tugas
DESCRIPTION
tidak adaTRANSCRIPT
Nama : THERESIA WITAYOSI
NIM : FAA 111 0030
SINDROM NEFROTIK
a. Definisi Sindrom nefrotik adalah sindrom aatau kumpulan tanda dan gejala berupa peroteinuria masif atau proteinuria nefrotik > 3,5 g/24 jam, hipoalbuminemia < 3,5 g/dl, edema anasarka, hiperlipidemia
b. GejalaPasien sindrom nefrotik biasanya datang dengan edema palpebra atau pretibia. Bila lebih berat akan disertai asites, efusi pleura, dan edema skrotum. Kadang-kadang disertai oliguria dan gejala infeksi, nafsu makan berkurang, dan diare. Selain ke empat komponen yang telah disebutkan sebelumnya, gejala lain yang dialamai adalah :
Lemas, urin yang berbusa Hipertensi Garis putih pada kuku (Muehrcke’s band) merupakan tanda hipoalbuminemia Edema anasarka (generalisata) menyebabkan penambahan berat badan. Pada urinalisis dapat ditemukan oval fat bodies.
c. TerapiSebaiknya dirawat di rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diet, penanggulangan edema, memulai pengobatan steroid, dan edukasi kepada keluarga. Sebelum pengobatan steroid dimulai, dilakukan pemeriksaan uji Mantoux. Bila hasilnya positif diberikan profilaksis INH bersama steroid, dan bila ditemukan tuberkulosis diberikan OAT.Terapi dibagi menjadi terapi farmakologis dan non farmakologis.Farmakologis
Kombinasi diuretik : loop diuretic dan tiazid. Dimulai dengan furosemid 1-3 mg/kgBB/hari 2 kali sehari. Bila tidak ada respon, dosis dinaikkan sampai 4-6 mg/kgBB/hari bersama dengan spironolakton (antagonis aldosteron) 2-3 mg/kg/hari, sebagai potassium-sparing agent (diuretik hemat kalium). Bila dengan terapi tersebut masih gagal, dapat ditambahkan tiazid. Pemberian infus albumin 20% dengan furosemid dapat memacu diuresis dan mengurangi bengkak.Statin untuk hiperlipidemia Kortikosteroid, berupa prednison 1 mg/kgBB/hari. Diberikan minimal selama 4 minggu sampai maksimal 16 minggu atau sampai remisi komplit tercapai.Setelah remisi tercapai, lakukan tapering off kortikosteroid selama 6 bulan.
Non Farmakologis
Dietetik, pola makan yang dianjurkan adalah rendah garam (Na< 2 g/hari), rendah lemak jenuh, serta rendah kolesterol. Berikan diet protein normal sesuai dengan RDA (recommended daily allowances) yaitu 1,5-2 g/kgBB/hari dengan kalori yang adekuat.Intake air perlu direstriksi untuk membantu mngurangi edema.Hindari obat-obatan yang nefrotoksik (OAIN, antibiotik golongan aminoglikosida)
d. Komplikasi1. Hiperkoagulabilitas. Kondisi ini diakibatkan gangguan protein pada kaskade
koagulasi. Selain itu, agregasi trombosit juga meningkat, dan diperberat dengan kondidi imobilitas.
2. Infeksi. Sering terjadi adalah pneumonia, peritonitis, dan selulitis. Infeksi menjadi lebih rentan karena cairan yang menumpuk di ruang ekstraselular merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri. Kulit pasien juga rapuh sehingga menjadi port de entree kuman.
3. Gangguan fungsi ginjal4. Gangguan keseimbangan nitrogen, disebabkan karena adanya proteinuria massif.
GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUS (GNAPS) a. Definisi
Merupakan suatu terminologi umum yang menggambarkna adanya peradangan pada glomerulus, ditandai oleh prolifersi sel-sel glomerulus akibat proses imunologik. Istilah akut pada GNAPS secara klinik berarti bersifat temporer atau suatu onset yang bersifat tiba-tiba, sedangkan secara histopatologik didapatkan leukosit polimorfonuklear dalam glomerulus.
b. GejalaBiasanya ditandai onset yang tiba-tiba dari kombinasi gejala-gejala hematuria gros, edema periorbita, hipertensi, serta adanya ifeksi Streptococcus sebelumnya. Biasanya terjadi 7-14 hari setelah anak menderita faringitis atau infrksi saluran nafas, atau 3-6 minggu setelah infeksi kulit. Gejala klinik berupa sindroma nefrotik akut. Gejala overload cairan berupa edema (85%). Kebanyakan pasien tampak pucat, akibat dilusi dan pembekkan jaringan subkutan. Penurunan fungsi ginjal biasanya ringan sampai sedang dapat meningkatknya kadar kreatinin (45%).Takipneu dan dispneu yang disebabkan karena kongesti paru dengan efusi pleura. Takikardia, kongesti hepar dan irama gallop bila terjadi gagal jantung kongestif. Proteinuria yang biasanya bukan tipe proteinuria nefrotik. Hipoalbuminemia tidak hebat, disebabkan karena efek dilusi ekspansi volume cairan intravaskuler. Kadang-kadang terjadi krisis hipertensi yaitu tekanan darah medadak meningkat tinggi dengan tekanan sistolik melampaui 200 mmHg, dan tekanan diastolik lebih dari 120 mmHg.
c. TerapiAntibiotik, berupa penisilin atau eritromisin selama 10 hari diperlukan untuk eradikasi streptokokus. Tirah baring, dan mengatasi edema jika perlu mnggunakan diuretik atau mengatasi hipertensi yag timbul dengan vasodilator atau obat-obat anti hipertensi yang sesuai. Pada gagal ginjal akut harus dilakukan restriksi cairan, pengatiran nutrisi dengan pemberian diet yang mengandung kalori yang adekuat, rendah protein, rendah natrium, serta restriksi kalium dan fosfat.Edukasi pasien, mengenai sifat penyakit, perjalanannya, dan prognosisnya.
d. Komplikasi Hipertensi dengan atau tanpa gejala sistem saraf pusatEdema paru,akibat meningkatnya volume intravaskuler yang berlangsung pasa awal penyakit.Gagal jantung kongestif dan miokarditis.Azotemia yang menetap atau memburuk.Gagal ginjal akut.
PERBEDAAN SN DAN GNAPS
Sindrom Nefrotik GNAPS Anamnesis Lemas, kehilangan
nafsu mkan, Urin berbusa dan
keruh
Riwayat kontak dengan keluarga yang menderita GNAPS (pada suatu epidemi)
Riwayat ISPA atau infeksi saluran kemih seperti cucian daging denga atau tanpa oliguria
Edema pada wajah saat bangun tidur, kadang-kadang ada keluhan sakit kepala
Penglihatan kabur, kejang, penurunan kesadaran
Pemeriksaan Fisik Garis putih pada kuku merupakan tanda hipoalbuminemia
Asites Pitting edema
Edema Gejala kongestif
(sesak, edema, kardiomegali)
GIZI BURUK
Merupakan terdapatnya edema pada kedua kaki atau severe wasting (BB/TB < 70% atau < -3
SD). Terdapat 3 tipe 3 gizi buruk adalah,marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.
Adapun perbedaan antara ketiganya adalah sebagai berikut :
a. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul
diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah
kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan
kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak
tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih
merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Tulang iga terlihat jelas dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
b. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana
dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian
tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan
atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada
penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas
c. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan
marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi
untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya
berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti
edema, kelainan rambut, kelainan kulit,