tugas agama111

Upload: difan-nasuha-yuzar

Post on 08-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

DFDFD

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangDidalam hadits dikatakan bahwa pahala shalat berjamaah adalah 27 kali dibandingkan dengan shalat sendiri. Demikian juga ketika di dalam hadis dikatakan bahwa shalat di Masjidil Haram akan dilipatgandakan pahalanya sebanyak seratus ribu kali lipat. Luar biasa.Shalat berjamaah berarti berkelompok dengan panduan seorang imam. Apa yang dilakukan imam akan diikuti oleh makmumnya, kecuali imam salah. Semua makmum harus berbaris dengan shaf yang teratur dan lurus. Salah satu kunci keberhasilan dakwah di zaman Rasulullah saw adalah persatuan. Salah satu cara menumbuhkan persatuan tersebut adalah dengan shalat berjamaah. Kecintaan mereka, disiplin dan keikhlasan mereka dalam menunaikan shalat berjamaah telah menumbuhkan semangat persatuan dan keberanian yang tinggi diantara mereka. di sisi lain hubungan silaturahmi yang penuh kasih sayang semangat erat terjalin diantara mereka. Sehingga gambaran umat Islam yang bagaikan dua jari dieratkan benar-benar nampak di zaman itu.Dalam hal disiplin dan kecintaan mereka dalam shalat berjamaah kita dapati di dalam salah satu riwayat bahwa seorang sahabat yang sudah uzur dan tuna netra setiap hari beliau shalat berjamaah ke masjid walaupun jaraknya tidak bisa dibilang dekat, diceritakan bahwa sahabat tersebut meminta keringanan Rasulullah saw untuk beliau khusus untuk shalat subuh shalat di rumah saja. Rasulullah saw mengizinkan, tetapi baru beberapa langkah Rasulullah saw meralat bahwa sahabat tersebut tetap menunaikan shalat berjamaah di Masjid. Betapa tingginya semangat dan disiplin yang terbentuk waktu itu.. Dan lebih luas lagi musuh-musuh Islam yang melihat tentu akan gentar melihat persatuan Islam yang terbentuk dari hal yang paling mendasar sekali.Berkenaan dengan urgensi shalat berjamaah bagi persatuan umat islam, perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana bagi umat islam untuk memperoleh wawasan dan konsep keilmuan berkenaan dengan shalat berjamaah ini baik secara teoritis maupun secara praktis. Oleh sebab itu, penulis menulis sebuah makalah yang bertajuk Shalat Berjamaah.

B.Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.1.Apakah yang dimaksud dengan shalat berjamaah?2.Bagaimana dalil tentang shalat berjamaah?3.Bagaimana hukum shalat berjamaah?4.Bagaimana syarat-syarat shalat berjamaah?5.Apakah keutamaan dari shalat berjamaah?6.Bagaimana keutaamaan shaf pertama dalam shalat berjamaah?

C.Tujuan Penulisan MakalahSejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:1.shalat berjamaah;2.dalil tentang shalat berjamaah;3.hukum shalat berjamaah;4.syarat-syarat shalat berjamaah5.keutamaan dari shalat berjamaah;6.keutaamaan shaf pertama dalam shalat berjamaah.

D.Kegunaan MakalahMakalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoriris maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep shalat berjamaah. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:1.Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang konsep shalat berjamaah;2.Pembaca, sebagai media informasi tentang shalat berjamaah baik secara teoritis maupun secara praktis.

BAB IIPEMBAHASANA.Shalat BerjamaahShalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama, seorang menjadi imam dan yang lainnya menjadi makmum dengan syarat-syarat yang ditentukan. Shalat berjamaah minimal atau paling sedikit dilakukan oleh dua orang, namun semakin banyak orang yang ikut shalat berjamaah tersebut jadi jauh lebih baik. Paling sedikit shalat berjamaah selain jamaah shalat Jumat terdiri dari dua orang imam dan makmum. Sedang shalat berjamaah Jumat paling sedikit terdiri dari empat orang, imam dan makmum, yang keempatnya itu bilangan Jumat, menurut pendapat Imam ShafiI yang tidak kuat (Jam Rishalatain fi al-Jumat: 23). Shalat berjamaah memiliki nilai pahala 27 derajat lebih baik daripada shalat sendiri. Disamping pahala yang besar, didalam shalat berjamaah terdapat beberapa hikmah yang besar, diantaranya1.Menambah syiar islam;2.Memakmurkan mesjid;3.Mempererat tali persahabatan dan persaudaraan antar sesama muslim;4.Menumbuhkan persamaan derajat antar sesama muslim baik yang rakyat maupun yang pejabat tidak ada perbedaan disisi Allah kecuali karena ketakwaannya;5.Menghilangkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin; dan6.Menumbuhkan sikap saling pengertian, peduli dan saling tolong menolong antara sesama muslim.

Hak dan Kewajiban MakmumMakmum wajib berniat (menjadi makmum) yaitu mengikuti shalat imamnya, dan (dalam niat) tidak wajib menyebut nama imamnya, bahkan cukup niat mengikuti imam (siapa saja) yakni hadir saat itu, walau ia tidak mengenal imamnya. Demikian ini untuk menjaga supaya tidak sampai salah, kalau sampai hal ini terjadi maka batal shalatnya.Misalnya: Seorang makmum berniat shalat mengikuti imam dengan disebut namanya misalnya nama si Fulan, ternyata yang menjadi imam saat itu bukan si Fulan, melainkan orang lain, maka batal shalat makmum tersebut.Hak Bagi ImamLain halnya dengan imam, ia tidak wajib berniat menjadi imam dalam halnya sahnya untuk diikuti, kecuali shalat jumat, (imam wajib niat menjadi ima dalam shalat jumat). Adapun shalat-shalat selain jumat, niat menjadi imam adalah sunah (itu hak bagi imam) kalau tidak niat jadi imam, maka shalatnya dinilai munfarid (sendirian).Ketentuan Sah atau Tidaknya BerjamaahOrang merdeka tidak boleh menjadi makmum (mengikuti) seorang imam (dari seorang budak). Dan anak yang telah baligh boleh menjadi makmum dari imam (yang masih murahik/anak di bawah umur), berbeda dengan anak balita (yang belum tamyiz) tidak sah menjadi imam dalam shalat.Seorang pria bermakmum kepada wanita tidak sah, demikian juga banci muskil (menjadi masalah) bermakmum kepada sesama, atau banci bermakmum kepada wanita, maka hukumnya tidak sah.Hukumnya tidak sah, seorang qari (yang fasih bacaan al-qurannya) bermakmum kepada yang ummi (tidak pandai membaca fatihah dengan fasih, baik huruf maupun tasydidnya).Syarat-Syarat Menjadi MakmumDi tempat (bagian) mana seorang makmum shalat berjamaah dengan imam di masjid, maka ia haruslah musyahadah (mengetahui gerak-gerik imamnya) dalam shalat, atau cukup dengan menyaksikan, sebagian shaf yang di depannya, maka jika demikian dinilai sah shalat jamaahnya, dengan catatan makmum tidak mendahului shalatnya imam.Atau dari tempat berdirinya (makmum) itu tidak lebih maju (ke depan) dari tempat imam berdiri. Dan kalau sampai terjadi penyimpangan dari ketentuan tersebut, maka tidak sah shalatnya, walaupun makmum itu majunya hanya setapak kaki dari imamnya, berbeda jika tegaknya itu sepadan dengan tempat tegaknya imam, itu tetap sah.Makmum disunahkan sedikit mundur dari tempat berdirinya imam dan bukan berarti sedikit mundurnya sendirian dari barisan (shaf) hingga tidak memperoleh keutamaan shalat berjamaah.Apabila terlaksana shalat berjamaah, imam shalat di dalam masjid, lalu makmum shalat di luarmasjid, sedangkan keberadaan makmum tersebut jaraknya dekat dengan imam, diperkirakan jarak antara keduanya tidak sampai 300 dzira, dan ia tahu persis gerak-gerik shalat imamnya, tidak ada penghalang (yang menutupi) antara keduanya, maka boleh mengikutinya, dan jarak tersebut dihitung dari akhir batas masjid (batas belakangnya).Kalau imam dan makmum tidak berada di masjid, misalnya di tanah terbuka atau dalam suatu bangunan, maka syaratnya (jarak makmum dengan imam) tidak lebih dari 300 dzira, dan tiada penghalang yang menutupi keduanya.B.Dalil tentang Shalat Berjamaah1.Q.S An- Nisa ayat 102.Artinya:dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu2.Q.S Al-Baqarah [2] ayat 43Artinya:dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.

3.Q.SAli 'Imran [3] ayat 43Artinya:Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'.

4.Q.SAl A'raaf [7] ayat 204Artinya:dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. 5.Hadits Rasulullah SAW. : ( , , ) , , Artinya:Dari Ubay Ibnu Ka'ab Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholat seorang bersama seorang lebih baik daripada sholatnya sendirian, sholat seorang bersama dua orang lebih baik daripada sholatnya bersama seorang, dan jika lebih banyak lebih disukai oleh Allah 'Azza wa Jalla." Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban. 6.Hadits Rasulullah SAW. - -; : ( )

Artinya:Dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholat berjama'ah itu lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendirian." Muttafaq Alaihi.

C.Hukum Shalat BerjamaahPenyusun kitabMatan al-Ghayat wa al-Taqrib, Syaih Abu Syuja dan Imam Rafi[8]berpendapat bahwa hukum shalat berjamaah adalah sunnah muakkadah. Sedangkan Imam Nawawiberpendapat fardlu kifayah. Perkataan Abu Syujadan RafiI termasuk lemah (dhaif), sedang perkataan Imam Nawawi termasuk lebih sah dan kuat, sehingga menjadi qaul mutamad. Dalam kitab Fath al-Qaribdisebutkan :Shalat berjamaah bagi orang-orang lelaki merdeka dalam setiap shalat fardlu selain shalat Jumat adalah Sunnah Muakkadah menurut mushannif Syaih Abi Syuja dan Imam RafiI. (Adapun) yang lebih syah (mutamad) menurut Imam Nawawi, bahwasannya shalat berjamaah itu fardlu kifayah.Mengingat shalat berjamaah termasuk bagian dari syiar Islam dalam meramaikan tempat-tempat ibadah dan merupakan unjuk kerukunan terhadap orang-orang yang kurang sefaham denganukhuwah islamiyah, sekalipun tidak sekeras Ahmad Hambali, tetapi pendapat Imam Nawawi tersebut cukup menggugah umat bahwa shalat jamaah itu fardlu yang harus ditunaikan oleh sebagian anggota masyarakat. Sebab bila tidak demikian, seluruh mukallaf satu kampung berdosa semuanya.Menurutpendapat Abi Syuja, dan Imam RafiI bahwa shalat berjamaah hukumnya sunnah muakkadah (sunnah ainiyah atau sunnah kifayah). Pendapat kedua mujtahid terkenal ini didasarkan pada realita saat itu banyak kelompok masyarakat (perkampungan) tak mendirikan shalat jamaah, karena faktor tempat berjamaah belum ada, kondisi masyarakat tidak menyatu, tidak memungkinkan waktu meraka untuk shalat berjamaah dan lain sebagainya.Sementara menurut keyakinan mereka bahwa berjamaah dalam shalat adalah fardlu kifayah, tetapi kenyataan mereka enggan juga melaksanakan kewajiban itu, sehingga mereka terkena dosa. Berbeda kalau hukum shalat berjamaah itu sunnah muakkadah, tinggalnya tidak terhukum dosa. Bila ikut shalat berjamaah tetap mendapat pahala besar. Hanya saja pendapat kedua mujtahid ahli zuhud ini tidak banyak mendapat dukungan, sehingga pendapat mereka dilemahkan.

D.Syarat-Syarat Shalat BerjamaahSyarat-syarat yang harus dipenuhi dalam shalat berjamaah adalah.1.Syarat untuk imama.Orang yang paling faham dalam urusan agama terutama dalam masalah shalat;b.Orang yang paling baik dan fasih bacaannya;c.Orang yang paling banyak hafalan al-Qurannnya;d.Tidak sedang bermakmum kepada orang lain;e.Bukan perempuan ataukhuntsa(banci), jika makmumnya laki-laki ataukhuntsa;f.Orangyang paling wara, yaitu orang yang paling baik akhlaknya, adil, dan bukan orang fasiq;g.Lebih tua dari jamaah lainnya.

2.Syarat untuk makmuma.Niat mengikuti imam (berjamaah);b.Tidak meyakini batal shalat imam;c.Mendengar atau melihat imam dan atau melihat gerakan shaf terdekat;d.Tidak mendahului atau mengakhirkan diri dari imam dengan dua rukunfaly, kecuali jika adauzur;e.Tidak terlalu depan dari imam;f.Tidak ada penghalang antara imam dan makmum;g.Tidak terlalu jauh dari imam, jika keduanya tidak dalam satu bangunan;h.Tidak ada perbedaan antara imam dan makmum dalam gerakan shalat. Jika imam lupa, maka makmum harus memberitahu imam dengan cara mengucapkan kalimat tasbih bagi makmum laki-laki, dan bertepuk tangan bagi makmum perempuan.Jika imam batal, maka salah seorang makmum maju ke depan untuk menggantikan imam.Jika datang terlambat, maka makmum akan menjadimasbuqyang boleh mengikuti imam sama seperti makmum lainnya, namun setelah imam salam,masbuqmenambah jumlah rakaat yang tertinggal. Jika ia mendapatkan ruku bersama imam walaupun sebentar maka ia mendapatkan satu rakaat. Jikamasbuqadalah makmum pertama, maka ia menepuk pundak imam untuk mengajak shalat berjamaah.

E.Keutamaan Shalat Berjamaah1.Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian, dengan dua puluh tujuh derajat. (HR. Bukhari dan Muslim)2.Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Shalat seseorang dengan berjamaah itu dilipatkan dua puluh lima kali lipat atas shalat sendiri yang dikerjakan di rumah atau di pasar. Hal itu apabila ia berwudhu dengan sempurna, kemudian keluar menuju ke masjid dengan niat hanya untuk shalat, maka setiap kali ia melangkah, derajatnya dinaikkan dan kesalahan (dosa)nya diturunkan. Lali ketika ia melakukan shalat, malaikat senantiasa memohonkan ampun dan rahmat untuknya, selama ia masih tetap berada di tempat shalatnya dan tidak berhadas. Malaikat berdoa: Ya Allah ampunilah dia Ya Allah rahmatilah dia. Dan tetap dianggap berada dalam shalat (mendapat pahala seperti itu), selama ia menanti shalat. (HR. Bukhari dan Muslim)3.Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Ada seorang buta datang kepada Nabi saw. dan ia berkata: Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun yang menuntun saya untuk datang ke masjid, kemudian ia minta keringanan kepada beliau agar diperkenankan shalat di rumahnya, maka beliau pun mengizininya,tetapi ketik ia bangkit hendak pulang, beliau bertanya kepadanya: Apakah kamu mendengar azan? ia menjawab: Ya Beliau bersabda: Kamu harus datang ke Masjid. (HR. Muslim)4.Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Demi Zat yang menguasaiku. Sungguh aku benar-benar pernah bermaksud menyuruh mengumpulkan kayu bakar. Kemudian aku memerintah shalat dengan mengumandangkan azan lebih dulu. Lalu aku menyeruh seseorang mengimami orang banyak. Kemudian aku rgi ke rumah orang-orang yang tidak memenuhi panggilan shalat, lalu aku bakar rumah- rumah mereka dengan mereka sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim)5.Dari Ibnu Masud ra., ia berkata: Barangsiapa merasa senang apabila bertemu Allah Taala besok (pada hari kiamat) dalam keadaan muslim, maka hendaklah ia memelihara shalat pada waktunya, ketik mendengar suara azan. SesungguhnyaAllah telah mensyariatkan kepada Nabi Muhammad saw. jalan-jalan petunjuk. Seandainya kalian melakukan shalat itu di rumah sebagai kebiasaan orang yang tidak suka berjamaah, niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi, pasti kalian sesat. Aku benar-benar melihat di antara kita tidak ada yang meninggalkan shalat jamaah, kecuali orang-orang munafik yang benar-benar munafik. Sungguh pernah terjadi seorang lelaki diantar ke masjid, ia terhuyung-huyung di antara dua orang, sampai ia diberdirikan dalam shaf (barisan shalat). (HR. Muslim)Dan di dalam riwayat lain dikatakan: Rasulullah saw. telah mengajarkan jalan-jalan petunjuk yakni shalat di masjid yang terdengar azannya..

F.Keutamaan Shaf Pertama1.Dari Jabir bin Samurah ra., ia berkata: Rasulullah saw. keluar kepada kami dan bersabda: Tidakkah kalian ingin bershaf (berbaris) sebagaimana shaf malaikat di hadapan Tuhannya? Rasulullah saw. bersabda: Mereka menyempurnakan shaf-shaf pertama dan berapat-rapat di dalam shaf. (HR. Muslim)2.Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Shaf kaum lelaki yang paling baik adalah yang pertama dan yang paling jelek adalah shaf terakhir, sedangkan shaf kaum wanita yang paling baik adalah shaf terakhir dan yang paling jelek adalah shaf pertama. (HR. Muslim)3.Dari Abu Said Al Khudriy ra. bahwasanya Rasulullah saw. melihat para sahabat mundur ke belakang, maka beliau bersabda: Majulah kalian! Makmumlah kalian kepadaku dan hendaklah makmum kepada kalian orang-orang yang datang sesudah kalian. Tak henti-hentinya suatu kaum datang terlambat, sampai Allah mengakhiri mereka. (HR. Muslim)4.Dari Abu Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. mengusap- usap bahu kami ketika kami sedang shalat serta beliau bersabda: Ratakan barisan kalian dan jangan berselisih yang menyebabkan hati kalian berbeda. Harap dekat denganku, di antara kalian yang sudah baligh dan berakal, kemudian orang-orang yang di bawahnya (seperti anak-anak yang sudah tamyiz/pintar), kemudian yang di bawahnya. (HR. Muslim)5.Dari Anas ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:Ratakanlah shaf-shaf kalian! Sebab, meratakan shaf itu termasuk kesempurnaan shalat. (HR. Bukhari dan Muslim)Dan di dalam riwayat Bukhari dikatakan: Sesunguhnya meratakan shaf itu termasuk menegakkan shalat.6.Dari Anas ra., ia berkata: Ketika iqamat untuk shalat dikumandangkan, Rasulullah saw. menoleh kepada kami dan bersabda: Ratakanlah shaf-shaf kalian dan merapatlah! Karena, aku dapat melihat kalian dari balik punggungku. (HR. Bukhari)Dan di dalam riwayat lain dikatakan: Kemudian masing-masing dari kami meluruskan bahunya dengan bahu kawannya dan telapak kakinya dengan telapak kaki kawannya. (HR. Bukhari)7.Dari Al Barra bin Azib ra., ia berkata: Rasulullah memasuki sela-sela shaf sambil mengusap dada dan bahu kami, serta bersabda: Janganlah kalian berbengkok-bengkok, karena hatimu nanti akan berselisih. Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah mengaruniakan rahmat, dan malaikat memohonkan rahmat untuk orang-orang yang berada pada shaf pertama. (HR. Abu Dawud)8.Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Luruskanlah shaf-shaf kalian, ratakanlah bahu-bahu kalian, tutuplah lobang-lobang shaf kalian dan janganlah kamu biarkan renggang shafmu karena akan ditempati setan. Barangsiapa yang mempertemukan shaf maka Allah akan mempertemukannya, dan barangsiapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya. (HR. Abu Dawud)9.Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Sempurnakanlah shaf terdepan kemudian shaf yang berada di belakangnya. Apabila ada yang tidak penuh maka hendaklah pada shaf yang paling belakang. (HR. Abu Dawud)10.Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tempatkanlah imam itu di tengah-tengah dan tutuplah sela- sela shafmu. (HR. Abu Dawud)

BAB IIISIMPULAN DAN SARANA.SimpulanBerdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.1.Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama, seorang menjadi imam dan yang lainnya menjadi makmum.2.Sholat seorang bersama seorang lebih baik daripada sholatnya sendirian, sholat seorang bersama dua orang lebih baik daripada sholatnya bersama seorang, dan jika lebih banyak lebih disukai oleh Allah 'Azza wa Jalla.3.Shalat berjamaah bagi orang-orang lelaki merdeka dalam setiap shalat fardlu selain shalat Jumat adalah Sunnah Muakkadah.4.Syarat-syarat dalam shalat berjamaah antara lain, seorang imam adalah seseorang yang paling adil dan fasih bacaan al-Qurannya. Sedangkan seorang makmun haruslah mengikuti gerakan imam tanpa mendahuluinya.5.Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian.6.Meratakan dan merapatkan shaf itu termasuk menyempurnakan shalat. Sebaik-baiknya shaf untuk laki-laki adalah shaf pertama dan yang terjelek adalah shaf terakhir. Sebaliknya bagi perempuan, sebaik-baiknya shaf adalah shaf terakhir dan yang terjelek adalah shaf pertama.

B.SaranSejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.1.Kita hendaknya menguasai konsep shalat berjamaah yang baik dan benar.2.Kita hendaknya menerapkan konsep shalat berjamaah yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel islam. (2010)makna shalat berjamaah.[online]. Tersedia: http://1artikelislam.blogspot.com/2010/02/makna-shalat-berjamaah.html. [22 september 2013]https://www.google.com/search?q=shalat+jumat&oq=shalat+jumat&aqs=chrome..69i64j0l5.9325j0j4&sourceid=chrome&es_sm=122&ie=UTF-8#q=shalat+berjamaahhttps://www.google.com/#q=syarat+shalat+berjamaahhttps://www.google.com/#q=surah+dan+hadist+tentang+shalat+berjamaahblogger.com

MAKALAH SHALAT BERJAMAAH

OLEH:

DIFAN NASUHA YUZAR140100027

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN2014