tugas

50
I. CONTOH LAPORAN PENYELIDIKAN KLB KERACUNAN PANGAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RUMBAI KELURAHAN LEMBAH DAMAI RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU PADA TANGGAL 10 MARET 2013 I.A. PENDAHULUAN Penyakit yang disebabkan oleh pangan masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di Indonesia. Pangan merupakan jalur utama penyebaran patogen dan toksin yang diproduksi oleh mikroba patogen. Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius jika mengandung racun akibat cemaran kimia, bahan berbahaya maupun racun alami yang terkandung dalam pangan, yang sebagian diantaranya menimbulkan KLB keracunan pangan. Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah mengkonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber penularan. KLB keracunan pangan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di perkotaan, pemukiman dan perindustrian. 1

Upload: tria-ayoe-syukna

Post on 02-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas

TRANSCRIPT

I. CONTOH LAPORAN PENYELIDIKAN KLB KERACUNAN PANGAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RUMBAI KELURAHAN

LEMBAH DAMAI RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU

PADA TANGGAL 10 MARET 2013

I.A. PENDAHULUAN

Penyakit yang disebabkan oleh pangan masih merupakan salah satu

penyebab utama kematian dan kesakitan di Indonesia. Pangan merupakan jalur

utama penyebaran patogen dan toksin yang diproduksi oleh mikroba patogen.

Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius jika mengandung racun akibat

cemaran kimia, bahan berbahaya maupun racun alami yang terkandung dalam

pangan, yang sebagian diantaranya menimbulkan KLB keracunan pangan.

Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan adalah suatu kejadian

dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang

sama atau hampir sama setelah mengkonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis

epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber penularan. KLB keracunan

pangan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di perkotaan,

pemukiman dan perindustrian.

Keracunan pangan secara umum disebabkan oleh bahan kimia beracun

(tanaman, hewan, metabolit mikroba) kontaminasi kimia, mikroba patogen dan

non bakteri (parasit, ganggang, jamur, virus, spongiform enchaphalopathies).

Gejala dan tanda-tanda klinik keracunan pangan bervariasi tergantung pada

jenis etiologinya. Secara umum gejala keracunan pangan dapat digolongkan

kedalam 6 kelompok, yaitu :

1

1. Gejala utama yang terjadi pertama-tama pada saluran gastrointestinal atas

(mual, muntah).

2. Gejala sakit tenggorokan dan pernafasan.

3. Gejala utama terjadi pada saluran gastrointestinal bawah (kejang perut,

diare).

4. Gejala neurologik (gangguan penglihatan, perasaam melayang, paralisis).

5. Gejala infeksi umum (demam, menggigil, rasa tidak enak, letih,

pembengkakan kelenjar limfe).

6. Gejala alergik (wajah memerah, dan gatal-gatal).

Untuk mengidentifikasi etiologi KLB keracunan pangan dapat dilakukan

dengan mermeriksa spesimen tinja, air kencing, darah atau jaringan tubuh lainnya,

pemeriksaan muntahan serta pemeriksaan sumber makanan yang

dimakan. Dengan memperhatikan gejala dan didukung dengan hasil pemeriksaan

laboratorium ini dapat diketahui penyebab KLB keracunan pangan.

Pada hari minggu tanggal 10 Maret 2013 pukul 10.WIB Kepala Seksi

Pengamatan Penyakit, Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru

mendapat laporan melalui telfon dari RSUD Arifin Ahcmad yang menyatakan

bahwa ada satu orang meninggal yang diduga disebabkan karena keracunan

jengkol, setelah di klarifikasi ternyata bukan keracunan yang disebabkan oleh

jengkol melainkan diduga disebabkan oleh konsumsi olahan singkong. Untuk

memastikan terjadinya KLB keracunan tersebut tim Surveilens, Kesling dan

promkes Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bersama Tim Surveilens Puskesmas

Rumbai melakukan investigasi ke lokasi kejadian yang beralamat di RT 04, RW

07, Kelurahan Lembah Damai, Kecamatan Rumbai Pesisisr dan Rumah Sakit

tempat penderita keracunan dirawat pada hari Minggu tanggal 10 Maret 2013.

2

Hasil investigasi sementara jumlah warga yang mengkonsumsi makanan

sebanyak 10 orang, jumlah korban yang meninggal 1 orang , jumlah korban yang

sakit dan dirawat 4 orang korban dan telah mendapat pertolongan pertama serta di

rawat di RSUD Arifin Ahcmad.

Pada hari senin tanggal 11 maret 2013 pukul 09.00 WIB tim surveilans

epidemiologi dari dinas kesehatan kota pekanbaru, kesling, dan promkes

melakukan penyelidikan Epidemiologi ulang ke Kelurahan Lembah Damai RT 04

RW 07 untuk memberikan mendapat kejelasan mengenai kejadian KLB

Keracunan dari warga yang terpapar akibat mengkonsumsi singkong.

I.B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui besar dan luasnya masalah serta gambaran epidemiologi

peningkatan kasus diduga keracunan pangan di Kelurahan Lembah

Damai Rumbai Pesisir.

2. Tujuan Khusus

o Memastikan KLB keracunan pangan.

o Mengetahui distribusi kasus secara epidemiologi .

o Megetahui Attack Rate kasus keracunan pangan.

o Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

tersebut.

o Mengetahui besarnya masalah yang ditimbulkan.

o Mengetahui sumber masalah dan cara penyebaran KLB.

I.C. METODOLOGI

Penyelidikan KLB keracunan pangan ini menggunakan rancangan penelitian

epidemiologi deskriptif dengan menggunakan desain studi kasus. Data primer

3

diperoleh dengan melakukan investigasi langsung dengan warga yang terpapar

keracunan pangan di kelurahan Lembah Damai.

I.D. HASIL PENYELIDIKAN KLB

Pada hari senin tanggal 11 Maret 2013 pukul 09.00 WIB tim Surveilens dari

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru turun ke kelurahan lembah damai kecamatan

rumbai pesisir sebanyak 14 orang terdiri dari 3 team yaitu team survelen, team

kesling ,team promkes dan di bantu oleh mahasiswa stikes hangtuah.

Dari hasil investigasi dilapanagan didapatkan jumlah warga yang terpapar

sebanyak 14 orang dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 1 : Distribusi Gejala KLB Keracunan Pangan di Kelurahan

Lembah Damai pada tanggal 09 maret 2013.

 

No Gejala dan Tanda Jumlah Kasus %

1.

2.

3.

4.

5.

Mual

Muntah

Pusing

Kejang perut

Tampa gejala

9

9

7

2

4

64,2

64,2

50

14,2

28,5

Dari table di atas terlihat gejala yang paling dominan adalah mual dan

muntah (64,2 %).

4

I.E. DEFINISI KASUS

Berdasarkan distribusi frekwensi  menurut gejala seperti terlihat pada Tabel

1 di dapatkan definisi kasus sebagai berikut  :

“Warga yang mengkomsumsi olahan singkong di kelurahan lembah

damai rumbai pesisir adalah dengan gejala mual, muntah, dan pusing

dengan atau tanpa gejala lain”

I.F. WAKTU

Waktu terjadinya penyakit dapat dilihat pada tabel masa inkubasi dan kurva

epidemik.

Tabel 2 : Masa Inkubasi Kasus KLB Keracunan Pangan di Kelurahan

Lembah Damai Rumbai Pesisir pada tanggal 09 Maret 2013

 

NoNama

Penyakit

Masa Inkubasi (jam)Periode

KLB

Disingkirkan

Sebagai

EtiologiTerpendek Terpanjang Selisih

1

Keracunan

Singkong 6 8 2 - -

 

5

I.G. ORANG

Tabel 3 : Distribusi Kasus KLB Keracunan Pangan di Kelurahan

Lembah Damai Rumbai Pesisir pada tanggal 10 Maret 2013

Menurut  Golongan Umur

No Gol.

Umur

Populasi

Rentan

Kasus Meninggal AR/100 CFR/100

1 <1

2 1 – 4

3 5 – 9 2 1 1 50 100

4 10 – 14 1 1 - 100 -

5 15 – 44 4 - - - -

6 45 +

Total 14 7 1

Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak terjadi pada golongan umur

15-44th.Tabel 4 : Jumlah Kasus KLB Keracunan Pangan di Pangeran Beach

6

Hotel Kelurahan Flamboyan Baru Kecamatan Padang Barat Menurut 

Jender

NoJenis

Kelamin

Populasi

rentan% Kasus Meninggal AR/100 CFR/100

1. Laki-laki 642,8

%3 1 50 33.3

2.Perempuan

857,2

%4 50 0

Total 14100

%7 1 50 14,2

Dari tabel diatas terlihat bahwa perempuan merupakan kasus

terbanyak 4.I.H. TEMPATLokasi kejadian di wilayah kerja puskesmas

rumbai kelurahan LembahDamai RT 04 RW 07 kecamatan Rumbai

Pesisir.I.I. PEMERIKSAAN LABORATORIUMPada hasil pemeriksaan

laboratorium saat penyelidikan KLB telah di ambil sampel pada tanggal 10

Maret 2013 dan dibawa ke laboratorium untuk di analisis, dan hasil belum

di dapatkan. Untuk membantu menegakkan penyebab keracunan pangan ini

dilakukan pengambilan sampel berupa singkong dan minyak goreng.I.J.

TINDAKAN YANG TELAH DILAKUKANPengambilan Sampel

Makanan sisa dan mengirimkan ke Laboratorium

Daerah.

1. Mengidentifikasi dan mencatat (mendata) siapa saja yang makan makanan

tersebut baik sakit maupun tidak sakit.

2. Membuat pemetaan wilayah tempat lokasi kejadian Keracunan Makanan

7

3. Memberikan penyuluhan tentang prilaku HIdup Bersih Sehat dan sanitasi

lingkungan di lokasi kejadian dengan melibatkan lintas program.

I.K. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil investigasi dapat disimpulkan:

1. Telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan di kelurahan

Lembah Damai RT 04 RW 07 Rumbai Pesisir pada tanggal 09 - 10 Maret

2013.

2. Kasus lebih banyak menyerang pada wanita (57,2%)  dibanding laki-laki.

3. Attack Rate Keracunan makanan  sebesar 50 %  dengan Case Fatality

Rate 14,2%.

4. Dari gejala, masa inkubasi terpendek 3 jam dan masa inkubasi terpanjang

5 jam, dengan gejala yang timbul mual, muntah, pusing, kejang perut.

I.L. SARAN

1. Merekomendasikan kepada RT/RW melalui Lurah untuk tidak

mengkonsumsi singkong yang berasal dari kebun tersebut.

2. Semua minyak atau bekas gorengan dan sambal untuk tidak digunakan.

II. IKHTISAR CONTOH PENELITIAN CROSS SECTIONAL

II.A. DEFINISI

Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran

dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

8

Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang

sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan

outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya (Notoatmodjo, 2002).

Penelitian cross sectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada

satu titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun

eksplanatif, penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu

variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji keberlakuan

suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di antara kelompok

sampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian cross-sectional tidak

memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau

hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta

variabel dinamis yang mempengaruhinya (Nurdini, 2006).

II.B. TUJUAN

Tujuan penelitian cross sesctional menurut Budiarto (2004) yaitu sebagai

berikut:

a) Mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu

yang terdapat di masyarakat.

b) Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit

tertentu dengan perubahan yang jelas.

c) Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko

atribut.

II.C. PERBEDAAN

Deskriptif cross sectional hanya sekedar mendesripsikan distribusi penyakit

dihubungkan dengan variabel penelitian, sedangkan analitik crossectional:

diketahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya

9

hubungan sebab akibatnya. Contoh penelitian deskriptif cross sectional adalah

angka kejadian diare di Desa X tahun 2001 dan contoh penelitian analitik cross

sectional adalah hubungan pendidikan orang tua dengan kejadian diare yang

diukur pada waktu bersamaan.

II.D. LANGKAH-LANGKAH

Penelitian cross sectional adalah sesuatu penelitian dimana variabel-variabel

yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi

sekaligus pada waktu yang sama. Oleh karena itu, rancangan (desain) penelitian

ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penelitian

cross sectional dalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2002):

a) Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor

resiko dan faktor efek.

b) Menetapkan subjek penelitian.

c) Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan

faktor resiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada

saat itu (pengumpulan data).

d) Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar

kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).

II.E. CIRI-CIRI

Ciri-ciri penelitian cross sesctional menurut Budiarto (2004) yaitu sebagai

berikut:

a. Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan

pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu

penelitian.

10

b. Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok

yang terpajan atau tidak.

c. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi.

Misalnya hubungan antara Cerebral Blood Flow pada perokok, bekas

perokok dan bukan perokok.

d. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.

e. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan

sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperimental.

II.F. KELEBIHAN

Kekuatan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009) adalah

sebagai berikut:

a. Studi cross sectional memungkinkan penggunaan populasi dari

masyarakat umum, tidak hanya para pasien yang mencari pengobatan,

hingga generalisasinya cukup memadai,

b. Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh,

c. Mudah untuk dilakukan,

d. Tidak memaksa subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan

bersifat merugikan kesehtan (faktor resiko) dan tidak ada subjek yang

kehilangan terapi yang diperkirakan bermanfaat.

e. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus

f. Jarang terancam loss to follow-up (drop out).

g. Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau

eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya.

h. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat

lebih konklusif.

i. Membangun hipotesis dari hasil analisis.

II.G. KEKURANGAN

11

Kelemahan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009)

adalah sebagai berikut:

a. Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data risiko dan

efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak

jelas).

b. Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa

sakit yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek,

karena inidividu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai

kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi.

c. Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel

yang dipelajari banyak.

d. Memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah

populasi yang akurat, oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila

digunakan untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit.

e. Sulit untu menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko

dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan.

f. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker

lambung,karena pada populasi usia 45-49 tahun diperlukan paling tidak

10.000 subjek untuk mendapatkan suatu kasus.

g. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi maupun prognosis

h. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang.

i. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit.

II.H. CONTOH PENELITIAN CROSS SECTIONAL

Studi Cross Sectional Deskriptif dan Cross Sectional Analitik.

Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time

approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan 12

pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat

pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada

waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi

pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya

(Notoatmodjo, 2002).

Penelitian cross sectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena pada

satu titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun

eksplanatif, penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu

variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji keberlakuan

suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di antara

kelompoksampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian cross-

sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan

kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang

berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya (Nurdini, 2006).

Cross Sectional (potong-lintang) Adalah studi epidemiologi yang

mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan

(faktor penelitian) dengan cara mengambil status paparan, penyakit, atau

karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-individu dari

suatu populasi pada suatu saat (Bhisma Murti, 2003).

Cross Sectional (potong-lintang) adalah studi Epidemiologi yang

mempelajari Prevalensi, Distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan

dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik secara

serentak pada individu dari populasi pada satu saat.

Tujuan studi cross sectional adalah  perbandingan perbedaan-perbedaan

penyakit antara kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar, meneliti

hubungan antara paparan dan penyakit dan , membandingkan proporsi orang2

13

terpapar mengalami penyakit (a/(a+b)) dengan proporsi orang2 tidak terpapar yg

mengalami penyakit ( c/(c+d)) .

Berdasarkan tujuannya, studi cross sectional dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Studi cross sectional deskriptif

Studi ini untuk meneliti prevalensi penyakit, atau paparan, atau kedua-

duanya, pada suatu populasi tertentu. Prevalensi adalah proporsi kasus (individu-

individu berpenyakit) dalam suatu populasi pada satu saat. Karena pengukuran

pada satu saat, maka prevalensi disebut juga “prevalensi titik” (“point

prevalence”).

Studi cross sectional bukan merupakan studi longitudinal, karena tidak

melakukan follow up pengaruh paparan terhadap penyakit. Tetapi sebagai studi

deskriptif, studi cross sectional dapat meneliti prevalensi penyakit selama satu

periode waktu dan menghasilkan data “prevalensi periode” (“period prevalence”).

Studi prevalensi period biasanya dilakukan untuk penyakit-penyakit kronis yang

gejalanya intermitten.

a. Contoh studi kasus :

Tabel 5 : Prevalensi PJK diantara Kel.Terpapar (Orang yg tidak aktif

OR) dan Kel. Tak Terpapar (Yg Aktif)

14

Prevalensi = Kasus/ Populasi Total

OLAHRAGA PJK + PJK – TOTAL

AKTIF 50 (a) 200 (b) 250 (a+b)

TIDAK AKTIF 50 (c) 750 (d) 750 (c+d)

TOTAL 100 900 1000

Prevalens 1

=  a / (a+b) = 50 / 250

= 20%

adalah proporsi PJK diantara orang2 yg  aktif OR

Prevalens 2

= c / (c+d) = 50 / 750

= 6,7%

adalah proporsi PJK diantara orang2 yg tidak aktif OR

2. Studi cross sectional analitik

Studi cross sectional analitik mengumpulkan data prevalensi paparan dan

penyakit untuk tujuan perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara

15

kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar, dalam rangka meneliti hubungan

antara paparan dan penyakit. Perbandingan terhadap perbedaan kelompok

merupakan komponen analitik dari desain ini. Studi ini membandingkan proporsi

orang-orang terpapar yang mengalami penyakit.

b. Contoh studi kasus :

Contoh penelitian Cross sectional bersifat analitik yang dikutip dalam

Budiarto (2004) yaitu hubungan antara anemia dengan kelahiran bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR). Pada setiap ibu hamil yang akan melahirkan

dilakukan pemeriksaan Hb kemudian setelah bayi lahir ditimbang berat badannya.

Kriteria inklusi adalah persalinan normal/fisiologis dengan kehamilan yang cukup

bulan. Batasan untuk anemia adalah Hb kurang dari 11gr%.

Hasil dari tabel tersebut menunjukkan bahwa resiko anemia terhadap BBLR

2 kali lebih besar dibandingkan dengan tidak anemia. Resiko atribut (RA) = 0,15

– 0,08 = 0,07. Ini berarti bahwa resiko BBLR yang dapat dihindarkan bila tidak

terjadi anemia pada ibu hamil sebesar 0,007.

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan uji Chi-Square.

Uji Chi-Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel

nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan

variabel nominal lainnya (Wijayanto, 2009).

Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara anemia dan BBLR. Penelitian ini dilakukan dengan

pendekatan cross sectional karena pengumpulan data dilakukan pada waktu yang

hampir bersamaan, tetapi bersifat analitis karena dilakukan analitis seperti

penelitian kohor. Kelemahan penelitian ini antara lain tidak diketahui apakah

anemia terjadi sebelum hamil atau setelah hamil dan komparabilitas kedua

kelompok tidak dapat dilakukan, misalnya tingkat pendidikan, makanan yang

16

dikonsumsi, sosial ekonomi, dan lain-lain yang mungkin berpengaruh terhadap

terjadinya anemia (Budiarto, 2009).

II.I. PEMILIHAN SAMPEL

Studi cross sectioanl dianjurkan untuk menggunakan prosedur pencuplikan

random (random sampling) agar deskripsi dalam sampel mewakili (representatif)

populasi sasaran. Mekanisme dasar pencuplikan random adalah pencuplikan

random sederhana (simple random sampling), dimana masing-masing anggota

populasi memiliki probabilitas yang sama dan independen untuk masuk ke dalam

sampel. Karena peneliti mencuplik sampel random dari populasi (pada satu titik

waktu), maka status paparan dan status penyakit dari subyek penelitian terbuka

untuk bervariasi, disebut non-fixed sampling.

Studi ini juga dapat menggunakan teknik pencuplikan random kompleks,

misalnya pencuplikan random berstrata (cluster random sampling) dan

pencuplikan random klaster dengan pembagian populasi menurut strata, lalu

pencuplikan sampel random dari masing-masing strata. Pencuplikan random

klaster dimulai dengan penentuan klaster sebagai unit pencuplikan, lalu mencuplik

klaster-klaster tersebut secara random. Teknik pencuplikan random tersebut lebih

efisien daripada pencuplikan random sederhana.

Prosedur pencuplikan random sederhana dapat digunakan pada studi cross

sectional analitik jika frekuensi paparan maupun penyakit cukup tinggi. Sebab

prosedur itu akan memberikan sampel berpenyakit (kasus) dan tak berpenyakit

(kontrol) dalam jumlah yang cukup banyak untuk dapat dibandingkan dalam

status paparan. Sebaliknya prosedur random sederhana tidak tepat dipilih jika

frekuensi paparan maupun penyakit rendah, sebab sampel yang diambil random

akan memuat subyek berpenyakit maupun subyek tak berpenyakit.

II.J. KELEBIHAN dan KEKURANGAN DESAIN STUDI CROSS

SECTIONAL

17

a. Kelebihan

Mudah dilakukan dan murah, karena tidak memerlukan follow-up.

Efisien untuk mendeskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan

distribusi sejumlah karakteristik populasi, misalnya umur, jenis kelamin,

ras, ataupun status sosial ekonomi.

Dapat digunakan oleh administrator kesehatan untuk merencanakan

fasilitas, pelayanan, ataupun program kesehatan.

Dapat untuk memformulasikan hipotesis hubungan kausal yang akan

diuji dalam studi analitik lainnya.

Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan

bersifat merugikan kesehatan (faktor risiko).

Tidak ada subyek yang kehilangan kesempatan memperoleh terapi yang

diperkirakan bermanfaat, bagi subyek yang kebetulan menjadi kontrol.

b. Kekurangan

Untuk menganalisis hubungan kausal antara penyakit dan penyakit

terbatas, padahal validitas penilaian hubungan kausal menuntut sekuensi

waktu (temporal sequence) yang jelas antara paparan dan penyakit (yaitu,

paparan harus mendahului penyakit).

Penggunaan data prevalensi (bukan insidensi) menyesatkan hasil studi

cross sectional karena mencerminkan tidak hanya aspek etiologi penyakit

tetapi juga aspek survivalitas penyakit itu sebab prevalensi merupakan

fungsi dari insidensi dan durasi penyakit (survivalitas penyakit).

II.K. CONTOH APLIKASI DESAIN CROSS SECTIONAL

18

Pada Penelitian Paparan auramin di pabrik zat pewarna dan kanker buli-buli.

Populasinya adalah semua pekerja pada pabrik zat pewarna (pekerjaan A)

dan semua pekerja pada bukan pabrik zat pewarna (pekerjaan B).  Cara

pengambilan data yaitu dengan memeriksa secara bersamaan paparan

auramin pada pekerjaan A dan Pekerjaan B.  Selanjutnya kita akan

melihat  pada pekerjaan A orang yang sakit dan terpapar auramin, orang

tidak sakit dan tidak terpapar auramin dan pada pekerjaan B orang yang

sakit dan tidak terpapar auramin dan orang yang tidak sakit serta tidak

terpapar auramin.

III. IKHTISAR PENELITIAN KOHORT / PROSPECTIVE STUDY

III.A. LATAR BELAKANG

Epidemiologi adalah bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang

mempelajari penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.

19

Epidemiologi mempelajari besar (frekuensi), penyebaran (ditribusi), dan faktor-

faktor yang mempengaruhi (determinan) penyakit/masalah kesehtan. Tujuan dari

penerapan epidemiologi adalah untuk menentukan pencegahan dan

penanggunalangan yang tepat.

Dalam penerapan ilmu epidemiologi akan sering dilakukan berbagai

penelitian. Ada beberapa jenis ranangan penelitian yang biasa diterapkan, salah

satunya yaitu desain Kohort. Kohort adalah jenis desain penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan paparan dengan penyakit dengan membandingkan

kelompok yang terpapar dengan kelompok yang tidak terpapar berdasarkan status

penyakit. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dipelajari mengenai “Rancangan

Penelitian Kohort Prospektive”

III.B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis merumuskan masalah dalam

makalah ini adalah:

1. Apakah defenisi Rancangan Penelitian Kohort

2. Apa tujuan Rancangan Penelitian Kohort

3. Bagaimana ciri-ciri Rancangan Penelitian Kohort

4. Bagaimana skema Rancangan Penelitian Kohort

5. Apa saja kelebihan Rancangan Penelitian Kohort

6. Apa saja kelemahan Rancangan Penelitian Kohort

7. Bagaimana pelaksanaan Rancangan Penelitian Kohort

20

III.C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makala ini adalah untuk mengetahui tentang studi

kohort prospektif.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Pengertian Rancangan Penelitian Kohort

b. Mengetahui Tujuan Rancangan Penelitian Kohort

c. Mengetahui Ciri-ciri Rancangan Penelitian Kohort

d. Mengetahui Skema Rancangan Penelitian Kohort

e. Mengetahui Kelebihan Rancangan Penelitian Kohort

f. Mengetahui Kelemahan Rancangan Penelitian Kohort

g. Mengetahui Pelaksanaan Rancangan Penelitian Kohort

III.D. RUANG LINGKUP

Makalah ini membahas tentang rancangan penelitian kohort meliputi

pengertian, tujuan, ciri-ciri, skema, kelebihan kelemahan, dan pelaksanaan.

III.E. PENGERTIAN

Rancangan penelitian kohort adalah sebuah rancangan penelitian dimana

peneliti mengelompokkan atau mengklasifikasikan kelompok terpapar dan tidak

21

terpapar, kemudian diamati sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidak efek

atau penyakit yang timbul.

Studi Kohort adalah studi yang mempelajari hubungan antara faktor risiko

dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan memilih kelompok studi

berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian mengikuti sepanjang periode

waktu tertentu untuk melihat berapa banyak subjek dalam masing-masing

kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah kesehatan.

Studi kohort dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Studi Kohort Prospektif

Studi kohort disebut prospektif apabila faktor risiko, atau faktor penelitian

diukur pada awal penelitian, kemudian dilakukan follow up untuk melihat

kejadian penyakit dimasa yang akan datang. Pada studi kohort prospektif, faktor

penelitian dimulai dari awal penelitian, kausa/ faktor risiko diidentifikasi lebih

dahulu, kemudian diikuti sampai waktu tertentu untuk melihat efek/ penyakit,

Pada studi kohort prospektif, dapat dibedakan menjadi studi kohor

prospektif dengan pembanding internal dan eksterna. Studi kohort prospektif

dengan pembanding interna, kohort yang terpilih sama sekali belum terpapar oleh

faktor risiko dan belum mengalami efek, kemudian sebagian terpapar secara

alamiah lalu dilakukan deteksi kejadian efek pada kedua kelompok tersebut

22

Studi kohort prospektif dengan pembanding eksternal, ada kelompok yang

terpapar faktor risiko namun belum memberikan efek dan kelompok lain tanpa

paparan dan efek

2. Studi Kohort Retrospektif

Pada studi kohort retrospektif, faktor risiko dan efek atau penyakit sudah

terjadi dimasa lampau sebelum dimulainya penelitian. Dengan demikian variabel

tersebut diukur melalui catatan historis.

Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort prospektif,

namun pada studi ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi.

Yang terpenting dalam studi retrospektif adalah populasi yang diamati tetap

memenuhi syarat populasi kohort, dan yang diamati adalah faktor risiko masa lalu

yang diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan demikian, bentuk

penelitian kohort retrospektif hanya dapat dilakukan, apabila data tentang faktor

risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya paparan pada populasi yang sama

dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan.

III.F. CIRI-CIRI

23

Pada studi kohort, pemilihan subjek dilakukan berdasarkan status

paparannya, kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subyek

mengalami outcome yang diamati atau tidak. Studi kohort memiliki karakteristik:

1. Studi kohort bersifat observasionaL.

2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat.

3. Studi kohort sering disebut sebagai studi insidens.

4. Terdapat kelompok kontrol.

5. Terdapat hipotesis spesifik.

6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif.

7. Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder.

III.G, SKEMA

III.H. KELEBIHAN dan KEKURANGAN STUDI PENELITIAN KOHORT

24

Kelebihan dari penelitian kohort antara lain :

1. Kesesuaian dengan logika studi eksperimental dalam membuat inferensi

kausal, dimulai dengan menentukan penyebab diikuti akibat, karena pada

awal penelitian telah dipastikan bahwa semua subjek tidak terdapat

penyakit, maka konseksuensi waktu paparan dan penyakit dapat

diketahui secara jelas.

2. Dapat menghitung besarnya risiko yang ditanggung oleh kelompok

terpapar dibanding kelompok yang tidak terpapar (Risiko Relatif = RR)

dan mengetahui pula riiko yang dapat dikurangi dengan menghindari

faktor risiko (Risiko Atribut =AR).

3. Sesuai untuk meneliti paparan yang langka (Misalnya faktor-faktor

lingkungan).

4. Memungkinkan peneliti mempelajari beberapa efek secara serentak.

5. Kemungkinan terjadi bias kecil dalam menyeleksi subjek dan

menentukan status paparan, karena penyakit yang diteliti belum terjadi.

Penelitian ini juga terhindar dari bias recall.

6. Karena bersifat observasional, maka tidak ada subjek sengaja dirugikan

karena tidak mendapat terapi yang bermanfaat, atau mendapatkan

paparan faktor risiko yang merugikan.

7. Dapat menghitung laju insiden.

8. Hubungan sebab akibat lebih jelas dan meyakinkan.

Kekurangan dari penelitian kohort antara lain :

25

1. Membutuhkan dana yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama.

2. Tidak efisien untuk mempelajari penyakit yang jarang terjadi atau

penyakit yang fase laten yang panjang.

3. Validitas dari penelitian bisa terancam, karena hilangnya subjek selama

penelitian karena migrasi, tingkat partisipasi yang renda atau meninggal.

4. Karena faktor paparan sudah ditentukan terlebih dahulu pada awal

penelitian, maka rancangan ini tidak cocok untuk merumuskan hipotesis

tentang faktor-faktor paparan lain untuk penyakit tersebut, ketika

penelitian sedang berlangsung.

5. Jika dilakukan secara retrospektif membutuhkan catatan yang lengkap

dan akurat.

III.I. PELAKSANAAN

Dalam melakukan studi kohort, peneliti sebaiknya melakukan tahapan

sebagai berikut:

1. Menentukan subjek yang diteliti : Subjek yang yang akan diteliti terdiri

dari kelompok terpapar dan kelompok yang tidak terpapar

2. Pengambilan data dan pencatatan : Kedua kelompok yang telah

ditetapkan diikuti selama beberapa jangka waktu tertentu yang telah

ditetapkan. Selanjutnya dilakukan pencatatan semua keterangan yang

diperoleh berdasarkan tujuan penelitian

3. Pengolahan dan analisis data hasil penelitian : Setelah data diperoleh

dilakukan pengolahan data agar dapat dianalisis yang meliputi kegiatan

26

editing, coding, preocessing, dan cleaning. Hasil pengolahan data

disajikan dalam bentuk tabel, selanjutkan dianalisis baik secara univariat,

bivariat, atau multivariat. Tujuan dari analisis untuk mengetahi apakah

paparan yang dialami subjek sebagai penyebab timbulnya penyakit

melalui uji statistik yang sesuai. Pada desain kohort dapat menghitung

besar risiko terjadinya penyakit pada kelompok terpapar dengan

pertihutngan Risiko Relatif (RR), dan Risiko Atribut (AR)

Contoh :

Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara Ca paru

(efek) dengan merokok (resiko) dengan menggunakan pendekatan atau

rancangan prospektif.

1. Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan resiko (variabel

independen) serta variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).

o Variabel dependen : Ca. Paru

o Variabel independen : merokok

o Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.

2. Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian.

Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria di suatu wilayah atau

tempat tertentu, dengnan umur antara 40 sampai dengan 50 tahun, baik

yang merokok maupun yang tidak merokok.

3. Tahap ketiga : Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif)

dari populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak

27

merokok (resiko negatif) sejumlah yang kurang lebih sama dengan

kelompok merokok.

4. Mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang yang

merokok (resiko positif) dan kelompok orang yang tidak merokok

(kontrol) sampai pada waktu tertentu, misal selama 10 tahun ke depan,

untuk mengetahui adanya perkembangan atau kejadian Ca paru.

5. Mengolah dan menganalisis data. Analisis dilakukan dengan

membandingkan proporsi orang-orang yang menderita Ca paru dengan

proporsi orang-orang yang tidak menderita Ca paru, diantaranya

kelompok perokok dan kelompok tidak merokok.

III.J. APLIKASI DALAM PENELITIAN FARMAKOEPIDEMIOLOGI

Dalam merencanakan penelitian prospektif, harus dibuat rancangan

analisisnya agar orang dapat mengetahui analisis yang dilakukan oleh peneliti

sehingga mudah dilakukan evaluasi terhadap hasil penelitian. Secara skematis,

analisis dan perhitungan yang akan dilakukan sebagai berikut.

Tabel 6: Analisis dan Perhitungan Pemajanan

Insiden PenyakitJumlahSakit Tak

Sakit

28

Positif + (a) - (b) a + bNegatif + (c) - (d) c + dJumlah a + c b + d N

Risiko kelompok terpajan : a/(a + b) = m

Risiko tidak terpajan : c/(c + d) = n

Perhitungan Risiko Relatif = m / n

Risiko Atribut = m – n

Contohnya :

Penelitian untuk menentukan adanya hubungan antara peminum alkohol

dengan terjadinya stroke.

Dalam penelitian ini dikumpulkan sebanyak 4.952 orang peminum alkohol

dan 2.916 orang bukan peminum alkohol. Dilakukan pengamatan pada kedua

kelompok selama 12 tahun dan diperoleh hasil berikut.

Dari 4.952 peminum ditemukan 197 orang menderita stroke dan dari 2.916

bukan peminum terdapat 93 orang menderita stroke. Temuan tersebut dapat

disajikan dalam bentuk tabel kontingensi 2 x 2 sebagai berikut.

Tabel 7 : Contoh Soal

STROKE+ - Jumlah Resiko

Peminum+ 193 2.723 2.916 0,066- 93 4.859 4.952 0,018

Jumlah 286 7.582 7.868

Resiko Relatif (RR) = 0,006/0,018 = 3.67

Resiko Atribut(RA) = 0,066 – 0,018 = 0,048

29

Dari hasil Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peminum alkohol

mempunyai resiko 3.67 kali lebih besar jika dibandingkan dengan bukan

peminum dan besar resiko yang dapat dihindarkan dengan tidak menjadi peminum

adalah 4,8%

III.K. Kesimpulan

Rancangan penelitian kohort adalah sebuah rancangan penelitian dimana

peneliti mengelompokkan atau mengklasifikasikan kelompok terpapar dan tidak

terpapar, kemudian diamati sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidak efek

atau penyakit yang timbul. Kohort bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan

dengan penyakit dengan membandingkan kelompok yang terpapar dengan

kelompok yang tidak terpapar berdasarkan status penyakit.

Jenis penelitian kohort yaitu kohort prospektif dan kohort retrospektif.

Kelebihan penelitian sesuai dengan logika studi eksperimental, Dapat menghitung

besarnya risiko, meneliti paparan yang langka, mempelajari beberapa efek,

terhindar dari bias seleksi dan bias recall, tidak ada subjek sengaja dirugikan,

menghitung laju insiden. Hubungan sebab akibat lebih jelas dan meyakinkan.

Kelemahan dari penelitian kohort dana banyak dan waktu lama. Tidak efisien

untuk penyakit yang jarang dapat kehilangan subjek, tidak dapat meneliti paparan

lain, retrospektif butuh catatan yang lengkap dan akurat. Pelaksanaan terdiri dari

menentukan kelompok yang diteliti, Penetapan sampel, Pengambilan data dan

pencatatan, Pengolahan dan analisis data hasil penelitian

III.L. Saran

30

Dari makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui mengetahui

rancangan penelitian kohort meliputi pengertian, tujuan, ciri-ciri, skema,

kelemahan, kelebihan dan pelaksanaan dan aplikasinya.

DAFTAR PUSTAKA

31

1. Arisman. (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: EGC. Hal. 93.

2. Bernas, Dua tewas keracunan usai hajatan, http://www.indomedia.com/

bernas/072001/utama, diakses 17-03-2005.

3. 3. Bernas, Keracunan di pesta, satu meninggal, http://www.indomedia.com/

bernas/030202/04/ utama, diakses 17-03-2005.

4. Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.

5. Budiarto, Eko. 2001. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC

6. Hikmati, Isna. 2011. Buku Ajar Epidemiologi. Yogyakarta: Numed

7. Nugrahaeni, Dyah Kunti. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : EGC

8. Notoatmodjo,S.2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,

Jakarta

9. Allis Nurdini. 2006. “Cross-Sectional Vs Longitudinal”: Pilihan Rancangan

Waktu Dalam Penelitian Perumahan Permukiman. Departemen Arsitektur,

Institut Teknologi Bandung, 34(1): 52-53

10. Budiarti, M. 2009. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang

Zat Besi Dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Mangkang Kota

Semarang. D III Kebidanan : Universitas Muhammadiyah Semarang

(UNIMUS). Karya Tulis Ilmiah.

11. Murti, Bhisma. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

12. http://info–budidaya.blogspot.com/2012/03/makalah-cross-sectional-atau-

potong.html

13. http://www.kti-skripsi.net/2009/06/penelitian-cross-sectional.html

32

14. http://kamuskesehatan.com/arti/plasebo/

15. http://health.detik.com/read/2009/11/13/083037/1240927/766/plasebo-obat-

mujarab-tanpa-bahan-kimia

16. http://medicalera.com/3/18613/efek-plasebo

33