiga jenis aliran

    menurut nilai Reynoldnya yaitu aliran laminar, turbulen dan transisi :

    a. Aliran laminar (Re < 2300)

    b. Aliran turbulen (Re > 4000)

  • 27

    c. Aliran transisi (2300 < Re < 4000)

    2.4.4 Faktor Gesekan

    Faktor gesekan atau nilai f dapat dicari dengan mempertimbangkan bilangan

    Reynolds.

    A. Aliran laminar Jika nilai Re < 2300 maka nilai f dapat dicari dengan rumus berikut.

    𝑓 = 64

    𝑅𝑒 (2.12)

    Di mana:

    Re = Bilangan reynold (tanpa dimensi)

    B. Aliran turbulen

    Jika nilai Re > 4000 maka dilai f harus dicari dengan tabel Moody

    diagram untuk bisa membaca moody diagram harus mengetahui nilai

    Re dan Relative pipe rouhgness. Relative pipe rouhgness dapat dicari

    dengan rumus.

    𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑝𝑖𝑝𝑒 𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑛𝑒𝑠𝑠 = ℰ

    𝐷 (2.13)

    Di mana:

    ℰ = Material absolute roughness (mm)

    ( dicari pada tabel Moody diagram)

    D = Diameter pipa (mm)

    2.4.5 Daya Pompa

    Daya pompa dihitung dengan mengalikan jumlah N fluida yang mengalir

    per detik (ρ.g.Q) dengan energi H dalam J/N. Jadi menghasilkan persamaan sebagai

    berikut: (Giles-Soemitro.1986).

    𝑃𝑤 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝑄 𝑥 𝐻

    ɳ (2.14)

    Di mana:

    Pw = Daya pompa (kW)

    ρ = Rapat massa fluida yang menglir (kg/m³)

  • 28

    g = Percepatan gravitasi = 9,81 (m/s²)

    Q = Debit aliran fluida yang mengalir (m³/s)

    H = Head total pompa (m)

    ɳ = Efisiensi pompa (%)

    2.4.6 Hukum Bernaulli

    Persamaan bernoulli adalah hubungan antara tekanan, kecepatan dan

    elevasi/ketinggian. Persamaan Bernoulli dinyatakan seperti berikut:

    𝑃

    𝜌𝑔+

    𝑉2

    2𝑔+ 𝑍 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (2.15)

    𝑃1

    𝜌𝑔+

    𝑉12

    2𝑔+ 𝑍1 =

    𝑃2

    𝜌𝑔+

    𝑉22

    2𝑔+ 𝑍2 + ℎ𝐿 + ℎ𝑝𝑢𝑚𝑝 (2.16)

    Dimana:

    P1 = Tekanan di titik 1 (Pa)

    P2 = Tekanan di titik 2 (Pa)

    V1 = Kecepatan di titik 1 (m/s)

    V2 = Kecepatan di titik 2 (m/s)

    ρ = Rapat massa fluida yang menglir (kg/m³)

    g = Percepatan gravitasi = 9,81 (m/s²)

    Z1 = ketinggian di titik 1 (m)

    Z2 = Ketinggian dititik 2 (m)

    hL = Head total (m)

    hpump = Head pompa (m)

    2.4.7 Klasifikasi Bahaya Hunian

    1. Bahaya kebakaran ringan ialah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan

    kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan

    panas rendah sehingga menjalarnya lambat.

    2. Bahaya kebakaran sedang kelompok I, ialah jenis hunian yang mempunyai

    jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah

  • 29

    terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5m dan apabila terjadi kebakaran

    melepaskan panas sedang sehingga menjalar api sedang.

    3. Bahaya kebakaran sedang II, ialah jenis huian yang mempunyai jumlah dan

    kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar

    dengan tinggi lebih dari 4m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas

    sedang sehingga menjalarnya api sedang.

    4. Bahaya kebakaran sedang kelompok III, ialah jenis hunian yang mempunyai

    jumlah dan kemudahan kebakaran tinggi dan apabila terbakar menghasilkan

    panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat.

    5. Bahaya kebakaran berat ialah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan

    kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas

    tinggi sehingga menjalarnya api cepat.

    2.4 Proses Terjadinya Kebakaran

    Pada umumnya penyebab kebakaran bersumber pada tiga factor yaitu:

    1. Faktor manusia

    a. Pekerja

    Tidak mengetahui prinsip dasar pencegahan kebakaran.

    Lalai dalam menempatkan barang yang berpotensi menyebabkan

    kebarakan dengan ceroboh.

    Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin

    b. Pengelola

    Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan para pekerja.

    Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja.

    Tidak adanya standar atau aturan yang proses penerapannya kurang

    tegas dalam hal yang menyangkut bagian kritis peralatan.

    2. Faktor teknis

    a. Proses mekanis timbulnya panas akibat kenaikan suhu

    atautimbulnya bunga api akibat gesekan benda maupun adanya api

    terbuka.

  • 30

    b. Proses kimia kebakaran pada waktu pengangkutan bahan-bhan

    kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan tanpa

    memperhatikan petunjukpetunjuk yang ada.

    c. Tegangan listrik

    Banyak titik kelemahan pada instalasi listrik yang dapat mendorong

    terjadinya kebakaran yaitu karna hubungan pendek arus listrik yang

    menimbulkan panas dan bunga api yang dapat menyalakan dan

    membakar komponen lain. Gangguan listrik merupakan penyebab

    utama kebakaran dalam industri.

    3. Faktor alam

    Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan ledakan akibat factor

    alam adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran

    hutan yang luas dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar

    panas dan lain-lain.

    2.4.1 Segitiga Api

    Merupakan reaksi antara bahan bakar udara dan sumber panas yang

    bergabung pada level yang dibutuhkan untuk dapat terbakar dengan ketentuan.

    Gambar 2. 11 Segitiga api

    (Sumber: http://saberindo.co.id)

    1. Jumlah bahan bakar cukup

    2. Jumlah oksigen cukup

    3. Jumlah sumber panas berenergi untuk menyalakan api

    Apabila salah satu unsur tersebut diambil maka api padam dan inilah prinsip

    dari pemadaman api. Prinsip dari segitiga api ini dipakai dasar untuk mencegah

    kebarakan dan penanggulangan api.

  • 31

    2.4.2 Klasifikasi Kebakaran

    Kebakaran diklasifikasi (dikelompokkan) berdasarkan sumber penyebab api

    yang muncul dalam kejadian kebakaran, klasifikasi (kelas) kebakaran berguna

    untuk menentukan media pemadam efektif untuk memadamkan api/kebakaran

    menurut sumber api/kebakaran tersebut, serta berguna untuk menentukan tingkat

    keamanan jenis suatu media pemadam sebagai media pemadam suatu kelas

    kebakaran berdasarkan sumber api atau kebakarannya.

    Klasifikais kebakaran.

    Gambar 2. 12 Klasifikasi kebakaran

    (Sumber: sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com)

    2.5 API PR 1102

    Menurut API PR 1102 tabel 5.7.2 pipa yang terpendam melintasi jalan

    harus dipasang menggunakan penutup minimum yang diukur dari ujung permukaan

    pipa hingga keatas permukaan sebagai berikut pada table 2.4 :

  • 32

    Tabel 2. 1 kedalam pipa under ground

    LOCATION

    Under Highway Sureface Proper

    4 ft(1.2m)

    Under all other surfaces within the right-of-way.

    3 ft(0.9m)

    For pipelines transporting HVL, from the bottom of ditches.

    4 ft(1.2m)

    Jika persyaratan tersebut tidak dapat dipenuhi maka harus disediakan maka

    perlindungan mekanis harus dipasang. sesuai yang tertuang pada API PR

    1102.5.7.3 Perlindungan mekanis dilakukan jika cakupan minimum yang tertuang

    pada 5.7.2 tidak dapat terpenuhi maka harus digunakan perlindungan mekanis.

    2.6 Kapasitas Tangki

    Pada kebutuhan air pada sistem fire fihting system perlu diketahui kapasitas

    air yang di dibutuhkan, agar tidak kekurangan air supplay pada saat fire fighting

    beroprasi, mengacu pada standard NFPA 22 water tanks for private fire protection

    (NFPA, 2003) :

    2.6.1 Lokasi Tangki

    Pada standard NFPA 22 menyatakan lokasi dan area penempatan tangki

    sebagai berikut:

    Lokasi tangki harus sedemikian rupa sehingga tangki dan struktur tidak

    terkena api eksposur 4.2.1

    Material tangki harus terbuat dari bahan yang tahan api 4.2.2

    Pondasi harus yang memadai untuk penyangga tangki 4.2.3

    Jika tangki dirancang diatas bangunagan maka bangunan harus

    dibangaun dan dirancang untuk menerima beban maksimum 4.2.4

  • 33

    2.6.2 Perhitungan Kebutuhan Air Fire Fighting System

    Untuk menentukan kebutuhan air pada fire fighting system sangat perlu

    diperhatikan supaya tidak mengalami kekurangan air pada saat sistem beroperasi,

    maka perlu dilakukan perhitungan volume air tersebut dengan rumus berikut:

    V = Q x T

    Keterangan:

    V = Volume kebutuhan air (𝑚3)

    Q = Kapasitas air (𝑑𝑚3/menit)

    T = Waktu operasi sistem (menit)

    2.6.3 Standard Warna

    Berdasarkan (Negara, 1993) Warna kode yang digunakan untuk mengetehui

    dan atau mengetahui isi pipa atau tangki pada gambar 2.13 :

    Gambar 2. 13 Standar warna Sumber : ((Negara, 1993) warna pipa) 2.7 Material

    Pada standar (Standart for the installation of sprinkler system NFPA 13,

    2010) disarankan menggunakan material A 53 gr B dan A 106 gr B (ferrous pipe),

    material tersebut memiliki spesifikasi tersendiri untuk perbedaan material tersebut

  • 34

    hanya pada penerimaan temperature pada survice untuk A 106 Gr B menerima

    termperatur lebih tinggi dari material A 53 Gr B

    Menurut (Achmad, Setiawan, & Sidi, 2000), untuk perencanaan pada sistem

    fire fighting yang lebih ekonomis dengan survice water maka menggunakan

    material A 53 Gr B pada sistem fire fighting.

    2.8 Perhitungan Allowable Span

    Untuk penentuan jarak support menggunakan kalkulasi yang didapat dari

    referensi buku Sam Kannappan, P.E. dan Asme B 31.3.

    L = √0.33 𝑍 𝑆ℎ

    𝑊 Based on limitation of stress

    L = √∆ 𝐸 𝐼

    22.5 𝑊 Based on limitation of deflection

    Di mana:

    L = Jarak span yang di ijinkan

    Z = Section Modulus (buku sam kannapan tabel A4)

    𝑆ℎ = Allowable tensile stress (B31.3 material A53 tabel K-1)

    W = Total berat pipa

    ∆ = Allowable deflection (B31.3 A302.3.3)

    I = Momen inercia (buku san kannapan tabel A4)

    E = Modulus elastisitas (B31.3 tabel C-6)

    2.9 Volume

    Merupakan metode kalkulasi engineering untuk mengetahui estimasi

    jumlah material dan harga untuk kontruksi, dalam kalkulasi tersebut biasanya

    digunakan untuk rencana perhitungan tender terhadapat proyek kedepanya pada

    disiplin piping engineering, dalam kalkulasi ini yang perlu di ketahui adalah:

  • 35

    1. Piping work volume

    Piping work volume merupakan perhitungan material dengan metode

    kalkulasi terhadap kuantitas untuk mengetahui suatu pekerjaan yang akan

    dikerjakan pada kontruksi yaitu perhitungan pada volume pengelasan (Dia-inc),

    volume Painting (surface pipa), dan berat pada pipa tersebut (weigh) untuk

    mengetahui perhitungan tersebut menggunakan software pipe data pro untuk

    mengetahui berat pada material

    Volume joint / Dia-inc: Merupakan perhitungan volume pengelasan pada saat

    kontruksi untuk mengetahui produktivits pekerja

    D x Jumlah joint = Dia-ich

    Di mana:

    D = Diameter

    Jumlah Joint = Jumlah pengelasan pada pipa

    Volume surface : Merupakan painting pada material tersebut untuk

    memenuhi standar yang sesuai.

    OD x L = Surface pipa (𝑚2)

    Di mana:

    OD = outside diameter

    L = Panjang Pipa (m)

    Allowances material: merupakan jumlah material yang akan di spare

    (lebihkan) dari yang di butuhkan, untuk menghidari kekurangan material pada saat

    ada kegagalan terhadap kontruksi, salah satunya kebijakan dari perusahaan masing-

    masing dalam melakukan perancangan tersebut.

    2. Piping list material

    Piping list material hasil perhitungan dari work volume merupakan acuan

    untuk pembelian jenis dan jumlah material yang akan digunakan untuk melakukan

    pembelian material terhadap vendor, pada piping list material memiliki

    kelengkapan data yang sudah tersusun yaitu, standar, size, material dan quantity

  • 36

    3. Piping Summary for Erector

    Piping summary for erector adalah kalkulasi estimasi harga pada devisi

    piping engineering yang terdiri dari semua kebutuhan subcon untuk melakukan

    pekerjaan, untuk acuan harga mengikuti harga vendor pada tahun 2017 dengan

    tambahan estimasi harga dollar di tahun 2019 hal yang perlu diperhatikan dalam

    perhitungan dalam penyelesaian summery sebagai berikut:

    Detail piping welding workvolume (shop dan field)

    Detail painting workvolume

    Detail piping valve instalation

    Detail pipe support material, shop fabrication. Installatioan workvolume

    Detail piping precommisionning workvolume

    Detail NDE workvolume

  • 37

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    Mulai

    Identifikasi dan merumuskan

    masalah

    Studi lapanagn Studi literatur

    Pengumpulan data

    Routing line

    Perhitungan:*Debit yang dibutuhkan*Diameter yang di gunakan *Daya pompa*Kapasitas tangki

    Perhitungan menggunakan

    software pipe flow expert

    Data primer Data sekunder

    Perhitungan piping work volume menggunakan pipe data pro sampai keluar harga material

    Desain 3D

    Perhitungan Allowable span

    Perhitungan harga subcontraktor

    Kesimpulan dan saran

    selesai

    Gambar 3.1 Diagram alir pengerjaan

  • 38

    3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian yang dilakukan yaitu tentang pembuatan desain sistem fire fighting

    system pada pabrik gula, di pabrik gula waktu yang digunakan untuk pengumpulan

    data-data yang diperlukan selama on the job training di PT. Adhi karya dengan

    pengerjaan laporan tugas akhir dilakukan dengan arahan dan bimbingan dengan

    pembimbing on the job training.

    3.2 Tahap Identifikasi Masalah Tahap identifikasi awal ditujukan untuk menetapkan tujuan dan diadakan

    identifikasi mengenai permasalahan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi beberapa

    permasalahan yang didapatkan pada saat melakukan pengamatan dan pemikiran

    sehingga bisa dilakukan sebuah penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan penetapan

    tujuan tentang apa yang ingin dicapai dan manfaatnya bagi pihak terkait serta bagi

    penelitian selanjutnya. Tahap - tahap ini merupakan dasar tentang apa yang

    dilakukan selama penelitian. Pada Penelitian ini, permasalahan yang diangkat

    adalah desain fire fighting dengan estimasi harga material dan estimasi harga jasa

    kontruksi yang aman dan ekonomis sesuai dengan standart yang berlaku.

    Perencanaan tersebut mencakup beberapa identifikasi permasalahan berupa routing

    line, penentuan desain fire hydrant dan sprinkler, volume material, hasil

    perhitungan headloss menggunakan software, tekanan pada hydrant, tekanan pada

    sprinkler, daya pompa, kapasitas tangki, dan sampai penentuan estimasi harga

    material dan estimasi harga jasa kontruksi

    3.3 Tahap Tinjauan Pustaka Tahap tinjauan pustaka ditujukan untuk melakukan pengamatan di lapangan

    dan mencari literatur yang mendukung permasalahan dalam penelitian ini. Adapun

    isi dari tahap ini antara lain sebagai berikut :

    1. Studi lapangan

    Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung pada bangunan yang

    sudah ada. Selain itu dilakukan juga diskusi dengan pihak pembimbing on the job

    training, dosen jurusan dan kakak tingkat untuk mempertajam materi yang akan

  • 39

    diangkat. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui data-data aktual yang ada di

    lapangan.

    2. Studi literatur

    Pada tahap ini dilakukan pengumpulan teori-teori yang berhubungan

    dengan penelitian ini yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam

    penelitian. Dalam penelitian ini literatur yang diangkat adalah teori mengenai

    desain fire fighting dan estimasi harga untuk material dan estimasi harga jasa

    kontruksi

    3.4 Tahap Pengumpulan Data Data yang diperlukan untuk penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder

    yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut :

    A. Data Primer

    Pada Penelitian ini tidak terdapat data primer.

    B. Data Sekunder

    Data sekunder berupa data spesifikasi teknis yang diteliti, meliputi General

    Arangemen, desain 3 dimensi, data harga vendor 2017

    3.4.1 Tahap Pengolahan Data Tahap pengolahan data merupakan tindak lanjut dari pengumpulan data yang

    selanjutnya dilakukan pengerjaan sebagai berikut:

    1. Routing line untuk menentukan jalur sistem fire fighting, dengan

    menggunakan layout dan 3D pada proyek tersebut.

    2. Menentukan desain jalur perpipaan sistem fire fighting dan pembuatan

    gambar Isometri dengan menggunakan software untuk mengetahui kebutuhan

    material

    3. Perhitungan headloss, tekanan pada hydrant dan sprinkler, dan daya pompa

    sehingga mengetahui jenis pompa dengan menggunkan software pipe flow

    expert

    4. Perhitungan kapasitas tangki yang di butuhkan

  • 40

    5. Penentuan jarak support pada fire hydrant

    6. Perhitungan perancangan work volume untuk mengetahui quantity material

    yang akan digunakan dengan pensheperean jumlah supaya ada bahan ganti

    material jika ada kerusakan, sehingga keluar data material untuk rencana

    pengadaan pada procurement

    7. Membuat list of material quantities yang digunakan untuk melakukan

    pembelian material dengan spare material sesuai dengan perhitungan work

    volume dan menghitung piping summary for erector yang merupakan

    perhitungan Estimasi biaya untuk jasa pembangunannya atau sebagai acuan

    untuk menentukan harga ke subcontractor.

    3.4.2 Tahap Kesimpulan Dan Saran

    Pada tahap ini, dilakukan penarikan kesimpulan dan pemberian saran terkait

    dengan desain sistem fire fighting pada pabrik gula :

    a. Kesimpulan

    Pada tahap ini didapatkan kesimpulan berupa hasil dari estimation cost

    yang mulai dari desain, pembelian material dan equipmen, harga untuk

    subcon,. Saran yang dimaksud dari perencanaan ini adalah sebagai referensi

    perencanaan untuk proyek selanjutnya yang memiliki keterkaitan object.

    b. Saran

    Dapat di jadikan acuan pemasangan fire fighting system pada pabrik gula,

    Perusahaan dapat menggunakan data kalkulasi yang dihitung semua

    kebutuhannya.

  • 41

    Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

    No Kegiatan

    Waktu Pengerjaan bobot % Jan'19 Feb'19 Mar'19 Apr'19 Mei'19 Jun'19 Jul'19 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 penyusunan topik Tugas Akhir 6

    2 2 2

    2 Studi Lapangan Dan Literatur 6

    2 2 2

    3 Pengumpulan Data 6

    2 2 2

    4 Penyusunan Proposal Tugas Akhir 8

    2 2 2 2

    5 Pengolahan Data 40 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

    6 Kesimpulan Dan Saran 20

    4 4 4 4 4

    7 Penyusunan Laporan Tugas Akhir 14

    2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

    Jumlah Kuantitatif 100 8 8 8 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 8 7 7 7 7 3 1 1 1 1 1 Progres Tugas Akhir 8 16 24 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 56 64 71 78 85 92 95 96 97 98 99 100

  • 42

    (Halaman Ini Sengaja Diskosongkan)

  • 43

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Desain dan Spesifikasi

    Data yang digunakan dalam desain fire fighting system yaitu general plot

    plan area revitalisasi pabrik gula modjo sragen, area genaral plot plan ini untuk

    mengetahui area yang dilindungi fire fighting system hidran dan springkler dapat di

    lihat pada lampiran A.

    4.2 Penentuan Data Sistem Hidran

    4.2.1 Perhitungan Jumlah Hindran dan Debit Yang Dibutuhkan

    Untuk penentuan jarak hidran pilar Berdasarkan standard 850

    (Recommended Practice for Fire Protection for Electric Generating Plants and

    High Voltage Direct Current Converter Stations 2010 Edition), tidak boleh lebih

    dari 300 ft atau 91 m. Maka pada sistem ini menggunakan jarak 30 m, untuk

    menentukan jumlah hidran pilar maka menggunakan persamaan berikut:

    Jumlah hidran pilar =𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎

    2827

    = 79306

    2827

    = 28 Pilar Hidran

    A. Perhitungan dabit pada hidran sudah ditetapkan dengan

    minimal 1890 L/menit = 0.032 m3/s pada NFPA 850 6.2.1

    Q = 0.032 Q = 0.032 x 5 (pillar terjauh) Q = 0.2 m3/s

    = 12000 L/m

  • 44

    4.2.2 Penentuan Diameter Pipa pada Hidran dan Springkler

    Penentuan diameter pipa fire fighting system dapat diketahui pada gambar

    4.1 penentuan diameter pipa pada fire fighting system pada NFPA 22 installation

    stationary pump of fire

    Gambar 4. 1 Penentuan diameter fire fighting system

    Sumber: NFPA 22 installation stationary pump of fire (2-23 field acceptance

    test halaman 27)

    Gambar 4. 2 Penentuan diameter kombinasi

    Sumber: NFPA 24 Installation of Private Fire Service Mains and Their

    Appurtenances 2007 Edition (10.8.3.1.2.2)

  • 45

    Pada Gambar 4.1 menyatakan bahwa dengan debit 12000 l/m menggunakan

    diameter yang sudah di tentukan dengan suction 12” dan discharge 12” maka

    diameter yang digunakan 12”, pada Gambar 4.2 pipa utama menggunakaan

    diameter 6”, dan pipa cabang menggunakan 4” berdasarkan standard NFPA 24 size

    of fire main.

    Pada standar NFPA 13 standard for installation of sprinkler 8.17.2.3

    menyatakan bahwa untuk pipa conection header in valve room menggunakan

    diameter tidak boleh kurang dari 6”, pada NFPA 13 standard for installation of

    sprinkler 8.16.2.4.2 main size diameter 3” dan drain conection menggunkana

    ukuran 1”.

    4.2.3 Hasil dari Perhitungan Software Pipe Flow Expert Hidran

    Dari hasil running software pipe flow expert head pada sistem tersebut

    dapat diketahui dengan nominal 47.857 m dengan menggunakan debit 0.2000 m3/s

    = 12000 l/m dengan ketinggian 7 meter. Hasil dari running dapat dilihat pada

    lampiran D.

    Tabel 4. 1. Tabel head pada perhitungan pipe flow expert No Deskripsi Nominal Satuan

    1 Pump Head Hidran (Software Calculation)

    70.597 m

    4.2.4 Perhitungan Manual Cover Area Hidran

    Cover area pilar hindran, dengan pengeluaran diameter 2 ½” Untuk

    spesifikasi pilar hindran adalah 4” x 2½“ x 2½“ yang di gunakan adalah nozzle 2 ½

    “= 12.29 m/s, karena keluaran terakhir menggunkan nozzle 2½”, sedangkan ukuran

    nozzle pada selang bervariasi dengan pengeluaran 1” dan ½” sehingga cover area

    bisa bervariasi dengan kebutuhan yang di perlukan

    V = Q/A

    V = 0.032 / 0.003

    V = 12.96 m/s

  • 46

    Gambar 4. 3 Gerak parabola

    Sumber: Modul Fisika l FMIPA-ITS-2007

    A. Jarak jangkauan horizontal

    Xt = V2 sin 2 𝜃 / g

    Xt = 12.962 sin 2 (450)/ g

    Xt = 12.962 sin 900 / 9.81

    Xt = 167.96 x 1 / 9.81

    Xt = 17.12 m

    B. Jarak jangkauan Vertikal

    Ymax = V2 sin 𝜃 / 2g

    Ymax = 12.962 sin 450 / 2 x 9.81

    Ymax = 167.96 x 0.5 / 2 x 9.81

    Ymax = 4.28 m

    4.3 Penentuan Data Sistem Springkler

    4.3.1 Penentuan Cover Area Springkler dan Debit

    Untuk menentukan jumlah springkler maka harus mengetahui keliling pada

    equipment, pada desain ini equipment yang dilindungi yaitu Turbin, MOT (main

    oil tank) Glan Steam Condensor, dan DEG (Diesel engine generator) jarak

    springkler (1.5 m x 1.5 m) dengan menggunakan deluge sistem, sistem ini salah

    satunya yang di gerakan oleh sistem otomatis sensor dan dapat digunakan manual

    pada standar NFPA850 A.7.7.4.1.4.

  • 47

    NOZZEL SPRAYING

    FF PUMP START

    DELUGE VAVLE

    OPEN

    WATER DRIVER

    ALARM

    PRESSURE

    SWITCH

    SOLENOID VALVE

    ACTUATED

    FIRE ALRM

    CONTROL BOX

    DEDECTOR

    ACTUATED

    MANUAL VALVE

    ACTUATED

    FIRE

    Gambar 4. 4 Sistem deluge valve Sumber: Data sheet PLTU teluk balikpapan

    Gambar 4.4. adalah sistem deluge valve, menggunakan jenis springkler dry,

    dikarenakan sistem ini sangat cocok untuk ditempatkan di area equipmen untuk

    tujuan pendeteksi panas, sistem ini bersifat terbuka dan memanfaatkan detector

    otomatis jika ada yang over heat temperature atau ada yang terbakar maupun

    meledak, bertujuan untuk membatasi equipmen jika terjadi kebakaran dengan tirai

    embun air yang di gunakan oleh springkler dry tersebut.

    4.3.2 Penentuan Cover Area Springkler

    1. Area turbine

    Area ini memiliki panjang 8.5 M, lebar 3 M dan Tinggi 4 M

    Maka:

    Jarak sprinkler = 1.4 m

    Equipmen Turbin

    Keliling equipmen = 2 x (8.3+3)

    = 22 m

    Maka jumlah springkler = 22 /1.4 = 16 buah x 3 dari ketinggian per

    1.3 meter

    Maka = 16 x 3 = 48 buah

    2. Area MOT (Main Oil Tank)

    Area ini memiliki panjang 4.4 M, lebar 2.2 M dan Tinggi 4 M

    Maka:

  • 48

    Jarak sprinkler = 1.4 m

    Equipmen Turbin

    Keliling equipmen = 2 x (4.2+2.2)

    = 12 m

    Maka jumlah springkler = 12 /1.4 = 9 buah x 3 dari ketinggian per

    1.3 meter

    Maka = 9 x 3 = 27 buah

    3. Area GSC (Gland Steam Condensor)

    Area ini memiliki panjang 2.8 M, lebar 4.5 M dan Tinggi 4 M

    Maka:

    Jarak sprinkler = 1.4 m

    Equipmen Turbin

    Keliling equipmen = 2 x (2.8+ 4.5)

    = 14 m

    Maka jumlah springkler = 14 /1.4 = 10 buah x 3 dari ketinggian per

    1.3 meter

    Maka = 10 x 3 = 30 buah

    4. Area DEG (Diesel Engine Generator)

    Area ini memiliki panjang 2.9 M, lebar 12.5 M dan Tinggi 4 M

    Maka:

    Jarak sprinkler = 1.4 m

    Equipmen Turbin

    Keliling equipmen = 2 x (2.9+ 12.5)

    = 30 m

    Maka jumlah springkler = 30 /1.4 = 22 buah x 3 dari ketinggian per

    1.3 meter

    Maka = 22 x 3 = 66 buah

    5. Area tangki pompa diesel

    Area ini memiliki panjang 1 M, lebar 2 M dan Tinggi 2 M

    Maka:

    Jarak sprinkler = 1.4 m

    Equipmen Turbin

  • 49

    Keliling equipmen = 2 x (1+ 2)

    = 4 m

    Maka jumlah springkler = 4 /1.4 = 2 buah x 2 dari ketinggian per 1.3

    meter

    Maka = 2 x 2 = 4 buah

    Maka jumlah keseluruhan springkler = 48 + 27 + 30 + 66 + 4

    = 175 buah

    4.3.3 Penentuan Debit Pada Sistem Springkler

    Pada standar NFPA 850 C.2.23, menyatakan bahwa operasi sistem

    springkler menggunakan debit 36.9 L/menit, maka dilihat dari jumlah yang di cover

    oleh springkler ada 5 equipmen, jadi di ambil dari rata2 yaitu ada 3 jumlah

    equipmen. (Maka 36.9 L/menit x 3) = 110.7 L/menit. Jadi debit yang di butuhkan

    yaitu 110.7 L/menit = 0.0018 m3/s.

    Q = 36.9 x 3 (Jumlah equipment)

    Q = 110.7 L/mnt

    = 0.0018 m3/s

    4.3.4 Hasil Dari Perhitungan Software Pipe Flow Expert Springkler

    Pada hasil running pipe flow expert dapat diketahui hasil head dengan

    nominal 125.166 dangan debit 0.0018 m3/s dengan ketambahan nilai dari sistem

    hidran dengan nilai 0.2 m3/s sehingga debit yang diguankan 0.2018 pada sistem

    tersebut. Lampiran D.

    Tabel 4. 2 Tabel head pada perhitungan pipe flow expert sprinkler

    No Deskripsi Nominal Satuan

    1 Pump Head (Software Calculation) 123.578 m

  • 50

    4.4 Perhitungan Kebutuhan Pompa pada Sistem Fire Fighting Hidran dan

    Springkler

    Dengan menggunakan sistem satu hieder pada sistem perpipaan bertujuan

    untuk menghemat biaya terutama pada pembeliaan pompa, maka sistem hidran dan

    springkler menggunakan tiga jenis pompa, yaitu diesel pump, electric pump, dan

    joekey pump, dimana setiap pompa memiliki sistem yang berbeda dengan

    kebutuhan head yang sama, untuk kebutuhan hidran dan springkler.

    Perhitungan kebutuhan pompa sistem hidran dan springkler yaitu:

    Debit yang dibutuhkan untuk hidran dan springkler yaitu 0.2 m3/s

    Head yang digunakan y